Anda di halaman 1dari 105

OVERVIEW

Divisi Infeksi & Pediatrik Tropis


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UNDIP-RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG
2016
IMUNISASI

Suatu tindakan untuk memberikan perlindungan


atau kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu
Imunisasi / kekebalan pasif (Imunisasi)
Kekebalan yg diperoleh dari luar tubuh
Yaitu dg pemberian Imunoglobulin

Kekebalan aktif (Vaksinasi)


Kekebalan yg diperoleh dari dalam tubuh
Yaitu dg pemberian Vaksin
Imunisasi Pasif & Aktif

Imunitas alami Imunitas buatan

AKTIF PASIF PASIF AKTIF

Pasca Antibodi ibu Suntikan Pajanan dg


ditransfer ke antibodi antigen
Infeksi janin
IMUNISASI
IMUNISASI
AKTIF
PASIF
Vaksin
Suatu obat yang diberikan untuk membantu
mencegah terjadinya suatu penyakit

 Bantu tubuh hasilkan antibodi


 Antibodi : melindungi tubuh thd penyakit
Tujuan Imunisasi / Vaksinasi
Melindungi seseorang thd penyakit tertentu
(intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit
(final goal)
Imunisasi Pasif
• Proteksi jangka pendek
Kadar antibodi • Mahal
• Perhatikan keamanan

Injection 4 8 12 16 20minggu
Of Igs
Vaksinasi/Imunisasi Aktif
Kadar antibodi

• Proteksi jangka lama


• Murah
• Aman

4 8 12 16 20 minggu

Suntikan
vaksin
VACCINE
KILLED = 1 LIVE =
INACTIVATED ATTENUATED

VACCINE

VIRAL 2 BACTERIAL
VACCINE VACCINE
Jenis Vaksin
Bacterial Viral
 WHOLE CELL  WHOLE VIRUS
 BCG * Measles
 Pertussis * Mumps
 Cholera * Rubella
 Live typhoid * Varicella
 TOXOID * Poliomyelitis IPV & OPV
 Tetanus * Yellow Fever
 Diphtheria * Rabies
 Pertussis toxin * Hepatitis A
 SURFACE Ag  SPLIT VIRUS
 Acellular pertussis * Influenza
 POLYSACCHARIDE  RECOMBINANT SURFACE Ag
 Meningo * Hepatitis B
 Pneumo
 Typhim Vi
 CONJUGATE
POLYSACCHARIDE
* Hib
PENYAKIT-PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I)
1. Tuberkulosis 11. Pneumokokus
2. Difteria, Pertusis, 12. Rotavirus
Tetanus 13. Rabies
3. Hepatitis A 14. Meningokokus
4. Hepatitis B 15. Japanese Ensefalitis
5. Poliomielitis 16. Yellow Fever
6. Campak 17. Kolera
7. Measles, Mumps, 18. Haemophyllus
Rubela Influenza type B
8. Varisella 19. Human Papilloma
9. Demam Tipoid Virus
10.Influenza
“DPT”
Difteria-Pertusis-Tetanus
KASUS-1
Seorang anak laki-laki umur 5 tahun 10 bulan, dibawa
orangtuanya berobat dengan keluhan demam tidak
tinggi selama 5 hari, disertai sakit menelan dan
tidak mau makan. Anak terlihat lemas dan mulai
semalam gelisah, nafas sesak dan berbunyi serta
mengorok. Pagi ini anak tidur terus, nafas makin
sesak. Ibu melihat bahwa leher anak membengkak.
Penilaian

1. Apa penilaian saudara terhadap keadaan anak tersebut?


2. Apa yang harus segera dilakukan berdasarkan penilaian
saudara?
Jawaban
a. Deteksi kegawatan berdasarkan keadaan
umum pasien
 kesadaran, pernafasan, sirkulasi.
 Adanya obstruksi jalan nafas

b. Deteksi gangguan metabolik lain


 dehidrasi
 asidosis
 hipoglikemia
3. Berdasarkan pada hasil temuan, apakah diagnosis
anak tersebut?
Hasil penilaian yang ditemukan :
 Kesadaran apatis, suhu 380C, nafas sesak, stridor
inspirasi, nadi cepat,isi cukup & tekanan darah 100/70mmHg
 Tonsil membesar, terlihat membran putih kelabu meliputi
tonsil dan faring, mudah berdarah
 Leher kiri dan kanan membengkak
Jawaban

a. Difteria tonsil faring dan laring


b. Komplikasi obstruksi jalan nafas berat
4. Berdasarkan diagnosis yang saudara tegakkan,
bagaimana tata laksana selanjutnya?
Jawaban

