Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Massa tulang yang rendah merupakan faktor utama terjadinya
osteoporosis. Terdapat hubungan berkebalikan antara BMD dengan
kecenderungan patah tulang. BMD merupakan indikator utama risiko
patah tulang pada pasien tanpa riwayat patah tulang sebelumnya.
Terdapat berbagai cara pemeriksaan densitas tulang, yaitu : Foto
rontgen tulang absorpsiometri foton tunggal (SPA), absorpsi foton
Ganda (DPA), tomografi komputer kuantitatif (CT SCAN) DPA dengan
energi sinar X ganda (DEXA) atau dengan ultrasound. Saat ini yang
terbanyak dipakai, walaupun harganya cukup mahal adalah DPA dan
DEXA, (DEXA 27 merupakan

gold standard sesuai rekomendasi

WHO). Kekurangan cara pemeriksaan ini adalah tidak dapat


menggambarkan keadaan dinamik tulang, walaupun dapat diatasi
dengan mengadakan pemeriksaan serial.
Ukuran dual-energy x-ray absorptiometry

(DEXA) dari tulang

pinggul dan tulang belakang merupakan teknologi yang dipakai untuk


menetapkan atau mengkonfirmasi diagnosis osteoporosis, prediksi
risiko fraktur yang akan datang dan monitoring pasien yang untuk
menilai performa serial. Hasil pengukuran DEXA berupa densitas
mineral tulang yang dinilai satuan bentuk gram per cm 2, kandungan
mineral dalam satuan gram, perbandingan densitas tulang dengan nilai
normal rata-rata densitas tulang pada orang seusia dan dewasa muda
yang dinyatakan dalam persentase, atau perbandingan hasil densitas
mineral tulang dengan nilai normal rata-rata densitas tulang pada orang
seusia dan dewasa muda yang dinyatakan dalam skor standar deviasi
(Z-score atau T-score).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pemeriksaan Bone Densitometer ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan Bone Densitometer ?

3. Apa keunggulan pemeriksaan Bone Densitometer ?


4. Apa manfaat dari pemeriksaan Bone Densitometer ?
5. Apa indikasi dan kontraindikasidari pemeriksaan Bone
Densitometer ?
6. Apa jenis-jenis dari pemeriksaan Bone Densitometer ?
7. Bagaimana prosedur pemeriksaan Bone Densitometer ?
8. Apa saja hasil pengukuran bone densitometer ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang pengertian Bone Densitometer
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang tujuan pemeriksaan Bone Densitometer
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang keunggulan pemeriksaan Bone Densitometer.
4. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang manfaat pemeriksaan Bone Densitometer
5. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan Bone
Densitometer
6. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang jenis-jenis dari pemeriksaan Bone Densitometer
7. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang prosedur pemeriksaan Bone Densitometer
8. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
tentang hasil pengukuran bone densitometer.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bone Densitometry

Merupakan pemeriksaan kepadatan tulang dan umumnya


berkorelasi dengan kekuatan tulang dan digunakan untuk mendiagnosis
osteoporosis BMD diukur dengan test x-ray absorpsiometri energi ganda
disebut sebagai scan dxa.
Pemeriksaan BMD DXA dilakukan dengan menggunakan pesawat
yang memanfaatkan sinar X dengan dosis sinar X yang sangat kecil
sehingga-relatif dapat di abaikan. Pemeriksaan ini tidak invasif, mudah,
relatif murah dan akurat, serta bersifat sangat sensitif sehingga dapat
mendeteksi kasus-osteoporosis dini yang tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan lain.
Pada umumnya pemeriksaan BMD ditujukan pada 3 lokasi/titik
yaitu: tulang belakang bagian bawah(pinggang),paha atas dan pergelangan
tangan,pemeriksaan ketiga tempat tersebut dilakukan dalam waktu yang
sama dan dapat juga dilakukan pada seluruh tubuh (total body).

Bone Densitometry Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui


kadar mineral dalam tulang dan kepadatannya untuk mendiagnosa penyakit
osteoporosis. Faktor-faktor yang mempengaruhi/ mengganggu hasil
densitometri tulang adalah:
1. Barium. Bila dilakukan pemeriksaan paska pemberia barium hasilnya
tidak terlalu bermakna kecuali setelah 10 hari dari waktu pemasukan zat
kontras ini.
2. Pengapuran pada vertebra posterior, arthritis sclerosis.
3. Aneurisme pada aorta abdominal yang disebabkan oleh karena
pengapuran.
4. Penggunaan alat-alat metal, sehinga alat alat ini harus dilepas sebelum
pemeriksaan.

5. Riwayat fraktur tulang yang mana telah mengalami proses


penyembuhan.
B. Tujuan Bone Densitometer
Alat Bone Densitometri digunakan untuk mengukur massa tulang
terutama bagi mereka yang rentan terhadap fraktur (patah). Densitometer
umumnya digunakan untuk mendiagnosis kepadatan tulang yang rawan
keropos (osteoporosis) dengan mengukur kepadatan mineral tulang.
Sistem kerja alat ini ada yang dapat mengukur lumbal, pangkal paha,
lengan bawah ataupun tulang tumit saja. Densitometer dapat digunakan
sebagai deteksi dini adanya patah tulang.
Bone densitometri sendiri ditetapkan oleh WHO (World Helath
Organization) sebagai Golden Standard dalam pemeriksaan massa tulang
karena memiliki keunggulan antara lain :
1. akurasi dan presisi hasil yang lebih baik
2. resolusi hasil yang tinggi
3. waktu yang singkat
4. paparan radiasi yang rendah
C. Keunggulan
1. tersedia luas
2. dosis radiasi rendah
3. tersedia rendah
4. kemudahan dalam hal penggunaan
5. waktu menindaian yang relative singkat
6. Resolusi gambar yang tinggi
7. Presisnya bagus
8. Kalibrasi relative stabil
D. Manfaat
Pemeriksaan ini bermanfaat dalam mengindentifikasi penurunan masa
tulang seseorang sehingga meminimalkan resiko fraktur, mencegah
terjadinya fraktur di masa yang akan datang dan dapat memonitor terapi
untuk menjaga massa tulang.
E. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi untuk melakukan pemeriksaan kepadatan tulang dengan
Bone Densitometri (BMD)

1.

wanita pasca menopause atau pria lanjut usia dengan faktor risiko

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

seperti terapi glukokortikoid


Riwayat patah tulang oleh trauma kecil
Riwayat keluarga patah tulang pinggul
Indeks massa tubuh rendah (<20 kg/m2)
Riwayat merokok atau konsumsi alkohol berat
Menopause dini pada wanita atau hipogonadisme pada pria
Rrheumatoid arthritis
Malabsorpsi
Penyakit liver atau penyakit ginjal kronis
Bila Anda berusia lebih muda namun ingin melakukan langkahlangkah khusus untuk mencegah osteoporosis, mungkin juga
memerlukannya.

Kontraindikasi
1. Wanita hamil
2. Seseorang sehabis pemeriksaan kontras: bariumeal
3. Seorang sehabis pemeriksaan ke dokter nuklir (istop)
F. Jenis-Jenis Densitometer
1. SPA (Single Photon Absorptiometry) untuk mengukur pergelangan
tangan.
2. SXA (Singel Energy x-ray absorptiometry) untuk mengukur
pergelangan tangan atau tumit.
3. Ultrasound untuk mengukur densitas tulang tumit, digunakan untuk
skrining
4. QCT (Quantitative Computed Tomography) untuk mengukur belakang
dan pinggang.
5. DEXA untuk mengukur tulang belakang, pinggul, atau seluruh tubuh.
6. PDXA (Peripheral Dual Energy x-ray Absorptiometry) untuk
mengukur pergelangan tangan, tumit atau jari.
7. RA (Radiographic Absorptiometry) menggunakan sinar x pada tangan
atau sepotong metal kecil untuk menghitung kepadatan tulang.
8. DPA (Dual Photo Absorptiometry) untuk mengukur tulang belakang,
pinggang atau seluruh tubuh.
G. Cara Kerja Bone Densitometer
Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang
dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia
dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu:

1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray


absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa
osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak
menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.
X-Ray merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat memberikan
gambaran kondisi keadaan tulang sesorang, apakah ada fraktur, infeksi
tulang seperti osteomiletis, kelainan bawaan, destruksi sendi pada klien
arthritis, osteoporosis tahap lanjut atau tumor baik fase awal atau yang
telah metastase.
Sebelum dilakukan pemeriksaan X-Ray ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang perawat, antara lain :
1. Menjelaskan tujuan dan gambaran prosedur tindakan.
2. Tidak perlu puasa atau pemberian sedasi, kecuali bila diperlukan.
3. Bagi anak-anak, umumnya merasa takut dengan peralatan yang besar
dan asing serta ia merasa terisolasi dari orang tuanya, pastikan pada
bagian radiology kemungkinan orang tua dapat mendampiringi anaknya
pada saat prosedur.
4. Informasikan pada klien, prosedur ini tidak menyebabkan rasa nyeri,
tetapi mungkin merasa kurang nyaman terhadap papan pemeriksaan
yang keras dan dingin.
5. Sokong dengan hati-hati bagian yang cidera dengan cara memegang
ekstremitas dengan lembut pada papan pemeriksaan.
6. Lindungi testis, ovarium, perut ibu hamil dengan pelindung khusus
terhadap radiasi selama prosedur.
DXA sangat berguna untuk:
1. wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
2. penderita yang diagnosisnya belum pasti
3. penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara
akurat
Prosedur :
1. scan kepadatan tulang atau Dexa pemindaian berlangsung sekitar 15
menit.
2. pasien akan diminta untuk berbaring di atas meja.
3. sinar X kecil akan memindai tulang belakang lumbar dan kedua
pinggul.

4. dari gambar dokter akan dapat mengevaluasi mineral tulang


(kalsium) isi tulang.
Keuntungan :
1. Metode yang paling banyak digunakan.
2. Efikasi klinis established.
3. Akurasi bervariasi antara 90-99% untuk DXA di panggul, tulang
belakang dan lengan bawah.
4. Precision error untuk tulang belakang kecil, bervariasi antara 0,6%1,5%.
5. Dosis radiasi rendah (<5 mrem)
6. Sensitivitas lateral DXA mendekati QCT.

Kerugian :
Precision error bervariasi antara 1,2%-2,05 untuk panggul.

Gambar : Pemeriksaan X- Ray


2. Densitometer-USG.
Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal
penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana
nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5
berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti
osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan
harga pemeriksaannya yang lebih murah.
7

Kegunaan USG muskuloskeleta :


1. Menilai adanya struktur jaringan lunak ( tendon , ligament , meniscus
otot bursa ) berpa robekan, penebalan, inflamasi dan timbulnya cairan
disekitarnya.
2. Menilai adanya timbul cairan dan perkiraan banyak dan jenis cairan di
dalam celah sendi atau bursa.
3. Menilainya adanya inflamasi di synovium berupa penebalan dan
peningkatan sinyal Doppler.
4. Menilai keadaan sendi dengan melihat ketebalan pulang rawan, adanya
osteofit, atau adanya tanda-tanda fraktur.
5. Membantu menentukan titik terbaik untuk mrlakukan atrosentesis
ataupun injeksi intra atau ekstra atikuler (identifikasi lokasi tindakkan)
6. Membantu (USG guide) tindakkan atrosintesis maupun injeksi
Prosedur USG muskuloskeleta
:
1. sendi bahu
posisi pasien :
a.
pasien dalam posisi duduk
b.
sendi siku di fleksikan 90o
c.
tangan dalam posisi supinasi di atas paha pasien
d.
untuk pemeriksaan dinamis, humerus dirotasikan ke dalam dan
keluar secara aktif dana tau pasif dalam berbagai gerakkan
dengan siku di fleksikan 90o
2. sendi siku
posisi pasien
a. pasien dalam posisi duduk
b. sendi siku ekstensi maksimal dan supinasi lengan bawah (ventral
schan)
c. sendi siku di fleksikan 90 (dorsal schan)
d. tangan dalam posisi supinasi di atas paha pasien
e. tangan diletakkan pada pinggul atau paha pasien dengan humerus
yang sedikit di rotasikan ke dalam (doral schan)
3. pergelangan tangan
posisi pasien
a. pasien dalam posisi duduk
b. tangan dalam posisi supinasi diatas paha pasien atau paha meja
pemeriksaan
c. pada pemeriksaan dinamis, jari di fleksikan atau di ekstensikan
secara aktif
4. tangan
sisi pasien
a. pasien dalam posisi duduk
8

b. tangan dalam posisi supinasi di atas paha pasien atau pada meja
pemeriksaan
c. pada pemeriksaan dinamis, jari di fleksaikan atau di ekstensikan
secara aktif
5. pinggul
posisi pasien
a. dalam posisi supinasi
b. sendi pinggul pada posisi normal
6. lutut
posisi pasien
a. pasien dalam posisi supinasi untuk scan secara ventral atau lateral
b. posisi tiarap untuk scan secara dorsal
c. sendi lutut pada posisi normal dan fleksi 300
d. fleksi maksimal untuk melihat sulcus intercondylus
e. pemeriksaan dinamis pada supratellar pouch dengan relaksasi dan
kontraksi otot quadrisep
7. mata kaki dan tumit
posisi pasien
a. posisi supinasi untuk scan secara ventral dan lateral
b. posisi tiarap secara dorsal
c. sendi pinggul dan lutut dalam posisi netral
8. kaki
posisi pasien
a. posisi supinasi untuk scan secara dorsal
b. posisi tiarap untuk scan secara plantar
3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx.
Proses
pengeroposan tulang dapat diketahui dengan
memeriksakan penanda biokimia CTx (CTelopeptide). CTx merupakan
hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah
sehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang.
Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan
menggunakan antiresorpsi oral.
Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan
penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein
spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai
penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk menentukan
kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya.
Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau
pengobatan osteoporosis.

Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat


ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray
absorptiometry (DXA)) terbanyak digunakan.Teknik ini secara bertahap
menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma.
Karekteristik terpenting yang menjadikan suatu alat ukur sebagai pilihan
untuk menegakkan diagnosis adalah akurasi dari alat tersebut.
H. Hasil Pemeriksaan
Bone densitometri tulang mengukur padatnya tulang di daerah
tubuh tertentu dan dapat mendeteksi osteoporosis sebelum terjadi patah
tulang. Dengan kata lain, pemeriksaan ini membantu Anda memprediksi
kemungkinan patah tulang pada masa depan dan menentukan tingkat
BMD (Bone Mineral Density) saat Anda kehilangan tulang. Informasi ini
dapat

membantu

dokter

dalam

mendiagnosis

osteoporosis

dan

menyarankan Anda dalam pencegahan dan pengobatan yang sesuai untuk


penyakit ini. Bonedensitometer menggunakan sejumlah kecil dari x-ray
untuk menghasilkan gambar tulang belakang, pinggul, lengan, atau seluruh
tubuh. X-ray adalah terdiri dari dua tingkat energi, yang diserap secara
berbeda oleh tulang dalam tubuh

10

Hasil tes
Hasil tes kepadatan tulang Anda dilaporkan dalam dua angka: Tscore dan Z-score.
T-score : T-score adalah kepadatan tulang jika dibandingkan dengan
kepadatan tulang pada orang dewasa muda yang sehat dengan jenis
kelamin yang sama.
Nilai T adalah jumlah unit disebut standar deviasi bahwa kepadatan
tulang di atas atau di bawah rata-rata.

1. Normal: T-score yang berada di atas-1


2. Osteopenic: T-score adalah antara -1 dan -2,5 (kepadatan tulang
yang rendah)
3. Osteoporosis: T-skor di bawah -2,5
Z skor - Jumlah ini mencerminkan jumlah tulang Anda
dibandingkan dengan orang lain dalam kelompok usia dan jenis kelamin
yang sama. Jika skor ini luar biasa tinggi atau rendah, hal itu mungkin
menunjukkan kebutuhan tes medis lebih lanjut.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bone Densitometer merupakan pemeriksaan kepadatan tulang dan
umumnya berkorelasi dengan kekuatan tulang dan digunakan untuk
mendiagnosis osteoporosis BMD diukur dengan test x-ray absorpsiometri
energi ganda disebut sebagai scan dxa. Alat Bone Densitometri digunakan
untuk mengukur massa tulang terutama bagi mereka yang rentan terhadap
fraktur (patah). Densitometer umumnya digunakan untuk mendiagnosis
kepadatan tulang yang rawan keropos (osteoporosis) dengan mengukur
kepadatan mineral tulang. Sistem kerja alat ini ada yang dapat mengukur
lumbal, pangkal paha, lengan bawah ataupun tulang tumit saja.
Densitometer dapat digunakan sebagai deteksi dini adanya patah tulang.
Pemeriksaan ini bermanfaat dalam mengindentifikasi penurunan masa
tulang seseorang sehingga meminimalkan resiko fraktur, mencegah
terjadinya fraktur di masa yang akan datang dan dapat memonitor terapi
untuk menjaga massa tulang.

12

DAFTAR PUSTAKA
Acr practice guideline 4 the performance of adult dual or single x-ray
absorptiometry(DXA/pDXA/SXA)
Agency for Health Technology Assessment, Barcelona 1999.
Bone densitometry as a screening tool for osteoporosis in postmenopausal women
Dokter kita-dokita.com.id
Marshall D, Johnell O, Wedel H. Meta-analysis of how well measures of bone
mineral density predict occurrence of osteoporotic fractures. BMJ
1996;312:12549
RSU Bunda Jakarta-bunda.co.id 1997.

13

Anda mungkin juga menyukai