Radiologi
I. PENDAHULUAN
1
dicurigai adanya proses ini, misalnya dengan bertambahnya
kiposis, berkurangnya tinggi badan dan nyeri punggung kronik
pada lansia, sebaiknya dilakukan pengukuran densitas atau
massa tulang ini.
2
yang canggih.Secara konvensional dikenal morfometri
atau radiogrametri. Sedangkan teknik yang digunakan
secara meluas saat ini ialah Single Energy
Absorptiometry (SEA) dan Double Energy
Absorptiometry (DEA).Dikenal pula berbagai metode
pemeriksaan radiologi lain seperti : sidik radioisotop,
‘diphosphonate uptake’, analisis aktivasi netron dan
‘Compton scattering’, dan analisis ultrasonik terhadap
tulang. Sekilas pandang pengenalan terhadap metode-
metode tersebut diharapkan dapat membantu para dokter
dalam memilih teknik yang sesuai dalam rangka
penegakan diagnosis osteoporosis secara dini.
Morfometri / Radiogrametri
Dalam praktek klinik di Indonesia, pemeriksaan ini paling mudah
didapat, paling murah dan paling rendah dosis radiasinya
sehingga walaupun teknik-teknik canggih lain berkembang
dengan pesatnya, metode ini tetap tidak ditinggalkan. Informasi
tentang struktur tulang yang diberikan dapat
bersifat kualitatif maupunkuantitatif.
Morfometri kualitatif
Penilaian struktur tulang secara kualitatif umumnya dilakukan
pada tulang belakang dan proksimal femur.
Tulang belakang
Menentukan densitas tulang melalui foto lateral setinggi lumbal
2,3 atau 1. Normalnya bayangan ini opak homogen. Dengan
berkurangnya massa tulang, korpus vertebra menjadi lebih
radiolusen, trabekula transversa perlahan-lahan mulai hilang,
gambaran trabekula vertikal menjadi lebih menonjol.
3
Kruse dan Kuhlencordt mengembangkan index tulang belakang
dengan menilai vertebra torakal 4 hingga lumbal 5:
4
bagian tengah korpus vertebra dari segmen lumbal atau torakal
bawah.
Proksimal femur
Index Singh
Pola trabekular pada proksimal femur menunjukkan perubahan-
perubahan karakteristik bersamaan dengan hilangnya massa
tubuh. Singh, dkk memberikan suatu sistem grading berdasarkan
perubahan-perubahan ini. Index yang rendah menunjukkan
rendahnya massa tulang.
5
Calcar femorale
Calcar femorale bervariasi ketebalannya, rata-rata lebih dari 5
mm. Pada osteoporosis terjadi penipisan calcar femorale.
Morfometri kuantitatif
Morfometri metakarpal
Metakarpal 2 yang paling sering digunakan, tapi ketepatan akan
lebih baik bila diukur metakarpal 2,3,dan 4. Dalam hal ini yang
diukur adalah Tebal Total Tulang (TT) dan Tebal Medulla
Tulang (TM) pada pertengahan metakarpal.
6
Selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut :
7
Dengan pengetahuan tentang densitas gravimetri dari tulang
korteks dapat dihitung :
Energy Absorptiometry
Berbagai teknik absorpsiometri yang digunakan saat ini
didasarkan pada teknik Cameron dan Sorenson. Teknik ini terdiri
dari Single Photon Absorptiometry (SPA), Double Photon
Absorptiometry (DPA), Single Energy X-Ray Absorptiometry
(SXA), dan Double Energy X-ray Absorptiometry (DXA) .
8
Computed Tomography (CT)
Penggunaan CT, dalam hal ini Quantitative CT (QCT) untuk
mengukur densitas tulang amat menarik perhatian. Keuntungan
teknik ini adalah kemampuannya untuk merelokalisasi tempat
‘scanning’ dengan keakuratan yang amat tinggi sehingga didapat
gambaran anatomi dalam tiga dimensi secara tepat. Dengan
demikian, densitas yang terukur bersifat volumetrik, bukan
densitas areal seperti pada absorpsiometri. Batas antara tulang
kortikal dan tulang trabekular terlihat jelas.
Air : 0
Udara : -1000 HU
9
Tulang : +1000 HU
Korteks tulang : > 250 HU
Trabekula tulang : 30-260 HU
10
1. Penentuan kandungan mineral tulang dalam vertebra,
panggul atau radius untuk perkiraan osteoporosis.
2. Penentuan kandungan lemak/fat dalam vertebra untuk
diagnosis dini osteoporosis.
3. Penentuan kandungan zat besi/iron dalam hepar untuk
evaluasi diagnosis pasti penyakit liver.
4. Penentuan kandungan iodium dalam tiroid untuk
pemeriksaan penyakit tiroid.
5. Penentuan kandungan lemak dalam tubuh untuk
perkiraan komposisi tubuh.
6. Penentuan kalsium yang terdapat dalam nodul paru
untuk memastikan stadium penyakit.
7. Penentuan densitas elektron dalam jaringan untuk
planning radioterapi yang baik.
Sidik Radioisotop
Sidik radioisotop menggunakan technetium diphosphonate yang
diberi label. Zat tersebut diabsorbsi oleh kalsium yang berasal
dari kristal hidroksi apatit. Pemeriksaan ini memberikan
petunjuk aktivitas osteoblastik dan vaskularisasi skeletal.
Kelainan metabolik tulang dapat menyebabkan peningkatan
‘uptake’ secara menyeluruh dan osteoporosis terkadang
memberikan gambaran ‘washed out’
11
Radiographic Photodensitometry
Densitas tulang, dibandingkan dengan obyek tertentu yang
menjadi acuannya, misalnya lempeng aluminium. Keduanya
difoto dengan x-ray, hasilnya dibandingkan dengan memakai
densitometer cahaya. Alat ini (densitometer) pada saat artikel ini
dibuat belum tersedia di Makassar.
Diphosphonate Uptake
Ambilan tulang terhadap diphosphonate dapat dihitung. Dua
puluh empat jam setelah penyuntikan technetium diphosphonate,
retensi isotop dalam tubuh dihitung. Retensi isotop terjadi pada
osteoporosis, sedangkan peningkatan dapat tampak pada
penyakit Paget, osteomalacia dan hiperparatiroid primer. Saat
ini, metode tersebut di atas digunakan dalam mendiagnosis
banding dan sebagai teknik penelitian.
12
merupakan alat pengukur kadar kalsium. Seluruh tubuh dapat
dibombardir netron secara in vivo, dan kadar kalsium total dapat
ditentukan.
Compton Scattering
Metode ini mendeteksi dan mengukur sinar hambur yang terjadi
di sekitar sinar primer. Sinar primer difokuskan pada suatu area
kecil tulang. Intensitas sinar hambur yang terjadi di sekitarnya
merupakan alat pengukur kandungan mineral tulang. Dengan
memakai teknik yang sesuai, sinar hambur yang ditimbulkan
oleh tulang kortikal dan tulang trabekular dapat dibedakan.
Ultrasonografi
Ultrasonografi kuantitatif merupakan alat diagnostik yang secara
klinik amat menguntungkan karena kurangnya radiasi dan biaya
yang relatif rendah. Kebanyakan teknik mengukur tulang
kalkaneus, namun tempat-tempat lain seperti patella, tibia dan
jari-jari sedang diteliti kemungkinannya. Ultrasonon
memprediksi resiko patah tulang, namun apakah kedudukannya
dapat menggantikan pengukuran-pengukuran densitas tulang
lainnya atau menambah informasi yang didapat daripadanya
masih belum jelas.
III. PENUTUP
13
Daftar Pustaka
14