Anda di halaman 1dari 37

“FRAILTY”

KERENTAAN PADA USIA


LANJUT

DIVISI GERIATRI, BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FK UNUD / RSUP SANGLAH DENPASAR, MEI 2017
Point
POKOK of View
PEMBAHASAN
Kerentaan ≠ Disabilitas

Kerentaan = Pre-
disabilitas

Kerentaan : “suatu sindrom (kumpulan gejala) bersifat


multisistem, dengan ciri hilangnya dinamika
homeostatis, menurunnya cadangan fisiologis,
rentan terhadap mortalitas & morbiditas”
Prevalensi 7% pd ≥ 65 tahun,
25-40% berumur ≥ 80 tahun

pre-renta  71,1 %
frailty 27,4% (Setiati dkk,)
Diagnosis Kerentaan
Diagnosis Frailty
berdasarkan Fried Criteria

Metode ini
telah

divalidasi
di
Cardiovasc
ular Health
Study
(CHS).

Fried LP, et al. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2001;56:M146-M156.


Skema Patogenesis Kerentaan
Kerentaan berhubungan dengan
risiko mortalitas yang lebih tinggi

Fried LP, et al, J Gerontol A Biol Sci Med Sci, 2001;56:M146-M156.


Sistem Neuroendokrin

↑ kortisol ↑ resistensi
↓imunitas
insulin

↑ jaringan lemak
↑ simpatis LANSIA ↓jar.otot /tulang
Nutritional
Intervention

Psychological
Intervention
Kerentaan

Exercise

Basic Nutrition
Pharmacological
Rencana Intervensi untuk Mengurangi

Intervention
(Breen et al , 2013):
76% reduction in total daily step count for 2
wk had a significant negative effect on
postprandial muscle protein synthesis, insulin
sensitivity, and systemic inflammatory markers.

In longer-duration trials in healthy and frail older adults,


consistent improvements in muscle mass and function
most often occur in response to the combination of
protein supplementation and exercise training.

Breen L, et al. Two weeks of reduced activity decreases leg lean mass and induces “anabolic resistance” of myofibrillar protein
synthesis in healthy elderly. J Clin Endocrinol Metab 2013;98:2604–12.
Model Konseptual
Protein & Healthy Aging

Konsumsi rutin
25-30 gr proteion
tiap makan pagi,
siang, dan
malam

Termasuk beberapa
varian protein kualitas
tinggi di setiap makan
Selama usia dewasa, konsumsi
protein berkualitas tinggi dengan
jumlah yang adekuat, kombinasi dg
Melakukanm
aktivitas fisik, dapat mencegah
aktivitas fisik
onset atau memperlambat progresi
disertai dg
sarkopenia
konsumsi makanan
kaya protein
Efek Protein yang Adekuat dan Tidak Adekuat
Pada Siklus Tulang

Siklus Tulang Intake protein Intake protein tidak


adekuat adekuat

Resorpsi Tulang

Pembentukan
Tulang

Kehilangan
Tulang
KUALITAS PROTEIN: Berapa banyak usia lanjut
membutuhkan
protein?

Hipotesis spesifik 1:
“Secara rutin mengkonsumsi 25–30 g protein saat
makan pagi, siang, dan malam memberikan protein
yang cukup untuk secara efektif dan efisien
menstimulasi anabolisme protein otot dan dapat
menghambat onset sarkopenia dan/atau
menurunkan efek fungsionalnya.”
Konsep Ambang Kuantitas Protein Tiap Makan

US Department of Agriculture, Agricultural Research Service. Energy intakes: percentages of energy from protein, carbohydrate, fat, and alcohol, by gender and
age. What We Eat in America, NHANES 2009- 2010, 2012. [cited 2014 Aug 1]. Available from: www.ars.usda.gov
KUALITAS PROTEIN: Berapa banyak usia lanjut
membutuhkan
protein?

Beberapa pernyataan consensus dan opini artikel:


Asupan protein antara 1.0 dan 1.5 g /kg/hari dapat memberikan
keuntungan bagi lansia di luar dari Recommended Dietary Allowance
(RDA) untuk protein (i.e., 0.8 g protein/ kg/hari)

1/3 orang dewasa berusia > 50 tahun gagal memenuhi kebutuhan


protein berdasarkan RDA, namun sekitar 10% lansia wanita gagal
uintuk memenuhi kebutuhan protein rata-rata 0,6 gr
protein/kg/hari.

