Anda di halaman 1dari 23

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

AMBULASI DAN IMBOLISASI FRAKTUR DAN DISLOKASI


Dosen : Karmitasari Y.K, Ners, M.Kep.

Di Susun Oleh:
Kelompok 4
Tingkat III B/Semester V

1. Armeliati 2018.C.10a.0959
2. Cia 2018.C.10a.0962
3. Dhea Permatasari Iskandar 2018.C.10a.0964
4. Dony Sentory 2018.C.10a.0965
5. Erna Sari 2018.C.10a.0966
6. Jenny Amsal 2018.C.10a.0971
7. Julius 2018.C.10a.0973
8. Ruly Ramadana 2018.C.10a.0983
9. Yoga Pratama 2018.C.10a.0992

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan tentang Ambulasi dan Imobilisasi


Fraktur dan Dislokasi
Hari, tanggal : Rabu, 4 November 2020
Waktu : 20 Menit
Sasaran : Klien dan Keluarga Klien
Tempat : Ruang Dahlia, RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Penyuluh : Kelompok 4 Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.

1. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit keluarga
Pasien dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan keluarga yang
menunggu/menemani klien di Ruang Dahlia dan keluarga klien dapat memahami
tentang Ambulasi dan Imobilisasi Fraktur dan Dislokasi perawatan untuk
meningkatkan kekuatan otot dan sendi ektremitas atas dan bawah yang dialami
pasien agar tidak terjadi kekakuan dan dapat melakukan tindakan secara mandiri.
2. Tujuan Insruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit klien dan keluarga dapat
memahami dan mengetahui :
1) Menjelaskan Definisi Ambulasi
2) Menyebutkan tujuan dan manfaat Ambulasi
3) Menyebutkan dan menjelaskan tindakan Ambulasi
4) Menyebutkan alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan Ambulasi
5) Definisi Mobilisasi dan ROM
6) Menyebutkan Prinsip Latihan Mobilisasi (ROM)
7) Menyebutkan Jenis-jenis Mobilisasi/ROM
8) Menyebutkan Macam-macam gerak mobilisasi
9) Menyebutkan dan melakukan Gerakan mobilisasi Berdasarkan Bagian
tubuh

3. Materi Penyuluhan (Terlampir)


1) Definisi Ambulasi
2) Tujuan dan manfaat Ambulasi
3) Tindakan Ambulasi
4) Alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan Ambulasi
5) Definisi Mobilisasi
6) Prinsip Latihan Mobilisasi (ROM)
7) Jenis-jenis Mobilisasi/ROM
8) Macam-macam gerak mobilisasi
9) Gerakan mobilisasi Berdasarkan Bagian tubuh
4. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga
dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai
5. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam
bentuk selebaran mengenai informasi Ambulasi dan Mobilisasi pasien
dengan Fraktur dan Dislokasi.
6. Kegiatan Penyuluhan
Hari/Tanggal : Rabu, 4 November 2020
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
Lokasi : RSUD dr, Doris Sylvanus / Ruang Dahlia
No Tahapan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan
1. Pembukaan/ 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab 2
Pendahuluan dengan mengucapkan salam menit
salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Menyimak
dan menjelaskan tujuan 4. Peserta
dari tujuan penyuluhan meyampaikan
3. Menyebutkan materi pendapatnya
yang akan diberikan.
4. Kontrak waktu
penyampaian materi
5. Mengkondisikan
peserta untuk
berkonsentrasi
2. Pelaksanaan 1. Definisi Ambulasi Menyimak 10
/ penyajian 2. Tujuan dan manfaat seluruh materi menit
Ambulasi yang diberikan
3. Tindakan Ambulasi
4. Alat yang digunakan
dalam pelaksanaan
Ambulasi
5. Definisi Mobilisasi
6. Prinsip Latihan
Mobilisasi (ROM)
7. Jenis-jenis
Mobilisasi/ROM
8. Macam-macam gerak
mobilisasi
9. Gerakan mobilisasi
Berdasarkan Bagian
tubuh
3. Evaluasi/ 1. Menyimpulkan 1. Menyimpulkan 6
penutup 2. Menjawab pertanyaan 2. Memberi menit
3. Menanyakan pada pertanyaan
peserta tentang materi 3. Menjawab
yang telah diberikan, salam
dan meminta kembali
peserta untuk
mengulang materi yang
telah disampaikan.
4. Memberi salam

7. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Cia
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Ruly Ramadana, Jenny Amsal
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Simulator : Armeliati, Dhea Permatasari Iskandar, Yoga Pratama
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan.
4) Fasilitator : Julius, Dony Sentory, Erna Sari
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang,
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu
dalamdiskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannyakegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai denganakhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan.
5) Dokumentasi : Dony Sentory
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan
dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Erna Sari
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara.
Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal
penting.Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan
penyuluhan.

8. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator, Dokumentator


dan Notulen
: Pasien dan Keluarga

9. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Tempat dan alat sesuai rencana.
Peran dan tugas sesuai rencana.
Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
Selama kegiatan semua peserta aktif.
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Pasien dan Keluarga pasien mampu mengetahui tentang Ambulasi Fraktur
dan Dislokasi.

Palangka Raya, 4 November 2020


Mahasiswa,

Kelompok 4
LAMPIRAN

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Definisi Ambulasi
Ambulasi adalah upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan
atau berpindah tempat. Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang
dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk
sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan
alat sesuai dengan kondisi pasien (Asmadi, 2008).
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk
semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan
fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di
tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda
peningkatan toleransi aktivitas. Menurut (Kozier, 2005) ambulasi adalah
aktivitas berjalan.

2. Tujuan Ambulasi
1) Untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
2) Mempertahankan kenyamanan
3) Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
4) Mempertahankan control diri pasien
5) Meningkatkan kesimbangan pasien

3. Manfaat Ambulasi
1) Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a) Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi
yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan
perubahan turgor kulit.
b) Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban
kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c) Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi
volunter maksimal, penurunan ventilasi/perfusi setempat, mekanisme
batuk yang menurun.
d) Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e) Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine,
infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
f) Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis,
pemendekan serat otot
g) Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan
syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.
2) Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi
immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus,
mempercepat pasien pasca operasi. Ambulasi sangat penting dilakukan pada
pasien pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat
tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit
untuk memulai berjalan (Kozier, 2010).

4. Tindakan-Tindakan Ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan klien pada posisi terlentang
3) Pindahkan semua bantal
4) Posisi menghadap kepala tempat tidur
5) Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala
tempat tidur di belakang kaki yang lain.
6) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien,
sokong kepalanya dan vetebra servikal.
7) Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan
perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
9) Bantu pasien untuk duduk dan diberi penopang atau bantal
b. Duduk di tepi tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi
tempat tidur tempat ia akan duduk.
3) Pasang pagar tempat tidur pada 2 sisi yang berlawanan.
4) Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat
ditoleransi pasien.
5) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6) Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan
pasien dan menjauh dari sudut tempat tidur.
7) Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat
tidur di depan kaki yang lain
8) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di
bawah bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
9) Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
10) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
11) Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan
tungkai atas pasien memutar ke bawah.
12) Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang
tungkai dan angkat pasien.
13) Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
14) Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai
c. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi
1) Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi
pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan
kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2) Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3) Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan
antislip.
4) Regangkan kedua kaki perawat.
5) Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat
dengan pasien
6) Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila
pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
7) Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan
panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8) Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut
perawat.
9) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien
secara langsung ke depan kursi
10) Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada
kursi untuk menyokong.
11) Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke
kursi.
12) Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13) Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk
kemajuan dan penampilannya.

d. Membantu Berjalan
1) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
2) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu
pasien.
3) Bantu pasien berjalan
e. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien
yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke
branchard.

1) Atur posisi branchard dalam posisi terkunci


2) Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3) Berdiri menghadap pasien
4) Silangkan tangan di depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh
pasien.
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
f. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas
pasien. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan
merupakan kewenangan team fioterapi. Namun perawat tetap
bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa
perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan. Alat-
alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi
1) Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan
permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang
tubuh dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional,
Adjustable dan lofstrand.

2) Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam


setinggi pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang
mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single
stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).

3) Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat


penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami
kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.
5. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan individu bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas
guna mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu
kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari
atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan
fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien
penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi),
dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).
A. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal
atau permukaan rawan sendi. Tulang dikelilingi oleh struktur jaringan
lunak, tekanan fisik yang menyebabkan terjadinya fraktur, dan tekanan
fisik juga menimbulkan pergeseran mendadak pada fragmen fraktur yang
selalu menghasilkan cedera jaringan lunak disekitarnya. Hal ini bisa
disebabkan karena : trauma tunggal, trauma yang berulang-ulang,
kelemahan pada tulang atau fraktur patologik (Hardisman dan Riski,
2014).
B. Dislokasi
Dislokasi merupakan masalah pada tulang berupa bergesernya tulang
dari sendi atau posisi yang semestinya. Dislokasi dapat terjadi pada sendi
manapun, tetapi yang tersering mengalaminya adalah sendi bahu, jari,
siku, lutut, dan panggul. Sendi yang pernah mengalami dislokasi memiliki
faktor risiko lebih besar untuk mengalami dislokasi berulang. Penyebab
utama dislokasi adalah cedera atau trauma yang disebabkan oleh benturan
keras. Contohnya ketika seseorang terjatuh, tertabrak, atau bentuk trauma
lainnya yang bisa menyebabkan benturan keras.
Macam-macam dislokasi
1. Dislokasi sendi rahang
 Penyebab :
o Menguap atau tertawa terlalu lebar
o Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
2.  Dislokasi sendi bahu
Penyebab :
o Bahu terbentur dan terlepas dari sendinya.
3. Dislokasi sendi paha (pinggul)
 Penyebab :
o Lutut membentur, paha terdorong kebelakang dan terlepas dari sendinya.
Tanda-tanda :
o Lutut terputar kedalam, paha terkunci mendekati garis tengah tubuh, bila
digerakkan terasa nyeri.
Usahakan jangan digerakkan, bawa segera ke rumah sakit.
Beberapa langkah penanganan lainnya yang dapat dilakukan untuk
membantu proses penyembuhan, antara lain:
 Istirahatkan sendi yang cedera, jangan banyak digerakkan.
 Mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan untuk meredakan rasa
nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan.
 Kompres sendi yang sakit menggunakan es. Tindakan ini bisa dilakukan
pada 1-2 hari pertama untuk mengurangi rasa nyeri. Bisa juga
mengompresnya dengan air hangat pada hari berikutnya untuk membantu
melemaskan otot yang tegang.
 Bila sudah membaik, cobalah latih sendi secara bertahap. Namun, pastikan
lakukan latihan ini atas saran dan rekomendasi dari dokter.

6. Prinsip Latihan Mobilisasi/ROM (Range Of Motion)


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1) ROM harus diulang sekitar 5-8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari
2) ROM di lakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
3) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

7. Jenis-Jenis ROM (Range Of Motion)


ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1) ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk
melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di
seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2) ROM Pasif
          ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang
lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien
sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
          Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua
latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
          Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM
pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu
dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
8. Macam-Macam Gerakan ROM (Range Of Motion)
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1) Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2) Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3) Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4) Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5) Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6) Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7) Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8) Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9) Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
10) Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11) Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama.

9. Gerakan Mobilisasi/ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM ekstremitas atas terdiri dari
gerakan pada persendian  sebagai berikut :
1) Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektens Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-
i mungkin, 45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-
lateral  sejauh mungkin kearah setiap bahu,    45°
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

2) Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi  di atas kepala,
Ekstensi       Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektens Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-
i siku tetap lurus, 60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180° 
atas kepala dengan telapak   tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dalam dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala,
Sirkumduks Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
i penuh,

3) Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

4) Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-
sehingga telapak tangan menghadap ke 90°
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-
tangan menghadap ke bawah, 90°

5) Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-
bagian dalam lengan bawah, 90°
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-
jari-jari, tangan, lengan  bawah berada 90°
dalam arah yang sama,
Hipereksten Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-
si belakang sejauh mungkin, 90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-
arah lima jari, 50°

6) Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hipereksten Menggerakan jari-jari tangan ke belakang rentang 30-
si sejauh mungkin, 60°
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu rentang 30°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
7) Ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari rentang 90°
tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8) Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-
120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-
tungkai yang lain, 120°
Hipereksten Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-
si 50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-
menjauhi tubuh, 50°
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi rentang 30-
media dan melebihi jika mungkin, 50°
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang  90°
dalam   tungkai lain,
Rotasi Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
luar     tungkai lain.
Sirkumduks Menggerakan tungkai melingkar
-
i

9) Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-
130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-
130°
10) Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 20-
menekuk ke atas, 30°
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 45-
menekuk ke bawah,  50°

11) Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

12.  Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-
60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-
60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°
yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC.
Perry, Potter Peterson. 2015. Keterampilan Dasar dan Prosedur Dasar. Jakarta :
EGC.
Perry, Potter. 2016. Konsep Proses dan Praktik, Fundamental Keperawatan, vol
2, edisi 4. Jakarta : EGC.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC.
Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai