Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

DI RUANG BOUGENVILE RSUD WATES


KABUPATEN KULON PROGO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Bagus Handoko 3216042


Finda Nurma Zuanita 3216058
Hega Arif Nur Hidayat 3216063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta


Telp (0274) 4342000
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF


DI RUANG BOUGENVILE RSUD WATES
KABUPATEN KULON PROGO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,

Bagus Handoko ..............


Finda Nurma Zuanita ..............
Hega Arif Nur Hidayat ..............

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Imam Fungani, S.Kep.,Ns) (Rohmi Wijaya, S.Kep.,Ns )

2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Pokok Bahasan : Relaksasi Otot Progresif (ROP)


Hari / Tanggal : Jum’at, 26 Mei 2017
Sasaran : Keluarga & Penggunjung Pasien Ruang Bougenvil
Tempat : Ruang Bougenvile RSUD Wates
Waktu : 30 menit
Pukul : 09.00 WIB
Penyuluh : Finda Nurma Zuanita, Hega Arif & Bagus Handoko

A. Latar Belakang
Relaksasi merupakan salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama
kali dikenalkan oleh Edmund Jacobson, seorang Psikolog dari Chicago yang
mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Relaksasi
merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem
syaraf simpatetis dan parasimpatetis.
Metode relaksasi terdiri dari beberapa macam, diantaranya Miltenberger
(2004) mengemukakan ada lima macam relaksasi, yaitu: (1) relaksasi otot
(progressive muscle relaxation), (2) pernapasan diafragma, (3) imagery training, (4)
biofeedback, dan (5) hipnosis. Relaksasi progresif sampai saat ini menjadi metode
relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah untuk
dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, rileks, dan lebih
mudah untuk tidur. Relaksasi bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik. Efektivitas
latihan relaksasi dan terapi kognitif untuk mengurangi kecemasan berbicara di muka
umum, selanjutnya relaksasi juga efektif dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi ringan, dan menurunkan ketegangan pada siswa penerbang.
(Davis, 2005).
Teknik relaksasi otot progresif adalah salah satu bentuk terapi yang berupa
pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun
secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan anggota tubuh seperti otot-otot dan
mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol,
mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki (Jones, 2011).
Hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Bougenvil didapatkan 10 dari 18
(75%) pasien mengalami keluhan fisik. Oleh karena itu perlu diadakan upaya-upaya
untuk untuk menurunkan ketegangan otot, serta mengurangi stress yang berdampak
3
pada penurunan tekanan darah dan nyeri. Selain itu latihan mobilisasi (gerak
persendian) dapat meningkatkan mechanogrowth factor dan diikuti dengan
peningkatan zat plastin sebagai prekusor perangsang Glucosaminoglycans (GAG’s)
sehingga terjadi gerak diantara serabut kolagen (Tortora & Grabowski, 2004)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran tentang relaksasi otot progresif selama 20
menit klien mampu memahami tentang relaksasi otot progresif.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran tentang relaksasi otot progresif selama 20 menit
diharapkan klien mampu :
a. Menjelaskan kembali pengertian relaksasi otot progresif.
b. Menyebutkan kembali prinsip relaksasi otot progresif.
c. Menyebutkan kembali manfaat relaksasi otot progresif.
d. Mengikuti prosedur relaksasi otot progresif.

C. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


N
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
O
1. 5 menit Pembukaan :
 Mengucapkan salam.  Menjawab salam
 Memperkenalkandiri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan pendidikan  Mendengarkan
kesehatan
 Menyebutkan materi yang diberikan.
 Menanyakan kesiapan peserta
2. 20 menit Pelaksanaan :  Mendengarkan
1. Penyampaian materi  Bertanya
a. Menjelaskan tentang
pengertian ROP
b. Menjelaskan tentang tujuan
ROP
c. Menjelaskan tetang manfaat
ROP
d. Menjelaskan tentang indikasi
ROP
e. Menjelaskan tentang
kontraindikasi ROP

4
f. Menjelaskan dan
mendemonstrasikan gerakan
ROP
2. Tanya jawab dan evaluasi
Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya dan
menanyakan kembali hal-hal yang
sudah dijelaskan mengenai ROP
3. 5 menit Penutup :  Mendengarkan
 Menutup pertemuan dengan  Menjawab salam
menyimpulkan materi yang telah
dibahas
 Memberikan salam penutup

D. Materi (terlampir)
1. Men Menyebutkan kembali pengertian ROP
2. Menyebutkan kembali prinsip latihan ROP
3. Menyebutkan kembali manfaat ROP
4. Menyebutkan/mendemonstrasikan kembali gerakan ROP

E. Alat Bantu :
1. Leaflet
2. LCD

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demostrasi

G. Setting Tempat

Ket :
5
: Penyuluh
: Observer, Fasilitator
: Peserta

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Materi siap dua hari sebelum penyuluhan
b) SAP siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Media :leaflet siap 1 hari sebelum penyuluhan
d) Penyuluh melaksanakan tugasnya sesuai dengan pembagian tugas
2. Evaluasi Proses
a) Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Suasana penyuluhan tertib
d) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan
selesai
3. Evaluasi Hasil
Klien dan Keluarga dapat :
a) Menyebutkan pengertian ROP dengan persentase 100%.
b) Menyebutkan manfaat ROP 90%.
c) Menyebutkan prinsip ROP 100%.
d) Menyebutkan gerakan ROP dengan persentase 90%.

I. Referensi
Alim, Muhammad Baitul. 2010. Langkah-langkah relaksasi Otot Progresif. Available
online at http//www.psikologizone.com (diakses 09 Februari 2016).

Bustan. N. M. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta.

Jones, Richard Nelson. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Mccallie, S, M., Blum, M, C, Hood & J, C. (2006). Relaksasi otot progresif. Jurnal
Perilaku Manusia dalam Lingkungan Sosial, Volume 13, Nomor 3, 13 Juli
2006, pp.51-66 (16).

Miltenberger. 2004. Relaksasi. Available online at http//www.eworld-indonesia.com


(diakses 09 Februari 2016).
6
Utami, M.S. tanpa tahun. Prosedur-prosedur Relaksasi (dlm Subandi ed.). 2002.
Psikoterapi : Pendekatan Konvensional & Kontemporer. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar & Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM.

Wolff peter Hanns. 2006. Hipertensi. PT Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.

7
MATERI RELAKSASI OTOT PROGRESIF (ROP)

A. Pengertian
Relaksasi otot progresif adalah proses menegangkan dan mengendurkan bagian otot
dalam tubuh sesuai urutan.

B. Prinsip Latihan ROP


1. ROP harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROP di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROP, perhatikan umur pasien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Melakukan ROP harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan
rutin telah di lakukan.  

C. Manfaat ROP
1. Membuat tubuh menjadi santai yang dapat menurunkan tingkat hormon stres,
tekanan darah, nadi dan gula darah.
2. Mengatasi berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan,
insomnia, dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negative.

D. Indikasi ROP
1. Klien dengan hipertensi
2. Insomnia
3. Fase rehabilitasi fisik

E. Kontraindikasi ROP
1. Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah
2. Kelainan sendi atau tulang
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4. Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam
5. Nyeri berat
6. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak

F. Gerakan ROP
Langkah- Langkah ROP
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan
cara menggenggam tangan.
Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat, sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk
merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali

8
sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
relaks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.

3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps.


Otot biceps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan.
Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps
akan menjadi tegang.

9
4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.
Relaksasi untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara
mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga
menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan
yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan


untuk melemaskan otot-otot di wajah.
Gerakan kelima dan keenam, otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi,
mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya terasa dan kulitnya keriput.
Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan
menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata
dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

10
6. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot-otot rahang.
Dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga
ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
7. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.

8. Gerakan kesembilan dan gerakan kesepuluh ditujukan untuk merilekskan otot-


otot leher bagian depan maupun belakang.
Gerakan kesembilan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat
beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan ketegangan di
bagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini
dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk
membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
9. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,
kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang
11
dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh
kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
10. Gerakan keduabelas dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada.
Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-
paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat,
sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat
ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana
dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks.

11. Gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut.


Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian
menahannya sampai perut menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan
bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

12
12. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.
Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga ketegangan
pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus
menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap
gerakan dilakukan masing-masing dua kali.

13
Stase Keperawatan Medikal Bedah | 14

Anda mungkin juga menyukai