Anda di halaman 1dari 56

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH PEROKOK PASIF TERHADAP KEJADIAN


DISMENORE PRIMER

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Raisa Amini
G0007135

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Pengaruh Perokok Pasif terhadap Kejadian Dismenore


Primer

Raisa Amini, NIM: G.0007135, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Senin, 25 Oktober 2010

Pembimbing Utama

Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes


NIP : 19470927 197610 2 001 (.................................)

Pembimbing Pendamping

Nama : Yulia Lanti Retno Dewi, dr., MSi


NIP : 19610320 199203 2 001 (.................................)

Penguji Utama

Nama : Dr. Abkar Raden, dr., Sp. OG (K)


NIP : 19461019 197603 1 001 (.................................)

Anggota Penguji

Nama : Yoseph Indrayanto, dr., MS., Sp. And., SH.


NIP : 19560815 198403 1 001 (.................................)

Surakarta,................................

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS


NIP: 19660702 199802 2 001 NIP: 19481107 197310 1 003

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 25 Oktober 2010

Raisa Amini
NIM. G0007135

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Raisa A., G0007135, 2010. Pengaruh Perokok Pasif terhadap Kejadian


Dismenore Primer. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Tujuan Penelitian: Dismenore primer adalah gangguan ginekologis yang umum


terjadi pada wanita usia reproduksi. Dismenore primer merupakan nyeri haid
yang terjadi tanpa adanya kelainan panggul. Studi sebelumnya telah menemukan
hubungan antara merokok dan prevalensi dismenore primer. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara paparan asap tembakau
lingkungan dan terjadinya dismenore primer pada wanita.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik,


dengan pendekatan kohor retrospektif dan teknik sampling paparan tetap. Peneliti
melakukan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner untuk
mengumpulkan informasi. Penelitian dilaksanakan di 3 kecamatan kota Surakarta,
yakni Kecamatan Jebres, Lawean dan Pasar Kliwon. Sebanyak 120 orang wanita
berpartisipasi dalam penelitian ini, dibagi menjadi 60 perempuan perokok pasif
dan 60 wanita non perokok. Data dianalisis dengan SPSS 17,0 untuk Windows.

Hasil Penelitian: Hasil dari penelitian ini menunjukkan prevalensi dismenore


primer yang lebih rendah (p kurang dari 0.001) pada kelompok wanita tidak
terpapar dibandingkan pada kelompok wanita yang terpapar. Pada kalangan
wanita yang tidak terpapar asap rokok, 33,3% diantaranya mengalami dismenore
primer, sedangkan pada kalangan wanita yang terpapar asap rokok, 91,7%
diantaranya mengalami dismenore primer. Hasil Kai Kuadrat (X2) pada penelitian
ini ialah 43,556 (p.0.05). Diantara siklus paparan asap tembakau lingkungan,
terdapat hubungan dosis-respon yang positif dan signifikan antara paparan asap
tembakau dan peningkatan kejadian dismenore di dalam studi kohor ini.

Simpulan Penelitian: Berdasarkan data ini, terdapat perbedaan yang signifikan


dalam tingkat insiden dismenore primer antara wanita yang merokok pasif dan
wanita yang tidak merokok. Dengan rasio odds 23 yang berarti bahwa wanita
perokok pasif memiliki risiko 23 kali lebih besar untuk menderita dismenore
primer dibanding dengan wanita bukan perokok.

Kata kunci : Dismenore primer – perokok pasif

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Raisa A., G0007135, 2010. The Effect of Passive Smoking on the Incidence of
Primary Dysmenorrhea. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University.

Objective: Primary dysmenorrhea is a common gynecologic disorder in women


of reproductive age. Primary dysmenorrhea can be defined as painful
menstruation that occurs without pelvic abnormalities. Previous studies have
found an association between current cigarette smoking and prevalence of primary
dysmenorrhea. The purpose of this study was to examine the relationship between
exposure to environmental tobacco smoke (ETS) and the occurrence of primary
dysmenorrhea among women.

Methods: This was an observational analytic study, retrospective with cohort


approach and fixed-exposure sampling techniques. The researchers conducted
face-to-face interviews using a questionnaire to gather information. The study
held in 3 districts in the city of Surakarta, including Jebres, Lawean and Pasar
Kliwon. A total of 120 women participated in this study, divided into 60 passive
smoking women and 60 women who do not smoke. Data were analyzed with
SPSS 17.0 for Windows.

Results: The result showed that the prevalence of primary dysmenorrhea was
lower (p less than 0.001) at unexposed women than at exposed women. Among
women who were not exposed to smoke, 33.3% of them had primary
dysmenorrhea, whereas among women exposed to smoke, 91.7% of them had
primary dysmenorrhea. The result of Chi Square (X2) in this study was 43.556
(p.0.05). Among ETS-exposed cycles, there is a positive dose-response
relationship and significant correlation between ETS exposure and increased
incidence of dysmenorrhea in the study cohort.

Conclusion: Based on these data, there are significant differences in the incidence
rates of primary dysmenorrhea among passive smoking women and women who
do not smoke. With the odds ratio 23, which means that passive smoking women
have 23 greater risk for primary dysmenorrhea compared with non-smoking
women.

Key words : primary dismenorrhea – passive smoking

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat
dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul “Pengaruh Perokok Pasif terhadap Kejadian Dismenore Primer”
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan baik moril
maupun materil yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan
penelitian ini kepada:
1. Bapak Prof. DR. AA Subijanto, dr., MS, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah banyak membantu bagi kelancaran penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes selaku pembimbing utama yang
telah berkenan meluangkan waktu untuk mengarahkan serta memberikan
masukan kepada penulis.
4. Ibu Yulia Lanti Retno Dewi, dr., MSi selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan arahan, kritik dan saran demi sempurnanya
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abkar Raden, dr., Sp. OG (K) selaku penguji utama yang
telah berkenan menguji dan memberikan masukan bagi penulis.
6. Bapak Yoseph Indrayanto, dr., SH., MS. Sp. And selaku anggota penguji
yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan bagi penulis.
7. Prof. Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD sebagai penasehat dalam
penyusunan statistika dan metodologi penelitian.
8. Staf Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu penulis dalam memperlancar penyusunan skripsi.
9. Orang tua penulis Bapak drs. Mudzakir SH. dan Ibu Kadwirini Lestari.
dr., Ms yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis.
10. Cesarina Zulaiha S.Ked dan Imam Hidayat SE yang memberikan
motivasi penuh kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman di Pondok Ira Permai, teman-teman angkatan 2007, dan
seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu-persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini di masa
yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca serta menjadi sumbangan bagi ilmu
kedokteran selanjutnya.

Surakarta, 25 Oktober 2010

commit to user Raisa Amini


vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5
1. Rokok ...................................................................................... 5
2. Perokok pasif........................................................................... 11
3. Dismenore ............................................................................... 13
4. Dismenore Primer ................................................................... 15
5. Pengaruh Merokok Pasif terhadap Dismenore Primer ............ 21
B. Kerangka Pikiran........................................................................... 24
C. Hipotesis........................................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 25
A. Jenis Penelitian.............................................................................. 25
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 25
C. Subjek Penelitian........................................................................... 25
D. Teknik Sampling ........................................................................... 27
E. Rancangan Penelitian .................................................................... 28
F. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... 28
G. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 29
H. Instrumen Penelitian ..................................................................... 30
I. Cara Kerja ..................................................................................... 30
J. Teknik Analisis Data ..................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 34
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 40
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 44
A. Simpulan ....................................................................................... 44
B. Saran.............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
LAMPIRAN

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Unsur Asap Rokok .......................................................................... 7

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian (Data Kontinu)............................. 34

Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Penelitian (Data Kategorikal) ....................... 35

Tabel 4.3 Distribusi Dismenore Primer Menurut Jumlah Paparan Asap

Rokok yang Diperkirakan Melalui Jumlah Batang Rokok Per

Hari.................................................................................................. 36

Tabel 4.4 Distribusi Dismenore Primer Menurut Status Perokok ................... 37

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Pengaruh

Perokok Pasif terhadap Risiko Dismenore Primer, dengan

Mengontrol Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Usia

Menarche ........................................................................................ 38

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikiran Pengaruh Perokok Pasif terhadap

Kejadian Dismenore Primer ....................................................... 24

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Pengaruh Perokok Pasif terhadap

Kejadian Dismenore Primer ....................................................... 28

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Primer Hasil Penelitian.