 Atasi obstruksi jalan nafas segera konsultasi ahli


THT untuk melakukan tindakan trakeostomi
 Segera diberikan Anti Difteri Serum (ATS) 80.000–
100.000 KI secara intravena (didahului dg. uji kulit)
 Berikan antibiotika Procain Penisilin 50.000-
100.000 KI/kgBB/hari selama 10 hari, bila alergi
penisilin, berikan eritromisin 40 mg/kgBB/hari.
 Pemeriksaan apus tenggorok
(pengecatan sediaan Ziehl-Nelsen & kultur)
 Pemeriksaan kadar gula darah, analisis gas darah,
elektrolit dan EKG (deteksi adanya miokarditis)
a. Atasi hipoksia
b. Atasi gangguan metabolik dan elektrolit
c. Atasi hipoglikemi
d. Konsultasi ke ahli jantung bila terdeteksi kelainan
jantung
Jawaban

 Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan


apus tenggorok negatif 2 kali berturut-turut
 Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu,
pemberian cairan serta diet yang adekuat
 Jaga agar nafas tetap bebas (melalui trakeostomi) serta
dijaga kelembaban udara dengan menggunakan nebulizer
Tertular penyakit

masa inkubasi 1-5 hari


Gejala awal
● Gelisah, demam tidak tinggi
● Nyeri telan, anoreksia
● Aktifitas menurun

2–3 hari
Gejala akut
● Membran tebal berwarna abu-abu di pharynx
● Pembengkaan dan pengerasan kelenjar limfe di leher
● Peradangan dan pembengkaan jaringan lunak di
sekitar pharynx nampak sebagai “bull-neck”
● Nadi cepat
7 hari
Membran menghilang, gejala Komplikasi
infeksi akut mereda

Kematian 3,5 – 12%


Penyembuhan kasus
KASUS-2
Seorang anak perempuan umur 1 tahun 2 bulan,
datang berobat dengan keluhan batuk-batuk kuat
yang berulang diikuti bunyi melengking pada saat
tarik nafas selama 1 minggu. Satu minggu
sebelumnya didahului dengan gejala pilek, batuk
ringan, dan panas yang tidak terlalu tinggi.
Ibu mengeluh anak selama batuk, wajah tampak
merah kebiruan hingga terlihat urat pembuluh darah
di leher menonjol.
Keadaan ini berlangsung berulang-ulang dan anak
menjadi malas makan dan minum.
Pada saat diperiksa anak tampak sangat sesak
disertai panas tinggi. Riwayat imunisasi DPT tidak
lengkap, hanya diberikan 1 kali selama usia 1 tahun.
Tetangga anak ini banyak yang mengalami batuk
dan pilek.
Penilaian

1. Apa penilaian saudara terhadap keadaan anak


tersebut?
2. Apa yang harus segera dilakukan berdasarkan
penilaian saudara?
Jawab

a. Deteksi kegawatan berdasarkan keadaan umum


pasien
 kesadaran, pernafasan, sirkulasi.
 tersangka terjadi keadaan kegawatan
pernafasan
b. Deteksi gangguan metabolik lain
 dehidrasi
 asidosis
 hipoglikemia
Hasil penilaian yang ditemukan :
 Kesadaran apatis, suhu 400C, nafas cepat dan
dangkal, nadi cepat, dan isi cukup dan tekanan
90/60 mmHg
 Tampak lakrimasi dan salivasi, disertai nafas cuping
hidung dan retraksi pada daerah suprasternal, sela
iga dan epigastrium.
3. Berdasarkan pada hasil temuan, apa
diagnosis anak tersebut?
Jawaban

a. Pertusis
b. Komplikasi Pneumonia
4. Berdasarkan diagnosis tersebut

bagaimana tata laksana pasien?


Jawab
 Pemeriksaan, analisis gas darah, elektrolit dan
kadar gula darah
a. atasi hipoksia
b. atasi gangguan metabolik dan elektrolit
c. atasi hipoglikemi
 Lakukan pemberian oksigen dan penghisapan
lendir
 Lakukan pemeriksaan foto thoraks AP dan Lateral.
a. Apabila foto thoraks: terjadi pneumonia,
pengobatan medikamentosa dengan
pemberian antibiotik kombinasi intravena,
dan tata laksana nutrisi
b. Apabila ditemukan dugaan pneumotoraks:
konsul bedah thorak segera dan lakukan
persiapan prabedah
 Lakukan biakan sekret nasofaring pada
stadium kataral dan paroksismal.

 Pemeriksaan serologis diperlukan pada


stadium konvalesens: IgM, IgG, IgA terhadap
FHA dan PT (cara ELISA) dan IgG toksin
5. Berdasarkan diagnosis yang saudara tegakkan,
bagaimana pengobatan selanjutnya?
Jawab
 Antibiotik lini pertama adalah eritromisin 50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, selama 5 hari.
Namun karena pada pasien ini dijumpai komplikasi
pneumonia maka dipilih antibiotika intravena yaitu
kombinasi ampisilin 100 mg/kgBB/hari dan
kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis, diberikan selama 7-10 hari.
 Untuk mencegah obstruksi bronkus,
mengurangi batuk paroksismal, dan
lamanya whoop diberikan salbutamol dan
kortikosteroid.
PERTUSIS
DEFINITION
Infection caused
by Bordetella pertussis

• Bordetella Pertussis 
pleiomorfic Bacillus gram (-)
• > 40% Cases  < 5 Years
• Incubation periods  7-10
days (range 4-21 days)
 Very Contagious
 Transmission occurs via respiratory droplets
 Antibiotika golongan makrolide
 Ertiromisin : 50-100 mg/kgBB/hari  3-4 kali
selama 7-14 hari
 Azitromisin : 10 mg/kgBB/hari  1x perhari
selama 3-5 hari
 Claritromisin : 15 mg/kgBB/hari  2 x perhari
selama 5-7 hari
 Supportive treatment : oksigenasi, cairan,
antipiretika, antitussif jika berat
 Pencegahan  higiene sanitasi
 Vaksinasi  DPT
Pertussis
Infeksi
Masa inkubasi (7–20 hari)

Stadium Catarrhal
1–2 minggu

Stadium Paroksismal
2–6 minggu

Pemulihan Komplikasi

Sembuh (99%) Mati (0.04–1%)


KASUS-3

Seorang anak perempuan umur 6 tahun datang ke Rumah Sakit


dirujuk dari Puskesmas dengan keluhan sering mengalami
kekakuan otot bersifat hilang timbul bila disentuh.
Pada saat terjadi kekakuan otot pasien selalu menangis dan
tampak sakit. Sebenarnya pasien sudah mengalami sulit
makan sekitar 5 hari yang lalu, dan saat ini mulut sulit dibuka.
 Sejak usia 5 tahun pasien sering mengeluarkan
cairan berbau dari telinga kiri hilang timbul
terutama pada saat batuk pilek.
 Riwayat imunisasi DPT hanya 1 kali pd usia 4 bulan.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal, terdapat trismus 1 cm, kaku
kuduk, perut teraba keras, dan opistotonus.
 Pada saat diperiksa pasien beberapa kali
mengalami kekakuan otot.
1. Apa penilaian saudara terhadap keadaan anak
tersebut?
2. Apa yang harus segera dilakukan berdasarkan
penilaian saudara?
Jawaban
a. Deteksi kegawatan berdasarkan keadaan
umum pasien
 Kesadaran, pernafasan, sirkulasi.
 Mendeteksi beratnya spasme otot.

b. Deteksi gangguan metabolik lain :


 Dehidrasi
 Asidosis
 Hipoglikemia
c. Deteksi adanya penyulit
 Sepsis
 Bronkopneumonia
 Spasme Larings
 Aspirasi
 Fraktur Kompresi

d. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Tepi Lengkap
 Analisa Gas Darah
 Gula Darah Dan Elektrolit
 Pungsi Lumbal
 Kesadaran compos mentis, suhu 36,70C,
frekuensi nafas 30 kali/menit, tidak sesak dan
frekuensi nadi = frekuensi jantung 92 kali/menit,
tekanan darah 100/60 mmHg.
 Muka rhisus sardonicus, trismus, kaku kuduk,
bila disentuh terlihat opistotonus, kejang
rangsang dan perut papan
 Ditemukan otitis media supurativa kronis pada
telinga kiri
 Pada pemeriksaan darah tepi leukosit 11.500/ ul,
lain-lain dalan batas normal.
3. Berdasarkan pada hasil temuan, apakah diagnosis
pasien tersebut?
Jawaban
a. Tetanus anak
b. Tidak ada komplikasi
3. Berdasarkan diagnosis tersebut bagaimana tata
laksana pasien?
Jawaban
Umum
a. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi dengan
pemberian ASI atau susu formula melalui sonde
lambung, atau pemberian cairan intra vena bila
terdapat kekakuan otot baik spontan maupun bila
dirangsang.
b. Dirawat dalam suasana yang tenang
c. Menjaga saluran nafas tetap bebas
d. Memberikan O2 dengan sungkup atau masker
bila perlu
TETANUS
Tetanus / lockjaw
Penyakit infeksi bakteri akut

Tanda utama :

Kekakuan otot (spasme) tanpa gangguan kesadaran


Clostridium Tetani
- Basil bentuk batang , spora di ujung
- Obligat anaerob  vegetatif  eksotoksin kuat
- Berflagel
- Membentuk spora (terminal spore)  cemar
- Tahan suhu tinggi, kekeringan & desinfektan
Eksotoksin (tetanospasmin) pada :

- sinaps ganglion sambungan sumsum

tulang belakang

- neuro muscular junction

- saraf otonom
Tetanus tidak ditularkan dari orang ke orang

Masa inkubasi : 5-14 hari (1 hr / > 3 atau bbrp mgg)

Makin pendek jarak fokal infeksi dg CNS  makin


cepat masa inkubasi

Makin lama inkubasi & periode of onset  gejala


klinis makin ringan
Manifestasi Klinik

Risus Sardonicus

Trismus
Opistotonus
paralisis meluas keotot
perut,punggung pinggang
dan paha yg menyeluruh
kontraksi otot tonik berat
perut papan
Kejang
- mendadak
- tinju menggenggam
- lengan fleksi dan aduksi
- kaki hiperekstensi
DERAJAT PENYAKIT

Derajat I (Tetanus ringan)


Trismus ringan sampai sedang

Kekakuan umum : kaku kuduk, opistotonus, perut


papan

Tidak dijumpai disfagia/ringan, kejang, gangguan


respirasi
Derajat II (tetanus sedang)

Trismus sedang
Kekakuan jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang
spontan
Takipnea
Disfagia ringan
Derajat III (Tetanus berat)

Otot spastik, kejang spontan


Takipnea, takikardi
Apneic spell
Disfagia berat
Aktifitas system autonom meningkat
Derajat IV
(Tetanus stadium terminal) derajat III
ditambah dengan
Gangguan otonom berat

Hipertensi berat dan takikardi, atau

Hipotensi berat dan bradikardi

Hipertensi berat atau hipotensi berat


Anamnesis
 Apakah dijumpai luka tusuk, luka
kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dg
nanah/gigitan binatang?

 Apakah pernah keluar nanah dari telinga?

 Apakah menderita gigi berlobang?


 Adakah riwayat pemotongan dan perawatan tali
pusat yg tidak steril?

 Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT


atau TT, kapan imunisasi yang terakhir?

 Selang waktu antara timbulnya gejala klinis


pertama (trismus atau spasme local) dengan
kejang yang pertama (period of onset)
Tujuan atauPENUNJANG
PEMERIKSAAN prinsip
1. Memberikan terapi suportif
2.  Laboratorium
Menetralisasi tidak khas bebas
tetanospasmin
3.  Pemeriksaan/ LCS
Mengeradikasi memberantas sumber infeksi
4. 
Mengatasi
Leukosit efek tetanospasmin
normal/sedikit yang terikat
meningkat
sel-sel saraf pusat
5. Mengatasi komplikasi
Tertular penyakit
Masa inkubasi (pada
umumnya <14 hari)
Gejala awal
● Kelemahan umum
● Sakit leher
● Kekakuan (kejang) otot
● Neonatus sering menangis dan tidak mau mengisap
Masa onset (1–4 hari)

Kejang otot meningkat dan melibatkan


● Flexi sendi siku dan pergelangan tangan
● Extensi kaki
1–2 minggu
Gejala sisa kelemahan dan kekakuan
Kematian
Penyembuhan
KASUS-4
Seorang anak umur 5,4 tahun datang ke tempat
praktek dengan keluhan demam tinggi sudah 4
hari disertai batuk, pilek, mata merah kemudian
timbul bintik merah dari belakang telinga
kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Dari
anamnesis dengan ibunya imunisasi terakhir
umur 4 bulan dan tidak datang lagi, oleh karena
setiap diimunisasi anak demam.
Penilaian

1. Apa diagnosis pasien ini?


2. Bagaimana penatalaksanaan & pencegahannya ?
Jawaban
1. Morbili
2. Pengobatan bersifat simptomatik
- Antipiretik bila demam
- Obat batuk (kalau perlu)
- Kecukupan cairan dan nutrisinya
- Vitamin A : 200.000. UI
Pencegahan : higiene sanitasi yang baik, hindari
kontak dg penderita dan imunisasi
PENDAHULUAN
 Penyakit infeksi virus akut yang sangat menular
 Masa inkubasi : 10 – 14 hari (14 – 21 hari)
 Survai Kesehatan Rumah Tangga :
 Urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pd bayi
 Urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pd anak
(usia 1-4 th)
 KLB lebih sering di daerah pedesaan (jauh dari
jangkauan pelayanan kesehatan, khususnya
program imunisasi)
 Daerah transmigrasi sering terjadi wabah & angka
kematian tinggi
 Daerah perkotaan, kasus campak tidak terlihat
(kecuali dari laporan RS)
 Daerah urban yg padat dan kumuh  rawan thd
penyakit menular (campak)  sumber KLB
ETIOLOGI
Measles virus
 Famili paramyxoviridae
 Genus morbilivirus
 Tidak tahan terhadap pH rendah &
ultra violet
 Mampu bertahan dalam suhu
rendah (suhu - 70ºC bertahan hidup
5,5 th, pada lemari pendingin suhu
4-5ºC bertahan 5 bulan)
 Pada suhu kamar efektivitas hilang
60% (3-5 hari)
 Cara penularan : droplet
(percikan ludah, ingus, air liur)
 Masa penularan :
2 hari sebelum gejala prodromal - 4 hari timbulnya
erupsi
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis khas, terdiri dari 3 stadia dg ciri
khusus :
1. Stadium masa tunas (10-12 hari)

2. Stadium prodromal
3. Stadium akhir
Masa prodromal

 Antara 2-4 hari, ditandai demam 38,4 –


40,6ºC
 Koriza
 Batuk & pilek
 Konjungtivitis
 Bercak koplik (enantema di mukosa
bukal posterior)
Stadium Akhir
 Keluarnya ruam dimulai didahului dg suhu badan
meningkat
 Ruam muncul dari belakang telinga menyebar ke
muka, badan, lengan dan kaki (sentrifugal)
 Timbul hari ke 3-4 masa prodromal, memudar
setelah 3 hari dan menghilang setelah 6-7 hari
 Ruam menghilang disertai hiperpigmentasi dan
deskuamasi ringan
 Berdasar kelompok gejala klinis :
Koriza, mata meradang dan fotofobia, batuk, pilek &
demam tinggi beberapa hari
 Tanda patognomonik  bercak koplik
 Isolasi virus dari darah, urin atau sekret nasofaring
 Pemeriksaan serologis : titer antibodi 2 minggu
setelah timbulnya penyakit
KOMPLIKASI
 Otitis media, Mastoiditis
 Bronkopneumonia
 Ensefalopati
 Enteritis, Diare
 Miokarditis
TATA LAKSANA
 Tanpa penyulit  rawat jalan
 Prinsip : cukup kalori dan cairan
 Terapi Medikamentosa bersifat simtomatik
- Antipiretik
- Ekspektoran
 Penderita dengan penyulit  rawat inap
 Ruang Isolasi
 Perbaikan keadaan umum :
kecukupan cairan & diet
 Vitamin A :
- Usia < 1 tahun  100.000 IU per oral satu kali
- Usia > 1 tahun  200.000 IU
- Bila malnutrisi, dilanjutkan 1500 IU tiap hari
PENCEGAHAN
 Vaksinasi pada bayi berumur 9 bulan atau lebih
 Vaksinasi MMR (Measles, Mumps & Rubela)
- pd usia 15 – 18 bulan dan diulang pada 12-18 tahun
- Minimal interval 6 bulan dari imunisasi Campak
- Dosis 0,5 ml secara SC
- Diberikan minimal 1 bulan sebelum/sesudah
imunisasi lain
- MMR-1 diberikan pada usia 6 tahun
Diagnosis Banding
1. Rubela
2. Demam Skarlatina
3. Ruam akibat obat-obatan
4. Eksantem subitum
5. Infeksi Stafilokokus
KASUS-5
Seorang anak berusia 9 tahun dirujuk ke rumah sakit
dr. Soetomo dengan kuning disertai kesadaran
menurun. Kuning mula-mula nampak pada mata
kemudian nampak jelas pada seluruh tubuh disertai
gejala mual dan muntah. Sebelum muncul kuning
penderita juga mengalami demam tidak tinggi selama
3 hari.
Penilaian

1. Apa yang anda harus segera lakukan untuk


menilai keadaan anak tersebut?
a. Deteksi kegawatan : kesadaran,
pernapasan, dan sirkulasi
b. Deteksi gangguan metabolik
Hasil penilaian yang ditemukan pada keadaan
tersebut adalah :
Tampak lemah, kesadaran somnolen, tampak
kuning, napas cepat dan dalam.
2. Berdasarkan pada temuan yang ada,

apakah diagnosis anak tersebut?


Jawab

Hepatitis akut tipe fulminan


3. Berdasarkan diagnosis tersebut apa
tata laksana pada pasien ini ?
Jawab
 Pemeriksaan kadar gula darah, analisis gas darah,
elektrolit dan EKG :
a. Atasi hipoglikemia
b. Atasi gangguan metabolik dan elektrolit
c. Atasi hipoksia
 Lakukan pemeriksaan indikator pendarahan dan
pembekuan darah, atasi bila ada gangguan
pembekuan darah.
 Lakukan pemeriksaan CT scan kepala untuk
memastikan adanya edema otak dan atasi bila ada
edema otak dengan restriksi cairan dan pemberian
manitol.
 Pertimbangkan untuk merujuk ke rumah sakit yang
mempunyai konsultan subspesialis
gastrohepatologi untuk perawatan lebih lanjut.
4. Berdasarkan diagnosis, lakukan tata
laksana yang sesuai?
Jawab
a. Memerlukan perawatan intensif dan dikirim pada
pediatric liver unit
b. Mencegah terjadinya komplikasi seperti
ensefalopati, edema otak, perdarahan, kegagalan
multi organ.
c. Vitamin K 2-10 mg, bila terjadi koagulopati hebat
(waktu prothrombin >60 detik) diberikan fresh
frozen plasma dan cryoprecipitate.
a. Restriksi cairan 75% kebutuhan untuk
mencegah edema otak dan mengurangi
ensefalopati.
b. Pertahankan kadar glukosa >4,0 mmol/L
(70 mg/dL)
c. Menentukan prognosis dan pertimbangan
dilakukan transplantasi hati.
2. Apakah yang harus dipantau untuk

penatalaksanaan lebih lanjut?


Jawab
Bila kegawatan telah diatasi lakukan observasi
keadaan umum, dan penyuluhan kepada orang tua
tentang kondisi penderita dan perjalanan penyakitnya
serta kemungkinan terjadinya komplikasi yang berat
hingga kemungkinan perlunya transplantasi hati bila
kondisi tidak membaik.
Imunisasi
Sesuai Kelompok Umur
Bayi
Lahir-1 th
Imunisasi dasar PPI

Balita 1-4th Imunisasi ulangan, Non-PPI


Catch-up immunization
Usia sekolah
5-12 th Catch-up immunization
Remaja Catch up immunization
13-18 th Persiapan masa dewasa & kehamilan

Lansia Mengurangi morbiditas


Jenis Vaksin
Sesuai Kelompok Umur
Bayi
Lahir-1 th
PPI + Hib
Balita 1-4th DPT, Polio, MMR, Tifus, HepA,
Varisela, a.i. Influenza, Men, Pneu
Usia sekolah DPT, Polio,Campak, MMR, Tifoid, HepA,
5-12 th Varisela, a.i. Influenza, Men, Pneu
Remaja TT, HepB, MMR, Tifoid, HepA, Varisela,
13-18 th a.i. Influenza, Men, Pneu

Lansia Influenza dan Pneumokokus


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai