Anda di halaman 1dari 5

A.

Tinjauan tentang hiperemesis gravidarium

1. Definisi

Hiperemesis gravidarium adalah mual dan muntah yang lebih dari 10

kali dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai menganggu

pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat

terjadi dehidrasi. (Huda.A & Hardi Kusuma, 2015).

2. Etiologi

Menurut Huda.A & Hardi Kusuma (2015), penyebab dari

hiperemesis gravidarium adalah sebagai berikut :

a. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, diabetes dan kehamilan

ganda akibat peningkatan kadar HCG.

b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal

dan perubahan metabolic.

c. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab

dll.

d. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dll.

3. Manifestasi klinis

Menurut Huda.A & Hardi Kusuma (2015), manifestasi klinis dari

hiperemesis gravidarium adalah sebagai berikut :

a. Tingkat I (Ringan) : Mual muntah terus menerus, lemah, tidak mau

makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi 100
x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata

cekung.

b. Tingkat II (Sedang) : mual dan muntah yang hebat menyebabkan

keadaan umum lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah

kering dan badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,

oliguri dan konstipasi dan dapat pula terjadi nafas berbau aseton

c. Tingkat III (Berat) : keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun,

somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu

badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus dan dapat berakibat fatal yaitu

nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.

4. Pemeriksaan penunjang

Menurut Huda.A & Hardi Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan pada hiperemesis gravidarium adalah sebagai berikut :

a. USG (Dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi

janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksiabnormalitas janin,

melokalisasi plasenta.

b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

c. Pemeriksaaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH.

5. Penatalaksanaan

Menurut Huda.A & Hardi Kusuma (2015), pada pasien dengan

hiperemesis gravidarium tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap di

Rumah sakit dan dilakukan penanganan yaitu sebagai berikut :


a. Medikamentosa

Harus diingat untuk tidak memberikan obat-obatan yang bersifat

teratogenik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen

multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan

kortikostreoid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6

seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxine cukup efektif

dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Antihistamin yang

dianjurkan adalah doxylamine dan dpendyramine. Pemberian

antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin

pada reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem

vestibular, menurunkan rangsanagn di pusat muntah.

b. Terapi nutrisi

Pada kasus hiperemesis gravidarium jalur pemberian nutrisi

tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan

penerimaan penderita terhadap rencana pemberian makanan.

c. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah dan

memiliki peredaran udara yang baik. Biasanya dengan isolasi saja gejala-

gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

d. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat

disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan

karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta


menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi

penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang

normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia

kehamilan 4 bulan

e. Cairan parenteral

Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah

mekanisme kompensasi yaitu vasokontriksi dan gangguan perfusi uterus.

Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk oragn non vital

sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesi gravidarium,

jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan

cairan (Pure dehidration).

f. Terapi alternatif

1) Vitamin B6

Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih

kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg

per hari tiap 8 jam. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar

serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif

yang menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil

terjadi peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di urin.

2) Jahe (zingiber officinale)

Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih

baik hasilnya dibaningkan plasebo wanita dengan hiperemsis

gravidarium.
6. Patofisiologi

Penurunan pengosongan
Peningkatan estrogen
lambung

Peningkatan tekanan
Faktor alergi Faktor predisposisi
gaster

Penyesuaian Emesis gravidarium Komplikasi

Keseimbangan Pengeluaran nutrisi Hiperemesis gravidarium


nutrisi kurang dari berlebihan
kebutuhan tubuh

Intake nutrisi Kehilangan cairan berlebih


menurun

Kekurangan Cairan ekstra seluler


Dehidrasi
volume cairan dan plasma

Metabolisme intra Aliran darah ke Hemokonsentrasi


sel menurun jaringan menurun

Otot lemah Penurunan kesadaran

Kelemahan tubuh Resiko


ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

Intoleransi aktifitas

Gambar : Patofisiologi penyakit hiperemesis gravidarium

Anda mungkin juga menyukai