Lampiran 2 Karakteristik Sampel Penelitian (Data Kontinu) Menurut Umur

Sampel dan Usia Menarche.

Lampiran 3 Karakteristik Sampel Penelitian (Data Kategorikal) Menurut

Status Dismenore Primer, Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan

Usia Menarche.

Lampiran 4 Perhitungan Statistik Chi Square Distribusi Dismenore Primer

Menurut Jumlah Paparan Asap Rokok yang Diperkirakan Melalui

Jumlah Batang Rokok Per Hari.

Lampiran 5 Perhitungan Statistik Chi Square Distribusi Dismenore Primer

pada Wanita yang Tidak Terpapar Asap Rokok dengan Wanita

yang Terpapar 1 – 11 Batang Rokok Per Hari.

Lampiran 6 Perhitungan Statistik Chi Square Distribusi Dismenore Primer

pada Wanita yang Tidak Terpapar Asap Rokok dengan Wanita

yang Terpapar ≥ 12 Batang Rokok Per Hari

Lampiran 7 Perhitungan Statistik Chi Square Hubungan Perokok Pasif

terhadap Kejadian Dismenore Primer

Lampiran 8 Perhitungan Statistik Chi Square Hubungan Pemakaian

Kontrasepsi Hormonal terhadap Kejadian Dismenore Primer


commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 9 Perhitungan Statistik Chi Square Hubungan Menarche Dini

terhadap Kejadian Dismenore Primer

Lampiran 10 Perhitungan Statistik Analisis Logistik Ganda tentang Pengaruh

Perokok Pasif terhadap Risiko Dismenore Primer, dengan

Mengontrol Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Usia

Menarche

Lampiran 11 Lembar Persetujuan Informed Consent

Lampiran 12 Kuesioner Penelitian

Lampiran 13 Kelaikan Etik

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gangguan menstruasi merupakan kejadian yang telah dialami oleh

hampir seluruh remaja selama riwayat menstruasinya. Tujuh puluh lima

persen perempuan pada tahap remaja akhir mengalami gangguan yang terkait

dengan menstruasi. Menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri, dan

perdarahan yang banyak pada waktu menstruasi merupakan keluhan tersering

yang menyebabkan remaja perempuan menemui dokter.

Cakir et al. dalam Sianipar (2009) menemukan bahwa dismenore

merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti

oleh ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi

menstruasi (5,3%). Tingginya angka kejadian dismenore pada remaja

menyebabkan dismenore menjadi salah satu masalah yang serius dan

memerlukan evaluasi yang seksama karena gangguan menstruasi yang tidak

ditangani dapat mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari.

Dismenore merupakan keadaan dimana nyeri haid sedemikian

hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan

pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa

hari. (Simanjuntak, 2007) Kasus dismenore primer, merupakan kejadian

dismenore yang paling sering terjadi, hal ini berhubungan erat oleh faktor
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

hormon lokal dalam rahim yang berkombinasi dengan faktor psikologis serta

keturunan atau genetik. Menurut Harlow dalam Anurogo (2008), dismenore

primer dapat disebabkan oleh: 1) menstruasi pertama pada usia kurang dari 12

tahun; 2) periode menstruasi yang lama; 3) aliran menstruasi yang hebat; 4)

memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami dismenore primer; 5)

kegemukan dan 6) merokok.

Merokok merupakan perilaku negatif, yang dapat merusak kesehatan.

Banyak penelitian telah dilakukan dan membuktikan bahwa merokok

meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit (Syahdrajat, 2007).

Sebatang rokok yang menyala pada temperatur yang sangat tinggi (900oC)

akan menghasilkan asap tembakau yang berisi lebih dari 4000 zat kimia,

banyak di antaranya beracun dan berbahaya. Asap rokok dibedakan menjadi

dua, yakni asap utama, yaitu asap rokok yang langsung dihisap oleh perokok

dan asap sampingan, yaitu asap yang dikeluarkan oleh perokok dan diisap oleh

perokok pasif (Sidartha, 2009).

Perokok pasif merupakan orang-orang bukan perokok yang menghirup

asap rokok dan emisi dari pembakaran tembakau oleh karena berada di sekitar

perokok, disebut juga sebagai involuntary smoking atau second hand smoking.

Berdasarkan hasil Susenas 2001, prevalensi perokok pasif dalam rumah adalah

sebesar 48,9% dari jumlah penduduk, atau 97.560.002 penduduk., dimana

prevalensi perokok pasif perempuan (66,0%) dua kali lipat lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki (31,8 %) (Pradono, 2002).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Perokok pasif tiga kali lipat lebih berbahaya dibandingkan perokok

aktif. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh

perokok pasif yang jumlahnya lebih besar, karena racun yang terisap melalui

asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Selain itu asap sampingan yang

dihirup oleh perokok pasif merupakan hasil pembakaran dengan temperatur

rendah, sehingga membuat pembakaran menjadi kurang sempurna dan

mengeluarkan lebih banyak bahan kimia. (Syahdrajat, 2007). Chen et al.

(2000) membuktikan bahwa nikotin pada wanita secara nyata memberikan

efek pengurangan aliran darah endometrium, dan peningkatan pengeluaran

Prostaglandin F2-alpha yang umum pada wanita dengan dismenore. Hal ini

mungkin dapat menjelaskan hubungan keduanya.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa rokok berperan penting

dalam kejadian dismenore primer, terlebih lagi paparan asap rokok yang

diterima oleh perokok pasif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana paparan asap rokok yang diterima oleh perokok pasif

berpengaruh dalam kejadian dismenore primer.

B. Rumusan Masalah

Apakah perokok pasif akan mempengaruhi kejadian dismenore primer?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya pengaruh perokok pasif terhadap kejadian

dismenore primer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

pengaruh perokok pasif terhadap kejadian dismenore primer.

2. Aspek Aplikatif

Melalui penelitian ini diharapkan kesadaran perokok aktif akan bahaya

merokok di tempat umum, sehingga secara tidak langsung menurunkan

angka kejadian dismenore primer.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rokok

Jumlah perokok di dunia saat ini telah melebihi 1 milyar penduduk,

dan lebih dari 80% berasal dari negara berkembang. Akibat dari

penggunaan tembakau ini, 5,4 juta orang meninggal setiap tahunnya, atau

rata-rata satu orang meninggal tiap detiknya. Secara nasional, konsumsi

rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang

merupakan urutan ke-5 dari 10 negara di dunia. Menurut WHO, prevalensi

pemakaian tembakau di Indonesia pada tahun 2005 ialah sebesar 4,5%

pada wanita dan 65,9% pada pria (WHO, 2004).

Rokok merupakan produk tembakau yang dibuat dengan

menggunakan seluruh atau sebagian daun tembakau sebagai bahan dasar.

Rokok dikonsumsi dengan cara diisap, dikunyah atau disedot. Produk

tembakau khususnya rokok dapat berbentuk sigaret, kretek, cerutu,

lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot dan tembakau tanpa

asap (Syahdrajat, 2007).

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran nafas dan jaringan paru. Pada saluran napas besar, dapat terjadi

hipertrofi sel mukosa dan hiperplasia kelenjar mukosa. Pada saluran napas
commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

kecil terjadi radang hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan

penumpukkan lendir. Pada jaringan paru, terjadi peningkatan jumlah sel

radang dan kerusakan alveoli (Syahdrajat, 2007).

Satu batang rokok tidak lain halnya dengan pabrik bahan kimia.

Dalam satu batang rokok mengandung 4000 bahan kimia. Asap rokok

dibedakan menjadi dua jenis. Asap dari ujung filter yang dihisap kedalam

mulut dan paru oleh perokoknya disebut asap utama (main stream smoke).

