Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tentang
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM
MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

DISUSUN OLEH :

YULINDA TRINOVIANTI
14.9.3.047

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D-III FARMASI
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
taufik hidayah kepada saya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
merupakan salah satu materi mata Pelajaran: Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam menyelesaikan makalah ini sudah sepantasnya saya mengucapkan terima
kasih kepada Guru pembimbing, serta pihak-pihak yang telah memberikan
dorongan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat
Berbangsa Dan Bernegara.
Saya menyadari akan kekurangan dalam pembuatan dan penulisan
makalah ini, yang mana saya masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang tujuannya membangun dari pembaca
budiman untuk kesempurnaan makalah ini yang masa akan datang. Untuk itu saya
ucapkan terima kasih

Penulis, Juni 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Pengertian Paradigma .................................................................... 3
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ................................. 3
1. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik ..................... 3
2. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hukum ..................... 4
3. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi ................. 7
4. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Sosial Budaya ......... 9
5. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hubungan Antar
Umat Beragama
..................................................................................................
..................................................................................................
11
6. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang IPTEK .................... 12
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi ....................................... 13
D. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus ....................... 15
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah
mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu
tersebut banyak hal atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan
Pancasila, sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini di depan semua
bangsa Indonesia.
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai
banyak konflik di internal para pencetus nya hingga sekarang pun di era
reformasi dan globalisasi Pancasila masih hangat diperbincangkan oleh
banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan Politik dan mahasiswa.
Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila
adalah mengenai awal dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama.
Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat
bahwa komponen masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu
kelompok agamais dalam hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan
yang kedua adalah kelompok Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan
besar dalam pembuatan rancangan dasar Negara kita tercinta ini.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar
Negara. Sekarang pancasila pun dijadikan bahan perbincangan sebagai
prilaku yang digunakan di dalam kampus. Dimana di dalam kampus tersebut
akan terdidik dengan kepemimpinan pancasilan. Baik dalam prilaku bergaul
juga dalam proses belajar mengajar di dalamnya. Serta molekul-molekul yang
menjadi bagiannya. Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila
dari jaman ke jaman, agar kita senantiasa tidak melupakan sejarah
pembentukan Pancasila sebagai dasarNegm4 dan juga dapat digunakan untuk
rnenjadi penengah bagi pihak yang sedang berbeda pendapat tentang dasar
Negara supaya ke depan kita tetap seperti semboyan kita yaitu "Bhinneka
Tunggal Ika". Terutama hal tersebut dalam penerapan nya dalam kehidupan
kita. Termasuk di lingkungan kampus.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang disebut pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di perguruan
tinggi atau kampus?

C. Tujuan Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang serta rumusan
masalah diatas, maka tujuan ke penulisan ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami makna dari pancasila dalam prilaku sehari-hari
3. Serta mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila
sendiri dalam kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus.

D. Manfaat Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami makna dari pancasila sebagai
dasar negara, maka penulis pun tersadar akan pentingnya nilai pancasila
tersebut untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam
lingkungan kampus yang memang kebetulan terdiri dari berbagai adat serta
agama.
Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat lanyak dan pantas
makna peran pancasila kembali ditulis guna untuk kembali dibaca sebagai
salah satu bahan penyadaran diri setiap individu agar kembali
mengintrospeksi dirinya untuk berprilaku sesuai dengan makna pancasila.
Dimana dengan berjiwa pancasila tersebut, akan terangkai kehidupan
yang matang, selaras dan akan jauh dari permasalahan yang didasarkan
karena perbedaan adapt, suku bahkan agama tersendiri. Maka dari itu,
penulis menganggap sangat perlu menulis makalah ini.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
seseorang sebagai titik talak pandangannya sehingga akan membentuk citra
subjektif seseorang - mengenai realita dan akhirnya akan menentukan
bagaimana seseorang menanggapi realita itu.
Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa diantaranya :
1. Menurut bahasa Inggris : paradigma berarti keadaan lingkungan
2. Menurut bahasa Yunani : paradigma yakni para yang berarti disamping, di
sebelah dan dikenal sedangkan diegma suatu model, teladan, arketif dan
diam
3. Menurut kamus psikologi : paradigma diartikan sebagai berikut :
a. Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang
memungkinkan dari apa yang tersajikan
b. Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan
c. Satu bentuk eksperimental

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


1. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik
Warga Indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai
subjek atau pelaku politik bukan sekadar sebagai objek politik. Karena
pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus
dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik
Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subyek harus mampu
menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan yang dimaksud
adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik
Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi bukan otoriter. Berdasarkan hal terebut, sistem politik
Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan yaitu terletak pada
sila ke IV Pancasila. Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik
didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh
karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan
atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral

3
kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik baik dari warga negara
maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut
sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
2. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh
penyelenggara negara saja tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem dan keamanan adalah mengikut
sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan
keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (sishankamrata) Sistem pertahanan yang bersifat semesta
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional
lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan
semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Sistem ini pada dasarnya sesuai
dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari rakyat (individu)
memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara
dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan
keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan
tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan ditetapkannya UUD
I945 NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di dalamnya terdapat
pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu:
a. Adanya perlindungan terhadap HAM,
b. ADANYA susunan ketatanegaraan negara yang mendasar dan

4
c. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang
juga mendasar sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat
rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dai
UUD 1945 atau merupakan bagian dari hukum positif. Dalam
kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positif dan segi
negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh
negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat diubah oleh MPR sesuai
dengan ketentuan pasal 37 UUD 1945. Hukum tertulis seperti UUD
termasuk perubahannya, demikian juga UU dan peraturan perundang-
undangan lainnya harus mengacu peda dasar negara (sila-sila Pancasila
dasar negara).
Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma
pengembangan hukum, hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan
dengan sila-sila:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Dengan demikian,
substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan
atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,
substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif
(untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujudan aspirasi
rakyat). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat
Beragama Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang
ramah dan santun, bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian
bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang
majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku,
etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih
dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita.
Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh
banyak kalangan karena ada beberapa kasus kekerasan yang bernuansa

5
Agama Ketika bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti
semuanya melibatkan umat Muslim, hal ini karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam. Masyarakat Muslim di Indonesia memang
terdapat beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun yang
diperbuat oleh umat Islam merurut sebagian umat non Muslim mereka
seakan-seakan merefresefttasikan umat Muslim. Paradigma toleransi antar
umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama perspektif
Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:
a. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu
komunitas (ummatan wahidah).
b. Hubungan antar sesama anggota komunitas Islam dan antara
komunitas Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip :
1) Bertetangga yang baik
2) Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
3) Membela mereka Yang teraniaya
4) Saling menasehati
5) Menghormati kebebasan beragama Lima prinsip tersebut
mengisyaratkan:
a) Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara
tanpa diskriminasi yang didasarkan atas suku dan agama;
b) Pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi
dalam menyelesaikan masalah bersama serta saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama. Dalam "Analisis dan
Interpretasi Sosiologis dari Agama (Ronald Robertson, ed.)
misalnya mengatakan bahwa hubungan agama dan politik
muncul sebagai masalah:, hanya pada bangsa bangsa yang
memiliki heterogenitas di bidang agama. Hal ini didasarkan
pada pastulat bahwa homogenitas agama merupakan kondisi
kestabilan politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan
bicara mengenai nilai-nilai tertinggi (ultimate value) dan
masuk ke arena politik, maka pertikaian akan mulai dan
semakin jauh dari kompromi.
Dalam beberapa tahap kesempatan masyarakat Indonesia yang sejak
semula bercirikan majemuk banyak kita temukan upaya masyarakat yang
mencoba untuk membina kerukunan antar masyarakat. Lahirnya lembaga-

6
lembaga kehidupan sosial budaya seperti "Pela" di Maluku, "Mapalus" di
Sulawesi utara, "Rumah Bentang" di Kalimantan tengah dan Marga" di
Tapanuli, Sumatera Utara merupakan bukti-bukti kerukunan umat
beragama dalam masyarakat. Ke depan, guna memperkokoh kerukunan
hidup antar umat beragama di Indonesia yang saat ini sedang diuji kiranya
perlu membangun dialog horizontal dan dialog Vertikal. Dialog horizontal
adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai
saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia dan pengakuan
akan sifat dasar manusia yang indeterminists dan interdependen. Identitas
indeterminism adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa
posisi manusia berada pada kemanusiannya. Artinya posisi manusia yang
bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berakal
budi, yang kreatif yang berbudaya.
3. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi
maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral
daripada pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan
pada dasar moralitas ketuhanan yaitu pada sila ke I Pancasila dan
kemanusiaan yaitu pada sila ke II Pancasila. Pancasila bertolak dari
manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Sistem ekonomi
yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi yang mendasarkan pada
moralitas dan humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperi
kemanusiaan. Sistem ekonomi yang baik adalah sistem ekonomi yang
menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial,
makhluk pribadi maupun sebagai makhluk Tuhan. Sistem ekonomi yang
berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain.
Sistem ekonomi demikian juga berbeda degan sistem ekonomi dalam
sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu.
Kebijakan ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat
dan harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih

7
berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak seperti selama orde
baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik
ekonomi kerakyatan lebih memberikan kesempatan, dukungan dan
pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil dan
usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional
Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Ekonomi kerakyatan akan mampu
mengembangkan program-program konkret pemerintah daerah di era
otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian
ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam
berekonomi sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan inspiratif.
Dalam ekonomi kerakyatan pemerintah pusat ( negara ) yang demokratis
berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat
melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum. Oleh karena itu,
sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan
ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai
moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus mampu
menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan
bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan ketidakadilan,
penderitaan, dan kesengsaraan warga negara. Ekonomi pancasila juga
memiliki arti bahwa pihak swasta yang bisa mandiri dilindungi hak-
haknya untuk mengembangkan usahanya, sedangkan untuk pihak-pihak
yang masih belum bisa mengembangkan usahanya akan dibantu oleh
pemerintah dalam mengembangkan usahanya.
4. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Sosial Budaya
Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa
ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan

8
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka
pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang
dapat mendorong untuk universalitas melepaskan simbol-simbol dari
keterikatan struktur, dan transedentalisasi meningkatkan derajat
kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis karena memang
pancasila]a bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu
sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil
dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu mnenjadi manusia yang
berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab. Manusia
tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu
meningkatkan derajat kemanusiaan nya Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas
dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam
di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan
sebagai bangsa. Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya
dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga
mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan
demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru
dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan
berkelanjutan yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu
diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua). Hak
budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara
hak negara dan hak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem
perencanaan yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan

9
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan
demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku
bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat),
sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima)
dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan
sanggup menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila
Ketiga). Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi
dengan berpikir tentang masalah persatuan dan kesatuan bangsa. Negara
harus menjalankan pemerintahan yang serba efektif harus menghilangkan
mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma
maupun pengembangan iptek dengan melalukan pemberdayaan
kebudayaan lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa yang
majemuk. Kehidupan setiap insan harus dipertahankan dengan baik dalam
menghadapi segala tantangan dan hambatan serta dapat membangun
dirinya sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan, demokrasi, inovatif,
dan mencapai kemajuan kehidupan yang beradab. Apabila dicermati,
sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-
puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan-
kebudayaan di daerah:
a. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun
golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak
mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh
segenap warga negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul
kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;
c. Sila Ketiga mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan
diri sebagai satu bangsa yang berdaulat;
d. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang tuas di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai
budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan.

10
5. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hubungan Antar Umat
Beragama
Pada reformasi dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia
terjadi konflik sosial yang bersumber pada masalah SARA, terutama
bersumber pada masalah agama. Hal ini menunjukan kemunduran bangsa
Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Oleh
karena itu merupakan salah satu tugas berat bangsa Indonesia untuk
mengembalikan suasana kehidupan beraga yang penuh perdamaian, saling
menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesame
umat manusia yang beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai
yang fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam
kehidupan beragama di negara Idonesia, Dalam pengertian ini maka
negara menegaskan dalam pokok pikiran ke IV bahwa "Negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa", atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab". Ini berarti bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada
nilai-nilai Ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada warganya
untuk memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa dalam
Negara Indonesia memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau
dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi dibidang agama Oleh
karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus
dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh
toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab.
6. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang IPTEK
Kini ilmu pengetahuan bersama anaknya IPTEK, dengan temuan-
temuannya melaju pesat, mendasar, spektakuler. Iptek tidak lagi hanya
sbg sarana kehidupan tetapi sekaligus sebagai kebutuhan kehidupan
manusia. Bersamaan dengan itu iptek telah menyentuh seluruh segi dan
sendi kehidupan, dan akan merombak budaya manusia secara intensif, yg
berakibat Terjadinya perbenturan tata nilai dlm aspek kehidupan.
Fenomena perombakan tersebut, misalnya :

11
a. Dari budaya agraris-tradisional dan budaya industri modern, peran
mitos digeser oleh peran logos / akal.
b. Yang dituntut adalah prestasi, siap pakai, keunggulan kompetitif,
efisiensi, produktif dan kreatif, melupakan kaidah-kaidah normatif.
Dari budaya nasional-kebangsaan budaya global-mondial. Visi, misi,
nilai-nilai universal lepas dari ikatan-ikatan primordial kebangsaan,
keagamaan akibatnya luntur nasionalisme dan kepribadian bangsa.
Tiga Aspek Iptek:
1) ASPEK ONTOLOGIS, Secara langsung keberadaan ilmu
merupakan. Aktivitas manusia yg tidak pernah berhenti dalam
menentukan dan mencari kebenaran dari kenyataan. Aktivitas
tersebut akan melibatkan masyarakat, memiliki proses dan akan
menghasilkan suatu produk. Secara tidak langsung keberadaan
ilmu disebabkan oleh adanya Tuhan, sehingga kebenaran yang
diusahakan oleh iptek seharusnya tidak kontradiksi dengan nilai
ketuhanan dan kemanusiaan.
2) ASPEK EPISTEMCLOGI, Nilai-nilai Pancasila dijadikan sbg
metode berfikir, sbg dasar dan arah dlm mengembangkan iptek.
3) ASPEK AKSIOLOGI, Kemanfaatan dan pengembangan iptek
tidak boleh bertentangan dengan ideal Pancasila dan mendukung,
mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.

12
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sila - Sila Pancasila yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai
dengan agama dan kepercayaan nya.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Kemanusiaan yang adil dan
beradab yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Contoh nya
mengikuti kegiatan - kegiatan kemanusiaan, serta berani membela
kebenaran dan keadilan.
3. Sila Persatuan Indonesia Persatuan Indonesia dikembangkan atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika, dengan menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan Dalam melaksanakan Permusyawaratan,
kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil yang dipercaya. Keputusan-
keputusan yang diambil harus dapat di per tanggung jawabkan serta,
semua pihak dapat menerimanya dan melaksanakannya dengan baik
dengan penuh rasa tanggung jawab. Kepentingan bersamalah yang
diutamakan di atas kepentingan pribadi.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yaitu mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Untuk itu perlu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati
hak-hak orang lain serta perbuatannya yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong royong.
a. Paradigma
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma mempunyai
arti. Kerangka berpikir atau model dalam teori ilmu pengetahuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan paradigma merupakan anggapan,
jalan pikiran, atau sudut pandang yaitu bagaimana cara seseorang
dalam melihat dan menanggapi suatu hal.
b. Reformasi

13
Definisi reformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau
agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Jadi dapat dikatakan
reformasi adalah menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang
dicita-citakan rakyat.
c. Pancasila
Sebagai paradigma Reformasi Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia oleh karena itu
Pancasila merupakan acuan dasar dalam perubahan yang akan
dilakukan. Gerakan reformasi itu sendiri dilakukan menuju keadaan
yang lebih baik, perubahan yang dilakukan harus mengarah pada
kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek. Antara lain
bidang ekonomi, sosial, budaya kehidupan keagamaan serta politik.
Reformasi pada prinsipnya suatu perbaikan yang berlandaskan kepada
dasar nilai-nilai ideal yang sebagaimana dicita-citakan rakyat. Dalam
hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa. Untuk itu reformasi
dilaksanakan sesuai dengan Pancasila yang sebagaimana mestinya di
cita- citakan oleh bangsa Indonesia. Jika reformasi tidak sejalan atau
tidak sesuai dengan pancasila maka gerakan reformasi tersebut tidak
akan berjalan dengan baik karena tidak mempunyai landasan hukum
dan tidak akan sesuai dengan cita-cita bangsa dan mungkin saja akan
bertentangan dengan ideologi bangsa ini. Maka rakyat Indonesia
sebaiknya menjadikan Pancasila sebagai aspek utama dalam
kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara oleh karena itu
pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia dan
dilakukan dalam berbagai hal termasuk dalam gerakan reformasi.

D. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus


Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah
Negara Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia-manusia
pembangunan yang berjiwa Pancasila, membentuk manusia-manusia
Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan

14
keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi
pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama
manusia.
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan
tingkat menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara
ilmiah yang meliputi: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi. Peningkatan
peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan untuk
menjadikan Perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk
berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada
masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan mahasiswa, sehingga
bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan pengembangan daerah.
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat
bukan lah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat,
melainkan senantiasa mengembangkan dan mengabdi kepada masyarakat.
Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi mempunyai 3
tugas pokok, yaitu: 1. Pendidikan tinggi 2. Penelitian 3. Pengabdian terhadap
masyarakat Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus,
tidak hanya mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut
mahasiswa akan lebih didampingi baik secara intelektual dan emosional.
Contoh umumnya adalah bagaimana cara mahasiswa bergaul dalam sehari-
hari mereka dengan berpedoman pada pancasila.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu
pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia. Paradigma
pancasila mencakup sampai ke semua lini kehidupan, mencakup bidang
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar umat beragama,
sampai dengan IPTEK. Pancasila juga sebagai pedoman dalam mereformasi
kehidupan berbangsa, dimana suatu perubahan yang mengarah kearah yang
lebih baik harus memiliki suatu acuan yang baik dan kuat serta sesuai dengan
kebudayaan di Indonesia, maka Pancasila sangat cocok untuk diterapkan di
Indonesia. Pancasila juga sangat berperan penting dalam membangun moral
terutama di lingkungan kampus, ini agar nantinya akan menumbuh
kembangkan generasi-generasi baru yang memiliki moral dan budi pekerti
yang luhur.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai
bagian dari kehidupan bermasyarakat, karena di dalam pancasila mengandung
butir-butir keluhuran bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mysusis.com/2013/07/makalah-pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan.html#.UjLXIthUjEQ
JURNAL PANCASILA.(HTT;///pancasila.com.pdf.
.JURNAL DASAR PANCASILA . Abdul Munim (Direktur NU Online,
Wakil Sekjen PBNU).

16
2

Anda mungkin juga menyukai