id
SKRIPSI
ALLIVIA FIRDAHANA
G0006176
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil dengan Orang Sehat
Allivia Firdahana, NIM/Semester : G.0006176/VIII, Tahun: 2010
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Penguji Utama
Anggota Penguji
Surakarta, …………………..
Sri Wahjono, dr., M.Kes., DAFK Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S
NIP. 194508241973101001 NIP. 194811071973101003
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Allivia Firdahana
NIM G0006176
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil dengan Orang Sehat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian : Perubahan faal paru bisa terjadi secara patologis maupun fisiologis.
Perubahan secara patologis dapat terjadi karena penyakit PPOK sedangkan perubahan
secara fisologis dapat terjadi karena proses penuaan. Hal tersebut sama-sama
berpengaruh terhadap penurunan nilai faal paru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan nilai faal paru antara penderita PPOK stabil dengan orang
sehat.
Hasil Penelitian : Dengan uji t independent didapatkan nilai sig 0,000 atau probabilitas
dibawah 0,05 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai faal paru penderita
PPOK berbeda dengan nilai faal paru orang sehat.
Simpulan Penelitian : Didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai faal paru
penderita PPOK dibandingkan dengan nilai faal paru orang sehat, dimana penderita
PPOK memiliki nilai faal paru yang lebih rendah daripada orang sehat.
Kata kunci: Nilai Faal Paru – Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil – Orang
Sehat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Method : The type of the study is observasional analytic with cross sectional approach.
The subject of the study taken from Public District hospital dr. Moewardi, Surakarta in
November 2009 until February 2010. The amount of this study sample is 60 people
(Consist of 30 chronic obstructive Lung disease Patient and 30 health people). Each
sample measured by mini wright peak flow metre. The analysis of the data was using t
independent test.
Result : With t independent test, observer gets sig 0,000 score or probability below 0,05
(p<0,05). This result shows that physiological score in the chronic obstructive lung
disease patient different from healthy people physiological score.
Conclusion : There is differences in the chronic obstructive lung disease patients have
lower result than healthy people.
Key word : Lungs Physiological Score - Stable Chronic Obstructive Lung Disease -
Healthy People
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan nikmat,
rahmat, serta anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) Stabil dengan Orang Sehat”.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Prof. DR. AA. Subiyanto, dr. M.S., selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Sudarman, dr.,M.Kes., DAFK., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
UNS.
3. Yusup Subagio Sutanto, dr.SpP sebagai pembimbing utama atas segala kesabaran,
keramahan, dan pengertian yang telah memberi masukan, nasihat, semangat, serta
meluangkan waktu memberi bantuan dalam penulisan skripsi ini.
4. Wachid Putranto, dr.SpPD sebagai pembimbing pendamping atas semua saran
yang berharga, bantuan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. DR. Eddy Surjanto, dr.SpP(K) sebagai penguji utama yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penulisan skripsi.
6. Lilik Wijayanti, dr.,M.Kes., sebagai penguji pendamping yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penulisan skripsi.
7. Semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna maka dengan segenap hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini berguna bagi para pembaca di ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu saraf pada
khususnya.
Surakarta, Mei 2010
Allivia Firdahana
DAFTAR ISI
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman
PRAKATA ............................................................................................. vi
C. Hipotesis ............................................................................... 16
D. Teknik Sampling……............................................................. 18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Ukuran Sampel....................................................................... 18
F. Rancangan Penelitian.............................................................. 18
H. Cara Kerja............................................................................... 19
K. Analisis Data................................................................................ 23
A. Simpulan ............................................................................... 30
B. Saran ...................................................................................... 30
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Hasil uji t beda APE antara penderita PPOK stabil
DAFTAR LAMPIRAN
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN
kasus kunjungan pasien PPOK diinstalasi gawat darurat mencapai angka 1,5
Dep. Kes. RI tahun 1992, PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat ke
faktor resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya (Riyanto
tiga tahap respirasi meliputi pemeriksaan ventilasi, difusi, dan perfusi. Hasil
pemeriksaan itu digunakan untuk menilai status kesehatan atau fungsi paru
Arus Puncak Ekspirasi (APE) yang lazim pula disebut Peak Expiratory Flow Rate
(PEFR) juga bisa digunakan dalam diagnosis PPOK. Terlebih lagi mengingat
Mini Wright Peak Flow Meter lebih ringan, mudah dibawa, mudah dioperasikan,
Arus Puncak Ekspirasi yang biasa disebut sebagai APE merupakan salah
satu cara pemeriksaan faal paru dengan menggunakan alat peak flow meter. Alat
dan cara pemeriksaan APE lebih mudah dan lebih sederhana dibandingkan
dengan pemeriksaan faal paru yang lainnya. Alatnya mudah dibawa dan
Perubahan faal paru baik yang terjadi secara patologis dalam PPOK
APE. APE adalah kecepatan maksimum aliran udara yang terjadi saat seseorang
melakukan ekspirasi paksa secara cepat yang dimulai dari posisi inspirasi
maksimal. APE merupakan salah satu parameter faal paru untuk menentukan
adanya kelainan di saluran pernapasan, jika menurun berarti ada hambatan aliran
Besarnya pengaruh masing-masing faktor tidak sama besar. Faktor yang paling
besar pengaruhnya ialah umur, tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin (Price
perbandingan nilai faal paru antara penderita PPOK stabil dengan orang sehat.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a.Teoritis
Mengetahui Perbandingan Nilai Faal Paru antara Penderita PPOK Stabil dengan
Orang Sehat.