Sedangkan asap yang keluar dari ujung rokok yang dibakar tanpa dihisap

disebut asap rokok sampingan (side stream smoke) (Purnamasari, 2006;

Sidharta, 2009).

Secara umum bahan kimia dalam asap rokok digolongkan menjadi

dua komponen, yaitu komponen gas dan komponen partikel. Komponen

gas merupakan 92% dari total kandungan asap rokok, terdiri dari berbagai

jenis gas yang terdapat di dalam asap rokok diantaranya, gas Karbon

monoksida, Nitrogen oksida, Hydrogen sianida, Amoniak, dan senyawa

hidrokarbon. Komponen partikel, yakni komponen lain selain gas,

diantaranya adalah nikotin, tar, benzopiren, fenol, logam renik dan

cadmium (Purnamasari, 2006).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Table 2.1 Unsur Asap Rokok


Senyawa Efek
Fase Partikel
Tar Karsinogen
Hidrokarbonaromatik polinuklear Karsinogen
Nikotin Stimulator, depressor ganglion,
kokarsinogen
Fenol Kokarsinogen dan iritan
Kresol Kokarsinogen dan iritan
B-Naftilamin Kokarsinogen
N-Nitrosonor nikotin Kokarsinogen
Benzo(a)piren Kokarsinogen
Logam (nikel, arsen, polonium210) Kokarsinogen
Indol Akselator tumor
Karbazol Akselator tumor
Katekol Kokarsinogen
Fase Gas
Karbonmonoksida Pengurangan transport dan
pemakaian O2
Asam Hidrosianat Sitotoksin dan iritan
Asetaldehid Sitotoksin dan iritan
Akrolein Sitotoksin dan iritan
Amonia Sitotoksin dan iritan
Formaldehid Sitotoksin dan iritan
Oksida dari nitrogen Sitotoksin dan iritan
Nitrosamin Karsinogen
Hidrazin Karsinogen
Vinil Klorida Karsinogen
(Sumber: Purnamasari, 2006)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Zat toksin yang terdapat dalam asap rokok diantaranya adalah

nikotin yang bersifat adiktif, tar yang bersifat karsinogenik, serta Karbon

monoksida yang mempengaruhi transport dan pemakaian oksigen

(Syahdrajat, 2007). Menurut US Department of Health and Human

Services dalam WHO (2004) tembakau bersifat adiktif dan nikotin

merupakan zat di dalam tembakau yang menyebabkan sifat ketagihan

tersebut. Nikotin merupakan alkaloid beracun, hanya ditemukan di alam

pada tembakau. Dalam prosesnya nikotin cepat diserap oleh tubuh, dan

memberikan reaksi pada otak dalam 10-19 detik setelah terjadinya

penghisapan yang selanjutnya menjadi stimulator kuat bagi otak dan

sistem saraf sentral.

Nikotin dosis rendah cukup untuk mempengaruhi pelepasan

neurotransmiter dan sifat elektrofisiologi neuron-neuron (Picciotto et al.,

2000). Dopamin, suatu zat kimia di dalam otak yang merupakan

neurotransmiter serta neuromodulator penting yang mendasari efek

ketergantungan nikotin. Namun, penelitian akhir-akhir ini menunjukkan

bahwa dalam jangka panjang, nikotin sebenarnya menekan kemampuan

otak untuk mengalami kenikmatan. Dengan demikian, para perokok

membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk mencapai tingkat

kepuasan yang sama (Djuartina, 2006).

Nikotin dapat diserap dari semua tempat termasuk kulit. Nikotin

terutama mengalami metabolisme di hati, juga di paru dan ginjal. Nikotin

akibat inhalasi asap rokok dimetabolisme dalam jumlah yang berarti di


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

paru-paru. Waktu paruh, half-life time, nikotin 20 – 40 menit. Misalkan,

sehabis merokok satu batang (10mg nikotin dalam satu batang rokok),

dalam darah orang berat badan 70 kg (+/- 5kg darah) akan terdapat 40 ppb

(part per billion) nikotin; setelah 30 menit jumlahnya tersisa 20 ppb, dan

sesudah 30 menit berikutnya tersisa 10 ppb dan begitu seterusnya. Meski

pada dosis rendah dan waktu yang singkat, nikotin tetap mampu

menstimulir organ tertentu dan berbeda terhadap organ lain (Setiawati,

2007).

Pada seseorang yang berhenti terpapar nikotin, penyembuhan

“nyata” baru dikatakan dimulai, pada saat otak dialiri oleh darah yang

bebas nikotin. Untuk mencapai hal ini memerlukan waktu setidaknya

hingga 72 jam untuk serum darah menjadi bebas nikotin dan 90% dari

metabolit nikotin dihilangkan dari tubuh melalui urin. Kecepatan ekskresi

melalui urin tergantung dari pH urin, berkurang pada pH alkali dan

meningkat pada pH asam (Setiawati, 2007).

Canadian Cancer Society dalam penelitiannya menyebutkan,

nikotin juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut

jantung hingga 33 kali per menit. Nikotin menurunkan temperatur kulit

dan mengurangi peredaran darah di tungkai dan lengan. Nikotin

menyebabkan rasa mual pada perokok pemula dan perokok yang

menghisap rokok terlalu banyak (WHO, 2004).

Menurut Nakazawa dalam Djuartina (2006), menyimpulkan bahwa

menghisap rokok rendah nikotin, sebenarnya tidak mengalami penurunan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

asupan nikotin dibandingkan dengan rokok kretek. Tingkat nikotin yang

tinggi pada darah pemakai ’rokok rendah nikotin’ disebabkan oleh

perilaku kompensasi akibat ketergantungan nikotin. Mekanisme

kompensasi ini termasuk diantaranya; lebih banyak jumlah isapan per

rokok, volume isapan lebih besar dan peningkatan kedalaman inhalasi.

Filter ’rokok rendah nikotin’ terkadang terbuat dari amonium untuk

meningkatkan absorbsi nikotin, sehingga menghilangkan perlunya inhalasi

dalam. Filter ini juga diproses untuk mengurangi iritasi tenggorokan

sehingga perokok tidak menyadari inhalasinya yang dalam dan sering.

Mekanisme ini akan meningkatkan volume inhalasi, sehingga semakin

banyak zat beracun yang masuk ke dalam tubuh (Djuartina, 2006).

Karbon monoksida menyumbang sekitar 4% dari asap rokok untuk

setiap batang rokok. Afinitas karbon monoksida terhadap hemoglobin

lebih tinggi sehingga karbon monoksida mempunyai daya ikat yang lebih

kuat terhadap sel darah merah dengan membentuk Karboksihemoglobin.

Efek yang merugikan dari Karbon monoksida adalah mengurangi jumlah

Oksihemoglobin. Sedangkan Karboksihemoglobin tidak dapat mentransfer

oksigen ke jaringan. Hasil akhirnya ialah sel-sel tubuh mulai kekurangan

oksigen. Karbon monoksida juga meningkatkan penyimpanan kolesterol di

pembuluh darah arteri. Tar merupakan partikel padat yang dikeluarkan

pada saat tembakau dibakar. Penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker

paru dan kanker lainnya, emfisema dan bronkhitis kronik dikaitkan dengan

zat kimia tersebut (WHO, 2004).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2. Perokok Pasif

Baik perokok dan bukan perokok dapat mengalami efek kesehatan

yang merugikan dari asap hasil pembakaran rokok. Sementara perokok

aktif menghirup asap utama, perokok pasif menghirup asap sampingan,

yang dipancarkan ke udara sekitar. Asap sampingan adalah sumber utama

asap tembakau lingkungan, dimana asap tembakau lingkungan adalah asap

rokok yang dihirup seseorang dari sumber-sumber selain dari penghisapan

rokok secara langsung, yakni yang berasal dari; 1) Asap yang dikeluarkan

oleh perokok; 2) Pembakaran ujung rokok; 3) Merembes melalui kertas

dan filter dari rokok (WHO, 2000).

