Anda di halaman 1dari 18

1

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENERAPAN LATIHAN RANGE Of MOTION (ROM) PADA PASIEN
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANGAN HEMODIALISA RSUD
TOTO KABILA

OLEH
KELOMPOK 10

1. Andri Najoan, S.Kep


2. Nirmala Adriani Husain , S.Kep
3. Susfiyanti R. Asala, S.Kep
4. Nur Rahma Andiyanti, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Range Of Motion (ROM)

Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi, penyebab, pencegahandan


penatalaksanaanhipertensi (jus semangka)
2. Definisi, penyebab, dan manajemen stress

Peserta/Sasaran : Pasien Hemodialisa

Hari/tanggal : Jumat, 18 November

Tempat : Ruangan Hemodialisa RSUD Toto Kabila

Waktu Pelaksanaan : Pukul 09.00 WITA

Waktu : 30 Menit

Penyuluh : Profesi Ners UNG Kelompok 10

1. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat
global dengan prevalensi dan insiden yang meningkat hampir setiap tahunnya,
prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi. Hilangnya fungsi ginjal pada pasien
GGK tahap akhir memerlukan terapi penggantian ginjal (Renal Replacement
Therapy) dan hemodialisa untuk mempertahankan kualitias hidup pasien.
Namun, Pasien GGK yang melakukan hemodialisa dalam waktu yang lama
terjadi Simptom Fatigue di alami 82% sampai 90% pasien. Menurut Kring dan
Crane (2009) dalam Pitoyo dan Suprayitno (2018) satu permasalahan yang
sering dikeluhkan pasien yang menjalani HD rutin adalah kelemahan otot.
Kelemahan otot, tersebut disebabkan adanya pengurangan aktivitas otot, atrofi
otot, miopati otot, neuropati atau kombinasi di antaranya (Sulistyaningsih,
2014).
3

Latihan fisik penting untuk mempertahankan dan meningkatkan


kesehatan tubuh secara keseluruhan. Metode latihan yang dapat dilakukan pada
pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yaitu program latihan di pusat
rehabilitasi dengan supervise, program rehabilitasi latihan di rumah dan program
latihan selama satu jam pertama pada saat di lakukan hemodialisa di unit HD
(Sulistyaningsih, 2014). Latihan fisik yang dilakukan selama dialisis dapat
meningkatkan aliran darah pada otot dan memperbesar jumlah kapiler serta
memperbesar luas permukaan kapiler, sehingga meningkatkan perpindahan urea
dan toksin dari jaringan ke vaskuler kemudian di alirkan ke dializer atau mesin
hemodialisis (Person et al, 2006). Menurut Ouzouni et al, (2009) dalam
Sulistyaningsih (2014). Latihan fisik selama HD dapat meningkatkan VO2,
menurunkan Self - Reported Depression, serta menunjukan perkembangan yang
signifikan pada Quality of Life Index dan Life Satisfaction Indeks.
Latihan fisik selama hemodialisis dapat menjaga stabilitas tekanan darah
sistolik dan diastolic (Hidayati, 2009 dalam Sulistyaningsih, 2014). Latihan
dapat dilakukan selama 30 – 45 menit. Latihan dilakukan 2 set, 8 kali
pengulangan untuk kelompok otot besar ekstremitas atas dan bawah untuk
meningkatkan kekuatan otot. (Cheema et al, 2006; Parsons, 2006). Latihan fisik
selama hemodialisa juga dapat menurunkan kelemahan otot dan meningkatkan
kekuatan otot. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sesak nafas, nyeri
dada dan hipertensi intradialitik.
Latihan fisik secara teratur pada intradialisis dapat meningkatkan aliran
darah pada otot, memperbesar jumlah kapiler serta memperbesar luas dan
permukaan kapiler sehingga meningkatkan perpindahan urea dan toksin dari
jaringan kevaskuler yang kemudian dialirkan ke dializer atau mesin HD. Latihan
fisik juga dapat menunjukan adnya perbaikan pada kebugaran tubuh, fungsi
fisiologis, ketangkasan, mengurangi tingkat fatigue, ketangkasan dan
meningkatkan kekuatan otot ektremitas bawah. Latihan yang dilakukan
meransang pertumbuhan pembuluh darah yang kecil (kapiler) dalam otot. Hal ini
akan membantu tubuh untuk lebih efisien menghantarkan oksigen ke otot, dapat
memperbaiki sirkulasisecara menyeluruh dan menurunkan tekanan darah serta
4