b.Aplikatif
kesembuhan pasien.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding alveolar
b. Patofisiologi
dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi juga oleh metaplasia sel goblet,
c. Patogenesis
terpenting adalah merokok, polutan udara lain, seperti sulfur dioksida dan
d. Diagnosis
1) Gambaran klinis
a) Anamnesis
(Wiyono, 2002)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Pemeriksaan Fisis
(1) Inspeksi
mencucu)
transversal sebanding)
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
(PDPI, 2001)
a) Spirometri
c) Kapasitas difusi
3) Elektrokardiogram
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan EKG.
(Hadiarto, 1998)
4) Radiologi
a) Hiperinflasi
b) Hiperlusen
d) Diafragma mendatar
drop appearance)
a) Normal
(PDPI, 2001).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Faktor Resiko
1) Faktor Pejamu
a) Genetik
d) Jenis Kelamin
2) Faktor Paparan
a) Merokok
b) Polusi udara
d) Infeksi
f. Derajat PPOK
a. PPOK Ringan:
b. PPOK Sedang:
c. PPOK Berat:
tiga tahap respirasi meliputi pemeriksaan ventilasi, difusi, dan perfusi. Hasil
pemeriksaan itu digunakan untuk menilai status kesehatan atau fungsi paru
pemeriksaan gold standar. Bila spirometer tidak tersedia dapat digunakan APE
hanya terdapat di rumah sakit besar saja, seringkali jauh dari jangkauan
udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu
yang dilakukan dengan menggunakan peak flow meter atau spirometer. Tujuan
pemeriksaan ini adalah mengukur secara objektif arus udara pada saluran napas
dianggap reprodusibel ialah jika perbedaan antara 2 nilai yang didapat < 10%
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk 3 kali maneuver atau < 15% untuk 4 kali maneuver dihitung dari nilai
harus dilakuakn secara serial, pagi, dan sore hari setiap hari selam
2 minggu.
asma dan nilai terbaik dengan cara pemeriksaan APE serial pagi
(Menaldi, 2001)
a. APE sesaat
b. APE tertinggi
3) APE tertinggi didapat dari nilai APE tertinggi dari hasil monitor
APE setiap hari 2 kali sehari pagi dan sore selama 2 minggu.
2002).
(Pradjnaparamita, 1997).
Harga normal nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) untuk laki-laki adalah
nilai APE pada populasi umum ditentukan oleh umur, jenis kelamin, ras, tinggi
a. Obstruksi : < 80% dari nilai dugaan atau pada orang dewasa jika
Nilai tertinggi
tidak berdiri sendiri (Muhammad, 2004). Faktor resiko meliputi faktor host,
paparan lingkungan dan penyakit biasanya muncul dari interaksi antara kedua
faktor tersebut.
umur, jenis kelamin, ras, dan tinggi badan (Alsagaff dan Mangunegoro, 1993).
Faktor lingkungan antara lain asap rokok, occupational dusts and chemicals,
polusi udara, infeksi saluran napas ( Daniel, 2004), nutrisi, status sosioekonomi,
Obstruksi saluran nafas ini bisa dibuktikan dengan pengukuran faal paru
dengan spirometer. Bila spirometer tidak tersedia dapat digunakan APE ( Daniel,
2004). Akibat obstruksi saluran napas dan karena lebih mudah mengempis
daripada normal, maka APE sangat berkurang (Guyton and Hall, 1997). Variasi
nilai APE sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan dan
B. Kerangka Pemikiran
Saluran Pernapasan
a. Genetik
b. Nutrisi
c. Hiperresponsif
jalan napas
d. Jenis Kelamin
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Tinggi badan
e. Riwayat penyakit
pernapasan
f. Rokok
g. Obat-obatan
C. Hipotesis
Terdapat perbandingan nilai faal paru antara penderita PPOK stabil dengan
orang sehat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
1. Subjek
kriteria eksklusi.
2. Kriteria inklusi
a.laki-laki
3. Kriteria eksklusi
D. Teknik Sampling
E. Ukuran Sampel
F. Rancangan Penelitian
Uji T
3. Tabel nilai normal APE untuk pria Indonesia berdasarkan tim IPP 1992
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
H. Cara Kerja
mencatat nilai APE pada kelompok kontrol dan kelompok sampel yang
dahulu mengenai rencana pemeriksaan, carakerja alat yang dipakai, dan hasil
yang akan dicatat. Setiap sample berada dalam posisi berdiri sambil
memegang sendiri alat Mini Wright Peak Flow Metre, kemudian melakukan
inspirasi maksimal melalui hidung dan bagian mulut pada alat (mouth piece)
dengan dihembuskan secara kuat melalui mulut yang sudah ada alatnya dan
tidak boleh ada udara yang keluar melalui hidung. Dilakukan 3 kali
2 menit antar pemeriksaan dan diambil nilai yang terbesar. Setiap akan ganti
Nilai yang dianggap reprodusibel ialah jika perbedaan antara dua nilai
yang didapat < 10%. Manuver tidak bisa diterima jika terlambat waktu mulai
Baca hasil pengukuran APE (nilai APE) ukur pada peak flow meter (dalam
L/menit). Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian, dibaca nilai
APE prediksi pada table nilai normal APE untuk pria Indonesia berdasarkan
I. Identifikasi variabel
3. Variabel Luar :
genetik.
1. Variable bebas :
a. PPOK stabil
b. Orang Sehat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
obstruksi.
a. Definisi : Yang dimaksud nilai faal paru dalam penelitian ini adalah
c. Satuan : L/menit
a. TB Paru
b. Asma
c. Umur
2003).
d. Jenis Kelamin
e. Ras
f. Tinggi Badan
Definisi: Tinggi badan sampel adalah tinggi bada sampel tanpa alas
(Mulyono, 2003)
g. Rokok
K. Analisis Data
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis dengan analisis
uji t menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang perbandingan nilai faal paru pada penderita PPOK Stabil
dengan Orang Sehat yang dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Dr.Moewardi pada awal
bulan November 2009 sampai akhir Februari 2010. Besar sampel keseluruhan pada
penelitian ini adalah 60 orang yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 30 orang
45-50 3 10 3 10
56-60 3 10 4 13,33
61-65 4 13,33 6 20
71-75 6 20 5 16,67
76-80 0 0 1 3,33
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa umur sampel PPOK stabil dan orang sehat di Poliklinik
Paru RSDM paling banyak adalah kelompok umur 66-70 tahun yaitu 11 orang dan 8
orang.
150-155 6 20 1 3,33
166-170 6 20 5 16,67
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak adalah kelompok dengan tinggi
badan 161-165 cm baik sampel PPOK stabil maupun orang sehat yaitu sebesar 11 orang
(36,67%).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Hasil uji t tentang beda Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara penderita PPOK
stabil dengan Orang sehat
Kelompok mean SD t p
Rata-rata persentase APE pada penderita PPOK stabil dengan orang sehat adalah masing-
Dari uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk terhadap nilai APE pasien PPOK
stabil dan orang sehat didapatkan nilai p=0,137 dan p=0,716. Jadi, bisa dikatakan
distribusi frekuensi APE pada kedua kelompok normal. Dengan demikian analisis
Setelah dilakukan uji t, maka didapatkan nilai p= 0,000, jadi terdapat perbedaan
yang bermakna pada nilai APE antara kelompok PPOK stabil dengan orang sehat.
Ternyata nilai APE penderita PPOK stabil lebih rendah (43,7%) dibandingkan dengan
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai perbandingan nilai Faal Paru pada penderita PPOK stabil
dengan orang sehat dilaksanakan dari awal bulan November 2009 hingga akhir Februari
2010. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Paru RSUD DR. Moewardi Surakarta.
sampel memenuhi kriteria atau tidak. Setelah mendapatkan sampel yang telah memenuhi
kriteria didapatkan 30 sampel kelompok penderita PPOK stabil dan 30 sampel kelompok
orang sehat.
Besarnya nilai APE tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur, tinggi
badan, dan paparan inhalan di tempat kerja (Alsegaff et al., 1993). Dalam penelitian ini
yang dibandingkan adalah presentase APE dimana nilai tersebut sudah dibagi dengan
nilai APE prediksi berdasarkan umur dan tinggi badan. Sehingga faktor umur dan tinggi
Dari hasil analisis data persentase APE sampel PPOK stabil dan orang sehat
dengan uji t didapatkan p=0,000 (p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat perbedaan
yang bermakna antara kedua kelompok tersebut, dimana persentase APE kelompok
PPOK stabil lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat. Hal ini disebabkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perubahan paru yang awalnya masih reversible lama kelamaan menjadi irreversible.
Pembatasan aliran udara biasanya bersifat progresif sehingga nilai faal parunya menurun
secara drastis. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor umur dan tinggi badan
sampel. Semakin tua seseorang berarti juga mengalami paparan yang lebih lama terhadap
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nindya
Susiarini mengenai perbandingan nilai APE pada pria berusia 50 tahun, baik yang tidak
mempunyai kelainan paru maupun yang menderita PPOK di RSUP dr.Kariadi Semarang.
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa adanya perbedaan nilai APE yang bermakna
antara kelompok penderita PPOK dan tanpa kelainan paru, dimana nilai APE kelompok
penderita PPOK lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tanpa kelainan paru.
Menurut Nolan dan White (1999) pengukuran FEV1 dinilai memiliki akurasi
yang lebih dibandingkan dengan pengukuran APE dalam mendiagnosa PPOK. Namun
demikian dalam penelitian yang dilakukan oleh Jackson dan Hubbard (2003) didapatkan
bahwa 90% sampel penderita PPOK dalam penelitian yang mereka lakukan memiliki
Ada 3 faktor utama penyebab PPOK yaitu merokok, polusi udara, dan infeksi.
Lingkungan kerja juga bisa menjadi faktor predisposisi. Selain itu juga bisa disebabkan
oleh faktor genetik yaitu defisiensi enzim α1-antitripsin. Pengaruh dari masing-masing
faktor risiko terhadap terjadinya PPOK saling memperkuat dan merokok merupakan
Paparan asap rokok akan mengakibatkan respon inflamasi yang berupa : edema,
membesarnya sel mukous dan sel goblet serta meningkatnya jumlah pembuluh darah
kecil yang kemudian berdilatasi, hipertrofi dan hiperplasi otot-otot jalan napas (Abiyoso,
2002). Akibat obstruksi saluran napas dan karena lebih mudah mengempis daripada
saluran normal maka APE sangat berkurang (Guyton & Hall, 1997).
BAB VI
A. Simpulan
pada awal bulan November 2009 hingga akhir Februari 2010 dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbandingan yang bermakna antara nilai faal paru penderita PPOK
stabil dengan orang sehat, dimana nilai faal paru penderita PPOK stabil lebih rendah
B. Saran
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar
dan ruang lingkup penelitian yang lebih luas sehingga hasil yang diperoleh lebih
sampel pada setiap kelompok umur dan tinggi badan agar didapatkan hasil yang
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff H., Mangunegoro H. 1993. Nilai Normal Faal paru Orang Indonesia pada
Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American
Thoracic Society (ATS) 1987. Surabaya: Airlangga University Press. pp : 26,
122-3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Barnes P.J., Shapiro S.D. and Pauwels S.A. 2003. Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Fur Respir J. 22:672-688.
GINA. 2002. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Global
Initiative for Asthma. P:70
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2008. Global
Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. USA, GOLD 2008, p:10.
Guyton A.C., Hall E.J. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hansel T.T., Barnes P.J. 2003. An Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Washington, DC: The Parthenon Publishing Group. pp: 10-4.
Jackson H., Hubbard R. 2003. Detecting chronic obstructive pulmonary disease using
peak flow rate: cross sectional survey. BMJ. 327: 653-4.
Jain P. 1998. Utility of Peak Expiratory Flow Monitoring. In: Chest the
Cardiopulmonary and Critical Care Journal. Vol.114. p: 862.
Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani W.I. dan Setiowulan W. (eds). 2000.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. edisi ke
3. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 480-2.
Menaldi R. 2001. Prosedur Tindakan Bidang paru dan Pernafasan dan Diagnosa dan
Terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FK UI, pp: 33-6.
Mulyono. 2003. Keserasian Ukuran Tempat Sujud (Shof Sholat) dengan Antropometri
jama’ah di Masjid se-Kodya Surakarta. http://www.journal.unair.ac.id. (28
Maret 2009)
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 110-4.
Nolan D., White P. 1999. FEV 1 and PEF in chronic obstructive pulmonary disease
management. Thorax. 54: 468
PB PAPDI. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FKUI 2007, p: 981.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2001. PPOK Pedoman Diagnosa dan
Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI, 2001
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Price S.A., Wilson L.M. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC. pp: 737-8,759,784
Riyanto B.S., Hisyam B. 2007. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam: Buku
Ajar, Ilmu Penyakit Dalam. edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp: 978-87
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfa beta. p: 119.
Yunus F. 1997. Faal paru dan olahraga. Jur Resp Ind. 17:100-5
Yunus F., Wiyono W.H. dan Harahap F. 2003. Pemeriksaan Spirometri. Dalam:
Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Yakarta: PIPKRA,
p: 10.