Perokok pasif dikategorikan sebagai bukan perokok yang

menghisap asap rokok para perokok paling tidak 15 menit dalam satu hari

selama satu minggu (Wang et al., 2009). Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ternyata

perokok aktif hanya menghisap 25 persen asap rokok yang berasal dari

ujung yang terbakar, yakni yang disebut sebagai asap utama, sementara 75

persen lainnya dihisap oleh perokok pasif dalam bentuk asap sampingan

(Pradono, 2001).

Asap rokok sampingan mengandung zat-zat berbahaya yang lebih

tinggi dibandingkan asap rokok utama. Hal ini disebabkan oleh tembakau

yang terbakar pada temperatur lebih rendah ketika rokok sedang tidak

dihisap. Keadaan ini menyebabkan pembakaran menjadi kurang lengkap

dan mengeluarkan lebih banyak bahan kimia (Aditama, 2006).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Zat toksin lebih banyak didapatkan pada asap sampingan, misalnya

nikotin 4 sampai 6 kali lipat, CO 5 kali lipat, benzopiren 3 kali, dan

amoniak 50 kali lipat dibandingkan asap utama. Bahan-bahan ini dapat

bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruangan setelah rokok

berhenti. Environmental Tobacco Smoke (ETS) dikenali sebagai penyebab

langsung penyakit paru pada dewasa dan anak-anak (Murphy, 2006).

Perokok pasif memiliki risiko untuk berkembangnya kanker, penyakit

paru, dan penyakit jantung iskemik. Paparan yang lama terhadap

lingkungan asap rokok akan meningkatkan risiko kematian 20-30% pada

perokok pasif. ETS menyebabkan sekitar 3000 kematian per tahun akibat

kanker paru (Syahdrajat, 2007).

Menurut penelitian U.S. Environmental Protection Agency, dan

California State Environmental Protection Agency dalam WHO (2007),

keduanya membuktikan bahwa perokok pasif meningkatkan risiko kanker

paru, penyakit kardiovaskular dan asma. The U.S. Report of the Surgeon

General dalam WHO (2007) lebih lanjut menyatakan bahwa:

a. Dibandingkan dengan asap rokok yang dihirup oleh si perokok, asap

rokok sampingan mengandung karsinogen dan zat zat toksik dalam

persentase yang lebih tinggi.

b. Bahkan paparan singkat yang diterima oleh perokok pasif, dapat

menyebabkan efek buruk segera untuk sistem kardiovaskular, sehingga

meningkatkan risiko serangan jantung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

c. Orang-orang bukan perokok, namun terpapar oleh asap rokok

sampingan di rumah atau tempat bekerja, 25% sampat 30% memiliki

risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung dan penyakit paru-paru.

Bahaya merokok pasif terhadap kesehatan anak-anak ialah karena

asap sampingan dapat mempengaruhi kesehatan anak-anak di setiap tahap

pertumbuhan dan perkembangan mereka, begitu pula halnya pada ibu

hamil, merokok pasif dapat mempengaruhi perkembangan janin. Setelah

kelahiran merokok pasif dapat mengakibatkan sindrom kematian bayi

mendadak atau Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), penyakit

pernafasan akut maupun kronis dan secara negatif mempengaruhi

perkembangan fungsi paru-paru (WHO, 2007).

3. Dismenore

Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling

sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

berkonsultasi hingga mendapatkan pengobatan. Istilah dismenore berasal

dari bahasa Yunani yang terdiri dari dys yang berarti gangguan,

abnormalitas atau nyeri hebat, meno yang berarti bulan dan rrhea yang

berarti aliran. Sehingga dapat didefinisikan bahwa dismenore ialah

gangguan aliran darah atau nyeri saat haid (Widjanarko, 2006).

Gangguan nyeri haid ini bersifat subyektif, berat atau intensitasnya

sukar dinilai. Dismenore dibagi atas dismenore primer dan dismenore

sekunder. Dismenore primer merupakan keluhan ginekologis yang umum


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

di kalangan wanita muda. Gejala primer dismenore termasuk sakit

spasmodik yang biasanya terjadi hanya sebelum atau pada awal

menstruasi, dan biasanya dirasakan diperut bagian bawah, atau bahkan

dapat menjalar ke bagian belakang hingga ke paha (Park, 2005). Kadang-

kadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil

(Junizar et al., 2001).

Pada dismenore sekunder, ditandai khas oleh nyeri yang mulai

pada saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid.

Dapat disebabkan antara lain oleh karena endometriosis, stenosis kanalis

servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium, infeksi pelvis, apendisitis,

kelainan organ pencernaan, bahkan kelainan ginjal. Keluhan dismenore

sekunder akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan,

kurang nutrisi, peminum kopi, peminum alkohol, perokok, tidak aktif

secara seksual dan pada wanita yang tidak pernah melahirkan. Dismenore

juga biasa dialami oleh wanita yang dalam keluarganya memiliki riwayat

dismenore (Simanjuntak, 2007).

Lebih lanjut Mansjoer (2001) menyebutkan, gejala-gejala

dismenore sekunder biasanya dialami oleh wanita dengan usia yang lebih

tua, jarang sebelum 25 tahun, tidak berhubungan dengan siklus paritas

maupun dengan adanya ovulasi. Nyeri sering terasa terus menerus dan

tumpul. Seringkali untuk penatalaksanaannya diperlukan tindakan operatif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

4. Dismenore Primer

Dismenore primer, ialah nyeri haid yang terjadi tanpa adanya

keadaan patologis yang nyata pada alat reproduksi, atau dengan kata lain

pemeriksaan pelvik menunjukkan keadaan normal (Simanjuntak, 2007).

Kondisi ini terkait dengan siklus ovulasi, hal ini dibuktikan oleh kontraksi

miometrium yang diakibatkan oleh induksi prostaglandin yang berasal dari

sekretorik endometrium, sehingga menyebabkan iskemia uterus dan nyeri

(Park, 2005).

Mansjoer (2001) menyebutkan, gejala-gejala dismenore primer

diantaranya dialami oleh wanita dengan usia lebih muda, maksimal usia

15-25 tahun. Lebih sering terjadi pada nulipara. Timbul setelah terjadinya

siklus haid yang teratur dan hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik.

Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik yang timbul

mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid. Untuk

penatalaksanaannya dismenore primer ini sering memberikan respon

terhadap pengobatan medikamentosa. Pada dismenore primer tahap lanjut

sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala.

Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore

primer yaitu:

a. Prostaglandin

Bukti terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenore

primer disebabkan oleh prostaglandin F2-alfa. (Anton, 2009)

Prostaglandin adalah cyclooxygenase (COX), metabolit dari asam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

lemak tak jenuh seperti asam arakidonat. Bahan-bahan ini disintesis

dalam respons terhadap berbagai rangsangan dalam berbagai sel,

segera dibebaskan setelah sintesis, dan bertindak di sekitar sintesis

mereka untuk mempertahankan homeostasis lokal. (Sugimoto, 2007)

Kadar zat ini meningkat pada keadaan dismenore dan

ditemukan di dalam otot uterus. Pickles et al. dalam Junizar (2001)

mendapatkan bahwa kadar prostaglandin E2 dan prostaglandin F2-alfa

sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita

yang menderita dismenore primer. Peningkatan level prostaglandin ini

berkorelasi baik dengan derajat dari nyeri (Anton, 2009).

Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan

serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara

peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan

miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mm Hg

dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu

disimpulkan bahwa prostaglandin yang dihasilkan uterus berperan

dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi

miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi

aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang

mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin

dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka

selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare,

mual, muntah (Junizar et al., 2001).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

b. Hormon steroid seks

Dismenore primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik.

Artinya, dismenore hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh

progesteron. Sedangkan sintesis prostaglandin berhubungan dengan

fungsi ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan

terbentuknya PGF2-alfa dalam jumlah yang banyak. Hal ini telah

dibuktikan pada kambing yang diberikan PGF2-alfa secara sistemik

menyebabkan regresi korpus luteum, ditandai dengan menurunnya

kadar hormon progesteron sampai 60% dalam waktu 8 jam setelah

pemberian PGF2-alfa (Towle et al., 2002)

Kadar progesteron yang rendah akibat regresi corpus luteum

menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga

meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 (Junizar et al., 2001).

