Anda di halaman 1dari 11

BONE MINERAL DENSITOMETRY

BAB I

Pendahuluan

A. latar Belakang
Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia, termasuk
Indonesia. Hal ini dilatar belakangi oleh meningkatnya usia harapan hidup. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan penyakit menua yang menyertainya, antara lain osteoporosis
(keropos tulang). Masalah osteoporosis di Indonesia dihubungkan dengan masalah
hormonal pada menopause. Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48
tahun dibandingkan wanita barat yaitu usia 60 tahun. Mulai berkurangnya paparan
terhadap sinar matahari. Kurangnya asupan kalsium. Perubahan gaya hidup seperti
merokok, alkohol dan berkurangnya latihan fisik. Penggunaan obat-obatan steroid jangka
panjang. Serta risiko osteoporosis tanpa gejala klinis yang menyertainya.
Sejak penurunan massa tulang dihubungkan dengan terjadinya fraktur yang akan
datang, maka pemeriksaan massa tulang merupakan indikator untuk memperkirakan
risiko terjadinya fraktur. Pada dekade terakhir, fakta ini menyebabkan kepedulian
terhadap penggunaan alat diagnostik non invasif (bone densitometry) untuk
mengidentifikasi subyek dengan penurunan massa tulang, sehingga dapat mencegah
terjadinya fraktur yang akan datang, bahkan dapat memonitoring terapi farmakologikal
untuk menjaga massa tulang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kekeroposan tulang (osteoporosis)?
2. Apa pengertian bone densitometer?
3. Apa saja jenis-jenis densitometer?
4. Bagaimana cara kerja dari Bone densitometer?
C. Tujuan
1. mahasiswa dapat mengetahuai pengertia osteoporosis
2. mahasiswa dapat mengetahui definisi densitometer
3. mahasiswa sapat mengetahui jenis-jenis bone desinometer
4. mahasiswa dapat mengetahui cara kerja bone desinometer

BAB II
Pembahasan
1. definisi osteoporosis
Osteoporosis yaitu penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan
memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Fraktur osteoporosis dapat terjadi pada tiap
tempat. Meskipun fraktur yang berhubungan dengan kelainan ini meliputi thorak dan
tulang belakang (lumbal), radius distal dan femur proksimal. Osteoporosis adalah
pengurangan umum progresif dari kepadatan tulang Bone Mineral Density (BMD) yang
sering menyebabkan kerapuhan tulang. Ini adalah penyakit yang melemahkan di mana
tulang menjadi rapuh dan lebih mungkin untuk istirahat. Pada kenyataannya,
Osteoporosis adalah penyebab utama patah tulang pada pria dan wanita di atas usia 65.
2. definisi densinometer
Alat Bone Densitometri digunakan untuk mengukur massa tulang terutama bagi
mereka yang rentan terhadap fraktur (patah). Pemeriksaan ini bermanfaat dalam
mengindentifikasi penurunan masa tulang seseorang sehingga meminimalkan resiko
fraktur, mencegah terjadinya fraktur di masa yang akan datang dan dapat memonitor
terapi untuk menjaga massa tulang.
Densitometer umumnya digunakan untuk mendiagnosis kepadatan tulang yang
rawan keropos (osteoporosis) dengan mengukur kepadatan mineral tulang. Sistem kerja
alat ini ada yang dapat mengukur lumbal, pangkal paha, lengan bawah ataupun tulang
tumit saja. Densitometer dapat digunakan sebagai deteksi dini adanya patah tulang.

Bone Densitometry
Bone densitometer atau juga disebut Dual Energy X-ray Absorptiometry
(DEXA). Mesin ini memungkinkan pengukuran kepadatan tulang belakang, tulang paha
dan pergelangan tangan, serta komposisi tubuh total (lemak). Pandangan lateral tulang
belakang juga dapat diperoleh untuk deteksi fraktur. Bone densitometer secara ilmiah
terbukti sebagai metode terbaik untuk pengukuran kepadatan tulang.
Pemeriksaan energi ganda X-Ray Absorpitometry (DEXA) memperkirakan jumlah
konten mineral tulang di daerah tertentu dari tubuh. Pemeriksaan DEXA mengukur
jumlah x-sinar yang diserap oleh tulang dalam tubuh Anda. Pemeriksaan memungkinkan
ahli radiologi untuk membedakan antara tulang dan jaringan lunak, memberikan estimasi
yang sangat akurat dari kepadatan tulang. Scan kepadatan tulang lebih cepat dan tidak
memerlukan suntikan dionuklida serta bebas rasa sakit. Tes kepadatan tulang (DEXA)
juga dapat digunakan untuk menentukan apakah obat tertentu yang meningkatkan
kekuatan kepadatan tulang dari waktu ke waktu.
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan
berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang
bisa diatasi.

3. jenis jenis denstinometry


1. SPA (Single Photon Absorptiometry) untuk mengukur pergelangan tangan.
2. SXA (Singel Energy x-ray absorptiometry) untuk mengukur pergelangan tangan atau
tumit.

