BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoporosis
abnormal massa tulang yang rendah dan defek didalam struktur tulang yaitu suatu
kombinasi yang membuat tulang menjadi rapuh dan memiliki resiko yang lebih
area kortikal menipis, tulang yang ada sebenarnya mengalami mineralisasi secara
normal 4.
WHO, dimana bone mineral density (BMD) dibawah 2,5 standar deviasi
dibandingkan usia muda pada suatu populasi (Tabel 1). Tapi definisi ini hanya
meliputi wanita post menopause yang dievaluasi dengan DEXA. Tidak ada
definisi yang sama untuk usia muda baik laki-laki atau perempuan 5.
6
Tabel 2.1. Definisi WHO tentang bone mineral density normal, osteopenia,
abnormal. Unit bone remodeling ini terdiri dari dua hal. Pertama proses cutting
cone atau resorpsi kanal yang terdiri dari osteoklas aktif dan sel-sel yang belum
berdiferensiasi. Proses cutting cone ini bekerja pada permukaan tulang yang tidak
aktif sebelumnya. Dalam dua minggu, proses ini akan membentuk terowongan
kecil pada tulang kortical dan lakuna pada permukaan tulang kanselosa. Pada titik
ini, bagian kedua dari siklus bone remodeling yaitu closing cone mulai bekerja.
Proses closing cone terdiri dari osteoblas yang mulai mengisi lubang dengan
tulang baru. Dalam tiga atau empat bulan proses ini akan menghasilkan struktur
tulang baru. Untuk orang usia muda, proses resorpsi dan formasi terjadi secara
seimbang. Seiring usia, proses ini menjadi tak seimbang dimana terjadi bone
resorption sedangkan deposisi berkurang. Seiring dengan waktu maka akan terjadi
akan kehilangan massa tulang dan menjadi lebih rentan terhadap fraktur. BMD
sendiri, tidak dapat memprediksi fraktur, karena ada faktor lain seperti bentuk dan
struktur dari tulang. Strukur suatu tulang terdiri dari tulang kortikal dan dengan
inti tulang trabekula. Pada proksimal femur tulang trabekula membentuk pola
tersebut memiliki struktur tiga dimensi yang kompleks yang terdiri seperti
penyangga 7.
faktor risiko dan pengukuran massa tulang. Massa tulang dapat diukur dengan
DEXA saat ini merupakan metode terbaik untuk mengukur massa tulang
karena akurasi dan presisi yang tinggi, namun membutuhkan biaya yang mahal.
Metode skrining yang lebih murah adalah dengan radiografi konvensional untuk
penelaahan pola trabekulasi dengan Singh Index. Singh Index telah banyak
grading yang kurang jelas. Namun terdapat korelasi yang baik antara temuan
histologis dari biopsi krista iliaka dengan sistem grading dari Singh 1.
8
dan kiri didapatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara parameter
tersebut pada populasi mereka. Sehingga pada populasi yang tidak ada kelainan
telah menunjukkan peran yang besar dari tulang kanselous yang berkontribusi
vitro dengan tulang ayam, kehilangan 10% dari tulang trabekula secara substansial
tulang trabekula merupakan hal yang penting dalam menopang beban impaksi 9.
mendekripsikan enam pola trabekula. Enam pola tersebut dapat dianalisis dari
radiograf pelvis yang diambil dengan posisi hip fleksi netral, abduksi dan internal
rotasi 15 derajat 7.
9
tipis dan tersusun longgar yang disebut sebagai Ward Triangle (Gambar 1). Pada
foto rontgen panggul normal, semua grup trabekula memiliki demarkasi yang jelas
namun area Ward Triangle akan tampak kosong dengan densitas yang samar.
Telah diteliti sebelumnya bhwa pola trabekula adalah simetris pada proksimal
sangat asimetris. Compressive trabecula terletak pada bagian tengah dari caput
10
femur pada potongan transversal (Gambar 2B). Pada potongan mid-coronal femur
meluas dari aspek superior collum femur ke dalam caput femur. Trabekula
tersebut selanjutnya menyilang pada bagian tengan caput femur (gambar 2A).
densitas yang lebih tinggi. Pada individu yang sehat, rata-rata nilai CT dari
compressive trabecula melebihi 400 HU, dimana mendekati densitas dari korteks.
Sedangkan rata-rata nilai CT dari tensile trabecula kurang dai 200 HU, dimana
Gambar 2.2. Lokasi dari trabekula dan Ward Triangle dengan CT scan. A.
kehilangan massa tulang 10. Yaitu seperti gambar dibawah (Gambar 3 – 8).
Gambar 2.3. Grade 6. Semua grup trabekula terlihat pada foto rontgen. Ward
triangle menunjukkan beberapa trabekula yang tipis dan memiliki batas yang tak
jelas
12
tampak dimulai bagian luar dari tulang. Primary tensile trabecula masih dapat
13
dilacak kontinuitasnya dari lateral korteks ke bagian atas dari collum femur
triangle terbuka pada bagian lateral. Tahap ini mencerminkan batas antara tulang
Gambar 2.6. Grade 3 kontinuitas dari primary tensile trabecula terputus pada
greater trochanter. Trabekula tensile hanya terlihat jelas pada bagian atas dari
Semua grup telah diresorpsi dan menjadi tak jelas secara radiologis. Grade ini
osteoporosis
3. Metode ini dapat diaplikasikan karena menggambarkan strukur tulang dari pada
Hal ini membuat Singh Index merupakan alat yang ideal untuk survei
massal dan rutin untuk diagnosis osteoporosis bila dibandingkan dengan metode
memprediksi fraktur sendi panggul. Metode singh index terbukti dapat dijadikan
risiko fraktur collum femur terjadi pada pasien dengan Singh Index kurang dari 4
kebanyakan fraktur terjadi pada osteoporosis berat (Singh Index 3 sampai 1) 11.
oleh tulang normal tampak lebih tinggi dibanding dengan sampel dari populasi
Penelitian oleh Shankar et al, tentang radiologi pola trabekula pada wanita
post menopause menyimpulkan korelasi yang baik antara usia dengan gradasi pola
Grade 5 dan 4 digabungkan menjadi satu sebagai Grade A. grade 3 sebagai Grade
Modulus elastisitas dari material trabekula tulang telah banyak diteliti pada
trabekular 2.
masih kontroversial. Beban total yang dialami tulang kortikal dan kanselosa
Tulang kortikal mengalami pembebanan sebesar 30% pada regio subcapital, 50%
pada pertengahan collum, 96% pada basis collum dan 80% pada regio
intertrochanter 13.
Jatuh (simple fall) adalah kejadian dan faktor risiko yang sangat penting
pada fraktur femur proksimal (fraktur Hip) pada usia tua. Diestimasikan bahwa >
90% fraktur hip disebabkan oleh karena jatuh. Beberapa penelitian telah dilakukan
untuk menganalisis karakteristik jatuh yang menjadi risiko terjadinya fraktur hip.
Arah terjadinya jatuh merupakan determinan yang penting pada kejadian fraktur
hip. Saat mengalami jatuh, risiko fraktur akan meningkat 6 kali saat jatuh keaarah
samping (sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward fall) atau ke belakang
(backward fall). Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi pada sisi lateral pelvis
meningkatkan risiko fraktur sebesar 20-30 kali lipat dibandingkan saat jatuh ke
sisi lainnya, selain itu jatuh saat berputar/berbelok berisiko menyebabkan fraktur
lebih tinggi dibanding saat berjalan lurus. Pada saat jatuh, beban kompresif yang
terjadi pada hanya mencapai 85% dari total beban, 15% beban akan
didistribusikan pada struktur disekitar sendi panggul. Beban yang dialami akan
hanya berhubungan dengan peningkatan risiko fraktur pada wanita, tidak pada
pria 13.
Bone mineral density yang rendah adalah faktor risiko untuk terjadinya
fraktur panggul, namun lebih dari 50% fraktur panggul terjadi pada pasien
dengan BMD yang tidak menurun. Korteks superior pada collum femur manusia
lebih tipis dibanding korteks sisi inferior, dan ketebalan ini terus menurun seiring
bertambahnya usia. Saat terjatuh ,beban kompresif pada collum femur terjadi
paling besar pada sisi superior collum, dengan beban tensile paling besar pada
diinisiasi dari korteks superolateral. Letak tensile trabecula meluas dari korteks
superior collum femur dan memainkan peran penting terjadinya fraktur collum
trochanter, tensile trabecula sering harus juga menahan gaya kompresif. Ketika
lebih berat dari pada fraktur collum femur. Sehingga selama jatuh kesamping
terlebih dulu, yang dapat berakibat fraktur intertrochanter. Hal ini mungkin yang
Terminologi fraktur panggul biasanya merujuk pada dua tipe fraktur yang
Sepertiga dari populasi usia tua jatuh setiap tahunnya dan insiden jatuh
yang menyebabkan fraktur meningkat sesuai usia. Angka jatuh paling sering
Usia tua
Komorbid medis
Penyakit muskuloskeletal
Gangguan kognitif
Gangguan sensorik
20
Hipotensi postural
dan permukaan yang tak rata, cahaya yang redup, sengatan listrik, sandal licin,
dan sepatu yang tak cocok merupakan fakor-fakor ekstrinsik. Namun faktor
instrinsik ini merupakan yang paling berperan penting. Orang usia lanjut biasanya
terjatuh dan mendarat pada tangan dan lutut sehingga kemungkinan mengalami
fraktur pergelangan tangan atau bahu sebagai usaha mencegah jatuh. Secara
berlawanan orang usia 85 tahun akan berjalan lebih lambat. Bila keseimbangan
panggul 15.
yang sama. Hampir sembilan dari 10 fraktur panggul terjadi pada usia diatas 65
tahun. Kedua fraktur tersebut lebih umum pada wanita dari pada laki-laki. Fraktur
ini dapat terjadi pada usia muda dengan mekanisme cedera yang lebih besar
interrochanter biasanya dapat mengalami union bila reduksi dan fiksasi dilakukan
dengan benar dan meskipun malunion dapat menjadi masalah, namun komplikasi
jangka lama jarang terjadi. Area yang luas dari proksimal femur mengalami
memiliki suplai pembuluh darah yang banyak. Fraktur collum femur memiliki
lokasi intrakapsular dan melibatkan daerah dengan tulang kanselosa yang sedikit
dan periosteum yang tipis bahkan sering tidak ada. Meskipun suplai darah pada
fragmen distal cukup, suplai pembuluh darah ke caput femur dapat mengalami
gangguan atau bahkan menghilang, sehingga dengan alasan ini osteonekrosis dan
perubahan degeneratif selanjutnya dari caput femur atau nonunion sering menjadi
dimana garis fraktur terjadi mulai dari basis collum ekstrakapsular menuju regio
merupakan fraktur yang paling sering dioperasi, dengan fatality rate pasca operasi
yang tinggi, serta menjadi beban ekonomi yang berat akibat biaya perawatan
klasifikasi AO/OTA terdapat 9 tipe, dengan 3 kategori utama yaitu: Tipe 31A1
merupakan fraktur yang paling stabil, Tipe 32A2 merupakan fraktur yang kurang
stabil, dan Tipe 31A3 merupakan fraktur yang paling tidak stabil 5.
23
umum pasien dan pola fraktur. Angka kesakitan dan kematian terjadi lebih rendah
rumah sakit harus dilakukan dengan traksi kulit untuk mengurangi nyeri dan
deep vein thrombosis dan emboli pulmo, perubahan status mental dan malunion
fraktur pada posisi yang baik. Reduksi fraktur biasanya dicapai dengan metode
tertutup, dengan traksi pada meja fraktur, dan dimonitor dengan fluoroskopi.
Dynamic hip screw (DHS) dengan side plate, merupakan pilihan pada kasus
reduksi anatomis pada fraktur yang kominutif namun justru memilih untuk
mekanik. Screw pada DHS dapat bergeser pada rongga pada plate, sehingga
dimobilisasi bangun dari tempat tidur pada hari sesudah operasi, dan weight
bearing dengan kruk atau walker dimulai begitu nyeri berkurang. Fraktur
terapi fraktur intertrochanter yaitu dengan proksimal femur nail. Pada penelitian
sekarang ini didapatkan bahwa penggunaan DHS atau nail proksimal femur sama-
kasus neoplasma, osteoporosis berat, pasien dengan penyakit ginjal dalam dialisis
memiliki angka dislokasi yang lebih rendah dibanding Total hip arthroplasty.
internal fiksasi yang gagal dan tidak ada studi level 1 yang menyatakan perbedaan
antara DHS dan arthroplasty, kecuali pada angka transfusi yang lebih tinggi pada
arthroplasty 5.
dimana garis fraktur berada lebih proksimal dari basis colum femur dan distal dari
caput femur. Mayoritas fraktur ini terjadi pada usia tua. Penyababnya yang peling
sering adalah karena jatuh akibat gaya yang ditransmisikan ke collum melalui
trochanter femur. Mekanisme lainnya adalah eksternal rotasi dari tungkai yang
iliofemoral. Saat collum mengalami rotasi, caput femur masih terfiksir, maka
fraktur collum femur akan terjadi. Lokasi yang paling sering mengalami fraktur
adalah bagian yang paling lemah yaitu tepat dibawah permukaan sendi 5. Fraktur
collum femur dapat menimbulkan komplikasi yang cukup berbeda dengan fraktur
Terdapat beberapa sistem klasifikasi pada fraktur collum femur. Ada yang
penelitian adalah klasifikasi menurut AO/OTA. Pada sistem ini fraktur collum
26
femur masuk dalam kategori 31.B. Angka 3 untuk Femur, angka 1 untuk Femur
proksimal dan huruf B untuk fraktur Collum femur. Kategori tersebut dibagi lagi
berdasarkan lokasi fraktur dan derajat pergeseran yang terjadi. Perhatikan gambar
dibawah 5.
al, 2010).
mempertahankan caput femur yang masih viable dan menyediakan keadaan yang
mobilisasi sesegera mungkin. Karena pergeseran dan pergerakan fraktur site dapat
dilakukan secara terbuka, dengan pilihan approach anterior karena tidak terlalu
27
interna yang rigid dapat dicapai dengan partially threaded screw cannulated,
dynamic hip screw dan plate atau kombinasi. Pasien dapat dimobilisasi hari
konstruksi fiksasi. Arthroplasty primer diindikasikan pada pasien usia tua dengan
displacement fraktur dimana potensi avaskular nekrosis sangat tinggi. Atau pada
fraktur yang tak dapat direduksi secara memuaskan, juga pada kondisi caput
et al, 2010).
28
2.6 Hipotesis
Modified Singh Index dengan terjadinya fraktur intertrochanter atau fraktur collum
femur.