mengeluarkan hasil sampah metabolik seperti asam laktat dari dalam otot
(Sakitri, Makiyah & khoiriyati, 2017).
Sehingga alternatif jenis latihan fisik yang dilakukan adalah Range of
Motion (ROM). Latihan yang dilakukan untuk merangsang pertumbuhan
pembuluh darah yang kecil (Kapiler) dalam otot. Hal ini membantu tubuh untuk
lebih efisien menghantarkan oksigen ke otot, dapat memperbaiki sirkulasi secara
menyeluruh dan menurunkan tekanan darah serta mengeluarkan hasil sampah
metabolik yang mengiritasi seperti asam laktat dari dalam otot. Latihan yang
adekuat meningkatkan efisiensi aliran darah, sehingga tubuh mengeksresikan
sisa metabolisme secara lebih efektif. (Hasanuddin, 2017).

Tujuan

a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, Klien dan keluarganya diharapkan
dapat mengetahui dan memahami tentang Gerakan ROM, tujuan dari
Gerakan ROM, prinsip Gerakan ROM, klasifikasi Gerakan ROM, dan cara
Gerakan ROM baik aktif maupun pasif

b. Tujuan Khusus
a) Klien dan keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian dari ROM
b) Klien mampu menyebutkan tujuan dari Gerakan ROM.
c) Klien mampu menyebutkan prinsip dari gerakan ROM.
d) Klien dan Keluarga mampu menyebutkan klasifikasi dari ROM
e) Klien dan keluarga mampu mempraktekkan/ mendemonstrasikan cara
gerakan ROM pada ektremitas bawah

2. Materi Penyuluhan
(Terlampir)
5

3. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Simulasi

4. Media
a) LCD
b) Leaflet

5. Struktur
a) Moderator : Nirmala Adriani Husain
b) Penyuluh : Nur Rahma Andiyanti
c) Fasilitator : Susfiyanti R. Asala
d) Observer : Andri Najoan
e) Demonstrasi : 1. Nirmala Adriani Husain
2. Nur Rahma Andiyanti
3. Susfiyanti R. Asala
4. Andri Najoan
f) Dokumentasi : Susfiyanti R. Asala
6. RincianTugas
1. Moderator : Bertugas membuka dan menutup kegiatan penyuluhan
serta memimpin jalannya penyuluhan
2. Penyuluh : Bertugas menyajikan materi tentang materi yang akan
disampaikan kepada audiens
3. Observer : Bertugas mengamati jalannya kegiatan, dan mencatat
perilaku verbal dan nonverbal peserta kegiatan
4. Fasilitator : Bertugas memfasilitasi audiens selama berlangsungnya
kegiatan penyuluhan
5. Demonstrasi : Bertugas memberikan simulasi terkait latihan ROM
6. Dokumentasi : Bertugas sebagai pengambil gambar setiap kegiatan yang
dilaksanakan
6

7. Proses Kegiatan

No Kegiatan Kegiatan Media Metode Pelaksana Waktu


Penyuluhan Peserta
1. Pembukaan : Ceramah Moderator 5 Menit
1. Membuka 1. Menjawab
kegiatan salam
dengan
mengucapkan
salam
2. Validasi 2. Mendenga
3. Memperkenal rkan
kan diri 3. Memperha
4. Menjelaskan tikan
tujuan dari
penyuluhan 4. Memperha
5. Kontrak tikan
waktu
2. Pelaksanaan : 1. Mendengar LCD Ceramah Pemateri/ 20 menit
1. Menjelaskan kan & dan penyuluh
dan Leafle tanya
menguraikan t jawab
materi
tentang:
a. Definisi,
Tujuan,
Klasifikasi,
Prosedur
pemberian
dan
rasionalisas
i
b. Demonstra
si latihan
ROM
2. Bertanya
2. Memberi
kesempatan
kepada peserta
untuk
bertanya
3. Terminasi : Ceramah Moderator 5 menit
1. Melakukan 1. Menjawab
evaluasi
7

2. Menyimpulka
n materi yang 2. Memperha
telah tikan
disampaikan
3. Membagikan
leaflet kepada 3. Menjawab
semua peserta salam
dan
mengucapkan
salam penutup

8. Evaluasi
1. Persiapan
a. Materi
b. Tempat yang akan digunakan
c. Sasaran responsive
2. Struktur
a. Tempat tersedia dan siap untuk digunakan
b. Media dan alat siap untuk digunakan
c. Responden siap untuk mengikuti pendidikan kesehatan
3. Proses
a. Responden mendengarkan penjelasan yang diberikan
b. Tanya jawab / diskusi berjalan dengan lancar sesuai waktu yang telah
ditentukan
4. Hasil
a. Responden memahami tentang topik yang diberikan
b. Responden mampu untuk menjawab pertanyaan seputar materi yang
telah disampaikan
8

9. Setting Tempat
LCD

Penyulu Moderat

Keterangan :
: Preseptor Klinik : Responden
: Preseptor Akademik : Fasilitator
9

(Lampiran)
LAMPIRAN MATERI
A. Range Of Motion (ROM)
1) Definisi ROM
Latihan rentang gerak sendi atau biasa disebut range of motion (ROM)
adalah latihan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot
(Potter & Perry, 2006) (Surianti, 2014).
Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan
manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan
secara bebas. Latihan aktif dan pasif / ROM dapat dilakukan kapan saja
dimana keadaan fisik tidak aktif dan disesuaikan dengan keadaan pasien.
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).   Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2006). (Surianti, 2014).
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.

2) Tujuan ROM
Menurut (Potter & Perry 2006) dalam (surianti, 2014) yaitu :
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
10

c. Merangsang sirkulasi darah


d. Mencegah kelainan bentuk
e. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
kelenturan otot
f. Memperbaiki tonus otot
g. Meningkatkan pergerakan sendi
h. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
i. Meningkatkan massa otot
j. Mengurangi kelemahan
k. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian

3) Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun, et al 2006) dalam (Ananda, 2017) Menyatakan bahwa
ada beberapa klasifikasi latihan ROM beserta indikasinya, yaitu :
a. Latihan ROM pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan klien dengan
bantuan dari orang lain perawat ataupun alat bantu setiap kali melakukan
gerakan. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua
latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien
dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan
pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas
yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
b. Latihan ROM aktif yaitu latihan ROM yang dilakukan mandiri oleh klien
tanpa bantuan perawat pada setiap melakukan gerakan. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri
11

secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Kekuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM
aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh
klien sendri secara aktif.
4) Prosedur Pemberian Dan Rasionalisasi
a. Persiapan Klien
1) Berikan ucapan salam, perkenalkan siapa diri Anda dan kaji responden
dengan cara memeriksa identitas responden secara teliti/cermat.
2) Jelaskan terkait prosedur tindakan atau SOP yang akan diberikan, dan
berikanlah kesempatan responden untuk mengajukan pertanyaan dan
jawablah semua pertanyaan responden
3) Aturlah posisi responden hingga ia merasakan nyaman dan aman selama
memberikan tindakan.
4) Anjurkan klien untuk berdoa terlebih dahulu
b. Persiapan Alat
1) Lotion/baby oil
2) Handscoon
c. Tahap Kerja
1) Konfirmasi ke responden bahwa tindakan akan segera
dilakukan.
2) Lakukan Cuci tangan.
3) Usapkan lotion atau pelumas pada tangan.
4) Posisikan posisi responden dengan senyaman mungkin.
Potter & Perry (2006) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pada
saat melakukan latihan ROM sebagai berikut:
a. Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk menghindari
ketegangan dan injuri otot serta kelelahan
b. Posisi yang diberikan memungkinkan gerakan sendi secara leluasa
c. Latihan dilakukan secara sistematis dan berulang
12

d. Gerakan sendi yang adekuat adalah gerakan sampai dengan mengalami


tahanan bukan nyeri.
e. Amati respon non verbal
f. Latihan harus dihentikan dan beri kesempatan istirahat bila terjadi spasme
otot

5) Latihan Rentang Gerak Sendi Ekstremitas Bawah


Latihan ROM ekstremitas bawah, dalam Potter & Perry
(2006)dalam surianti, (2014) yaitu:

a. Latihan Pasif
Latihan pasif anggota gerak atas (Latihan ini di bantu oleh perawat,terapis
atau keluarga)
1) Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.

2) Gerakan menekuk dan meluruskan siku.

3) Gerakan memutar pergelangan tangan


13

4) Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan

5) Gerakan memutar ibu jari

6) Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan


14

b. Latihan Rentang Gerak Sendi Ekstremitas Bawah

Latihan ROM ekstremitas bawah, dalam Potter & Perry (2006) dalam

surianti, (2014) yaitu:

a) Pinggul

1. Fleksi: Menggerakkan tungkai ke depan dan atas (90-120°)

2. Ekstensi: Menggerakkan kembali ke samping tungkai yang

lain, (90- 120°)

Gambar fleksi dan ekstensi panggul

3. Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh (30-

50°)
Gambar hiperekstensi pinggul

4. Abduksi: Menggerakkan tungkai ke samping menjauhi

tubuh (30- 50°)

5. Adduksi: Menggerakkan tungkai kembali ke posisi

media dan melebihi jika mungkin (30-50°)

6. Rotasi dalam: Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain


(90°)
15

7. Rotasi luar: Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain

(90°)
Gambar. Abduksi, adduksi, rotasi dalam dan rotasi luar pinggul

8. Sirkumduksi : menggerakkan tungkai melingkar

Gambar sirkumduksi pinggul

b) Lutut

1. Fleksi: Menggerakkan tumit ke arah belakang paha (120-130°)


2. Ekstensi: Mengembalikan tungkai ke lantai (120-130°)

c) Pergelangan kaki

1. Dorsofleksi: Menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki

menekuk ke atas (20-30°)

2. Plantar Fleksi: Menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki


16

menekuk ke

bawah (45-50°)
Gambar 2.11 Dorsofleksi dan Plantarfleksi (Potter & Perry, 2006)

d) Kaki

9. Inversi: Memutar telapak kaki ke samping dalam (10°)

10.Eversi: Memutar telapak kaki ke samping luar (10°)

Gambar Inversi dan Eversi

ii. Jari-jari kaki

1. Fleksi: Menekukkan jari-jari kaki ke bawah (30-60°)

2. Ekstensi: Meluruskan jari-jari kaki (30-60°)

3. Abduksi: Menggerakkan jari-jari kaki satu dengan yang lain


(15°)

4. Adduksi: Merapatkan kembali bersama-sama (15°)

Gambar 2.13 Fleksi, Ekstensi, Abduksi dan Adduksi Jari-Jari Kaki (Potter &

Perry, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Agusrianto, & Rantesigi, N. (2020). "Penerapan Latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap
peningkatan kekuatan otot ekstremitas pada pasien dengan kasus stroke". Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 2(2), 61–66. https://doi.org/https://doi.org/10.36590/jika.v2i2.48

Ananda. (2017). "Pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada lansia bedrest di
PSTW Budhi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan". Repository UIN Syarief Hidayatullah
Jakarta.

Anggriani, Zulkarnain, Sulaimani, & Gunawan, R. (2018). "Pengaruh ROM (Range Of Motion)
terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragic effect of rom ( Range Of
Motion ) on the strength of muscle extremity in non-hemorrhagic stroke patients". Jurnal Riset
Hesti Medan, 3(2), 64–72.

Basuki, Listiyana. (2018). Karya tulis ilmiah penerapan ROM (Range Of Motion) pada asuhan
keperawatan pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik di rsud wates kulon progo.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

Djamaludin, D., & Yulendasari, R. (2019). "Pengaruh latihan range of motion (ROM) ankle terhadap
pencegahan terjadinya neuropati dan angiopati pada klien diabetes melitus". Holistik Jurnal
Kesehatan, 13(3), 263–269.

Sakitri, G., Makiyah, N., & Khoiriyati, A. (2017). Media Publikasi Penelitian. Pengaruh Intradialytic
Terhadap Fatigue Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegero Klaten, 15(1).
Diakses dari http://enjournal.stikespku.ac.id

Saputra, L., &Agustina. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang Selatan: Aksara
Publisher.

Sigalingging, G. (2013). Buku Paduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Sulistyaningsih, R, D. (2014). Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. Efektivitas


Latihan Fisik Selama Hemodialisis Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Di RSUD Kota Semarang. Diakses dari http://retno_fik@yahoo.com
Surianti. (2014). "Pengaruh latihan rentang gerak sendi bawah secara aktif (active lower range of
motion exercise) terhadap kejadian neuropati sensorik pada pasien dm tipe 2 non ulkus di rsud
kab. Wajo". Universitas Hasanuddin.
Wilkinson, J, M. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai