Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN KASUS

Identitas pasien : Indrawati Dewi


Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : R4B
Diagnosis : NOK dengan Bagian Padat + Ca Mammae
Rencana Tindakan : BSO + FS, Insisi Biopsi Mammae
Operator : dr. Endi SpOG, dr. Benny, Sp.B, Konk
Acc : dr. Jati, SpAn, KIC

ANAMNESIS
Alergi disangkal
M: (-)
P: HT (-) DM (-) asma (-) r.op (-)
L: 6 jam pre op
E: batuk (-) pilek (-) demam (-) sesak (-)

Pemeriksaan fisik :
Ku : Baik, CM
TTV :
TD 120/80 mmHg HR 80 x/menit RR 18 x/menit T : Afebris
BB 51 kg TB 141 cm
Mata : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Buka mulut 3 jari, Malampati 2
Thorax :
Tampak luka dan benjolan di payudara kanan
Cor : BJ I II Reg, Bising (-)
2

Pulmo : SDV +/+ , ST (-)


Abdomen : Pembesaran perut seperti hamil 9 bulan
Ext oedem (-)
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium

- Ekg kesan
Normo sinus ritme, RBBB Inkomplit

- Foto toraks, kesan:


- Cor tak membesar
- Pulmo tak tampak kelainan

- MSCT
- Massa solid dengan bagian kistik pada pelvis UK 19,8 x29,0x29,8 cm, tampak adhesi
dengan struktur bowel
- Massa solid pada mammae dextra UK 7,28x6,45x7,68 cm
- Simple cyst pada ginjal kiri
- Ascites
3

- Transabdominal
- Tampak VU terisi cukup
- Tampak uterus uk 8,11 x 6,01 x 3,94 cm, kontur reguler, tekstur homogen, EL (+)
0,70 cm
- Tampak massa hipoecoic dg bagian hiperekoik pada adneksa uk 8,75 x 22,83 x 22,83
cm, tak terjangkau transducer dg tekstur homogen, neovaskularisasi (-)
- Tak tampak cairan bebas intraabdomen

Diagnosis : NOK dengan bagian padat + ca mamae


Problem Aktual : Massa abdomen dengan kecurigaan penempelan ke organ sekitar
Ca Mamae
RBBB Inkomplit
Problem Potensial : Perdarahan, lambat bangun, cardiac arrest
Anestesi : GA ASA III
Persiapan : 2 PRC, 2 WB, konsul ICU
4

BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan menstruasi.
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom
ovarium polikistik, dan kanker ovarium.1

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian
tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid
yang tumbuh dalam ovarium.1

Penemuan kista ovarium pada seorang wanita akan sangat ditakuti oleh karena
adanya kecenderungan menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium memiliki sifat yang
jinak (80-84%).

Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko pertumbuhan menjadi
ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG pelvic. Ada beberapa
yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang
mulai menopause.2

Terdapat variasi dengan luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi terdapat
di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika insidensi keganasan
ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.
Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan jinak. Di Amerika , karsinoma ovarium
didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.1,2

Topik Kista Ovarium menjadi sangat menarik untuk dibahas karena sebagian besar
pasien dengan kista ovarium berada dalam kondisi asimptomatik dan baru dapat didiagnosis
secara tidak sengaja ketika menjalani pemeriksaan USG atau sedang dalam operasi sectio
caesaria
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Ovarium

Gambar 1 : Anatomi Ovarium dan Tuba

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, dengan
penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium
adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm.1
6

Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-


pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas.
Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang , sedangkan permukaan depannya ke
bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi dari pada ujung yang
dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.1,4

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di
ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum1,2,3

Secara histologik, ovarium dilapisi oleh epitelium germinalis dan tunika albugenia.
Sisi dalam ovarium terdiri dari sel-sel folikel dan jaringan ikat yang sangat sensitif terhadap
hormon seks. Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarica kanan dan kiri yang merupakan
cabang dari aorta desendens. Vena sebagai drainase mengikuti perjalanan arteri ovarica
sebagai vena ovarica kanan dan kiri.4

Struktur ovarium terdiri atas:

1. korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk kubik
dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial ;
2. medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-pembuluh
darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.

II.2 Definisi Tumor Ovarium

Secara harfiah, Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen
kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki
makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai
hiperplasia sel ganas.

Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang berasal dari
ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa literatur menggolongkan kista sebagai
tumor namun beberapa literatur lain memisahkan antara tumor dengan kista. Perlu diketahui
7

bahwa definisi kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan.
Karena secara definisi tumor adalah jaringan, oleh karena itu beberapa literatur membedakan
antara kista dengan tumor ovarium.

Gambar 3 : Ilustrasi Tumor Ovarium

Sembilan puluh persen tumor ovarium adalah jinak, walaupun hal ini bervariasi dengan
umur. Kebanyakan tumor ovarium jinak bersifat kistik. Tumor ovarium terbagi atas tiga
kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel ovarium,
tumor germ sel, tumor sex cordstromal1,2.
Kanker ovarium ganas terdiri dari 90 – 95 % kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 –
10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma. Etiologi neoplasma ovarium sampai
saat ini masih belum diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa penelitian telah melaporkan
bahwa terdapat hubungan antara kejadian neoplasma ovarium dengan faktor perilaku, hormonal,
pola makan, paparan kerja, dan juga genetik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang. Adanya perut yang membesar merupakan keluhan utama pada
pasien dengan neoplasma ovarium. USG abdomen dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sementara, selain dibantu dengan pemeriksaan foto thoraks sebagai persiapan operasi dan untuk
menyakinkan tidak adanya kondisi efusi pleura. Diagnosis pasti ditegakkan setelah tumor
diangkat dengan melakukan pemeriksaan histopatologi dari sampel untuk menilai apakah
merupakan neoplasma jinak atau ganas. Penatalaksanaan untuk kasus dengan Neoplasma
8

Ovarium, beberapa peneliti pernah melaporkan penggunaan tenik laparoskopi. Beberapa kasus
lainnya dikelola dengan teknik laparotomi1,2.

Beberapa penelitian di Indonesia, seperti Kartodimejo di Yogyakarta tahun 1976


mendapatkan angka kejadian kanker ovarium sebesar 30,5% dari seluruh keganasan ginekologi,
Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan 7,4% dari tumor ginekologi, Danukusumo di
Jakarta pada tahun 1990 mendapatkan kejadian kanker ovarium sebesar 13,8% dari seluruh
keganasan ginekologi, dan Fadlan di Medan pada tahun 1981–1990 melaporkan sebesar 10,64%
dari seluruh keganasan ginekologi. Berdasarkan laporan dari Badan Registrasi Kanker (BRK)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 yang diperoleh dari 13 laboratorium
pusat Patologi Anatomi di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi relatif kanker
ovarium menempati urutan ke 4 diantara 10 tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi
pada pria dan wanita (4401 kasus) dan menempati urutan ke 6 tumor tersering menurut tumor
primer yang terjadi pada wanita di Jakarta (871 kasus).

II. 3. Epidemiologi

Berdasarkan data penilitian Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium
ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun transvaginal dan
transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah postmenopause. Sebagian besar
kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke
keganasan.

Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada
wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai usia
terjadinya kista ovarium.5

II.4 Sifat Kista

1. Kista Fisiologis

Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan
gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi
9

dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat
fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi
perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat
fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi.
Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis kista
fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-lutein.4

2. Kista Patologis

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak disadari
penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu
sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta
bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup
besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses
laparoskopi.1,2

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas.
Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini
dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab
perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan
dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas. 1,2,3

II.5 Klasifikasi Kista

Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik. Tumor
neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan
solid

A. Tumor Non Neoplastik


a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
ii. Abses tubo – ovarial
10

iii. Kista tubo – ovarial


b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista endometroid
v. Kista dermoid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).1

Kista Ovarium Non-Neoplastik

a. Tumor Akibat Radang

Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada adneksa. Tumor ini
cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini didahului oleh masuknya bakteri kedalam uterus
yang berlanjut ke bagian salfing dan menuju ke adneksa. Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi
proses imunologis sehingga terbentuk abses.1

b. Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
11

kista.bisa di dapati satu kista atau beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm. Dalam
menangani tumor ovarium timbul persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau
kista folikel. Umumnya jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena
kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.1,3

c. Kista Korpus Lutein

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans.
Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan
yang terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat karena
darah tua. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel
teka. Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini
dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu,kista korpus luteum diangkat tanpa
mengorbankan ovarium.1,3

d. Kista Teka Lutein

Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel teka.Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormone
koriogonadrotropin yang berlebihan.1,3

e. Kista Inklusi Germinal

Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia lanjut dan besarnya jarang melebihi
1 cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.1,3

f. Kista Endometrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Akibat proliferasi dari sel yang
mirip dinding endometrium, umumnya berisi darah yang merupakan hasil peluruhan dinding
saat menstruasi 1
12

Neoplasti Jinak

1. Kistik:
a. Kistoma Ovari Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jarinngan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.1,3

b. Kistadenoma Ovarii Serosum

Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan
kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil,
tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)

Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa
ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau
pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali
pada stadium terminal. 1,2,6

c. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala


(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung
niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat mencapai
ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang
normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral
(8-10%).
13

d. Kista Endometroid

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan
terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam rahim tetapi
melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan
tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi
kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit
terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.1,3

e. Kista Dermoid

Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat pembentukan lapisan
embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa akan menjadi sel sel folikel rambut,
tulang, serta gigi secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Kista ini tidak
mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat
jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat
menopause.1,3

2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak berarti
bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya berpotensi maligna.
Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah
pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat.1,6
a. Fibroma ovarii
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan 90%
uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan.
Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut
fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan
14

kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii.
Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada
tumor ini sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks). 1,2,6

b. Tumor Brenner
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih
kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik
ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan
keganasan pada histopatologi dan klinisnya.1,2,6

c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)


Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara
0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinasi, terdiri atas
hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan perubahan suara.

II.6 Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon


pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel
yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.1

Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4

a. Kondisi hormonal yang tidak seimbang


b. Pengobatan infertilitas - Pasien pengobatan infertilitas dengan induksi ovulasi berupa
gonadotropin atau agen lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole, dapat
berkembang menjadi kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium.
c. Tamoxifen - Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium jinak fungsional yang
biasanya sembuh setelah penghentian pengobatan
d. Kehamilan - Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua,
ketika kadar hCG mencapai puncak
e. Hipotiroidisme - Karena kesamaan antara subunit alfa hormon perangsang tiroid
(TSH) dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang pertumbuhan ovarium dan kista
15

f. Gonadotropin maternal - Efek transplasental dari gonadotropin ibu dapat


menyebabkan perkembangan kista ovarium neonatal dan janin
g. Merokok - Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok; Risiko
merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun (BMI)
h. Ligasi tuba - Kista fungsional dikaitkan dengan sterilisasi ligasi tuba

Faktor risiko kistadenokarsinoma ovarium meliputi:

 Riwayat keluarga
 Usia lanjut
 Ras putih
 Ketidaksuburan
 Nulliparitas
 Riwayat kanker payudara
 Mutasi gen BRCA

II.7 Patofisiologi
Ovarium normal setiap hari akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang
pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak
terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.1,6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
16

dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam
terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama
bila disertai dengan pemberian HCG.1,2
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal
dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor
ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma
berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional;
ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari
endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-
folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,2

II.8 Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu
yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.4,5

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
17

Pada stadium lanjut:

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.4

II.9 Diagnosis

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun biasanya
sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik. Maka kemudian dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan
adalah :

1. Ultrasonografi (USG)

Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu


mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.4,5

Dari gambaran USG dapat terlihat:

a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista
nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-
septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
18

2. Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium.

 Pemeriksaan Beta-HCG  Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal


apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
 Pemeriksaan Darah Lengkap  Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
 Urinalisis  Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain,
baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
 Pemeriksaan Tumor Marker  Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium
adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik karena
marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.
Pemeriksaan CA 125 memiliki sensitivitas 81% dan spesifisitas 75%. Adapun
dengan pemeriksaan CA 125 kita dapat memperkirakan kemungkinan kearah
keganasan dengan skala RMI ( risk of malignancy index). RMI = U x M x Ca-
125.7
U= skor ultrasonografi yang didapatkan bernilai 1 point untuk setiap
kharakteristik dibawah ini: Kista multiokular
Solid area
Metastasis
Asites
Lesi bilateral
U=0 jika tidak ditemukan kharakteristik diatas
U=1 jika skor ultrasonografi 1
U=2 jika skor ultrasonografi ≥2
19

M= status menopause
M=1 premenopause
M=3 postmenopause
Ca-125 nilai Ca125 U/ml

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor ovarium.


Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi, kemudian sampel difiksasi
dan diperiksa dibawah mikroskop.5

II.10 Penatalaksanaan

1. Observasi dan Manajemen Gejala


Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2
bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua
siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri, maka
dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID1,2,4

2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan
pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang
ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang
signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah
dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu
sendiri melalui operasi. Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening
USG umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala maupun
tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk
memastikan keganasan sel dari tumor tersebut. 1,2,4,5
20

II.11 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa
ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sujdah dilakukan operasi, angka kejadian kista
berulang cukup kecil yaitu 13%.

Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam
stadium akhir.1

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka
bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk.

A. Anestesi pada Tumor Ovarium

Penatalaksanaan dari sudut pandang anestesi pada pasien dengan neoplasma ovarium
menjadi suatu tantangan karena membutuhkan persiapan yang matang dan memiliki risiko tinggi
selama periode perioperatif. Pada tumor ovarium kistik dengan ukuran besar dapat menimbulkan
komplikasi serius apabila tidak dilakukan persiapan dan penatalaksaaan yang tepat2.
Stabilitas hemodinamik selama operasi, penurunan fungsi respiratori karena ukuran
tumor dan perpindahan cairan karena dekompresi tumor secara cepat merupakan perhatian
khusus pada anestesi neoplasma ovarii3.
Pasien dengan neoplasma ovarii dikelola dengan anestesi umum dengan nafas kendali
dan analgetik epidural3.

B. Persiapan Pre Operasi

Pada saat induksi penting diperhatikan untuk mencegah resiko regurgitasi-aspirasi yaitu
dengan persiapan puasa, pemberian antasida, H2 blocker, serta Sellick manouver. Pemberian
injeksi ranitidine 50 mg dan metoklopramid 10 mg tablet bertujuan untuk mencegah aspirasi
asam dan diberikan alprazolam 0,5 mg untuk mencegah gejala cemas. Sellick manouvre yaitu
penekanan pada kartilago krikoid untuk menutupi bagian atas dari esofagus, yang berguna agar
21

tidak terjadi regurgitasi-aspirasi. Kondisi yang dikhawatirkan apabila tidak dilakukan Sellick
manouvre adalah aspirasi isi lambung ke dalam paru-paru saat dilakukan intubasi untuk induksi
anestesi yang cepat. Akan tetapi dengan ketepatan premedikasi yang diberikan pada pasien,
kekhawatiran terjadinya aspirasi isi lambung dapat dihindari meskipun Sellick manouvre tidak
dilakukan1,2,3.
Preoksigenasi menjadi sangat penting untuk meningkatkan functional residual capacity
(FRC) dengan oksigen 100%, minimal perlu waktu 3 menit, hal ini akan meningkatkan cadangan
oksigen pasien selama periode apneu2.
Pelumpuh otot jangka pajang yang diberikan adalah atracurium, dimana obat golongan
ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka.
Dalam anestesi umum, obat ini memudahkan dan mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan
intubasi trakea. Atracurium merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang mempunyai
struktur benzylisoquinoline yang berasal dari tanaman Leontice leontopetaltum. Beberapa
keunggulan Atracurium dibandingkan dengan obat terdahulu antara lain adalah metabolisme
terjadi dalam darah (plasma) terutama melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut reaksi kimia
Hoffman. Reaksi ini tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek
akumulasi pada pemberian berulang, dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler
yang bermakna. Mula dan lama kerja Atracurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada
umumnya mulai kerja Atracurium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit, sedang lama kerja
Atracurium dengan dosis relaksasi 15-35 menit. Dosis intubasi adalah 0,5–0,6 mg/kgBB/iv,
sedangkan dosis pemeliharaan adalah 0,1–0,2 mg/kgBB/ iv. Pemulihan fungsi saraf otot dapat
terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian
antikolinesterase. Atracurium dapat menjadi obat terpilih untuk pasien geriatrik atau pasien
dengan penyakit jantung dan ginjal yang berat1,2.

C.Anestesi Durante Operasi

Fase maintenance digunakan N2O bersama-sama O2. N2O dalam ruangan berbentuk gas
tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian
anestesia dengan N2O harus disertai dengan O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah,
tetapi analgesiknya kuat. Pada anestesia inhalasi, jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi
dengan salah satu cairan anestesik lain seperti Halothane, Isoflurane, dan Sevoflurane.
22

Maintenance yang dikombinasikan dengan Sovoflurane sebanyak 2% sebagai dosis


pemeliharaan. Sevoflurane merupakan obat anastesi volatil yang non-flamable, non-explosive,
berwarna jernih, tanpa additive atau stabilizer kimia, serta merupakan derivat fluorine dan
isoprophyl ether. Sevoflurane merupakan halogenasieter. Penggunaan untuk induksi dan
pemulihan dari anestesi lebih cepat dibadingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan
tidak merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping
halotan. Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek terhadap
sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar. Dosis induksi
2- 15 vol %, dan sebagai kontrol dengan pelumpuh otot 2-4 vol%1,2.
Pada akhir anestesia, setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi
alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari
hipoksia difusi, berikan O2 100% selama 5-10 menit2.

D. Komplikasi Anestesi

Masalah lain yang mengancam adalah supine hypotension/ aorto-caval compresion


akibat penekanan pada vena cava dan aorta abdominalis oleh masa intraabdomen yang besar.
Untuk mengurangi resiko tersebut maka pasien diposisikan setengah duduk dan sedikit miring ke
kiri3. Pemberian pengganjal yang diletakkan di bawah pinggang kanan juga dapat menurunkan
tekanan pada vena kava inferior. Sindroma supine hypotension antara lain penurunan aliran balik
vena karena adanya kompresi dari vena kava inferior sehingga menyebabkan penurunan cardiac
output (Refleks Bezold Jarisch) dan hipotensi sistemik. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut,
preload cairan sangat penting untuk menjaga aliran balik vena ke jantung. Peletakan pengganjal
di bawah pinggang kanan juga dapat membantu mencegah hal tersebut. Pemberian blok
neuroaksial sentral juga dapat menyebabkan blockade simpatis dan memperburuk situasi
sehingga dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular. Selain itu, anestesi spinal dan epidural juga
sangat berisiko pada pasien dengan neoplasma ovarium3.
Perlu diperhatikan bahwa volume intravaskuler telah tercukupi sebelum memulai induksi.
Induksi juga perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dengan terus memperhatikan resiko
terjadinya penurunan cardiac output dan hilangnya nadi secara mendadak. Pasien dilakukan
preload dengan kombinasi koloid dan kristaloid untuk menjaga volume intravascular yang
adekuat karena akan dilakukan induksi anestesi. Masih terdapat kontradiksi tentang kapan waktu
23

melakukan drainase apakah preoperatif atau intraoperatif. Keuntungan drainase preoperatif


adalah berkurangnya masa tumor sehingga lebih mudah tatalaksana anestesi dan
pembedahannya. Beberapa ahli bedah menyatakan bahwa akan lebih mudah dilakukan drainase
sesaat sebelum diincisi daripada setelah diincisi. Namun belum ada penelitian yang
membandingkan drainase preoperatif dengan intraoperatif. Pada saat drainase yang perlu
diperhatikan adalah resiko terjadinya splanchnic shock karena hilangnya tekanan pada pembuluh
darah splanknik secara tiba - tiba saat dilakukan drainase secara cepat1,3.
Selama operasi, dekompresi tumor tiba – tiba dapat menyebabkan peningkatan cepat
aliran balik vena, yang nantinya dapat menyebabkan gagal jantung, terutama pada pasien lansia.
Namun, pada efek yang berbeda, pengambilan tumor juga dapat menyebabkan vasodilatasi
splanchnic sehingga menyebabkan hipotensi. Adanya kompresi aortocaval, menyebabkan
penurunan resistensi vaskuler sistemik sehingga menjadi penyebab lain yang potensial
menyebabkan hipotensi3,4.
Tumor abdomen yang besar juga dapat menyebabkan gangguan dari fungsi respirasi
sehingga membuat diafragma naik dan kavitas paru menjadi lebih sempit. Dengan pemberian
relaksan otot, komplians antara paru dan diafragma menjadi terganggu sehingga membuat
manajemen respirasi menjadi lebih sulit. Pemberian nafas bantuan tekanan tinggi juga dapat
menyebabkan injury paru. Eksisi massa yang besar menyebabkan perdarahan, hipotensi,
gangguan elektrolit sehingga dapat menyebabkan morbiditas dan masalah yang serius5.
Tumor yang berukuran besar juga dapat mempengaruhi pemberian obat pada ruang
subarachnoid. Kompresi vena kava inferior karena tumor menyebabkan pembengkakan dari
pleksus vena epidural dan reduksi volume cairan serebro spinal pada ruang subarachnoid.
Pemberian dosis obat anestesi yang standar via jalur intratechal mungkin dapat menyebabkan
peningkatan penyebaran obat secara cephalad. Selain itu, identifikasi ruang epidural dan
pemasangan kateter epidural sendiri sudah cukup sulit karena berisiko terjadi kesalahan
pemasangan kateter intravascular dan injeksi obat akibat kondisi pasien yang seperti ibu hamil3,4.
Pasien juga beresiko mengalami hipotermia intra dan pasca operasi karena kehilangan
panas tubuh akibat terpapar oleh suhu kamar operasi yang dingin (18° C) dan yang paling besar
akibat pemberian cairan infus yang dingin tanpa menggunakan blood warmer. Pada kasus
hipotermi dapat dikurangi dengan pemakaian cairan infus hangat dan penggunaan blanket
warmer. Masalah lain adalah berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat pasca operasi.
24

Pernah dilaporkan terjadi kesulitan dalam ventilasi pasca operasi. Beberapa penyebab dari
ventilasi yang tidak adekuat pasca operasi adalah faktor mekanik diafragma dan otot-otot bantu
pernafasan akibat penekanan oleh massa kistik yang besar ke rongga torak dalam waktu yang
lama. Nyeri pasca operasi juga disebutkan dapat menjadi penyebab ventilasi tidak adekuat1.
Epidural analgetik diberikan dengan menggunakan opioid saja untuk mencegah
pemusnahan tonus simpatis. Bupivakain diinjeksi hanya setelah eksisi tumor untuk membantu
memperkuat analgetik supaya adekuat3,4.

E. Anestesi Spinal dan Epidural

Dengan semua mekanisme kompensasi yang telah disebutkan diatas, keseimbangan


terjadi antara tekanan darah, cardiac output dan vasokonstriksi perifer. Blockade simpatis oleh
blok neuroaksial sentral dapat menyebabkan hipotensi berat. Oleh karena itu, anestesi spinal dan
epidural seharusnya tidak dilakukan karena dapat menghambat mekanisme protektif tersebut.
Selain itu, anestesi epidural dihindari karena dapat menyebabkan risiko tinggi terjadinya
hematom epidural akibat dilatasi pleksus vena epidural, teknik yang lebih sulit karena terjaidnya
peningkatan tekanan epidural internal dan potensi ketidakseimbangan hemodinamik akibat
pemberian anestesi lokal pada ruang epidural5,6.
Dikarenakan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan preoperative yang
menyeluruh. Darah harus disiapkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan dan
gangguan koagulasi. EKG, SpO2, tekanan darah, urine output dan perdarahan harus selalu
dimonitor. Jika perlu, kateter sentral, kanul arterial dan pemeriksaan gas darah harus dimonitor.
Pada saat paska operasi juga perlu dilakukan evaluasi elektrolit5.
25

DAFTAR PUSTAKA

- Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14
- Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 1998
- Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.
- Medscape Reference. Ovarian Cyst. http://emedicine.medscape.com/article/255865-
overview#a4 , Last Update Jan 18, 2017. Accessed on Sept 08, 2017.
- Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.
Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008
- Levine D, Brown DL, Andreotti RF et al. Management of Asymptomatic Ovarian and
Other Adnexal Cysts Imaged at US: Society of Radiologists in Ultrasound Consensus
Conference Statement. Radiology: Volume 256: Number 3—September 2010
- OVARIAN CYSTS IN POSTMENOPAUSAL WOMEN. Ovarian Cysts in
Postmenopausal Women. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists Guideline
No. 34. October 2003.
- Inantyanta H, Sujana IBG. Manajemen anestesi pada pasien dengan kistoma ovarii
permagna. Jur Anestesiologi Indonesia. 2013; 5(3) : 225-31.
- Sari MI, Subekti BE, Eduard. Pengelolaan Anestesi pada pasien neoplasma ovarium
kistik berukuran besar dengan anemia tanpa komplikasi. J Agromed Unila. 2017; 4(1) :
81-5.
- Nagella AB, Kumar CPA, Esakkiappan S, Krishnaveni N. Anasthetic management of a
giant mucinous cystadenoma of the ovary. Karnataka Anaesthesia Jour. 2015; 1(2) : 75-7.
- Shivanna S. Anaesthetic implications and management of a giant ovarian cyst. J Clin
Diagn Res. 2014; 8 : 170‑1.
- Onal O, Gumus I, Sekmenli T, Aslanlar E, Celik JB. Anesthetic approach to giant ovary
cyst in the adolescent. MOJ Surgery. 2015; 2(3) : 54-5.
- Bamba K, Watanabe T, Kohno T. Anesthetic management of a patient with a giant
ovarian tumor containing 83 l of fluid. Springer Journal. 2013; 2 : 487.
26

Anda mungkin juga menyukai