Fosfolipase-A2 secara tidak langsung akan memacu biosintesis

prostaglandin. Karena fosfolipase-A2 ialah enzim yang berperan

sebagai katalisator dalam sintesis PG melalui perubahan fosfolipid

menjadi asam arakhidonat (Wilmana, 2007).

c. Sistem saraf (neurologik)

Uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom yang terdiri dari

sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate dalam Junizar (2001)

mengemukakan bahwa dismenore ditimbulkan oleh

ketidakseimbangan pengendalian sistem saraf otonom terhadap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

miometrium. Dimana pada kejadian dismenore primer terjadi

perangsangan berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut

sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.

Sebuah hipotesis saraf juga telah dianjurkan untuk patogenesis

dismenore primer. Neuron nyeri tipe C distimulasi oleh metabolit

anaerob yang dihasilkan oleh iskemik endometrium (Anton, 2009).

d. Vasopresin

Hormon vasopresin merupakan hormon yang berasal dari

hipofise posterior. Hormon ini diduga memainkan peran dalam

timbulnya hipersensitivitas miometrium, penurunan aliran darah uterus

serta nyeri pada pasien dismenore primer. Lebih lanjut dikatakan oleh

Bambang (2006) bahwa peranan vasopresin pada endometrium

berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

e. Psikis

Rasa nyeri pada dasarnya tergantung dari hubungan susunan

saraf pusat, khususnya talamus dan korteks. Pada dismenore, faktor

psikis sangat berpengaruh, nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat

oleh keadaan psikis penderita. Keadaan psikis seringkali

mempengaruhi peningkatan hormon katekolamin dan vasopressin.

Dimana peningkatan keduanya akan mengakibatkan peningkatan

prostaglandin dalam merangsang sensitivitas nyeri. (Mansjoer et al.,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

2001). Seringkali segera setelah perkawinan dismenore hilang, dan

jarang masih menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan

tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik

pada genitalia maupun perubahan psikis (Junizar et al., 2001)

Dmitrovic dalam Park et al, (2005) menemukan bahwa wanita

dengan dismenore primer mengalami peningkatan indeks Doppler di arteri

uterine tidak hanya pada hari pertama dari siklus tetapi di seluruh siklus.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat gangguan aliran darah pada wanita

dengan dismenore primer.

Untuk penatalaksanaan dismenore priemer, sampai saat ini,

farmakoterapi merupakan tatalaksana yang paling dapat diandalkan dan

pengobatan yang efektif untuk meredakan dismenore. Karena rasa sakit

hasil dari kontraksi rahim, anoxia, dan iskemia. Keadaan-keadaan tersebut

dimediasi oleh prostaglandin. Pengurangan gejala dapat diperoleh dari

penggunaan agen yang menghambat sintesis prostaglandin yakni obat anti

inflamasi dan analgesik (Anton, 2009).

Non steroid anti inflammatory drugs adalah yang paling sering

digunakan pengobatan untuk dismenore. NSAID mengurangi nyeri haid

oleh menurunnya tekanan intrauterin dan menurunkan tingkat

prostaglandin F2-alpha. NSAID bekerja menghambat enzim

siklooksigenase, sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin

terganggu (Wilmana, 2007). NSAID yang secara khusus disetujui oleh US

Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan dismenore


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

diantaranya: diclofenac, ibuprofen, ketoprofen, meclofenamate, asam

mefenamat, naproxen. Obat analgesik lain seperti parasetamol dan co-

proxamol merupakan obat alternatif pada kasus terdapat kontraindikasi

penggunanan NSAID. (Holder, 2009)

Kontrasepsi oral jenis kombinasi menekan sumbu hipotalamus-

hipofisis-ovarium dan dengan demikian menghambat ovulasi dan

mencegah produksi prostaglandin pada akhir fase luteal. Hal ini biasanya

secara signifikan mengurangi jumlah aliran menstruasi dan efektif

mengurangi dismenore primer di sebagian besar pasien. Kontrasepsi oral

jenis kombinasi yang biasanya digunakan dalam penatalaksanaan

dismenore primer ialah microgynon dan nordette-28. (Widjanarko, 2006)

Dalam penelitian lain pada dismenore, nyeri dapat diatasi

dengan berbagai pendekatan non medika-mentosa yang meliputi

akupuntur, transcutaneous electrical nerve stimulation dan kompres

hangat lokal. Sekarang diketahui juga bahwa sistem saraf pusat (SSP),

sistem saraf otonom, sistem endokrin, dan sistem imun berinteraksi

dengan satu sama lain dalam kejadian dismenore primer (Park, 2005)

Menurut Junizar et al. (2001) penusukan akupunktur akan

merangsang target organ melalui jalur refleks saraf humoral dan otonom,

sehingga siklik AMP meningkat, akibatnya pelepasan mediator dari sel

mast dihambat, yang termasuk di dalamnya ialah prostaglandin.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) berperan dalam

merubah kemampuan tubuh untuk menerima rangsang nyeri dan terhadap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

kontraksi uterus. Terdapat dua jenis dari transcutaneous electrical nerve

stimulation, yakni high-frquency TENS dan low-frquency TENS. High-

frquency TENS menggunakan denyut gelombang frekuensi 50-120 Hz,

sedangkan low-frquency TENS menggunakan denyut gelombang frekuensi

1-4 Hz (Widjanarko, 2006). Selain itu tiamin, vitamin E dengan dosis 200

IU dua kali per hari selama 5 hari pada awal menstruasi, suplemen minyak

ikan dan makanan yang rendah lemak maupun vegetarian, dilaporkan

menurunkan kejadian nyeri menstruasi (French, 2005).

5. Pengaruh Merokok Pasif terhadap Dismenore Primer

Banyak studi epidemiologi telah menunjukkan hubungan antara

dismenore primer dan beberapa faktor risiko lingkungan, termasuk

merokok saat ini. Di samping perokok aktif, perokok pasif kini telah

tersebar luas di populasi, dan menjadi salah satu faktor risiko penting

untuk kejadian yang merugikan reproduksi pada wanita. Wanita yang

terpapar asap tembakau lingkungan, dengan kata lain terkena sebagian

besar konstituen yang sama seperti yang tercantum dalam asap arus utama,

tetapi pola dan jumlah paparan berbeda. (Li et al., 2007)

Paparan asap rokok sampingan lebih berbahaya dibandingkan yang

dilakukan oleh asap rokok utama. Soares et al. (2007) dalam penelitiannya

telah membuktikan bahwa merokok cukup memberikan dampak negatif

terhadap fungsi reproduksi, Bahkan infertilitas serviks telah dikaitkan

dengan kebiasaan merokok. Dukungan untuk usulan ini juga berasal dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

pengamatan bahwa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang

dihasilkan oleh pembakaran tidak efisien dari ujung rokok yang membara

menghasilkan konsentrasi PAH 10 kali lipat lebih tinggi di asap rokok

sampingan dibandingkan dengan asap rokok utama (Lodovici et al., 2004).

Dari kontaminan dalam asap rokok, PAH telah terbukti menimbulkan

berbagai efek buruk pada kesehatan reproduksi termasuk di dalamnya

ialah kejadian dismenore pada hewan pengerat dan studi manusia (Neal,

2005).

Menurut studi Hornsby et al. dalam Chen et al. (2000) perempuan

yang terpapar asap tembakau lingkungan dilaporkan menderita dismenore

dibandingkan dengan wanita tidak terpajan. Studi lain sebelumnya juga

menunjukkan terdapat hubungan dosis-respons yang signifikan antara

paparan asap tembakau lingkungan dan peningkatan insiden dismenore

primer pada perempuan muda. Lebih spesifik lagi, Dorn et al. (2009)

dalam penelitiannya menyebutkan, risiko dismenore dua kali lebih tinggi

pada wanita yang terpapar 10-30 rokok per hari dan risiko ini meningkat

sejalan dengan peningkatan durasi merokok.

Rokok tembakau mengandung beberapa zat. Karbohidrat dan

protein merupakan komponen yang paling representatif, tetapi hadir

alkaloid secara signifikan juga. Nikotin, khususnya, mewakili 90% -95%

dari total alkaloid. Nikotin adalah zat yang sangat beracun dan diserap

dengan cepat melalui saluran pernafasan, mukosa mulut, dan kulit (Miceli,

2005). Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa karena nikotin adalah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

vasokonstriktor, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah

endometrium, yang umum pada wanita dengan dismenore. Studi pada

manusia dan hewan model menunjukkan bahwa nikotin mengurangi aliran

darah rahim dengan rata-rata 30 sampai 49% (Chen et al., 2000).

Vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan iskemia, yang

selanjutnya akan memacu pengeluaran prostaglandin. Prostaglandin

menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf

terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar

prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan

tekanan intra uterus sampai 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi

miometrium yang hebat (Junizar et al., 2001).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pikiran

Gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan hubungan perokok pasif

terhadap dismenore primer. Kerangka pemikiran ini juga mengikutsertakan

variabel luar yang tidak diteliti, yakni gizi, psikis dan genetik.

Perokok Pasif

Terpapar nikotin dari


asap rokok

Pembuluh darah uterus


vasokonstriksi

Ischemia

Pengeluaran Fosfolipid

Diubah menjadi Asam Arakidonat

Prostaglandin meningkat Gizi

Dismenore primer Psikis

Genetik

Gambar 2.1
Kerangka Pikiran Pengaruh Perokok Pasif terhadap Kejadian Dismenore Primer

C. Hipotesis

commit to
Perokok pasif meningkatkan kejadian user
dismenore primer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan

metode kohor retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga

Juli tahun 2010.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jebres, Kelurahan Lawean

dan Kelurahan Pasar Kliwon. Dipilihnya ketiga Kelurahan tersebut didasari

oleh alasan banyaknya penduduk dengan kriteria sosial ekonomi menengah ke

bawah, karena pengkonsumsi rokok di Indonesia terbanyak kalangan ekonomi

menengah dan rendah. Menurut Soetiarto (2002), dari total keseluruhan

pendapatan kepala keluarga dengan sosial ekonomi menengah dan rendah,

40% diantaranya dipergunakan untuk konsumsi rokok.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Sumber

Semua wanita di Kelurahan Jebres, Kelurahan Lawean dan

Kelurahan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

2. Sampel

Subjek pada penelitian ini adalah wanita di Kelurahan Jebres,

Kelurahan Lawean dan Kelurahan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang

memenuhi kriteria inklusi.

3. Besar Sampel

Karena pada penelitian ini digunakan analisis multivariat, rasio

jumlah subjek dan variabel tidak boleh kurang dari 5:1. Jumlah sampel

yang dibutuhkan adalah:

N = 15 hingga 20 subjek per variabel independen

Bila jumlah variabel independen (m) ≤ 5, terdapat alternatif rumus

ukuran sampel lainnya, yaitu:

n > 50 + m

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel untuk penelitian

ini adalah n > 50 + 3. jadi minimal dibutuhkan adalah 53 sampel (Murti,

2010). Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang dipergunakan masing-

masing sebanyak 60 orang dari kelompok terpapar asap rokok sampingan

dan 60 orang dari kelompok yang tidak terpapar asap rokok sampingan.

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1) Wanita yang bertempat tinggal di Kelurahan Jebres, Kelurahan


commit
Lawean dan Kelurahan to user
Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

2) Perokok Pasif

3) Bukan Perokok

4) Bersedia mengikuti penelitian ini

b. Kriteria Eksklusi

1) Memiliki riwayat kelainan ginekologik.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling dimana setiap yang memenuhi kriteria di atas dimasukkan

dalam penelitian (Murti, 2010). Jenis purposive sampling yang akan

digunakan adalah fixed-exposure sampling. Fixed-exposure sampling

merupakan skema pencuplikan yang dimulai dengan memilih sampel

berdasarkan status paparan subjek, sedang status penyakit subjek bervariasi

mengikuti status paparan subjek yang sudah fixed (Murti, 2003).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

E. Rancangan Penelitian

Populasi

Nilai status paparan asap rokok

Perokok pasif Bukan perokok pasif

Sampel wanita Sampel wanita bukan


perokok pasif perokok pasif

Status dismenore Status dismenore


primer primer

Dismenore Tidak dismenore Tidak dismenore Dismenore


primer primer primer primer

Uji Chi
Kuadrat

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Pengaruh Perokok Pasif terhadap Kejadian


Dismenore Primer

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Perokok pasif

2. Variabel terikat : Dismenore primer

3. Variabel :

a. Terkendali

1) Tidak menderita kelainan ginekologi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

2) Pemakaian kontrasepsi hormonal

3) Menarche kurang dari 12 tahun

b. Tidak terkendali

1) Psikologi

2) Diet

3) Genetik

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas: Perokok pasif

a. Perokok pasif dalam penelitian ini didefinisikan sebagai seseorang

yang tidak merokok secara aktif, namun memiliki anggota keluarga

serumah yang merokok atau bekerja di tempat dengan paparan asap

rokok tinggi. Perokok pasif juga dapat didefinisikan sebagai seseorang

yang terpapar asap rokok sekurang-kurangnya 15 menit dalam 1 hari

selama 1 minggu.

b. Skala: Nominal.

2. Variabel bebas: Bukan perokok

a. Bukan perokok pasif dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

seseorang yang tidak merokok secara aktif, dan tidak memiliki anggota

keluarga serumah yang merokok ataupun bekerja di tempat dengan

paparan asap rokok tinggi.

b. Skala: Nominal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

3. Variabel terikat: Dismenore primer

a. Dismenore primer dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nyeri haid

yang terjadi tanpa adanya keadaan patologis pada alat reproduksi,

nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik yang timbul

mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.

b. Skala: Nominal

4. Variabel terikat: Tidak dismenore primer

a. Bukan dismenore primer dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

keadaan seseorang yang tidak mengalami nyeri haid yang sering terasa

sebagai kejang uterus dan spastik yang timbul mendahului haid dan

meningkat pada hari pertama atau kedua haid.

b. Skala

Skala: Nominal

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ialah kuesioner dengan

bantuan wawancara.

I. Cara Kerja

1. Penulis membuat surat izin penelitian dan mengirimnya ke setiap

kelurahan yang dijadikan lokasi penelitian.

2. Setelah mendapatkan izin, penulis akan menetapkan sampel (dengan

metode yang telah dijelaskan sebelumnya).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

3. Selanjutnya dilakukan penelitian dengan instrumen kuesioner dan

ditambah wawancara tatap muka.

4. Hal pertama yang dilakukan ketika penulis bertemu dengan wanita yang

menjadi sampel ialah menjelaskan tujuan penelitian sekaligus melakukan

informed concent (Principle of Autonomy and Respect).

5. Peneliti juga menjelaskan bahwa pada penelitian ini tidak dilakukan

intervensi yang menyakiti sampel (Principle of Non Maleficence).

6. Selain itu penulis juga menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh

sampel bila mengikuti penelitian ini (Principle of Beneficence). Manfaat

mengikuti penelitian ini antara lain menambah pengetahuan mengenai

merokok pasif dan dismenore primer sehingga dapat mengurangi angka

kejadian dismenore primer.

7. Penulis juga menjelaskan bahwa identitas dan hasil setiap sampel akan

dijaga kerahasiannya (Principle of Confidentiality).

8. Bila wanita tersebut bersedia ikut dalam penelitian ini, penulis akan

mengajukan kuesioner dan wawancara.

9. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis

data yang telah dipilih.

J. Teknik Analisis

Untuk membuktikan apakah merokok pasif berhubungan dengan

peningkatkan kejadian dismenore primer, data yang diperoleh diuji dengan uji

Chi Kuadrat – SPSS 17 for Windows. Penghitungan rasio odds dilakukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

untuk mengetahui seberapa kuat hubungan perokok pasif terhadap kejadian

dismenore primer. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis multivariat

berupa regresi logistik untuk menganalisa variabel luar yang tidak direstriksi.

Data diolah dengan menggunakan metode statistik uji Chi-square

dengan taraf signifikansi 0,05. Dari data yang diperoleh dimasukkan dalam

tabel 2x2 sebagai berikut:

Dismenore Tidak Total

primer Dismenore

Primer

Perokok pasif A B a+b

Bukan Perokok Pasif C D c+d

Total a+c b+d N

OR = A x D / B x C

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan, maka digunakan rumus:

2
N (ad-bc)2
X =

(a + b)(c + d)(a + c)(b + d)

Dimana:

OR : Odds Ratio

X2 : Chi-Square

N : jumlah sampel

a, b, c, d commit to user
: frekuensi dari masing-masing variabel
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Setelah X2 diketahui, kemudian dibandingkan dengan X2 tabel sehingga:

1. X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05) terdapat hubungan yang sangat bermakna.

2. X2 hitung = X2 tabel (p < 0,05) terdapat hubungan yang bermakna.

3. X2 hitung < X2 tabel (p < 0,05) tidak ada hubungan yang bermakna.

Cara pengambilan simpulan analisis data (Murti, 2010):

H0 diterima dan Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel (p < 0,05)

H0 ditolak dan Ha diterima bila X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05)

Dimana:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara merokok pasif dengan kejadian

dismenore primer.

Ha : Terdapat hubungan antara merokok pasif dengan kejadian

dismenore primer.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Jebres, Kelurahan Laweyan dan

Kelurahan Pasar Kliwon, pada bulan Juni hingga Juli 2010. Sampel penelitian

berjumlah 120 responden yang terdiri dari 60 responden dari kelompok

terpapar asap rokok dan 60 responden dari kelompok tidak terpapar asap

rokok. Secara lengkap karakteristik sampel penelitian yang diperoleh melalui

kuesioner yang dipandu dengan wawancara pada penelitian ini didapatkan

hasil sebagai berikut (Tabel 4.1 dan Tabel 4.2).

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian (Data Kontinu)


Variabel N Mean SD Min Maks
Umur sampel (tahun) 120 20.58 3.58 16.00 34.00
Usia menarche (tahun) 120 13.40 1.10 11.0 16.00
(Data Primer, 2010)

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik subjek penelitian (data kontinu).

Rata-rata umur sampel ialah 20 tahun, dengan usia termuda yakni 16 tahun

dan usia tertua 34 tahun. Rata-rata usia sampel saat pertama kali menstruasi

ialah 13 tahun. Terdapat sampel yang mengalami menarche pada usia muda,

yakni 11 tahun, namun ada pula yang baru mengalami menarche di usia 16

tahun.

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Penelitian (Data Kategorikal)


Variabel N Persen
Status Dismenore Primer
- Tidak dismenore primer 45 37.5 %
- Dismenore primer 75 62.5 %
Total 120 100 %
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
- Tidak memakai kontrasepsi hormonal 116 96.7%
- Memakai kontrasepsi hormonal 4 3.3 %
Total 120 100 %
Usia Menarche
- ≥ 12 tahun 118 98.3 %
- < 12 tahun 2 1.7 %
Total 120 100%
(Data Primer, 2010)

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik sampel penelitian menurut status

dismenore primer, pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia menarche.

Dalam penelitian ini terdapat 75 kasus wanita mengalami dismenore primer

dan 45 wanita tidak mengalami dismenore primer. Pada Tabel 4.2 juga dapat

diketahui, bahwa dalam penelitian ini dari 120 sampel wanita yang ikut serta,

hanya 4 sampel yang memakai kontrasepsi hormonal. Sedikitnya sampel yang

mewakili variabel perancu pemakaian kontrasepsi hormonal juga didapati

pada sampel dengan usia menarche kurang dari 12 tahun. Hanya terdapat 2

sampel yang mengalami menarche saat berusia kurang dari 12 tahun dari 120

total sampel.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 Distribusi Dismenore Primer Menurut Jumlah Paparan Asap Rokok
yang Diperkirakan Melalui Jumlah Batang Rokok Per Hari
Tidak Dismenore Dismenore Total OR P
Primer Primer
0 batang 30 28 58 1.0 -
(51,7 %) (48,3%) (100%)
1–11 batang 10 13 23 1.4 0.252
(43,5%) (56,5%) (100%)
≥ 12 batang 5 34 39 7.3 < 0.001
(12,8%) (87,2%) (100%)
Total 45 75 120
(37,5%) (62,5%) (100%)
(Data Primer, 2010)

Pada Tabel 4.3 dapat terlihat adanya hubungan dosis-respons yang

signifikan antara paparan asap tembakau lingkungan dan peningkatan insiden

dismenore primer pada wanita (Tabel 4.3). Terlihat dari 100% wanita yang

tidak terpapar oleh asap rokok sama sekali, 48,3% diantaranya mengalami

dismenore primer. Sedangkan dari 100% wanita yang terpapar asap rokok 1

hingga 11 batang per harinya, 56,5% diantaranya mengalami dismenore

primer. Persentase kejadian dismenore primer juga semakin meningkat pada

wanita yang terpapar asap rokok lebih dari sama dengan 12 batang per

harinya, karena dari 100% wanita tersebut, 87,2% diantaranya mengalami

dismenore primer.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

B. Uji Chi Kuadrat

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas

dan perancu dengan variabel terikat, pada awalnya digunakan analisis bivariat

berupa uji Chi-Square. Uji ini digunakan untuk menganalisis pengaruh

perokok pasif terhadap kejadian dismenore primer, tanpa mengontrol

pengaruh faktor perancu (crude analysis) seperti yang tercantum pada Tabel

4.4. Variabel bebas penelitian ini adalah perokok pasif, sedangkan variabel

terikatnya ialah dismenore primer. Variabel perancu terdiri dari pemakaian

kontrasepsi hormonal dan usia menarche.

Tabel 4.4 Distribusi Dismenore Primer Menurut Status Perokok


Dismenore Primer OR 95% CI X2 P
Tidak Ya Jumlah
Bukan Perokok 40 20 60
(%) 66.7% 33.3% 100%
Perokok Pasif 5 55 60 22 7.6 – 63.6 43.56 <0.001
(%) 8.3% 91.7% 100%
Total 45 75 120
(%) 37.5% 62.5% 100%
(Data Primer, 2010)

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa dismenore primer

(berdasarkan jumlah presentase) lebih banyak dialami oleh wanita perokok

pasif dibanding wanita bukan perokok. Dari 60 responden wanita bukan

perokok, 33,3% responden (20 orang) diantaranya mengalami dismenore

primer dan 66,7% responden lainnya (40 orang) lainnya tidak mengalami

dismenore primer. Sedangkan dari 60 responden wanita perokok pasif, 91,7%


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

(55 orang) respondennya mengalami dismenore primer dan 8,3% responden (5

orang) lainnya tidak mengalami dismenore primer. Sehingga dapat diketahui

bahwa dismenore primer lebih banyak dialami oleh wanita perokok pasif,

yaitu sebanyak 55 orang, dibandingkan pada wanita bukan perokok yang

hanya sebanyak 20 orang.

Dari Tabel 4.4 juga terlihat adanya hubungan yang sangat bermakna

secara statistik antara perokok pasif dengan kejadian dismenore primer

(p<0.001) dan dengan melihat nilai odds ratio sebesar 22, maka dapat

dikatakan bahwa wanita perokok pasif memiliki risiko 22 kali lebih besar

untuk menderita dismenore primer dibanding dengan wanita bukan perokok

(OR= 22% CI= 7.6 – 63.6).

