Sumartini Dewi
Osteoporosis
World Health Organisation (WHO) dan konsensus para ahli menyusun definisi osteoporosis sebagai
penyakit penurunan massa tulang dan kerusakan mikrostruktur jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan
dan penurunan kekuatan tulang atau dikenal sebagai pengeroposan tulang. Pasien osteoporosis memiliki
risiko kejadian fraktur bila tidak diobati. Osteoporosis disebut sebagai “silent disease” karena tidak
memberikan gejala klinis hingga terjadi fraktur.
World Health Organization menggunakan pengukuran Densitas Mineral Tulang (DMT) sebagai salah satu
pendekatan diagnosis osteoporosis. Pada osteoporosis terjadi penurunan DMT yang menggambarkan
kerapuhan tulang. DMT normal jika nilai kepadatan tulang (T-score) ≥-1 dan DMT rendah bila nilai T-score
<-1 hingga > -2,5. DMT osteoporosis jika nilai T-score ≤-2,5
Faktor risiko terjadinya penurunan DMT antara lain jenis kelamin, peningkatan usia, faktor genetik,
kebiasaan merokok, kurangnya aktifitas fisik, konsumsi alkohol dan indeks massa tubuh yang rendah.
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) terkait dengan tinggi badan dan berat badan. Berat badan yang
kurang mengakibatkan kurangnya beban mekanik yang dapat merangsang peningkatan DMT melalui gaya
gravitasi, sedangkan berat badan berlebih (obesitas) akan lebih meningkatkan DMT.
Daftar Pustaka
1. Choplin RH, Lenchik L, and Wuertzer S. A Practical Approach to Interpretation of Dual-Energy X-
ray Absorptiometry (DXA) for Assesment of Bone Density. Current Rad Rep, 2014(2);48:2-12
2. Center JR, Bliuc D, Nguyen TV, Eisman JA. Risk of subsequent fracture after low-trauma fracture
in men and women. JAMA. 2007;297:387–94