3. Ultrasound untuk mengukur densitas tulang tumit, digunakan untuk skrining


4. QCT (Quantitative Computed Tomography) untuk mengukur belakang dan pinggang.

5. DEXA untuk mengukur tulang belakang, pinggul, atau seluruh tubuh.


6. PDXA (Peripheral Dual Energy x-ray Absorptiometry) untuk mengukur pergelangan
tangan, tumit atau jari.

7. RA (Radiographic Absorptiometry) menggunakan sinar x pada tangan atau


sepotong metal kecil untuk menghitung kepadatan tulang.

8. DPA (Dual Photo Absorptiometry) untuk mengukur tulang belakang,


pinggang atau seluruh tubuh.
4. cara kerja
Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan
pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan
diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu:
A. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray
absorptiometry)
Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan
kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam
waktu 5-15 menit.
DXA sangat berguna untuk:
o wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
o penderita yang diagnosisnya belum pasti
penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat

B. Densitometer-USG.
Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis.
Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan
tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai
kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah
kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.
B. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx
Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia
CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang
dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses
pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau
pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.
Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda
bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga
pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga
untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya.
Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.
Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa
penyakit osteoporosis, antara lain:
1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah.

2. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang.

3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.

4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal
Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat ini, metode yang
berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray absorptiometry (DXA)) terbanyak
digunakan.Teknik ini secara bertahap menggantikan teknik ionisasi lain yang
menggunakan radiasi gamma.
Pemeriksaan BMD DXA dilakukan dengan menggunakan pesawat yang
memanfaatkan sinar X dengan dosis sinar X yang sangat kecil sehingga-
relatif dapat di abaikan. Pemeriksaan ini tidak invasif,mudah, relatif murah dan akurat,
serta bersifat sangat sensitif sehingga dapat mendeteksi kasus osteoporosis dini yang
tidak terdeteksi dengan pemeriksaan lain.

Pada umumnya pemeriksaan BMD ditujukan pada 3 lokasi/titik yaitu: tulang


belakang bagian bawah(pinggang),paha atas dan pergelangan tangan,pemeriksaan ketiga
tempat tersebut dilakukan dalam waktu yang sama dan dapat juga dilakukan pada seluruh
tubuh (total body).
Persiapan untuk pemeriksaan tidak memerlukan persiapan khusus,tetapi dalam
satu minggu sebelum pemeriksaan tidak melakukan pemeriksaan radiologi lainnya yang
menggunakan kontras. Hal ini juga untuk mencegah terjadinya kesalahan interpretasi
hasil.

Hasil Pemeriksaan
Bone densitometri tulang mengukur padatnya tulang di daerah tubuh tertentu dan dapat
mendeteksi osteoporosis sebelum terjadi patah tulang. Dengan kata lain, pemeriksaan ini
membantu Anda memprediksi kemungkinan patah tulang pada masa depan dan menentukan
tingkat BMD (Bone Mineral Density) saat Anda kehilangan tulang. Informasi ini dapat
membantu dokter dalam mendiagnosis osteoporosis dan menyarankan Anda dalam pencegahan
dan pengobatan yang sesuai untuk penyakit ini. Bonedensitometer menggunakan sejumlah kecil
dari x-ray untuk menghasilkan gambar tulang belakang, pinggul, lengan, atau seluruh tubuh. X-
ray adalah terdiri dari dua tingkat energi, yang diserap secara berbeda oleh tulang dalam tubuh.

Hasil tes

T skor - Angka ini menunjukkan jumlah tulang Anda dibandingkan dengan nilai orang
dewasa muda lain dari gender yang sama dengan massa tulang puncak. Nilai T digunakan untuk
memperkirakan risiko Anda mengembangkan fraktur.

Nilai T artinya
Di atas -1 Kepadatan massa tulang normal
Antara -1 dan -2.5 Nilai menunjukkan tanda osteopenia, kondisi di mana
kepadatan massa tulang di bawah normal dan dapat berakibat
pada osteoporosis
Di bawah -2.5 Kepadatan massa tulang mengindikasikan osteoporosis

Z skor - Jumlah ini mencerminkan jumlah tulang Anda dibandingkan dengan orang lain
dalam kelompok usia dan jenis kelamin yang sama. Jika skor ini luar biasa tinggi atau rendah,
hal itu mungkin menunjukkan kebutuhan tes medis lebih lanjut.

Nilai z artinya
Z = nol Anda berada pada persentil 50% normal
Z = -0.84 maka 20% memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah
keterangan: Semakin besar nilai negatif Z, semakin keropos tulang Anda

Keunggulan Bone Densitometer

Bone densitometri sendiri ditetapkan oleh WHO (World Helath Organization) sebagai
Golden Standard dalam pemeriksaan massa tulang karena memiliki keunggulan antara lain:
1. akurasi dan presisi hasil yang lebih baik
2. resolusi hasil yang tinggi
3. waktu yang singkat
4. paparan radiasi yang rendah

Anda mungkin juga menyukai