C. Analisis Regresi Logistik Ganda

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Pengaruh Perokok
Pasif terhadap Risiko Dismenore Primer, dengan Mengontrol
Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Usia Menarche
Confidence Interval 95%
Variabel OR p Batas Atas Batas Bawah

Status Perokok Pasif


- Tidak 1.0 - - -
- Ya 23 < 0.001 7.8 67.2
Kontrasepsi Hormonal
- Tidak 1.0 - - -
- Ya 0.4 0.519 0.1 5.9
Usia Menarche
- ≥ 12 tahun 1.0 - - -
- < 12 tahun 2.0 0.630 1.1 33.8
(Data Primer, 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Sebaliknya hasil analisis regresi logistik tentang pengaruh perokok

pasif terhadap kejadian dismenore primer, dengan mengontrol pengaruh

kontrasepsi hormonal dan usia menarche sebagai faktor perancu (adjusted

analysis) pada Tabel 4.5 menunjukkan hasil tidak terdapatnya hubungan yang

bermakna secara statistik baik antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan

dismenore primer (p = 0.519) maupun usia menarche dengan dismenore

primer (p = 0.603). Karena tidak terdapat hubungan yang bermakna secara

statistik antara variabel perancu dengan variabel terikat, maka analisis

multivariat tidak dapat dilakukan dan keberadaan kedua variabel perancu

tersebut dapat diabaikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perokok pasif

terhadap kejadian dismenore primer. Faktor – faktor lain yang diduga dapat

mempengaruhi hasil dari penelitian ini adalah pemakaian kontrasepsi hormonal

dan menstruasi pertama pada usia kurang dari 12 tahun. Pada penelitian ini, kedua

faktor tersebut tidak direstriksi saat pengambilan sampel melainkan ikut

dianalisis, hal ini bertujuan agar lebih mudah mendapatkan sampel saat

melakukan penelitian.

Tabel 4.4 memberikan gambaran mengenai angka kejadian dismenore primer

berdasarkan status paparan rokok pada wanita. Pada tabel tersebut terlihat bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara perokok pasif dengan kejadian

dismenore primer (p < 0.001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perokok

pasif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore

primer. Bahkan pada Tabel 4.4 terlihat bahwa wanita perokok pasif memiliki

risiko 22 kali lebih besar menderita dismenore primer dibanding wanita bukan

perokok (OR= 22% CI= 7.6 – 63.5). Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini

bahwa perokok pasif meningkatkan kejadian dismenore primer. Hasil ini juga

sesuai dengan studi kohor yang dilakukan oleh Chen et al. (2000) dengan jumlah

sampel 165 wanita. Penelitan tersebut menunjukkan bahwa wanita yang terpapar

asap rokok akan meningkatkan risiko terjadinya dismenore primer (OR = 2.4% CI

= 0.9 – 6.1).
commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Mekanisme yang mendasari pengaruh perokok pasif terhadap kejadian

dismenore primer dapat dijelaskan oleh beberapa teori pada penelitian-penelitian

sebelumnya. Di dalam rokok terdapat kandungan alkaloid yang sangat signifikan,

dimana nikotin mewakili 90%-95% dari total alkaloid tersebut. Di dalam tubuh,

nikotin memiliki sifat vasokonstriktor, yang dapat mengakibatkan berkurangnya

aliran darah endometrium rata-rata 30 hingga 40% (Chen et al., 2000).

Vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan iskemia, yang selanjutnya

akan memacu pengeluaran prostaglandin untuk mempertahankan homeostasis

lokal (Sugimoto, 2007).

Peningkatan level pengeluaran prostaglandin ini berkorelasi baik dengan

derajat dari nyeri (Anton, 2009). Prostaglandin menyebabkan peningkatan

aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi

antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium

menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi

miometrium yang hebat. (Junizar et al., 2001)

Tabel 4.3 memberikan gambaran mengenai distribusi dismenore primer

menurut jumlah paparan asap rokok yang diperkirakan melalui jumlah batang

rokok per hari. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat adanya hubungan dosis-respons yang

signifikan antara paparan asap tembakau lingkungan dan peningkatan insiden

dismenore primer pada perempuan muda. Adanya hubungan dosis-respon dapat

diketahui dengan melihat peningkatan nilai odds ratio dari 1.4 pada wanita yang

terpapar 1 hingga sebelas batang per hari menjadi 7.3 pada wanita yang terpapar

12 atau lebih batang rokok per hari.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Dapat dikatakan bahwa wanita yang terpapar 1 hingga 11 batang rokok per

hari memiliki risiko 1.4 kali lebih besar untuk menderita dismenore primer

dibanding dengan wanita yang tidak terpapar (OR=1.4; p = 0.252) . Sedang pada

wanita yang terpapar 12 batang atau lebih rokok per hari memiliki risiko yang

lebih tinggi, yakni 7.3 kali lebih besar untuk menderita dismenore primer

dibanding dengan wanita yang tidak terpapar (OR=7.3; p < 0.001).Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorn et al., (2009) dimana, risiko

dismenore dua kali lebih tinggi pada wanita yang terpapar 10-30 rokok per hari

dan risiko ini meningkat sejalan dengan peningkatan durasi merokok.

Tabel 4.5 memberikan gambaran mengenai hasil analisis regresi logistik

ganda tentang pengaruh perokok pasif terhadap risiko dismenore primer, dengan

mengontrol pengaruh pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia menarche sebagai

faktor perancu (adjusted analysis). Pada tabel tersebut terdapat hubungan yang

signifikan antara perokok pasif dengan kejadian dismenore primer (p < 0.001)

setelah mengontrol variabel perancu dan dapat diketahui pula bahwa wanita

perokok pasif memiliki risiko 23 kali lebih besar menderita dismenore primer

dibanding wanita bukan perokok (OR= 23% CI= 7.8 – 67.2).

Pada Tabel 4.5 juga terlihat bahwa tidak terdapat hubungan bermakna

antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan dismenore primer (p = 0.519). Itu

berarti pada penelitian ini pemakaian kontrasepsi bukan merupakan faktor yang

mempengaruhi terjadinya dismenore primer. Hasil tersebut berbeda dengan

penelitian Latthe et al. (2005) yang menyebutkan bahwa pemakaian kontrasepsi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

hormonal terbukti secara signifikan (p < 0.001) menurunkan risiko dismenore

primer. (Latthe et al., 2005).

Hasil yang sama juga ditemukan pada variabel perancu usia menarche

kurang dari 12 tahun. Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa hubungan antara usia

menarche dengan kejadian dismenore primer tidak bermakna secara statistik.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Mijanovic (1990) yang menyebutkan bahwa

perempuan dengan usia menarche kurang dari 12 tahun, terbukti secara signifikan

(Chi Square = 44,45; p kurang dari 0,001) meningkatkan risiko dismenore primer.

Frekuensi terbesar dismenore primer diperkirakan pada mereka yang mendapat

menstruasi pertama berusia saat berusia 11 tahun.

Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh karena jumlah responden

yang memakai kontrasepsi hormonal dan responden degan usia menarche kurang

dari 12 tahun pada penelitian ini berjumlah sedikit. Pada penelitian ini, hanya

terdapat 4 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 2 responden

yang mengalami menarche kurang dari 12 tahun, sehingga kurang dapat mewakili

dari variabel peracu tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Terdapat hubungan yang secara statistik bermakna antara perokok pasif

dengan kejadian dismenore primer. Hubungan tersebut ditunjukan dengan

nilai odds ratio sebesar 23, atau dengan kata lain bahwa wanita perokok

pasif memiliki risiko 23 kali lebih besar untuk menderita dismenore primer

dibanding dengan wanita bukan perokok (OR= 23%; p < 0.001)

2. Terdapat hubungan dosis-respons yang signifikan antara paparan asap

rokok dan peningkatan insiden dismenore primer pada wanita perokok

pasif.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis

adalah sebagai berikut:

1. Perlu penelitian lanjutan dengan memperhatikan faktor-faktor perancu lain

yang tidak dianalisis oleh peneliti pada penelitian ini atau dengan jumlah

sampel yang lebih besar.

2. Sebaiknya perokok aktif menghindari merokok di tempat umum atau

disekitar wanita, sehingga mengurangi jumlah wanita yang menjadi

commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

perokok pasif. Hal ini secara tidak langsung akan menurunkan angka

kejadian dismenore primer akibat paparan asap tembakau pada wanita.

3. Kepada instansi terkait, sebaiknya menyediakan tempat merokok khusus

bagi para perokok, sehingga dapat mengurangi jumlah orang yang menjadi

perokok pasif.

commit to user

45

Anda mungkin juga menyukai