Fielding RA, et al. Sarcopenia: an undiagnosed condition in older adults. Current consensus definition: prevalence, etiology, and consequences. International
working group on sarcopenia. J Am Med Dir Assoc 2011;12:249–56.
Bauer J, et al. Evidence-based recommendations for optimal dietary protein intake in older people: a position paper from the PROT-AGE Study Group. J Am
Med Dir Assoc 2013;14:542–59
Volpi E, et al. Is the optimal level of protein intake for older adults greater than the recommended dietary allowance? J Gerontol A Biol Sci Med Sci 2013;68:677–
81.
Studi kohort pasien lansia renta, pre-renta dan tidak renta
(Bollwein, et al 2013) :
Individu mengkonsumsi jumlah protein yang sama baik secara absolut
maupun relatif tiap harinya :
Individu tidak renta mendistribusikan secara merata konsumsi protein
pada setiap waktu makan mereka
Namun pasien renta dan pre-renta lebih condong mengkonsumsi protein
saat makan siang

Pada lansia yang tinggal di lingkungan komunitas yang sehat, asupan protein saat sarapan
secara konsisten dilaporkan < 20g dan sering terdiri dari protein nabati dan roti

Bollwein J, et al. Distribution but not amount of protein intake is associated with frailty: a cross-sectional investigation in the region of Nurnberg.
Nutr J 2013;12:109.
Valenzuela RE, et al. Insufficient amounts and inadequate distribution of dietary protein intake in apparently healthy older adults in a developing
country: implications for dietary strategies to prevent sarcopenia. Clin Interv Aging 2013;8:1143–8.
KUALITAS PROTEIN : APAKAH KUALITAS PROTEIN
SAAT MAKAN BERPENGARUH?

Hipotesis spesifik 2:
“Menambahkan protein kualitas tinggi setiap
makan memperbaiki sintesis protein otot
postprandial dan dapat memperlambat kejadian
sarcopenia, menghambat progresi dan menurunkan
efek fungsionalnya.”
KUALITAS PROTEIN : APAKAH KUALITAS PROTEIN
SAAT MAKAN BERPENGARUH?

FAO expert panel recommendated :


•“That dietary amino acids be treated as individual
nutrients and that wherever possible data for digestible
or bioavailable amino acids be given in food tables on
an individual amino acid basis”
•“ The use of the Digestible Indispensable Amino Acid
Score to be used to assess protein quality”

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Food and Nutrition Paper. Dietary protein quality evaluation in
human nutrition: report of an FAO expert consultation. Auckland (New Zealand): FAO; 2011.
EFEK DARI AKTIVITAS FISIK DAN PROTEIN

Hipotesis spesifik 3:
“Melakukan aktivitas
fisik disertai konsumsi
makanan dg protein
kualitas tinggi dapat
meningkatkan
anabolisme otot,
memperlambat kejadian
sarcopenia, menghambat
progresinya, dan/atau
menurunkan efek
fungsionalnya.”
• CONCLUSION

KESIMPULAN
KERENTAAN : sindrom multidimensi yang
ditandai oleh penurunan ketahanan terhadap
stresor’’
• Melatih ketahanan dapat meningkatkan ukuran dan
kekekaran otot (dan mengurangi kejadian jatuh)
• Terapi penyakit yang menyebabkan katabolisme
• Hentikan obat yang menurunkan nafsu makan
• Pastikan oral hygiene adekuat
• Berikan tambahan protein dan kalori namun sering dibatasi
dengan nafsu makan
• Modifikasi Diet seringkali merupakan fokus awal pada usaha untuk
menghentikan atau memperbaiki penurunan berat badan
• Riwayat diet atau penghitungan kalori dibutuhkan untuk
menentukan data dasar pasien
• American Dietetic Association merekomendasikan menghilangkan
terapi restriksi diet sebagai cara untuk memperbaiki asupan,
peningkatan berat badan dan kualitas hidup.
Rekomendasi Perawatan Kasus
“frailty”
1. Pada tingkat masyarakat identifikasi sindrom kerentaan dapat
dilakukan oleh institusi, organisasi, LSM, dan kader
masyarakat. Jika terdapat penurunan berat badan yang tidak
diinginkan atau tidak mampu untuk berdiri dari kursi
sebanyak lima kali atau merasa tidak ada energi (Kriteria
SOF), maka lansia dapat dirujuk ke PPK-1/ Puskesmas.
(Peringkat bukti A)
2. Jika lansia dalam statusi fit POSBINDU diharapkan tetap
melakukan pemantauan.
3. Lansia yang dirujuk ke PPK-1/ Puskesmas harus dilakukan
pemeriksaan ulang oleh dokter atau tenaga medis terlatih
yaitu adanya kelelahan atau tidak mampu menaiki tangga
atau tidak dapat berjalan sekitar 100 meter atau memiiki
lebih dari 5 penyakit atau berkurangnya berat badan lebih
dari 5 % (Kriteria FRAIL). Jika satu jawaban “Ya” maka lansia
dirujuk ke PPK-2/ rumah sakit sekunder. (Peringkat Bukti A)
4. Jika lansia dalam status fit pasien tetap ditangani di PPK-1/
Puskesmas.
5. Lansia yang dirujuk ke PPK-2/ layanan sekunder,
pemeriksaan FRAIL tetap dilakukan oleh dokter spesialis
penyakit dalam dan ditambahkan dengan pemeriksaan
geriatri secara komprehensif. (Peringkat Bukti A)
6. Jika lansia dalam kondisi pra renta, pemeriksaan atau perawatan lanjutan
terhadap pasien tetap dilakukan di PPK-2/ layanan sekunder.
7. Jika lansia dalam kondisi renta, lansia dirujuk ke PPK-3/ layanan tertier.
8. Pasien yang di rujuk ke PPK-3/ layanan tertier akan ditangani oleh dokter
spesialis penyakit dalam konsultan geritari dan akan melakukan
pemeriksaan ulang terhadap lansia untuk konfirmasi status kerentaan
menggunakan isntrumen yang lebih lengkap yaitu FI40 items, CHS, dan
CGA.(Peringkat Bukti A).
9. Jika masalah akut pada lansia dengan status renta sudah berhasil
ditangani, maka pemantauan secara berkala atau pengobatan penyakit
kronik terhadap lansia tetap dilakukan di PPK-3/ layanan tertier.
10. Intervensi sindrom kerentaan dengan perbaikan aktivitas fisik dapat
memberikan hasil luaran yang baik pada lansia dengan sindrom
kerentaan. (Peringkat Bukti A)
11. Latihan fisik multi komponen yang terdiri atas kombinasi latihan
resistensi, latihan daya tahan, dan keseimbangan diperkirakan akan
memiliki hasil luaran yang lebih baik. (Peringkat Bukti C)
12. Intervensi gizi merupakan hal yang perlu diperhatikan karena dapat
memperbaiki kapasitas fungsional lanjut usia terutama asam amino dan
kalori. (Peringkat Bukti A)
13. Rekomendasi asupan protein lanjut usia yaitu 1.0 – 1.2 g protein/ kg/
hari atau sekitar 25 – 30 gr protein setiap makan besar. (Peringkat bukti
A)
14. Rekomendasi asupan vitamin D pada lansia sebaiknya minimal 800-1000
IU setiap harinya. (Peringkat bukti A)
15. Intervensi menggunakan testosterone tidak disarankan diluar keadaan
hipogonadisme karena dapat memperburuk profil lemak dan memiliki
efek yang tidak dapat diprediksi terhadap kelenjar prostat. (Peringkat
Bukti C)
16. Intervensi menggunakan Growth Hormone atau Growth Hormone
Releasing Factor tidak menunjukkan perbaikan fungsi atau efek klinis
pada lansia dengan penurunan fungsi akibat usia. (Peringkat bukti A)
17. Terapi paliatif dapat dipertimbangkan untuk meringankan gejala pasien,
dapat membantu untuk intervensi bedah, dan mempertahankan kualitas
hidup pasien dengan komorbid yang banyak. (Peringkat bukti C)
THANKYOU

THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai