Anda di halaman 1dari 135

PLAGIAT

PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma


xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT NATRIUM
KALSIUMEDETAT TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS
DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:
Harimawan Yudi Astoro
NIM: 048114065

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma


xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEM BERIAN ANTIDOT NATRIUM
KALSIUMEDETAT TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS
DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:
Harimawa n Yudi Astoro
NIM: 048114065

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

‘’Skripsi ini membentuk aku menjadi lebih berkembang”


-aku-

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Bangsa Indonesia Raya

Bapak dan ibuku

Mas dan Adikku

Mbok Mus

Pak Marang dan Mbah Buyut di Surga

Seseorang yang Kusayangi

Sahabat – sahabatku

dan tentu saja,

Almamaterku

v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Harimwan Yudi Astoro

Nomor Mahasiswa : 048114065

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) Setelah Pemberian Antidot Natrium Kalsiumedetat terhadap Kadar
Timbal Darah Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Juli 2008

Yang menyatakan

( Harimawan Yudi Astoro)


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan kasih-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi berjudul :

“Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Setelah Pemberian Antidot Natrium Kalsiumedetat terhadap Kadar Timbal Darah

Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom”.

Skripsi ini tidak akan terwujud dan terangkai menjadi satu tanpa bantuan

dari berbagi pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan penghargaan

dan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Ipang Djunarko, S.Si.,Apt. selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan hingga skripsi ini selesai.

3. Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik dari skripsi

ini.

4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku dosen penguji yang juga telah

memberikan pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik

dari skripsi ini.

5. Kebun obat Merapi Farma Kaliurang atas simplisia rimpang temulawak dan

Laboratorium LPPT UGM Unit I atas kerja sama selama ini.

6. Mas Kayat, Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Yuwono, Mas Ottok, Mas Iswandi,

vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Mas Wagiran, Mas Sigit, Pak Parlan atas kerja sama selama penelitian di

laboratorium, dan atas waktu yang telah diluangkan untuk lembur.

7. Romo Sunu atas bantuan masukan dalam mengolah data serta motivasi hidup

yang telah diberikan dan Pak Yo atas kesediaan untuk berbagi ilmu.

8. Fila, Sisil, dan Tami, kawan seperjuangan dalam menyusun skripsi ini.

Terimakasih kita telah berbagi dan kerja keras selama ini.

9. Bapak Ibu, Mas Andri, Sibenk, dan Mbok Mus, keluarga di Jogja dan di

Semarang, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang lembut yang telah

diberikan.

10. Terimakasih untuk love, inspiration and attitude.

11. Kawan – kawan ukf dolanz-dolanz, terimakasih untuk kalian semua atas

persahabatan “aneh” selama ini yang membuatku menjadi “kaya”.

12. Semua teman dan seluruh civitas akademika Fakultas Farmasi USD yang tak

dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi

ini.

Perjalanan yang cukup berat dan melelahkan telah dibayar dengan

terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari tak ada sesuatu yang sempurna.

Penulis memohon maaf atas kesalahan selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis selalu membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi. Selamat membuka pikiran.

Yogyakarta, Juni 2008

Penulis

vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juni 2008

Penulis,

Harimawan Yudi Astoro

viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Polusi logam berat seperti timbal merupakan masalah lingkungan serius


yang mengancam keseha tan manusia terutama potensial merusak sistem saraf dan
otak. Terapi antidot dengan Na2 CaEDTA yang biasa digunakan memiliki efek
samping. Perlu dikembangkan senyawa yang berasal dari tanaman yang dapat
membantu kerja antidot dalam menurunkan kadar timbal. Curcumin merupakan
kandungan utama rimpang temulawak berperan sebagai zat antioksidan mampu
mendetoksikasi logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah
pemberian antidot Na2 CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal darah tikus.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan
acak pola satu arah. Senyawa curcumin diperoleh dari rimpang temulawak
dengan cara maserasi menggunakan etanol 80%. Pengukuran kadar timbal darah
menggunakan metode spektroskopi serapan atom. Analisis statitik nonparametrik
dengan uji Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95% digunakan untuk
memastikan pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian
antidot Na2 CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal darah tikus antar kelompok
pengukuran. Perbedaan kadar timbal darah hari yang berbeda dalam kelompok
yang sama dianalisis dengan uji Friedman dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak etanol rimpang
temulawak setelah pemberian antidot Na2 CaEDTA dapat menurunkan kadar
timbal darah setelah pemberian selama 10 hari.

Kata kunci: timbal, rimpang temulawak, Na2 CaEDTA, spektroskopi serapan


atom.

ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

The heavy metal polution such as lead is serious environmental problem,


that affect human health particularly potential to destruct nervous system and
brain. Antidote therapy with Na2 CaEDTA is commonly used but it has a lot of
side effect. An attempt is needed to indentify a compound of plant that can
improve antidote activity to reduce the blood lead level. Curcumin is main content
in tumeric rhizome can act as antioxidant
can detoxication heavy metal. This study is aimed to know the affect of
extract etanol temulawak rhizome in reducing blood lead level of rat after
Na2 CaEDTA antidote administration.
This study was pure exsperimental study with complete randomized
design. Compound of curcumin was maserated from tumeric rhizome using
ethanol 80%. The measurement of blood lead level on rat was determined using
Atomic Absorption Spectroscopy method. Statistical analysis nonparametric
Kruskal-Wallis with 95% of confidence interval used to certainty the affect of
extract etanol temulawak rhizome after Na2 CaEDTA antidote administration
against decrease blood lead level of rat between group. The difference of blood
lead level in the different days in the same group was analysed Friedman test with
95% of confidence interval.
The results indicated that the affect of extract etanol tumeric rhizome
after Na2 CaEDTA antidote administration have the ability to decrease blood lead
level within 10 days.

Keywords : lead, turmeric rhizome, Na2 CaEDTA, Atomic Absorption


Spectroscopy.

x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

PRAKATA.............................................................................................. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. viii

INTISARI................................................................................................ ix

ABSTRACT.............................................................................................. x

DAFTAR ISI........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

1. Permasalahan .............................................................................. 3

2. Keaslian penelitian...................................................................... 4

3. Manfaat penelitian....................................................................... 4

B. Tujuan Penelitian................................................................................ 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................... 6

A. Timbal ............................................................................................... 6

1. Kinetika timbal............................................................................. 6

xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Intoksikasi timbal......................................................................... 7

3. Mekanisme keracunan timbal ...................................................... 9

B. Natrium Kalsiumedetat (Na2 CaEDTA) ............................................ 12

1. Farmakologi.................................................................................. 12

2. Indikasi......................................................................................... 12

3. Kontraindikasi.............................................................................. 13

4. Dosis dan cara pemberian............................................................ 13

5. Efek samping............................................................................... 14

C. Temulawak........................................................................................ 15

1. Keterangan botani ........................................................................ 15

2. Morfologi tanaman....................................................................... 15

3. Kandungan kimia ......................................................................... 16

4. Khasiat dan kegunaan .................................................................. 17

5. Efek farmakolo gi.......................................................................... 17

D. Terapi Antidot................................................................................... 18

E. Ekstraksi............................................................................................ 19

F. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) .................................................. 21

1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom.................................. 21

2. Instrumentasi spektrofoskopi serapan atom................................. 22

3. Keunggulan dan kelemahan metode SSA.................................... 24

G. Validasi Metode Analisis.................................................................... 25

H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)........................................................ 28

I. Landasan Teori.................................................................................. 29

xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

J. Hipotesis ............................................................................................ 30

BAB. III METODE PENELITIAN ....................................................... 31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................... 31

B. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 31

1. Variabel penelitian....................................................................... 31

2. Definisi operasional ..................................................................... 32

C. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................. 32

1. Bahan penelitian............................................................................ 33

2. Alat penelitian............................................................................... 33

D. Tatacara Penelitian............................................................................. 33

1. Determinasi tanaman...................................................................... 33

2. Preparasi bahan .............................................................................. 34

3. Penetuan kurkumin secara kualitatif dengan KLT......................... 36

4. Persiapan hewan uji........................................................................ 36

5. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji...................................... 37

6. Pengukuran kadar timbal darah dengan SSA................................. 38

E. Analisis Hasil...................................................................................... 40

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 41

A. Determinasi Tanaman ........................................................................ 41

B. Penentuan Kurkumin Secara Kualitatif dengan KLT......................... 42

C. Pengukuran Kadar Timbal Darah....................................................... 47

1. Kurva baku..................................................................................... 47

2. Penawarracunan timbal akibat ekstrak etanol rimpang

xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

temulawak setelah pemberian Na2 CaEDTA.................................. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 62

A. Kesimpulan ........................................................................................ 62

B. Saran................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63

LAMPIRAN ............................................................................................ 68

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 115

xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I Kriteria KV yang dapat diterima................................................ 26

Tabel II Parameter validitas metode yang dipersyaratkan

untuk setiap kategori.................................................................. 28

Tabel III Syarat karakteristik validasi metode analisis logam berat

dengan spektroskopi................................................................. 28

Tabel IV Hasil analisis kualitatif kurkumin dengan KLT....................... 46

Tabel V Nilai linieritas kurva baku timbal hasil pengukuran

dengan metode SSA................................................................... 50

Tabel VI Nilai koefisien variasi (KV) kontrol dan perlakuan................... 50

Tabel VII Hasil pengukuran AAS kadar rata- rata timbal dan

standar deviasi kelompok perlakuan akibat pemejanan

timbal selama 30 hari................................................................. 51

Tabel VIII Hasil analisis perbedaan kadar timbal

antar kelompok........................................................................... 57

xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hematotoksisitas Pb pada Sintesis Heme................................... 9

Gambar 2. Peran Kalsium dalam Pelepasan Neurotransmiter..................... 10

Gambar 3. Pengaruh Timbal terhadap Pembentukan ROS.......................... 11

Gambar 4. Struktur Natrium Kalsiumedetat................................................. 15

Gambar 5. Struktur Molekul Kurkumin....................................................... 17

Gambar 6. Instrumen Spektroskopi Serapan Atom (SAA).......................... 22

Gambar 7. Prinsip Metode SAA dan Instrumentasinya............................... 23

Gambar 8. Skema Proses Atomisasi Sampel............................................... 23

Gambar 9. Pembagian Zona Nyala pada Pembakar pada SAA.................... 24

Gambar 10. Lampu Katoda Berongga SAA dan Bagian- Bagiannya........... 24

Gambar 11. Kromatogram Kurkumin dan Sampel dengan KLT Visibel..... 44

Gambar 12. Kromatogram Kurkumin dan Sampel dengan KLT pada

UV 254 nm................................................................................ 45

Gambar 13. Kromatogram Kurkumin dan Sampel dengan KLT pada

UV 365 nm................................................................................. 46

Gambar 14. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-0.................. 48

Gambar 15. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-15................ 48

Gambar 16. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-30................ 48

Gambar 17. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-35................ 49

Gambar 18. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-40................. 49

Gambar 19. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-0................ 53

Gambar 20. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-15.............. 53

xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 21. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-30.............. 54

Gambar 22. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-35.............. 55

Gambar 23. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-40............. 56

Gambar 24. Profil Farmakokinetika Timbal Akibat Pemejanan

Timbal Hari Ke-30..................................................................... 57

xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi .......................................... 68

Lampiran 2. Penampang Irisan Melintang Rimpang Temulawak Secara

Mikroskopik....................................................................... 69

Lampiran 3. Serbuk Rimpang Temulawak Secara Mikroskopik............ 71

Lampiran 4. Tanaman Temulawak........................ ................................. 73

Lampiran 5. Rimpang Temulawak.......................................................... 73

Lampiran 6. Serbuk Rimpang Temulawak............................................. 74

Lampiran 7. Maserasi.............................................................................. 74

Lampiran 8. Ekstrak Etanol Temulawak................................................. 75

Lampiran 9. Foto Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-8000

Polarized Zeeman............................................................... 75

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Ekstrak Etanol Rimpang

Temulawak.......................................................................... 76

Lampiran 11. Perhitungan Konsentrasi Timbal Asetat............................. 77

Lampiran 12. Perhitungan Dosis dan Konsentrasi Na2 CaEDTA............. 78

Lampiran 13. Pengukuran Kadar Timbal Darah dengan AAS................. 79

Lampiran 14. Data Kadar Timbal Darah Kelompok Perlakuan................ 92

Lampiran 15. Uji Statistik Normalitas, Kruskal Wallis dan Mann

Whitney............................................................................... 95

Lampiran 16. Uji Friedman dan Wilcoxon................................................ 103

Lampiran 17. Kadar Timbal Darah Setelah Pemejanan Timbal Hasil

Orientasi Selama 45 Hari..................................................... 112

xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 18. Formulir Hasil Kalibrasi Internal ........................................ 113

Lampiran 19. Hasil Optimasi SSA Hitachi Z-8000 Polarized

Zeeman untuk Pengukuran Timbal....................................... 114

xix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Masalah polusi logam berat termasuk plumbum (Pb) merupakan masalah

yang serius di negara- negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia.

Polusi timbal di lingkungan hidup biasanya berkaitan erat dengan proses

pertambangan, peleburan logam, industri yang menggunakan bahan baku timbal

di samping itu timbal juga dapat berasal dari asap kendaraan bermotor. Timbal

adalah salah satu logam berat yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan

(Hariono, 2005).

Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman

akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Pb masuk ke dalam tubuh

melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Kadar Pb normal yang masuk ke

dalam tubuh manusia kira – kira 0,3 mg. Bagi orang normal dengan masukan 0,6

mg/ hari mempercepat akumulasi dan timbulnya keracunan. Misalnya dengan

masukan 2,5 mg Pb/hari keracunan terjadi setelah empat tahun, sedangkan 3,5 mg

Pb/hari hanya memerlukan beberapa bulan. Toksisitas timbal tergantung pada

daya larut dan ukuran partikelnya. Semakin kecil uk uran partikel, timbal yang

terabsorpsi dalam tubuh semakin banyak (Anonim, 2007d).

Keracunan timbal dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, dan pada

bagian yang lain di dalam tubuh. Keracunan timbal akut, yang relatif jarang

terjadi, terjadi ketika timbal dalam jumlah yang besar masuk ke dalam tubuh pada

1
2
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

waktu yang singkat. Keracunan timbal kronik, yang biasanya bermasalah pada

anak – anak, terjadi ketika timbal dalam jumlah kecil masuk ke tubuh dalam

waktu yang panjang (Anonim, 2007b).

Pengobatan keracunan timbal anorganik biasanya meliputi penghentian

paparan dengan segera, perawatan suportif, dan penggunaan terapi khelasi secara

bijaksana (Katzung, 2004). Terapi khelasi yang spesifik digunakan untuk

mengobati keracunan timbal adalah Kalsium disodium edetat (Na2 CaEDTA).

Penggunaan Na2 CaEDTA harus dipantau karena efek samping yang

ditimbulkannya antara lain: hipotensi, sakit kepala, demam, hiperkalsemia,

defisiensi seng, anoreksia, mual, muntah, anemia, dan tremor (Anonim, 2007a).

Dewasa ini perhatian masyarakat terhadap kesehatan cenderung untuk

kembali ke alam antara lain dengan menggunakan tanaman obat. Beberapa

senyawa tanaman obat dapat diketahui sebagai protektor terhadap zat toksik yang

berasal dari lingkungan, antara lain la in genus Curcuma yang mengandung bahan

aktif curcumin (Ernie, Suyatna, Suherman, Pringgoutomo, 1996). Salah satu

spesies tanaman tersebut adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).

Selain sebagai protektor terhadap zat toksik, temulawak khususnya

bagian rimpangnya sering digunakan oleh masyarakat sebagai antiinflamasi,

antipiretik, kholeretik, dan kholagoga. Di samping itu temulawak dapat digunakan

untuk mengobati batu empedu, batu ginjal, cacar air, demam, pelancar ASI, nyeri

sendi, nyeri haid, sembelit, dan kolesterol tingi (Soedibyo,1998). Selain itu

dilaporkan juga bahwa temulawak memiliki efek farmakologi sebagai

hepatoprotektor (Anonim, 2000).


3
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang

temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin, dan juga protein, pati, serta

zat – zat minyak atsiri. Kandungan kurkumin dalam rimpang temulawak berkisar

antara 1,6% - 2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan

kurkumin dan zat – zat minyak atsiri tadi, did uga merupakan penyebab

berkhasiatnya temulawak (Rukmana,1994).

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji pengaruh ekstrak etanol rimpang

temulawak setelah pemberian antidot Na2 CaEDTA pada hewan uji tikus yang

dipejani timbal selama 30 hari dalam upaya pena warracunan timbal dalam darah

tikus. Mengingat pemberian antidot Na2 CaEDTA memiliki beberapa efek

samping. Sejauh ini belum ada laporan penelitian resmi yang menyatakan

pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

Na2 CaEDTA dalam terapi penawarracunan timbal. Hal inilah yang melandasi

perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol rimpang

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah pemberian antidot

Na2 CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal dalam darah.

1. Permasalahan

a. Apakah pemebrian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian

antidot Na2 CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal darah tikus ?

b. Berapa lama pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah

pemberian antidot Na2 CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal darah tikus?
4
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai rimpang temulawak telah banyak dilakukan

mengingat banyak manfaat yang diperoleh dari rimpang temulawak. Penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain Pengaruh infus rimpang temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap kondisi parameter pemeriksaan darah

tikus putih yang diberi larutan timbal anorganik (Sugiharto, 2003), juga

disebutkan bahwa infus rimpang temulawak dapat berperan sebagai

hepatoprotektor pada tikus yang disuntik secara intraperitoneal dengan

parasetamol dosis toksik (Ernie, dkk.,1996). Anonim (1998) menyatakan bahwa

zat curcumin dapat berperan sebagai zat antioksidan dan detoksikasi dengan cara

meningkatkan aktivitas enzim gluthatione S- transferase (GS-t) serta kelompok

enzim gluthatione yang lain (GS-x) yang terdapat dalam hati.

Penelitian mengenai efek pemberian timbal anorganik pada tikus putih

telah dilakukan oleh Hariono (2005). Hasilnya, timbal dalam darah tikus

mencapai kadar 0,75 µg/ml dalam kurun waktu 4 minggu. Hasil penelitian

orientasi sebelumnya, pemejanan timbal selama 45 hari telah mencapai kadar

toksik sebesar 0,75 ppm (Wahyunengsih, Fedelia, Astoro, Putri, 2007). Hal yang

berbeda dari penelitian ini dengan penelitian orientasi sebelumnya adalah jenis

tanaman yang digunakan yaitu temulawak. Sejauh pengetahuan penulis belum

pernah dilakukan sebelumnya penelitian yang memberikan laporan resmi tentang

pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

Na2 CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal darah tikus.


5
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Manfaat teoritis yaitu untuk melengkapi dan memperkaya teori yang telah

ada mengenai terapi antidot dalam terapi penawarracunan timbal.

b. Manfaat metodologis yaitu memberikan sumbangan metode yang efektif

untuk penawarracunan timbal menggunakan bahan alam ekstrak rimpang

temulawak dan antidot Na2 CaEDTA.

c. Manfaat praktis yaitu masyarakat dapat menggunakan sebagai terapi

alternatif penawarracunan timbal dari tanaman temulawak dan Na2 CaEDTA.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak

setelahpemberian antidot Na2 CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal

darah tikus.

2. Mengetahui berapa lama pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak

setelah pemberian antidot Na2 CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal

darah tikus.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Timbal (Pb)

Timbal digolongkan sebagai logam berat yang bersifat toksik, lunak,

dapat ditempa, berwarna putih kebiruan tapi akan memudar menjadi kelabu jika

terkena udara (Anonim, 2007c). Timbal atau yang kita kenal sehari – hari dengan

timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum dan

logam ini disimpulkan dengan Pb. Pada suhu 550-600ºC Pb menguap dan

membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksida yang

paling umum adalah timbal (II) (Palar,1994).

Timbal adalah salah satu logam berat yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan. Timbal dapat ditemukan dalam bentuk logam murni atau dalam bentuk

senyawa organik atau anorganik. Semua bentuk timbal tersebut mempunyai efek

toksis itas yang sama terhadap manusia (Hariono, 2005).

1. Kinetika timbal

Absorpsi timbal masuk ke dalam tubuh dapat melalui saluran pernafasan

dan saluran pencernaan (dewasa 10%, anak – anak 50%), sedangkan absorpsi

melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan

oleh Pb tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10µg

dapat tertahan di paru – paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di

saluran nafas bagian atas (OSHA, 2005).

6
7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Setelah diabsorpsi, timbal didistribusikan melalui darah ( 99% diikat oleh

eritrosit) diedarkan ke berbagai jaringan, termasuk transport transplasenta pada

janin, dan juga CNS melewati sawar darah otak (Kosnett, 2006). Pada fase

distribusi pertama, konsentrasi timbal tertinggi ditemukan dalam ginjal dan hati,

kemudian akan terjadi redistribusi dalam jaringan yang kaya kalsium, terutama

dalam tulang dan gigi (terbentuknya depot timbal) (Mutschler, 1991). Ditribusi Pb

dalam tubuh dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistem

saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994).

Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal

dan saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75 – 80%, melalui feses

15% dan lainnya melalui empedu (35%), keringat, rambut, dan kuku (Palar,

1994). Ekskresi Pb melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif

kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainya di dinding usus, regenerasi sel epitel,

dan ekskresi empedu, sedangkan proses ekskresi Pb melalui ginjal adalah melalui

filtrasi glomerolus (Goldstein dan Kippen, 1994).

Pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Waktu paroh timbal

didalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada

tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi

dalam tubuh (Nordberg, 1998).

2. Intoksikasi timbal

Intoksikasi (keracunan) Pb akut jarang terjadi, biasanya bersifat

accidental poisoning yaitu termakannya senyawa Pb akut yang mengenai saluran

pencernaan dapat berupa haus, nausea, vomitus, diare, konstipasi, sakir perut dan
8
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

rasa logam (metallic taste). Untuk gejala yang berhubungan dengan susunan saraf

pusat berupa insomnia, tremor, halusinasi, dan gejala pada anak yang menonjol

yaitu ataxia, konvulsi, koma dan ensefalopati. Gejala keracunan Pb terhadap

susunan saraf perifer dapat berupa parestesi perasaan, sakit dan lemah pada otot

terutama kaki. Anemia hemolitik berat kadang – kadang terjadi pada keracunan

Pb akut. Hal ini diduga karena Pb merusak membran sel eritrosit muda dan

dewasa pada sumsum tulang serta darah tepi (Sjamsudin dan Suyatna, 2007).

Keracunan Pb kronik didapatkan melalui exposed terhadap Pb secara

terus menerus sehingga kumulasi Pb makin meningkat dalam jaringan, suatu saat

melampaui safety level dan menimbulkan keluhan dan gejala keracunan. Tanda

dan gejala keracunan Pb biasanya terjadi pada kadar 0,8 µg/ml (0,8 ppm) darah

atau lebih sedangkan ensefalopati terjadi pada kadar 1-2 ppm atau lebih. Menurut

Brookes, kadar Pb 0,015 ppm umumnya diterima sebagai batas maksimum Pb

udara dalam ruangan kerja (Sjamsudin dan Suyatna, 2007).

Pada keracunan timbal kronis yang lebih sering terjadi (pada absorpsi per

hari > 1 mg dalam jangka waktu yang lama akan terjadi kumulasi akibat eliminasi

yang amat lambat) secara perlahan akan timbul gangguan pada komponen darah,

sumsum tulang, sistem saraf, otot polos (terutama dari saluran cerna), ginjal, dan

kulit serta mukosa (Mutschler, 1991).


9
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

3. Mekanisme keracunan timbal

a. Efek timbal terhadap sintesis heme

Toksisitas timbal disebabkan adanya interaksi antar timbal dengan

senyawa ligand yang ada di dalam tubuh, misalnya gugus enzim –SH dari d-ALA

(yang mengakibatkan penumpukan d- ALA) dan enzim heme sintetase

(mengakibatkan protoporfirin) sehingga terjadi hambatan sintesis hemoglobin.

Timbal juga dapat menghambat enzim ferokelatase yang menyebabkan ion Fe

tidak dapat berikatan dengan cincin protoporfirin, sebab terjadi kompetisi antara

timbal dengan Fe. Akibat dari hal – hal tersebut diatas, maka timbal dapat

mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin (Sadikin, 2001; Habal, 2002).

Keadaan ini sesuai dengan penelitian Juliardi (1999) yang menyebutkan bahwa

pemberian larutan timbal dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin.

Gambar 1. Hematotoksisitas Pb pada sintesis Heme


(Goldstein dan Kipen, 1994).
Keterangan gambar :
1. delta-aminolevulinic acid synthetase (d- ALA synthetase)
2. delta-aminolevulinic acid dehydratase (d- ALA dehydratase)
3. uroporphyrinogen I synthetase dan uroporphyrinogen III synthetase
4. uroporphyrinogen decarboxylase
5. coproporphyrinogen III oxidase
6. protoporphyrinogen IX oxidase
7. ferrochelatase
10
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

b. Kompetisi timbal dengan kalsium

Toksisitas timbal lebih karena sifatnya yang meniru kalsium dan

mengambil alih fungsi proses selular penting yang tergantung kalsium. Timbal

memiliki ikatan koordinasi yang lebih kuat dibandingkan dengan kalsium, yang

akhirnya berikatan dengan ligan oksigen. Timbal juga akan membentuk kompleks

dengan ligan lain, terutama gugus sulfhidril dan akan membentuk kompleks ion

dengan OH-, Cl-, NO3 -, dan CO3 2- (Anonim, 2007c).

Transpor timbal menembus membran eritrosit diperantarai oleh anion

exchanger dan pompa Ca-ATPase. Pada jaringan lain, timbal menembus membran

sel melalui voltage-dependent atau jenis lain kanal kalsium. Setelah masuk ke

sitoplasma, timbal akan menempati tempat ikatan kalsium pada protein yang

tergantung kalsium. Timbal berikatan dengan kalmodulin, protein yang berperan

sebagai sensor terhadap konsentrasi kalsium bebas dan sebagai mediator

pelepasan neurotransmiter (gambar 3).

Gambar 2. Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter (Clarkson, 1987).

Pada otak, timbal terakumulasi dalam sel astroglia, yang melindungi

neuron- neuron. Astrosit dapat mati karena efek toksik ion Pb2+. Uptake timbal

dalam sel astroglia dan neuron diperantarai oleh kanal kalsium (Anonim, 2007c).
11
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

c. Pengaruh timbal terhadap enzim antioksidan

Efek toksisitas timbal secara tidak langsung dengan memacu produksi

ROS (reaktive oxygen species), meningkatkan tingkat pro-oksidan sel dengan

mengurangi cadangan glutation (GSH), mengaktifkan sistem yang bergantung

pada kalsium. Gambar 3 menunjukkan proses terbentuknya ROS oleh timbal

selama transpor elektron melalui membran dan peran enzim antioksidan dalam

mengurangi ROS serta pengaruh antioksidan askorbat (AsA) dan glutation (GSH).

Timbal akan menginduksi peningkatan pembentukan ROS (.O2-, H2O2 , .OH),

meningkatkan aktivitas enzim antioksidan superoksida dismutase (SOD), guaiacol

peroksidase (GPX), askorbat peroksidase (APX), dehidroaskorbat reduktase

(DHAR) dan NADPH dependen glutation reduktase (GR), tapi akan menurunkan

aktivitas katalase (CAT). Siklus Haber-Weiss dan mekanisme Fenton akan

menghasilkan radikal hidroksil (•OH) dari anion superoksida (O 2 -•) dan H2 O2 .

Enzim antioksidan akan mengkatalisis penguraian H2 O2 menjadi air dan oksigen.

Timbal menginduksi aktivitas peroksidase di dalam membran sel. GR memiliki

peranan penting melawan oksidatif yang diinduksi timbal.

Gambar 3. Pengaruh timbal terhadap proses pembentukan Reactive Oxygen Species


(ROS) dan aktivitas enzim antioksidan. Tanda + dan – menunjukkan induksi atau
inhibisi karena disebabkan timbal (Sharma, Dubey, 2005).
12
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

B. Natrium-Kalsiumedetat (Na2 CaEDTA)

Natrium kalsiumedetat merupakan chelator yang efisien dari banyak

logam yang divalen dan trivalen in vivo. Obat ini diberikan sebagai suatu garam

kalsium dinatrium untuk mencegah kekurangan kalsium yang secara potensial

membahayakan jiwa. Natrium kalsiumedetat kurang mampu menembus sel dan

sebab itu mengkhelasi ion logam ekstraseluler secara lebih efektif dari pada ion

intraseluler. Sifat natrium kalsiumedetat yang memiliki ion polar tinggi

membatasi penyerapannya secara oral. Selain itu pemberian oral dapat

meningkatkan penyerapan timbal dari usus (Katzung, 2004).

1. Farmakologi

Natrium kalsiumedetat digunakan sebagai agen pengkhelat untuk

meningkatkan eliminasi logam toksik tertentu, terutama timbal. Eliminasi dari

logam endogen termasuk seng, mangan, besi dan tembaga, mungkin juga terjadi

pengurangan jumlahnya. Paroh waktu di plasma adalah 20 – 60 menit, dan 50%

dari dosis yang diinjeksikan akan diekskresikan lewat urin dalam 1jam.

Peningkatan ekskresi timbal lewat urin dimulai dalam 1jam setelah pemberian

EDTA, dan ini akan diikuti dengan penurunan kadar timbal dalam darah secara

menyeluruh setelah diberikan perlakuan. Natrium kalsiumedetat memindahkan

timbal dari jaringan lunak dan dari fraksi tempat penyimpanan timbal yang lebih

besar yang terdapat di tulang (Kosnett, 2006).

2. Indikasi

Pengobatan dengan natrium kalsiumedetat menyebabkan kenaikan

bermakna ekskresi timbal pada urin dan penurunan konsentrasi timbal dalam
13
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

darah, namun tidak begitu berdampak terhadap kadar timbal dalam otak atau

tulang. Pada pasien dengan fungsi ginjal kurang ekresi obat dan efek mobilisasi

logam dapat tertunda. Pembatasan waktu pengobatan 5 hari sampai beberapa hari

berturut – turut karena natrium kalsiumedetat menyebabkan nefrotoksisitas

(Katzung, 2004).

Natrium kalsiumedetat digunakan untuk menurunkan konsentrasi timbal

dalam darah dan meningkatkan ekskresi timbal lewat urin pada individu dengan

simptomatik intoksikasi timbal dan juga pada individu asimptomatik intoksikasi

timbal. Meskipun pengalaman klinis terkait dengan natrium kalsiumedetat dalam

menyembuhkan gejala (khususnya kolik akibat timbal) dan juga dapat

menurunkan mortalitas, kontrol klinis tentang efikasinya masih kurang, dan

rekomendasi perawatan telah sering diberikan secara empiris (Kosnett, 2006).

3. Kontraindikasi

Sejak natrium kalsiumedetat meningkatkan ekskresi timbal melalui

ginjal, anuria merupakan kontraindikasinya. Dengan pengurangan dosis, dengan

perhatian yang seksama, pada pasien dengan disfungsi renal, dapat menyebabkan

akumulasi natrium kalsiumedetat yang dapat meningkatkan resiko nefrophati

(Kosnett, 2006).

4. Dosis dan cara pemberian

Keracunan timbal dengan ensefalophati, atau blood lead level (BLL)

lebih besar dari 100 µg/dl. Diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1500

mg/m2 /hari (30mg/kg) dalam 2- 3 dosis terbagi (setiap 8 – 12 jam) secara intra

muskular atau secara kontinus infusi intra vena (dilarutkan dari 2 - 4 mg/ml dalam
14
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

5% dextrose atau dalam larutan saline). Pemberian biasanya berlanjut selama 5

hari. Keracunan timbal simptomatik tanpa ensefalophati, dan BLL 50 – 100 µg/dl.

Diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1000 – 1500 mg/m2 /hari (20 – 30

mg/kg ) pada 2-3 dosis terbagi secara intra muskular atau secara kontinus infusi

intra vena (dilarutkan dari 2-4 mg/ml) selama 3 -5 hari. Terapi natrium

kalsiumedetat secara oral tidak direkomendasikan untuk pencegahan atau

perawatan keracunan timbal, karena dimungkinkan adanya peningkatan absorpsi

timbal dari saluran gastrointestinal (Kosnett, 2006).

5. Efek samping

a. Nefrotoksik (misal : nekrosis akut tubular, proteinuria, hematuria ) mungkin

dapat dikurangi dengan minum yang mencukupi, adanya aliran urin yang

mencukupi, mencegah dosis yang berlebih, dan pembatasan pemberian selama

5 hari atau kurang.

b. Individu dengan intoksikasi timbal ensefalophati, cepat atau volume infusi

yang tinggi dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Dalam kasus ini,

penggunaan injeksi I.M atau volume yang lebih rendah, infusi i.v yang dengan

konsentrasi yang lebih tinggi, lebih dianjurkan.

c. Nyeri lokal dapat terjadi saat pemberian injeksi I.M. Lidokain (1 ml lidokain

1% untuk setiap ml konsentrasi natrium kalsiumedetat) bisa ditambahkan

untuk mengurangi ketidaknyamanan.

d. Kelalaian penggunaan natrium kalsiumedetat dapat menyebabkan hipokalemia

yang serius.
15
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

e. Penggunaan untuk kehamilan tidak direkomendasikan. Keamanan dari

natrium kalsiumedetat untuk kehamilan belum ditetapkan. Malformasi dari

janin dengan dosis yang tinggi telah dilaporkan dari percobaan pada hewan

(Kosnett, 2006 ).

O O
C O O C
H2C Ca CH2
O O
N N
Na O C C H2C C H2C C O Na
H2 H2
Gambar 4. Struktur Natrium-Kalsiumedetat (Katzung, 2004)

C. Temulawak

1. Keterangan botani

Tanaman temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam tata nama

tumbuhan termasuk dalam famili Zingiberaceae. Spesies lain dari kerabat dekat

temulawak adalah tanaman temu ireng (C.aeruginosa ROXB.), temu putih (C.

zeodaria ROSC.), dan temu kunyit (C. domestica VAL.). Temulawak mempunyai

beberapa nama daerah, diantaranya adalah koneng gede (Sunda), temo lobak

(Madura), dan temulawak (Indonesia).

2. Morfologi tanaman

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun.

Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 - 2,5

meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap

tanaman memiliki 2 -9 helai daun.Daun tanaman temulawak bentuknya panjang

dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang
16
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

daun sekitar 50 – 55 cm, lebarnya ± 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada

tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur (Rukmana, 1994).

3. Kandungan kimia

Kandunga n senyawa kimia dalam tumbuhan temulawak terutama dalam

rimpangnya antara lain sebagai berikut : ion – ion Fe, Ca, Na, dan K (Habal,

2002), kurkumin yaitu suatu zat warna kuning 1,6 – 2,22 % berdasar berat kering

terdiri dari : kamfor 1%, folilmetilkarbinol 5%, dan isoprena mirsena 85%;

kandungan pati yaitu 30 – 40 % (Lukman dan Toga, 1985 ); xanthorrhizol dan

demetoksikurkumin (Soedibyo,1998).

Kurkumin merupakan senyawa kandungan utama tanaman kunyit

(Curcuma longa Val.) terdapat juga dalam tanaman temulawak (Curcuma

xanthorriza Roxb.) dan tanaman temugiring (Curcuma heyneana Val.Dan Ziep.)

(familia Zingiberaceae). Kurkumin yang murni sangat sulit diperoleh langsung

dari rimpang karena seringkali tercampur dengan dua turunannya yaitu

demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Donatus, 1994).

Kurkumin (C 21 H20O6 ) berwarna kuning oranye, serbuk berbentuk kristal,

dan berat molekulnya 368,37. Titik lebur dari kurkumin ini yaitu 183ºC.

Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut dalam alkohol dan asam asetat

glasial (Anonim, 1989). Menurut Tonnesen (1986), kurkumin dan analognya

mempunyai aktivitas biologi antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan

kolagen. Disamping itu kurkumin juga mempunyai aktivitas biologi broad

spectrum yaitu sebagai hipokolesteremik, antiinflamasi, antireumatik, antibakteri,

antihepatotoksik, menurunkan glukosa darah dan hipotensif.


17
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Rumus bangun kurkumin telah berhasil dicandra oleh Lempe dkk pada

tahun 1940 dan pertama kali disintesis oleh Lempe dan Milobedzka pada tahun

1913. Kurkumin tergolong senyawa diarilheptanoid dengan rumus molekul

C21 O6 H2O. Struktur kimia dari kurkumin adalah sebagai berikut :


HO OH

R1 R2

O O
H
Gambar 5. Struktur molekul kurkumin (Roughley and Whiting, 1973).

Keterangan :

R 1 = R 2 = OCH3 kurkumin

R1 = H R2 = OCH3 demetoksikurkumin

R 1 = R 2 = H bidemetoksikurkumin

4. Khasiat dan kegunaan

Menurut Lukman dan Toga (1985), temulawak berkhasiat sebagai

penghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan menurut Soedibyo (1998),

temulawak dapat berkhasiat sebagai antiinflamasi, antipiretik, kholeretik, dan

kholagoga, di samping itu temulawak dapat digunakan untuk mengobati batu

empedu, batu ginjal, cacar air, demam, pelancar ASI, nyeri sendi, nyeri haid,

sembelit, dan kolesterol tingi.

5. Efek farmakologi

Pada dasarnya aktivitas temulawak pada hati berkaitan erat dengan

aktivitas kolagog dalam bentuk kolikinetik dan koleretik yang berpengaruh pada

hati, kandung empedu dan pankreas. Khasiat antihepatotoksik kurkumin secara in

vitro diteliti oleh Kiso ( 1983) yang melakukan induksi hepatotoksik pada hewan

percobaan menggunakan karbontetraklorida dan d-galaktosamin. Pemberian


18
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kurkumin dosis 1 mg/hari dapat mengurangi aktivitas enzim glutamat oksaloasetat

transaminase (GOT) sebesar 53% serta menurunkan aktivitas enzim glutamat

piruvat transaminase (GPT) sebesar 20%.

Suyatna (1992) melakukan penelitian histopatologi mengenai aktivitas

hepatoprotektor ekstrak temulawak yang mengandung 5% kurkumin. Uji

hepatoprotektor ini menggunakan hewan percobaan yang diinduksi hepatotoksis

dengan parasetamol dosis tinggi (2500 mg/kg BB). Dosis ekstrak temulawak yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dosis rendah 50 mg/kg BB dan dosis

tinggi (250 dan 1000 mg/kg BB). Dengan menggunakan n – asetil sistein sebagai

pembanding disimpulkan bahwa ekstrak temulawak dosis rendah tidak

menunjukkan aktivitas hepatoprotektor tetapi pada dosis tinggi dapat menur unkan

kadar SGOT dan SGPT, serta menunjukkan gambaran histologi yang sama baik

dengan n – asetilsistein (Anonim, 2000a).

D. Terapi Antidot

Yang dimaksud dengan terapi antidot adalah tata cara yang secara

khusus ditujukan untuk membatasi intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau

menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya sehingga bermanfaat dalam

mencegah timbulnya bahaya lebih lanjut. Berarti sasaran terapi antidot adalah

pengurangan intensitas efek toksik (Donatus, 1997).

Strategi penatalaksanaan terapi antidot dapat dilakukan dengan cara :

a. Penghambatan keefektifan absorbsi bahan berbahaya

b. Penghambatan keefektifan distribusi bahan berbahaya


19
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Peningkatan keefektifan metabolisme dan ekskresi (eliminasi) bahan berbahaya

terkait (Donatus, 1997).

Terapi khelasi dapat menggunakan succimer atau kalsium disodium

edetat, dengan atau tanpa dimerkaprol. Agen pengkhelat dapat digunakan untuk

mengikat timbal menjadi bentuk yang dapat diekskresikan. Khelat diindikasikan

untuk dewasa dengan gejala keracuna n ditambah kadar Pb darah > 70 µg/dL, dan

anak dengan encephalopathy atau kadar Pb darahnya > 45 µg/dL (> 2,17 mmol/L)

(Anonim, 2005).

E. Ekstraksi

Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang

semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat

aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah

baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari

makin luas (Anonim, 1986). Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair

dibuat dengan menyari nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar

pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979a).

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik

(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan

demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa

kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

kandungan yang diinginkan (Anonim, 2000c). Cairan penyari yang biasa

digunakan adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Penyarian simplisia
20
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dengan air dapat dilakukan dengan maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan

air mendidih. Penyarian campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi

dan perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan perkolasi (Anonim,

1979b). Untuk penyarian, Farmakope Indonesia menetapkan cairan penyari,

digunakan air, etanol, etanol air atau eter. Untuk obat tradisional masih terbatas

pada penggunaan penyari air dan etanol (Anonim, 1986).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar) (Anonim, 2000c). Maserasi dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel

dan akan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel

dengan sel di luar, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Cairan penyari

yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Anonim,

1986). Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia

yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope disatukan dengan bahan

pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya

langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan

dikocok kembali tiap beberapa waktu, biasanya 3 kali sehari. Waktu lamanya

maserasi berbeda – beda tergantung dari tiap – tiap farmakope. Selesainya waktu

maserasi ditandai denga n tercapainya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi

pada bagian dalam sel dengan yang masuk ke dalam cairan pengekstraksi (Voigt,

1994).
21
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

F. Spektroskopi Serapan Atom (SSA)

1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Walsh pada tahun 1950

(Brokaert, 2002). Prinsip metode SSA adalah absorpsi cahaya oleh atom pada

panjang gelombang tertentu. Timbal menyerap cahaya pada panjang gelombang

283 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk

mengubah tingkat elektronik atom. Dengan penyerapan energi, energi yang

diperoleh lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan dinaikkan

tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 2003). Sensitifitas SSA tinggi

untuk menganalisis elemen, terutama logam, termasuk alumunium, arsenik,

berilium, kalsium, tembaga, besi, timbal, dan lithium dalam jumlah sedikit

(Anonim, 1998b).

Beberapa panjang gelombang unsur akan menghasilkan garis spektrum.

Panjang gelombang yang menghasilkan garis spektrum tajam dengan intensitas

maksimum dapat dip ilih dan disebut garis resonansi. Panjang gelombang yang

dipilih untuk menganalisis timbal adalah 283 nm (Khopkar, 2003).

Temperatur mempengaruhi proses atomisasi. Temperatur nyala harus

sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk melepas atom dari ikatannya

sehingga akan diperoleh atom-atom bebas pada keadaan ground state. Besar

pengaruh temperatur terhadap perbandingan jumlah atom pada keadaan eksitasi

dan jumlah atom pada keadaan ground state dinyatakan dengan persamaan

Nj Pj  Ej 
Boltzman : = exp  −  (1)
No Po  KT 
22
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dimana Nj dan No masing- masing adalah jumlah atom pada keadaan eksitasi dan

jumlah atom pada keadaan ground state. K adalah tetapan Boltzman (1,38 x 10-16

erg/K). T adalah temperatur absolut (Kelvin). Ej adalah perbedaan energi tingkat

eksitasi dan tingkat ground state. Pj dan Po adalah faktor statistik yang ditentukan

oleh banyaknya tingkat yang mempunyai energi setara pada masing- masing

tingkat kuantum. Keberhasilan analisis pada SSA tergantung pada proses

atomisasi dan serapan oleh atom-atom bebas yang netral (Khopkar, 2003).

2. Instrumentasi spektroskopi serapan atom

Spektrometer serapan atom mempunyai 4 bagian dasar, yaitu lampu yang

memancarkan panjang gelombang khusus tiap elemen, tempat sampel, flame

untuk menguapkan sampel dan detektor (Anonim, 2006b).

Gambar 6. Instrumen Spektroskopi Serapan Atom ( Anonim, 2006b ).

Atomisasi adalah proses yang mengubah unsur yang akan dianalisis

menjadi uap atom (Price, 1972). Atomisasi dapat dilakukan dengan nyala maupun

dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi

diperlukan energi panas. Temperatur pada nyala harus benar-benar sesuai dengan

energi yang dibutuhkan untuk melepas atom dari ikatannya sehingga diperoleh

atom-atom bebas pada keadaan ground state (Price, 1972).


23
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 7. Prinsip metode spektroskopi serapan atom dan


instrumentasinya
(Anonim, 2006a)

Atomisasi (gambar 8) dilakukan dengan bantuan gas pembakar. Gas

pembakar terdiri dari propana, asetilena dan hidrogen. Oksidan adalah zat yang

digunakan untuk mengoksidasi bahan bakar dalam nyala (Price, 1972). Brokaert

(2002) menyebutkan bahwa oksidan terdiri dari N2 O atau udara. Campuran udara

dan asetilen menghasilkan temperatur sebesar 2300°K. Temperatur yang

dihasilkan campuran tersebut cukup tinggi untuk membuat atomisasi yang baik

(Price, 1972).

Gambar 8 . Skema proses atomisasi sampel.


M : logam (metal); M*: atom yang tereksitasi.
Pada SSA yang diukur adalah M’ yaitu atom dalam keadaan ground state
(Bassett, Denney, Jeffery, Mendham, 1994)

Zona nyala pada SSA yaitu primary combustion zone, interzonal region

dan secondary combustion zone (gambar 9). Penyerapan paling baik terjadi pada

interzonal region. Pada zona ini, atom dalam keadaan gas segera menyerap energi

radiasi yang diemisikan oleh lampu katoda berongga (Skoog, West, Holler.,

1994).
24
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 9. Pembagian zona nyala pada pembakar


pada spektroskopi serapan atom (Skoog, West, Holler, 1994)

Sumber radiasi yang digunakan pada SSA adalah lampu katoda berongga

(hollow cathode lamp) yang memiliki 2 elektroda (gambar 10). Sala h satunya

berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis.

Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan

pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan

teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan

radiasi pada panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat

diisolasi dengan suatu monokromator (Khopkar, 1990).

Gambar 10. Lampu katoda berongga (hollow cathode lamp)


pada SSA dan bagian-bagiannya (Levinson,2006)

3. Keunggulan dan kelemahan metode spektroskopi serapan atom

Keunggulan menggunakan metode SAA untuk analisis adalah tidak perlu

adanya pemisahan dari sampel. Unsur yang terdapat dalam sampel dapat dianalisis

tanpa memisahkan dengan unsur lain, karena digunakan sumber radiasi khusus

yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Metode ini kurang sensitif untuk

analisis sampel bukan logam, sehingga menjadi kelemahannya (Mulja dan

Suharman, 1995).
25
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

G. Validasi Metode Analisis

Validasi suatu metode analisis adalah proses yang dibuat oleh suatu studi

laboratorium, sehingga karakteristik pelaksanaan metode memenuhi persyaratan

aplikasi analisis yang diinginkan. Parameter – parameter validitas metode analisis

antara lain : akurasi, presisi, linieritas, spesifisitas, range, detection limit, dan

quantitation limit (Anonim, 2007e).

1. Akurasi

Akurasi dari suatu metode analisis merupakan kedekatan hasil pengukuran

yang diperoleh dengan metode tersebut dengan nilai sebenarnya. Akurasi dari

suatu metode analisis sebaiknya disajikan dalam rentang. Akurasi dihitung

sebagai presentase recovery pengujian sejumlah analit yang diketahui jumlahnya

atau sebagai perbedaan antara rata – rata dan nilai sebenarnya yang bisa diterima,

bersama dengan taraf kepercayaan (Anonim, 2007e).

2. Presisi

Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian antara hasil

pengukuran ketika metode tersebut diaplikasikan secara berulang – ulang pada

sampel yang homogen. Presisi biasanya ditunjukkan dengan standar deviasi atau

koefisien variasi dari sebuah seri pengukuran. Presisi dapat dijadikan ukuran dari

salah satu derajat reproducibility atau repeatability suatu metode analisis dalam

kondisi pekerjaan yang normal. Reproducibility mengacu pada penggunaan

prosedur analisis di laboratorium yang berbeda. Intermediate precission

menyatakan variasi dalam laboratorium, seperti hari berbeda, analisis yang

berbeda atau peralatan dalam laboratorium yang sama. Repeatability mengacu


26
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pada penggunaan metode analisis dalam laboratorium pada suatu periode tertentu

dengan analis yang sama dengan peralatan yang sama. (Anonim, 2007e).

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku

relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat

fleksibel tergantung pada kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan

kondisis laboratorium.

Tabel I. Kriteria KV yang dapat diterima


Kadar Analit Koefisien Variasi (%)
=1% 2,5
O,1% 5
1 ppm 16
1 ppb 32

(Harmita, 2004).

3. Spesifisitas

Menurut International Conference of Harmonizatio (ICH), spesifisitas

didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengukur dengan baik komponen lain

dalam analit yang mungkin ada seperti pengotor, produk degradasi, dan

komponen matriks (Anonim, 2007e).

4. Detection limit dan Quantitation limit

Detection limit adalah kadar terkecil analit yang masih dapat di deteksi,

tetapi tidak secara kuantitatif pada kondisi percobaan yang dinyatakan.

Quantitation limit adalah kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat

ditetapkan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi percobaan

yang dinyatakan. Quantitation limit diekspresikan sebagai konsentrasi dari analit

(contoh : persentase, part per billion) dalam sampel.


27
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

5. Linieritas dan rentang

Linieritas suatu prosedur analisis merupakan kemampuan untuk

mendapatkan hasil uji secara langsung atau secara matematis, proporsional

dengan konsentrasi analit di dalam sampel dengan pemberian rentang. Sebagai

parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r). Persya ratan

data linieritas yang biasa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) >0,99

(Christian, 2004). Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari

metode analisis yang tela h dipakai untuk mendapatkan presisi, linieritas dan

akurasi yang bisa diterima (Anonim, 2007e).

Metode analisis dibedakan menjadi empat kategori :

1. Kategori I

Mencakup metode – metode analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar

komponen utama bahan obat atau zat aktif (termasuk pengawet) dalam sediaan

farmasi.

2. Kategori II

Mencakup metode – metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang

digunakan untuk menganalisis impurities (cemaran) ataupun degradation

compounds dalam sediaan farmasi.

3. Kategori III

Mencakup metode – metode analisis yang digunakan untuk menentukan

karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi (misal : kecepatan disolusi dan

kecepatan pelepasan obat)

4. Kategori IV (tes Identifikasi)


28
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel II. Parameter validitas metode yang dipersyaratkan untuk setiap kategori
Parameter Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV
analisis
kuantitatif kualitatif
Akurasi ya ya * * tidak
Presisi ya ya tidak ya ya
Spesifisitas ya ya ya * tidak
Limit deteksi tidak tidak ya * tidak
Limit kuantitasi tidak ya tidak * tidak
Linieritas ya ya tidak * tidak
Range ya ya * * tidak

* = mungkin diperlukan, tergantung sifat spesifik tes (Anonim, 2007e).

Terdapat 3 prinsip dasar yang perlu diketahui untuk meningkatkan

validitas percobaan. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi replikasi, randomisasi

dan adanya kontrol (Nazir, 2005). Menurut Chan, Lam, Lee, Zhang (2004),

karakteristik validasi metode kuantitatif pada logam berat, termasuk timbal,

dengan spektroskopi meliputi

Tabel III. Syarat karakteristik validasi metode analisis logam berat dengan
spektroskopi
Uji kemurnian
Karakteristik Identifikasi Pengujian kadar logam
Kuantitatif Limit
Akurasi - + - +
Presisi
Repeatibilitas - + - +
Intermediate precision - - - +
Spesifisitas + + + +
LOD - - + -
LOQ - + - -
Linearitas - + - +
Rentang - + - +
-: karakteristik tidak biasa dilakukan. +: karakteristik biasa dilakukan

H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan yang berdasarkan

pada pembagian dua senyawa dalam fase diam yang berupa bidang datar. Lapisan

yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir – butir (fase diam), ditempatkan pada

penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang

akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berbentuk bercak atau pita (awal).
29
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi

larutan pengembang ya ng cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama

perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna

harus ditampakkan atau dideteksi (Stahl,1985). Analisis dengan KLT sering

digunakan karena prosedurnya sederhana, pemisahan lebih cepat dan baik serta

dapat memisahkan dalam jumlah yang relatif kecil sampai beberapa mikrogram.

Kecepatan pemisahannya tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa

yang dipisahkan (Khopkar, 1990). Metode KLT dapat digunakan untuk analisis

baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dasar dari analisis yang bersifat

kualitatif adalah dengan membandingkan atau mengukur jarak Rf (Rate of Flow)

dan warna bercak dengan zat baku. Harga Rf ini adalah tetapan fisika yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : tebal lapisan, kejenuhan bejana,

kelembaban udara, fase gerak, bahan penyerap, dan suhu (Sastrohamidjojo, 1985).

Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa

pelarut, ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena ada

gaya kapiler. Pemilihan fase gerak untuk KLT tergantung pada polaritas pelarut,

yaitu pelarut yang mempunyai polaritas tinggi akan mengubah kromatografi

pembagian, dan dapat mempermudah lepas atau rusaknya lapisan tipis. Urutan

polaritas dari fase gerak tersebut dari non polar ke polar adalah : n-hexana,

heptana, siklohe xana, karbontetraklorida, benzena, kloroform, eter, etil asetat,

piridina, aseton, etanol, metanol, dan air. Efek elusi dapat naik dengan kenaikan

kepolaran pelarut, sedangkan laju rambat tergantung kepada viskositas pelarut dan

struktur lapisan (Stahl, 1969).


30
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

I. Landasan Teori

Timbal merupakan salah satu logam berat yang dapat meracuni tubuh

manusia melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan juga melalui kulit.

Keracunan timbal dapat ditangani dengan terapi antidot Na2 CaEDTA,

dimercaprol, D- penicillamine. Antidot yang paling spesifik untuk timbal adalah

antidot Na2 CaEDTA yang merupakan agen pengkhelat. Penelitian ini dilakukan

sebagai respon dari berbagai penelitian yang telah berhasil membuktikan bahwa

rimpang temulawak mempunyai aktivitas terapetik yang potensial untuk

mengatasi keracunan timbal. Berdasarkan khasiat dan kegunaan temulawak yang

beraneka ragam diantaranya adalah sebagai antiinflamasi, antihepatoksik dan juga

mampu menurunkan kadar timbal dalam darah.

Dari penelitian tersebut timbul pemikiran bahwa pemberian ekstrak

etanol rimpang temulawak setelah Na2 CaEDTA diduga dapat lebih efektif

menurunkan kadar timbal dalam darah. Atas dasar dugaan tersebut maka pada

penelitian ini akan dilakukan pengujian terapi antidot untuk timbal menggunakan

ekstrak etanol rimpang temulawak setelah sebelumnya diberikan Na2 CaEDTA.

Hal tersebut dilakukan dengan harapan timbal dalam darah yang terdetoksifikasi

semakin banyak sehingga penawarracunan timbal akan didapatkan hasil yang

lebih optimal.

J. Hipotesis

Pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

Na2 CaEDTA memiliki efek sinergis menurunkan kadar timbal darah tikus
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni rancangan

acak pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel utama :

1) Variabel bebas yaitu dosis ekstrak etanol rimpang temulawak dan dosis

antidot Na2 CaEDTA.

Dosis ekstrak etanol rimpang temulawak adalah dosis sebesar 137,61

mg/kg BB secara peroral dengan lama pemejanan selama 10 hari.

Dosis antidot Na2 CaEDTA adalah dosis sebesar 189 mg/kg BB secara

intra muskular dengan lama pemejanan selama 10 hari.

2) Variabel tergantung yaitu kadar timbal dalam darah setelah perlakuan.

Kadar kadar dalam darah setelah perlakuan adalah kadar timbal darah

hewan uji yang terukur pada hari ke-0, ke-15, ke-30, ke-35 dan ke-40.

b. Variabel pengacau :

1) Variabel pengacau terkendali

a) Subyek uji : tikus galur Wistar

b) Jenis kelamin hewan uji : tikus betina

c) Umur hewan uji : 1,5 - 2 bulan

31
32
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

d) Berat badan hewan uji : 100 - 150 gram

e) Cara pemberian bahan uji : peroral

f) Asal bahan uji : kebun obat Merapi Farma,

Kaliurang

g) Bobot dan jenis pakan : pelet tipe BR2 10 g/hari/ekor

h) Air minum hewan uji : aquadest.

2). Variabel pengacau tak terkendali

a) Kemampuan absorpsi tikus adalah kemampuan absorpsi ekstrak etanol

rimpang temulawak oleh individu tikus

b) Kondisi patologis tikus adalah keadaan individu tikus.

2. Definisi operasional

a. Senyawa toksik yang digunakan adalah timbal asetat dosis 0,5 g/kg BB

yang diberikan selama 30 hari.

b. Ekstrak etanol adalah ekstrak etanol rimpang temulawak yang diperoleh

dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan etanol 80%.

c. Uji daya antidot adalah uji potensi penawarracunan menggunakan antidot

Na2 CaEDTA dosis 189 mg/kg BB dan ekstrak etanol rimpang temulawak

dosis 137,61 mg/kg BB untuk menurunkan kadar timbal darah setelah

pemberian timbal asetat selama 30 hari.

d. Kadar timbal darah adalah kadar timbal dalam darah tikus, diukur

menggunakan metode spektrofotometri serapan atom dalam satuan ppm.

e. Hewan uji adalah tikus putih galur Wistar dengan jenis kelamin betina
33
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : hewan uji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina, galur Wistar, berat 100-150 g,

umur 1,5 - 2 bulan (Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi USD),

rimpang temulawak ( kebun obat Merapi Farma, Kaliurang), Curcumin p.a

(Merck) antidot natrium-kalsiumedetat ( Merck ), etanol 80% (p.a), logam timbal

asetat ( Merck ), aquadest, larutan saline (NaCl 0,9% 0,1 N), HNO3 p ( Merck ),

HClO 4 ( Merck ).

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat gelas

(Pyrex), bluetip, pipet tetes, pipa kapiler tanpa heparin, maserator (Innova 2100),

hot plate ( Heidolph MR 2002 ), neraca ( Mettler Toledo), timbangan analitik (

ANDER-400 H), spuit injeksi oral dan I.M, effendorf, Atomic Absorption

Spectrophotometer ( Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman ).

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.), dilakukan dengan cara mencocokkan dengan

mengacu pada acuan baku Anonim (1979b) dan tanaman akan dideterminasi oleh

Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M. Si. selaku determinator Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.


34
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Preparasi bahan

a. Pengumpulan dan pengeringan rimpang temulawak.

Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian

rimpang. Rimpang temulawak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

satu wilayah yaitu daerah Kulonprogo. Tanaman atau bagian tanaman ya ng

digunakan dalam penelitian harus berasal dari satu wilayah yang topografinya

sama.

b. Pembuatan serbuk rimpang temulawak.

Bagian rimpang dari tanaman temulawak yang digunakan dalam

penelitian adalah bagian rimpang yang telah dikeringkan. Proses penanaman,

pengeringan dan pembuatan serbuk rimpang dilakukan oleh kebun obat Merapi

Farma, Kaliurang. Simplisia ini dipertahankan kondisinya dengan cara

menyimpan pada suhu ruangan dan tidak terlalu lembab. Hal ini bertujuan untuk

menghindari tumbuhnya mikroba pada simplisia dan menjaga agar zat aktif dalam

tanaman tidak rusak karena lembab

c. Pembuatan ekstrak etanol rimpang temulawak.

Pembuatan ekstrak etanol rimpang temulawak dilakukan dengan metode

ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 80%. Maserasi merupakan

metode yang paling sederhana dalam penyarian karena hanya merendam serbuk

dalam cairan penyari. Perendaman dilakukan selama 5 hari kemudian sari diserkai

dan ampas diperas.


35
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

d. Pemekatan ekstrak etanol rimpang temulawak.

Pemekatan dilakukan dengan menggunakan evaporator dengan bantuan

pompa vacum untuk membantu menguapkan air dalam maserat. Setelah itu

maserat dipanaskan dalam oven pada suhu 40ºC selama dua hari (Anonim, 1986)

sehingga didapatkan jumlah maserat yang mencukupi untuk dapat digunakan

dalam penelitian.

e. Pembuatan larutan timbal asetat.

Timbal yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbal asetat

(Pb(CH3 COO)2 .3H2 O) berupa serbuk halus berwarna putih. Pembuatan larutan

timbal asetat dilakukan dengan cara menimbang kurang lebih serbuk timbal asetat

sebanyak 4g lalu dilarutkan dengan pelarut aquadest panas hingga mencapai 100

ml, sehingga diperoleh konsentrasi larutan timbal asetat sebesar 0,04 mg/L.

Larutan timbal asetat dipejankan ke hewan uji dengan dosis sebesar 0,5g/kg BB

(Hariono, 2005) secara per oral selama 30 hari dengan volume pemberian

disesuaikan dengan berat badan tiap hewan uji.

f. Pembuatan larutan Na2 CaEDTA.

Pembuatan larutan antidot Na2 CaEDTA dilakukan dengan cara

menimbang serbuk Na2 CaEDTA sebesar 7,56 g lalu dilarutkan dalam larutan

saline (0,9% natrium klorida) hingga mencapai volume 500 ml, sehingga

didapatkan konsentrasi sebesar 15,12 mg/ml. Sediaan Na2 CaEDTA diberikan

secara intramuskular dan dilarutkan dengan larutan saline (Lacy, Amstrong,

Goldman, Lance, 2003). Pemilihan larutan saline disini karena sifatnya yang
36
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

mirip dengan cairan fisiologis tubuh manusia. Dosis antidot Na2 CaEDTA yang

dipejankan sebesar 189 mg/kgBB hasil konversi dari dosis untuk manusia sebesar

30 mg/kg BB (Katzung, 2004) secara intra muskular selama 10 hari dengan

volume pemberian disesuaikan dengan berat badan tiap hewan uji.

3. Penentuan kurkumin secara kualitatif dengan KLT

Penentuan kurkumin secara kualitatif bertujuan untuk memastikan bahwa

zat aktif yang terdapat dalam rimpang temulawak yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benar berupa kurkumin. Analisis kualitatif dengan KLT

dilakukan dengan menggunakan fase diam silika Gel dan fase gerak kloroform :

etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v). Kemudian dilanjutkan dengan deteksi dengan

sinar UV 254 nm dan 365 nm untuk mendapatkan nilai Rf.

4. Persiapan hewan uji

Persiapan hewan uji dilakukan beberapa bulan sebelum penelitian ini

dilakukan, yaitu dengan cara sepuluh pasang tikus jantan dan betina dikawinkan

sehingga bunting. Setelah dua puluh hari masa organogenesis dan dilahirkan, anak

tikus yang berumur tiga minggu dipisahkan dari induknya. Tikus betina yang

berumur 6 - 8 minggu dipilih sebagai hewan uji.

Persiapan hewan uji dilakukan beberapa bulan sebelum penelitian ini

dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar hewan uji yang digunakan dalam penelitian

ini didapatkan kondisi hewan uji yang layak untuk dijadikan sebagai hewan uji

dan juga variabel pengacau lebih bisa dikendalikan, seperti asupan makanan dan

minuman selalu dikendalikan dan yang lebih penting umur dari hewan uji dapat

dipastikan kebenarannya.
37
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

5. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Dalam penelitian ini hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok hewan uji

dengan tiap kelompok hewan uji terdiri dari 7 ekor hewan uji untuk replikasi.

Kelompok hewan uji dalam penelitian ini adalah :

Kelompok I : kontrol negatif aquadest

Kelompok II : kontrol positif timbal

Kelompok III : kontrol timbal dan antidot Na2 CaEDTA

Kelompok IV : perlakuan timbal, antidot Na2 CaEDTA dan ekstrak

etanol rimpang temulawak.

Kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif aquadest. Kelompok II

merupakan kelompok kontrol positif timbal. Hewan uji pada kelompok ini

dipejankan timbal asetat dengan dosis 0,5 g/kg BB/hari (Hariono, 2005) secara

oral selama 30 hari dengan volume pemberian disesuaikan dengan berat badan

tiap tikus.

Untuk kelompok III diperlakukan sama seperti kelompok II, tetapi

setelah hari ke 31 hingga hari ke 40 diberi Na2 CaEDTA. Pemberian antidot

Na2 CaEDTA dengan dosis 189 mg/kg BB tikus secara intra muskular (Katzung,

2004). Kelompok yang terakhir yaitu kelompok perlakuan timbal, antidot

Na2 CaEDTA dan ekstrak etanol rimpang temulawak diperlakukan sama dengan

kelompok perlakuan III, tetapi yang membedakan adalah setelah dua jam

pemberian antidot Na2 CaEDTA hewan uji pada kelompok perlakuan ini
38
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dipejankan ekstrak etanol rimpang temulawak dengan dosis 137,61 mg/kg BB

secara peroral.

6. Pengukuran kadar timbal darah dengan spektroskopi serapan atom

a. Preparasi sampel

Darah tikus diambil dari sinus orbitalis mata, ditampung dalam effendrof,

kemudian ditimbang. Sampel didestruksi dengan HNO3 p 10-15 ml dan HClO 4

0,5 ml hingga jernih dan tidak berasap kuning. Didinginkan dan volumenya

ditepatkan menjadi 10 ml. Sampel aquadest, pakan dan minum tikus juga diukur

kadar timbalnya. Destruksi sampel darah menggunakan pereaksi HNO3 p 10 – 15

ml dan HClO 4 0,5 ml untuk memecah ikatan timbal dengan protein dalam darah.

Penambahan pereaksi HNO3 p dan HClO 4 pada sampel darah akan menghasilkan

garam Pb2+ yang mudah larut dan lepas dari ikatannya dengan protein darah.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

3 Pb + 8 HNO3 ? 3 Pb2+ + 6 NO 3- + 2 NO ? + 4 H2O (8)

(Vogel, 1979).

b. Pengaturan spektrofotometer serapan atom

Pengaturan spektrofotometer serapan atom untuk pengukuran kadar

timbal adalah sebagai berikut :

Sumber Cahaya : lampu hollow cathode (timbal)

Arus lampu : 7,5 mA

Panjang gelombang : 283,3 nm

Celah : 1,3 nm

Pengatom : standar burner


39
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Oksidan : udara

Tekanan oksidan : 1,60 kg/cm2 (9,5 L/menit)

Bahan bakar : C2 H2

Tekanan bahan bakar : 0,30 kg/cm2 (2,3 L/menit)

Tinggi burner : 7,5 mm

c. Pembuatan kurva baku

1) Pembuatan larutan baku timbal

Larutan standar timbal 1000 ppm diambil sebanyak 1 ml kemudian

ditambah dengan aquadest hingga 10 ml. Larutan yang diperoleh adalah

larutan stok timbal dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan ini, dibuat

seri larutan baku dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6

ppm, dan 8 ppm.

2) Pembuatan kurva baku timbal

Kurva baku dibuat dengan mengukur nilai absorbansi seri kadar larutan

baku timbal pada panjang gelombang 283,3 nm menggunakan

spektrometer serapan atom.

d. Penentuan kadar timbal darah kelompok hewan uji

Nilai absorbansi dan mean konsentrasi yang diperoleh (dalam ppm) dihitung

dengan rumus sehingga diperoleh kadar timbal dalam sampel.

Kadar Pb (ppm) =
(ppm larutan sampel - ppm blanko )(volume ) × faktor pengenceran
berat (gram )
40
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

E. Analisis Hasil

Analisis hasil dilakukan dengan memeriksa apakah sebaran data

merupakan sebaran data yang normal. Karena dalam penelitian ini sebaran data

tidak normal maka analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik non

parametrik. Metode perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan uji

statistik Kruskal Wallis-Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan kadar timbal

antar kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Friedman-Wilcoxon untuk

mengetahui signifikansi kadar timbal pada hari yang berbeda untuk tiap kelompok

hewan uji. Dari nilai signifikansi yang diperoleh, jika p < 0,05 berarti terdapat

perbedaan secara bermakna kadar timbal darah hewa uji.

Pengukuran hari ke-0 hingga hari ke-30 merupakan tahap prakondisi

sehingga untuk mengetahui penurunan kadar timbal darah hewan uji akibat

pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

Na2 CaEDTA dapat diketahui dengan membandingkan kadar timbal darah pada

kelompok perlakuan timbal, antidot Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol

rimpang temulawak dibandingkan dengan kadar timbal darah kelompok kontrol

timbal dan antidot Na2 CaEDTA. Dalam penelitian ini kelompok timbal dan

antidot Na2 CaEDTA mempunyai dua fungsi yaitu sebagai kelompok perlakuan

terhadap kelompok kontrol negatif aquadest dan kelompok kontrol positif timbal.

Kelompok timbal dan antidot Na2 CaEDTA juga berfungsi sebagai kelompok

kontrol terhadap kelompok perlakuan timbal, antidot Na2 CaEDTA dan ekstrak

etano l rimpang temulawak. Kadar timbal darah dapat dihitung dengan rumus:

volume sampel
kadar timbal darah ( ppm ) = ( rata − rata absorbansi ) x
berat sampel
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui kebenaran tanaman

yang digunakan untuk penelitian. Determinasi dilakukan dengan pengamatan

secara makroskopis dan mikroskopis dari rimpang temulawak dan fragmen –

fragmen serbuk penyusun rimpang temulawak dan dicocokkan dengan buku acuan

baku (Anonim, 1979b).

Pemeriksaan makroskopis terhadap rimpang temulawak dilakukan

dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa.. Dari hasil pengamatan

penampang melintang rimpang temulawak secara mikroskopik terlihat adanya

rambut penutup, epidermis, hipodermis, periderm, berkas pembuluh kolateral,

sklerenkim, parenkim korteks, sel minyak, butir pati, endodermis, parenkim

silinder pusat (lampiran 2). Bau khas aromatik, rasa pahit.

Hasil pengamatan mikroskopik yang diperoleh yaitu adanya fragmen

berkas pembuluh dengan trakeida, rambut penutup tipe non glanduler, butir pati

dengan tipe amilum eksentris, sel minyak berwarna kuning dan parenkim korteks.

Hasil tersebut setelah dicocokkan dengan acuan baku (Anonim, 1979b), memang

benar sebagai fragmen penyusun serbuk rimpang temulawak. Menurut Anonim

(1979b), sebagai fragmen pengenal untuk rimpang temulawak yaitu butir pati,

fragmen parenkim dengan sel minyak, fragmen berkas pembuluh, dan warna

kuning yang intensif (lampiran 3).

41
42
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

B. Penentuan Kurkumin Secara Kualitatif dengan KLT

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan zat aktif

secara cepat dengan menggunakan bahan penyerap (fase diam) dan fase gerak.

Dalam penelitian ini fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase

gerak kloroform : etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v). Maserat yang telah

dipekatkan ditotolkan ke dalam fase diam bersama dengan kurkumin sintesis

sebagai standar. Kurkumin yang bersifat non polar ( Anonim, 2000b) ditotolkan

kedalam fase diam yang polar yaitu silika gel G dengan indikator fluoresensi pada

? 254 nm dan dikembangkan dalam fase gerak yang non polar, jadi pemisahan

disini mengikuti metode pemisahan dengan fase normal, yaitu kurkumin yang

bersifat non polar akan lebih cepat lepas dari fase diamnya yang bersifat polar.

Hal ini sesuai dengan konsep like dissolves like yaitu polaritas dari cuplikan dan

fase diam harus berbeda untuk memperoleh pemisahan yang baik.

Kurkumin bersifat nonpolar karena kurkumin memiliki rumus bangun

yang simetris. Menurut Fessenden dan Fessenden (1986) suatu molekul yang

berbentuk simetris momen dipolnya cenderung 0 (nol). Momen dipol merupakan

jumlah vektor dari momen ikatan dalam molekul dan juga sebagai ukuran

kepolaran dari suatu molekul. Jika harga momen dipolnya 0 maka molekul

tersebut bersifat non polar. Hasil dari analisis kualitatif dengan KLT ini berupa

angka Rf yaitu angka dari perbandingan antara jarak titik pusat bercak dengan

jarak rambat pelarut dari titik awal perambatan hingga batas akhir perambatan

(Sastrohamidjojo, 1991). Angka Rf ini merupakan angka koefisien distribusi dari

zat aktif yaitu kurkumin yang terdistribusi diantara dua fase yaitu fase diam dan
43
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

fase gerak. Kurkumin yang bersifat nonpolar setelah ditotolkan dan

dikembangkan akan terdistribusi diantara dua fase tersebut yaitu kurkumin lebih

tertarik oleh fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v) yang

bersifat nonpolar dan didapatkan jarak perambatan bercak panjang dan Rf yang

didapat sebesar 0,60 sehingga hRf nya adalah 60. Dari percobaan ini, harga Rf

dan warna bercak antara sampel dan pembanding sama sehingga dapat diketahui

bahwa ekstrak etanol rimpang temulawak mengandung zat aktif kurkumin.

Selain dengan angka Rf, analisis kualitatif dilakukan dengan pengamatan

warna bercak ya ng terbentuk. Pengamatan dilakukan pada sinar tampak (visibel),

UV 254 nm dan UV 365 nm. Pada pengamatan visibel bercak yang terlihat

berwarna kuning. Hal ini dikarenakan warna kuning tersebut merupakan zat aktif

kurkumin yang berwarna kuning intensif. Kurkumin sendiri mempunyai panjang

gelombang 435 nm yaitu masuk dalam rentang panjang gelombang visibel sebesar

370 -500 nm. Untuk pengamatan pada UV 254 nm bercak tidak berfluoresensi

tetapi latar belakang yang berfluoresensi karena silika gel G nya ada indikator

fluoresensi pada panjang gelombang 254 nm. Pada pengamatan dengan UV 365

nm didapatkan hasil berupa bercak berfluoresensi kuning dan latar belakang

gelap. Hal ini karena silika yang digunakan berfluoresensi pada panjang

gelombang 254 nm bukan pada panjang gelombang 365 nm. Hasil pengamatan

tersebut dapat dilihat selengkapnya sebagai berikut ini :


44
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 11. Kromatogram kurkumin dan sampel dengan KLT pada visibel

Keterangan :

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : kloroform : etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v)

Deteksi : sinar tampak (visibel)

a. kurkumin standar

b. kurkumin sampel 1

c. kurkumin sampel 2
45
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 12. Kromatogram kurkumin dan sampel dengan KLT pada UV 254 nm

Keterangan :

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : kloroform : etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v)

Deteksi : sinar UV 254 nm

a. kurkumin standar

b. kurkumin sampel 1

c. kurkumin sampel 2
46
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 13. Kromatogram kurkumin dan sampel dengan KLT pada UV 365 nm

Keterangan

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : kloroform : etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v)

Deteksi : sinar UV 365 nm

a. kurkumin standar

b. kurkumin sampel 1

c. kurkumin sampel 2

Jadi, hasil analisis kualitatif kurkumin dengan KLT tersebut dapat diringkas

dalam tabel dibawah ini.

Tabel IV. Hasil analisis kualitatif kurkumin dengan KLT

Warna bercak
Keterangan Rf
Visibel UV 254 nm UV 365 nm

standar kuning meredam kuning 0,60

sampel 1 kuning meredam kuning 0,60

sampel 2 kuning meredam kuning 0,60


47
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

C. Pengukuran Kadar Timbal Darah

Cara kerja spektrometer serapan atom berdasarkan penguapan larutan

sampel dan mengubah logam yang terkandung di dalamnya menjadi atom bebas

yang akan menyerap radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan oleh lampu

katoda. Spektrometer serapan atom untuk pengukuran kadar timbal menggunakan

hollow cathode lamp khusus timbal dengan udara dan asetilen sebagai oksidan

dan bahan bakarnya.

1. Kurva baku

Kurva baku dibuat diawali dengan pembuatan larutan baku timbal

terlebih dahulu. Larutan baku dibuat dari larutan stok timbal 100 ppm dan

kemudian diencerkan untuk memperoleh larutan baku untuk memperoleh larutan

baku dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm. Seri

larutan baku kemudian dibaca serapannya pada panjang gelombang 283,3 nm

dengan spektrofotometer serapan atom. Panjang gelombang 283,3 nm merupakan

panjang gelombang dimana timbal akan menyerap cahaya yang dipancarkan oleh

hollow cathode lamp.

Larutan stok dan larutan baku selalu dibuat baru setiap akan dilakukan

pengukuran kadar timbal. Hal ini karena senyawa dalam larutan cenderung kurang

stabil. Setelah filtrat sampel diencerkan, serapannya dibaca pada panjang

gelombang 283,3 nm dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom.

Kurva baku dibuat dengan mengukur nilai absorbansi seri kadar larutan baku

timbal pada panjang gelombang 283,3 nm menggunakan spektrometer serapan

atom.
48
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kurva Baku Larutan Timbal Hari ke-0

0,02

0,016

Serapan 0,012

0,008

0,004

0
0 2 4 6 8 10
-0,004
Kadar (ppm)

Gambar 14. Kurva baku pengukuran larutan timbal sebelum pemejanan timbal.
(r =0,999)

Kurva Baku Timbal Hari ke-15

0,02

0,016

0,012
Serapan

0,008

0,004

0
0 2 4 6 8 10
Kadar (ppm)

Gambar 15. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-15 sebelum pemejanan
timbal.
(r =0,999)

Kurva Baku Timbal Hari ke-30

0,02

0,016

0,012
Serapan

0,008

0,004

0
0 2 4 6 8 10
Kadar (ppm)

Gambar 16. Kurva baku pengukuran larutan timbal setelah pemejanan timbal selama
30 hari.
(r =0,997)
49
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kurva Baku Timbal Hari ke-35

0,02

0,016

n
0,012
Sea
r pa

0,008

0,004

0
0 2 4 6 8 10
Kadar (ppm)

Gambar 17. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-35 dengan pemejanan
timbal selama 30 hari dan pemberian Na 2CaEDTA dan ekstrak etanol rimpang
temulawak selama 5 hari.
(r =0,997)

Kurva Baku Timbal Hari ke-40

0,02

0,016

0,012
Serapan

0,008

0,004

0
0 2 4 6 8 10
Kadar (ppm)

Gambar 18. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-40 dengan pemejanan
timbal selama 30 hari dan pemberian Na 2CaEDTA dan ekstrak etanol rimpang
temulawak selama 10 hari.
(r =0,998)

Validasi metode analisis tidak dilakukan pada penelitian ini tapi hanya

dilakukan optimasi pada spektrometer serapan atom yang digunakan. Kesahihan

data berdasarkan linearitas kurva baku yang diperoleh dan nilai koefisien variasi

(KV) sampel terhadap kontrol. Kurva baku dibuat untuk mengetahui linearitas

data yang diukur, dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r). Nilai koefisien

korelasi yang mendekati 1 menunjukkan data yang diperoleh proporsional dengan

konsentrasi analit dalam sampel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang kuat antara besarnya kadar dengan besarnya nilai serapan.

Linearitas kurva baku > 0,99 menunjukkan hasil yang bagus, artinya

linearitas absorbasi dan kadar yang diperoleh bagus (Christian, 2004; Skoog,
50
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

West, Holler, 1994). Linearitas kurva baku pada penelitian ini telah memenuhi

syarat (>0,99) (tabel V). Nilai koefisien variasi (KV) kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan yang diperoleh dilihat pada tabel VI. Nilai KV yang

didapatkan sangat bervariasi dan diatas batas nilai KV yang diperbolehkan yaitu

sebesar 16% (Harmita, 2004). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan

fisiologis dari organ metabolisme dan organ eskresi dari hewan uji yaitu hati dan

ginjal tiap hewan uji berbeda sehingga menyebabkan kadar timbal darah tiap

hewan uji juga berbeda.

Tabel V. Nilai linearitas kurva baku timbal hasil pengukuran dengan metode
spektrometri serapan atom
Kurva baku timbal Linearitas (r)
Hari ke-0 0,999
Hari ke-15 0,999
Hari ke-30 0,997
Hari ke-35 0,997
Hari ke-40 0,998

Tabel VI. Nilai koefisien variasi (KV) kontrol dan perlakuan


Koefisien variasi (KV)
Hari
pengukuran Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV
Hari ke-0 240,74 0,00 0,00 0,00
Hari ke-15 64,84 98,06 27,47 19,15
Hari ke-30 26,42 21,38 65,61 38,75
Hari ke-35 23,54 58,09 25,73 23,74
Hari ke-40 24,96 19,15 111,16 300

Dari hasil pengukuran spektrometri serapan atom maka akan diperoleh

nilai rata-rata kadar setiap sampel yang diukur (kadar terukur). Untuk

mendapatkan nilai kadar yang sebenarnya (kadar terhitung), kadar terukur

dimasukkan ke dalam rumus :

volume sampel
Kadar timbal darah ( ppm ) = rata − rata absorbansi ×
berat sampel
51
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel VII. Hasil pengukuran AAS kadar rata-rata timbal (ppm) dan standar deviasi
kelompok hewan uji akibat pemejanan timbal selama 30 hari.

x ± SD
kelompok hewan uji

Hari ke 0 Hari ke 15 Hari ke 30 Hari ke 35 Hari ke 40

Kontrol negatif aquadest


0,27±0,65 9,67±6,27 3,71±0,98 16,65±3,92 5,97±1,49
0,5g/kgBB/hari

Kontrol positif Pb
0,00±0,00 31,37±30,76 12,07±2,58 27,89±16,20 4,02±0,77
0,5g/kgBB/hari
(TB) (B) (B) (TB) (B)

Kontrol Pb 0,5g/kgBB/hari + 0,00±0,00 20,46±5,62 7,85±5,15 24,45±6,29 2,15±2,39


Na 2CaEDTA 189mg/kgBB/hari (TB) (B) (TB) (B) (B)

Pb 0,5g/kgBB/hari +
Na 2CaEDTA 189mg/kgBB/hari + 0,00±0,00 13,37±2,56 12,93±5,01 41,71±9,90 0,03±0,09
Ekstrak etanol temulawak (TB) (B) (B) (B) (B)
137,61mg/kgBB/hari
Keterangan : B = berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol negatif aquadest
TB = berbeda tidak bermakna terhadap kelompok kontrol negatif
aquadest

Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa nilai standar deviasi yang diperoleh

mempunyai nilai yang cukup besar. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kadar

timbal antar hewan uji dalam satu kelompok hewan uji. Perbedaan tersebut dapat

disebabkan dari perbedaan fungsi fisiologis organ hati dan ginjal sebagai organ

pemetabolisme dan pengekresi dari timbal sehingga akan berpengaruh pada

farmakokinetika timbal tiap hewan uji. Hal ini dikarenakan organ ginjal dan hati

adalah dua organ jaringan lunak yang mengalami akumulasi timbal paling banyak.

2. Penawarracunan timbal akibat ekstrak etanol ri mpang temulawak setelah

pemberian Na2 CaEDTA.

Perbedaan kadar timbal antar kelompok hewan uji pada hari yang sama

dianalisis dengan menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis. Jika nilai p < 0,05

paling tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar timbal pada dua kelompok
52
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

yang diuji, kemudian dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney untuk

mengetahui kelompok manakah yang mempunyai perbedaan yang bermakna atau

tidak bermakna. Jika nilai p > 0,05 maka terdapat perbedaan yang tidak bermakna

pada kelompok yang diuji. Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan uji

Friedman-Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan yang bermakna atau tidak

bermakna kadar timbal darah pada kelompok yang sama pada hari yang berbeda.

Analisis hasil dilakukan dengan cara membandingkan kelompok kontrol

negatif aquadest dan kelompok kontrol positif timbal terhadap kelompok

perlakuan timbal dilanjutkan antidot Na2 CaEDTA untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan yang bermakna dari kelompok tersebut. Setelah itu analisis dilanjutkan

dengan membandingkan kelompok timbal dilanjutkan antidot Na2 CaEDTA yang

berfungsi sebagai kelompok kontrol terhadap kelompok perlakuan timbal, antidot

Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak.

Dengan kata lain, dalam penelitian ini tidak menggunakan kombinasi

antidot Na2 CaEDTA dan ekstrak etanol rimpang temulawak yang digunakan

secara bersamaan. Tetapi pengunaan dari keduanya secara berurutan, dimulai

dengan pemejanan antidot Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang

temulawak. Dengan membandingkan antara kelompok kontrol timbal dilanjutkan

antidot Na2 CaEDTA terhadap kelompok perlakuan timbal, antidot Na2 CaEDTA

dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak maka dapat diketahui apakah

terdapat penurunan kadar timbal darah pada hewan uji.


53
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2.00

Mean BLL hari ke 0


1.00

0.00

-1.00

kontrol negatif aquadest kontrol positif Pb Pb+Na2CaEDTA Pb+Na2CaEDTA+Curcumin

kelompok hewan uji


Error bars: +/- 2,00 SD

Gambar 19. Histogram standar deviasi kadar timbal pada hari ke-0

Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa perbedaan tidak

bermakna pada kadar timbal hari ke-0 dengan nilai p = 0,367 (lampiran 15). Dari

gambar 19 juga dapat diketahui bahwa perbedaan tidak bermakna dijumpai antar

kelompok. Hal ini dapat terjadi karena timbal asetat belum dipejankan sehingga

kadarnya dalam darah sangat kecil. Selain itu juga disebabkan dilakukannya

pengendalian variabel pengacau yaitu makanan dan minuman hewan uji sehingga

kadar timbal dalam darah hewan uji terkendali.

100.00

80.00
Mean BLL hari ke 15

60.00

40.00

20.00

0.00

-20.00

-40.00
kontrol negatif aquadest kontrol positif Pb Pb+Na2CaEDTA Pb+Na2CaEDTA+Curcu
min

kelompok hewan uji


Error bars: +/- 2,00 SD

Gambar 20. Histogram standar deviasi kadar timbal pada hari ke-15

Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang bermakna pada kadar timbal hari ke-15 (p = 0,013). Dari uji statistik Mann-

Whitney dan dari gambar 20 dapat diketahui perbedaan bermakna dijumpai pada
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kontrol negatif aquadest dengan kelompok Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA (p =

0,015) tetapi pada kelompok kontrol positif Pb dengan kelompok Pb dilanjutkan

Na2 CaEDTA tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan

bahwa sudah terjadi akumulasi timbal dalam darah akibat pemejanan timbal

selama 15 hari. Perbedaan yang bermakna juga ditemui antara kelompok kontrol

Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA dengan kelompok perlakuan Pb dilanjutkan

Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak (p = 0,025). Hal ini

disebabkan perbedaan fungsi fisiologis organ masing- masing hewan uji yang

berpengaruh pada farmakokinetika timbal.

25.00
Mean BLL hari ke 30

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

-5.00
kontrol negatif aquadest kontrol positif Pb Pb+Na2CaEDTA Pb+Na2CaEDTA+Curcumi
n

kelompok hewan uji


Error bars: +/- 2,00 SD

Gambar 21. Histogram standar deviasi kadar timbal pada hari ke-30

Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang bermakna pada kadar timbal hari ke-30 (p = 0,011). Dari uji statistik Mann-

Whitney dan gambar 21 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara tidak

bermakna antara kelompok kontrol negatif aquadest dan kelompok positif Pb

terhadap kelompok Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA. Untuk kelompok Pb dilanjutkan

Na2 CaEDTA dengan kelompok perlakuan Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA

dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak (p = 0,180) menunjukkan


55
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini karena pada hari ke-30 pada kedua

kelompok ini belum dilakukan pemejanan antidot Na2 CaEDTA maupun ekstrak

etanol rimpang temulawak sehingga kedua kelompok ini kadar timbal dalam

darah berbeda tidak bermakna. Jumlah timb al dalam darah berkurang karena

timbal mulai terdistribusi ke jaringan lunak dan tulang sehingga kadarnya turun.
Mean BLL hari ke 35

60.00

40.00

20.00

0.00

kontrol negatif kontrol positif Pb Pb+Na2CaEDTA Pb+Na2CaEDTA+C


aquadest urcumin

kelompok hewan uji


Error bars: +/- 2,00 SD

Gambar 22. Histogram standar deviasi kadar timbal pada hari ke-35

Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang bermakna pada kadar timbal hari ke-35 (p = 0,002). Dari uji statistik Mann-

Whitney dan pada gambar 22 kadar timbal hari ke-35 menunjukkan bahwa terjadi

perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif aquadest dengan kelompok

Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA (p=0,010). Untuk kelompok kontrol positif Pb

terhadap kelompok Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA terdapat perbedaan yang tidak

bermakna (p = 0,515). Perbedaan secara bermakna juga terjadi antara kelompok

kontrol Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA dengan kelompok perlakuan Pb dilanjutkan

Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak (p = 0,005). Kadar

timbal kelompok Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang

temulawak lebih tinggi dibandingkan kadar timbal kelompok Pb dilanjutkan

Na2 CaEDTA. Hal ini disebabkan ekstrak etanol rimpang temulawak mempunyai
56
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kemampuan yang lebih besar dalam membantu pelepasan timbal di dalam

jaringan lunak dan tulang dari pada Na2 CaEDTA.

10.00

8.00

6.00
Mean BLL hari ke 40

4.00

2.00

0.00

-2.00

-4.00
kontrol negatif aquadest kontrol positif Pb Pb+Na2CaEDTA Pb+Na2CaEDTA+Curcumin

kelompok hewan uji


Error bars: +/- 2,00 SD

Gambar 23. Histogram standar deviasi kadar timbal pada hari ke-40

Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang bermakna pada kadar timbal hari ke-40 (p = 0,000). Dari uji statistik Mann-

Whitney dan pada gambar 23 menunjukkan bahwa pada hari ke-40 semua

kelompok berbeda secara bermakna dan mengalami penurunan. Kadar timbal

pada hari ke-40 untuk kelompok perlakuan Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA

dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak lebih rendah dari pada kelompok

Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA.

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak

etanol temulawak mempunyai potensi yang lebih besar dalam menurunkan kadar

timbal darah daripada pemberian Na2 CaEDTA saja. Jadi, hasil uji statistik

Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney untuk mengetahui berbeda secara bermakna

atau tidak bermakna antar kelompok dapat di ringkas dalam tabel VIII
57
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel VIII. Hasil analisis perbedaan kadar timbal antarkelompok hewan uji
Hari Kelompok hewan uji
pengukuran I II III IV
I TB TB TB
II TB TB TB
Hari ke-0
III TB TB TB
IV TB TB TB
I B B B
II B TB TB
Hari ke-15
III B TB B
IV B TB B
I B TB B
II B TB TB
Hari ke-30
III TB TB TB
IV B TB TB
I TB B B
II TB TB TB
Hari ke-35
III B TB B
IV B TB B
I B B B
II B B B
Hari ke-40
III B B B
IV B B B
Ket.: Kelompok I = kontrol negatif aquadest 0,5 g/kgBB.
Kelompok II = kontrol positif timbal 0,5 g/kgBB.
Kelompok III = kontrol timbal 0,5 g/kgBB + Na 2CaEDTA 189 mg/kgBB.
Kelompok IV = perlakuan timbal 0,5 g/kgBB + Na2CaEDTA 189 mg/kgBB +
ekstrak etanol temulawak 137,61mg/kgBB
B = berbeda bermakna
TB = berbeda tidak bermakna

45

40

35
m)

30
D r
aahp
( p

25
d r
aTi b
m a
l

20
Ma
enKa

15

10

0
0 10 20 30 40
Hari Pengukuran

kontrol negatif aquadest


kontrol positif Pb
Pb+Na2CaEDTA
Pb+Na2CaEDTA+ekstrak etanol temulawak

Gambar 24. Profil farmakokinetika timbal kelompok hewan uji akibat pemejanan
timbal hingga hari ke- 30.
58
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Dari gambar 24 menunjukkan bahwa pada hari ke 0 (nol) kadar timbal

masih 0 untuk hampir semua kelompok. Hal ini karena timbal belum dipejankan

ke hewan uji sehingga tidak ditemukan adanya timbal dalam darah hewan uji.

Tetapi untuk kelompok kontrol negatif aquadest sudah terbaca kadar timbal

sebesar 0,27 ppm, hal ini karena aquadest yang diberikan ternyata juga

mempunyai kandungan timbal. Setelah pemberian memasuki hari ke-15 semua

kelompok mengalami peningkatan kadar timbal yang cukup besar. Dengan kadar

terendah pada kelompok kontrol negatif aquadest (9,67 ppm), hal ini karena pada

kelompok ini tidak dipejankan timbal, sehingga kadar timbal dalam darah

merupakan kadar yang paling rendah hasil dari aquadest yang ternyata juga

mengandung timbal tadi. Kelompok kontrol positif Pb merupakan kelompok

dengan kadar timbal yang paling tinggi (31,37 ppm). Pada pemejanan hari ke-30

terjadi penurunan kadar timbal untuk semua kelompok. Hal ini karena timbal yang

terdistribusi dalam darah mulai terdistribusi dalam jaringan lunak dan jaringan

keras. Jumlah timbal di dalam darah berkurang sehingga kadar yang terukur juga

mengalami penurunan.

Pada hari ke-35 kadar timbal justru mengalami kenaikan padahal setelah

hari ke-30, untuk kelompok Pb dilanjutkan antidot Na2 CaEDTA telah dipejankan

antidot Na2 CaEDTA. Untuk kelompok perlakuan Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA

dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak telah dipejankan antidot

Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak yang bertujuan untuk

mengurangi intensitas toksik dari timbal. Pengobatan dengan Na2 CaEDTA

menyebabkan kenaikan bermakna ekskresi timbal dalam urin dan penurunan


59
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kadar timbal darah, namun tidak terlalu berdampak terhadap kadar timbal dalam

otak atau tulang (Katzung, 2004). Hal ini dikarenakan Na2 CaEDTA kurang

mampu menembus membran sel, dan sebab itu mengkhelasi ion logam

ekstraseluler secara lebih efektif daripada ion intraseluler.

Penghentian pemejanan timbal dan mulai diekskresinya timbal dari

dalam tubuh menyebabkan jumlah timbal di dalam darah berkurang. Akibatnya

terjadi kenaikan kadar timbal karena adanya deposit timbal yang dalam bentuk

terikat terdapat pada jaringan keras seperti tulang, gigi, kuku, dan rambut ataupun

juga adanya deposit timbal yang terdapat pada jaringan lunak mengalami

redistribusi sehingga timbal terlepas dari jaringan keras dan jaringan lunak tadi

menuju ke sistem peredaran darah untuk menjaga keseimbangan kadar timbal

dalam darah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian antidot Na2 CaEDTA

dilanjutkan ekstrak etanol temulawak belum mampu menurunkan kadar timbal

dalam kurun waktu lima hari. Dengan kata lain waktu lima hari bukanlah waktu

yang diperlukan untuk antidot Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang

temulawak dalam menurunkan kadar timbal darah.

Pada pengukuran hari ke-40 untuk semua kelompok mengalami

penurunan kadar timbal. Kadar timbal darah pada kelompok Pb dilanjutkan

Na2 CaEDTA lebih rendah daripada kelompok kontrol positif Pb. Hal ini

membuktikan bahwa Na2 CaEDTA mampu mengkelat timbal sehingga kadar

timbal darah dapat turun. Timbal yang terdeposit di dalam tulang akan berikatan

dengan matriks tulang, berkompetisi dengan kalsium (Ca). Kalsium pada

Na2 CaEDTA akan digantikan oleh timbal di dalam tubuh. Hal ini disebabkan
60
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

karena timbal dapat membentuk senyawa yang lebih stabil dengan EDTA

ketimbang Ca. Senyawa EDTA dengan timbal dikeluarkan melalui ginjal dan

akan ditemukan timbal dalam urin (Anonim, 2007c). Timbal yang berikatan

dengan Na2 CaEDTA akan membentuk suatu kompleks yang lebih polar sehingga

mudah diekskresikan di urin. Reaksi ini dapat dilukiskan sebagai berikut :


O
O O O
O
C O O C O
2+ O 2+
+ Pb O + Ca
H2 C Ca CH2
O O Pb
N N N
N
Na O C C H2 C C H2 C C O Na O
H2 H2

O
(3)

Pada pengukuran hari ke-40 terdapat perbedaan kadar timbal antara

kelompok Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang

temulawak dengan kelompok Pb dilanjutkan Na2 CaEDTA. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak

memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menurunkan kadar timbal di dalam

darah dibandingkan dengan pemberian Na2 CaEDTA saja. Hal ini dibuktikan

dengan slope pada kelompok perlakuan Pb dan Na2 CaEDTA dilanjutkan ekstrak

etanol rimpang temulawak memberikan slope yang paling curam. Hal ini berarti

pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak meningkatkan kecepatan eskresi

dari timbal. Peranan ekstrak etanol rimpang temulawak dalam penelitian ini

kemungkinan disebabkan oleh curcumin sebagai zat aktif temulawak yang

berpotensi sebagai chelating agent. Ditinjau dari struktur kimianya, ternyata

curcumin dapat berpotensi sebagai chelating agent karena mempunyai struktur

elektron yang bebas dan memungkinkan untuk mengikat logam berat (Pan et al.,

1999). Anonim (1998) menyebutkan bahwa zat kurkumin dapat berperan sebagai

zat antioksidan dan mendetoksikasi dengan cara meningkatkan aktivitas enzim


61
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

gluthatione S- transferase (GST) serta kelompok enzim gluthatione yang lain

(GS-x) yang terdapat di dalam hati. Enzim gluthatione ini berperan dalam

melenyapkan oksidator kuat (dalam hal ini adalah ion Pb) pada eritrosit dan

melindungi gugus enzim -SH eritrosit. Terdapat dua bagian dari kurkumin yang

dapat menyerang radikal bebas yaitu bagian methoxy phenolic dan bagian

methylenic (Priyadarsini, 2005).


O O

CH3 O OCH3

methyl enic

HO OH phenolic

Menurut Chattopadhayay (2004) proses antioksidan nonenzimatik dari material

phenolic diperantarai mengikuti dua langkah, ya itu:

Keterangan :
S = substansi yang dioksidasi
AH = antioksidan phenolik
= antioksidan radikal
= spesies radikal yang lain atau spesies yang sama dengan A?

Oleh karena itu pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah

pemberian antidot Na2 CaEDTA mampu menurunkan kadar timbal darah tikus

dalam kurun waktu 10 hari pemberian. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan dosis secara empiris yang secara umum digunakan oleh masyarakat

dalam mengkonsumsi temulawak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut dengan menggunakan peringkat dosis dari ekstrak etanol rimpang

temulawak untuk mengetahui adanya dosis efektif dari temulawak dalam

menurunkan kadar timbal dalam darah.


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2 CaEDTA

dapat menurunkan kadar timbal darah tikus.

2. Ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2 CaEDTA

dapat menurunkan kadar timbal darah tikus dalam kurun waktu 10 hari

pemberian.

B. Saran

1. Validasi metode analisis penetapan kadar timbal darah menggunakan

spektroskopi serapan atom perlu dilakukan.

2 Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan peringkat dosis dari ekstrak

etanol rimpang temulawak sehingga dapat diketahui dosis efektif dari

rimpang temulawak dalam menurunkan kadar timbal dalam darah.

62
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979a, Farmakope Indonesia, Edisi III, 11-12, 32-33, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 1979b, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta, 64 – 70

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Edisi I, 2-4, 7, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989, The Merck Index, 11th Ed., Merck and Co., Inc., Rahway, N.J.,
USA, 417

Anonim,1998a. Mechanisms of Anticarcinogenic Properties of Curcumin, The


Effect of Curcumin on Gluthatione Linked Detoxification Enzime in
Rat Liver, International Journal Biochemistry Cell Biology 30 (4) :445-
446

Anonim, 1998b, Spectrophotometry, Atomic Absorption,


http://cancerweb.ncl.ac.uk/omd/spectrophotometryatomic
absorption.html, diakses tanggal 24 september 2007

Anonim, 2000a, Acuan Sediaan Herbal.Depkes RI. Direktorat Jenderal POM. 79.

Anonim, 2000b, Kumpulan Makalah pada Seminar Dioksin dan Afrodisiaka,


Fakultas Farmasi UNTAG Jakarta.

Anonim, 2000c, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Depkes RI


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, 5

Anonim, 2005, Lead Poisoning (Plumbism),


http://www.merck.com/mmpe/sec21/ch326/ch326j.html?qt=lead
toxicity, diakses tanggal 15 November 2005

Anonim, 2006a, Atomic Absorption Spectroscopy, www.zal.tu-


cottbus.de/zal/prakt/ aas.htm. Diakses tanggal 4 Januari 2007.

Anonim, 2006b, Perkin Elmer 30303B Atomic Absorption Spectrophotometer,


http://www.colgate.edu, diakses tanggal 24 September 2007.

Anonim, 2007a, Edetate Calcium Disodium [Antidote] , http://www.enh.org,


diakses tanggal 1 Januari 2007

Anonim, 2007b, Lead, http://www.answers.com, diakses tanggal 3 Januari 2007

63
64
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Anonim, 2007c, Toxicity of Lead,


http://www.phyles.ge.crn.it/htmling/toxicityoflead.html, diakses tanggal
25 Agustus

Anonim, 2007d.www.pikiran-rakyat.com diakses tanggal 24 agustus 2007.

Anonim, 2007e. United States of Pharmacopoeia 30, 1225-1227, United States


Pharmacopeial Convention, Inc, New York.

Bassett,J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J., 1994, Vogel’s Textbook of
Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental
Analysis, edisi 4, 942, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Bijanti, R. 2002. Patologi Klinik Veteriner, Fakultas Kedoketran Hewan,


Universitas Airlangga, Surabaya

Brokaert, J., 2002, Analytical Atomic Spectrometry with Flames and Plasmas,
148,158-161,164, Wiley-Vch Verlag GmbH, Germany

Chattopadhayay, Biswas, Bandyopadhayay, 2004. Turmeric and curcumin :


Biological actions and medicinal applications, (87), 47

Christian, G.D., 2004, Analitycal Chemistry, edisi 6, 107, John Wiley, United
State of America.

Clarkson, T.W., 1987, Metal Toxicity in the Central Nervous System,


Environmental Health Perspectives, Vol. 75, 59-64.

Donatus, I.A., 1994, Antaraksi Kurkumin dengan Parasetamol : Kajian Efek


Farmakologi dan Toksikologi, 176 – 181, Disertasi, Fakultas Farmasi
UGM, Yogyakarta

Donatus, I. A., 1997, Penanganan dan Pertolongan Pertama Keracunan Bahan


Berbahaya, 1, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Ernie, H.P., Suyatna, F.D., Duherman, S.K., dan Pringgoutomo, S. 1996. Efek
Hepetoprotektor Kurkuminoid Intraperitoneal Pada Hati Tikus Yang
Terpajan Parasetamol Dosis Toksik, Majalah Farmakologi dan Terapi
Indonesia 12(1):11-14

Fessenden, J.R., Fessenden, S.J., 1982, Kimia Organik, Jilid I, Edisi III, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 22
65
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Goldstein, B.D. and Kipen, H.M., 1994, Hematologic Disorder In Levy and
Wegman (eds): Occupational Health Recognizing and Preventing work-
Related Disease,3rd ed., Little Brown and Company, United State of
America

Habal, R., 2002. Lead Toxicity, e- Medicine Journal 3(1) :1-19

Hariono, B., 2005, Efek Pemberian Plumbum (timah Hitam) Anorganik pada
Tikus Putih (Rottus norvegicus),
http://jvs.ugm.ac.id/pdf/vol232/Bambang.pdf.

Juliardi, H., 1995. Pengaruh Ekstrak Gingseng Jawa Terhadap Kadar Hemoglobin
Darah Tikus Putih Yang Tercemar Timbal, Skripsi Biologi FMIPA-
Universitas Airlangga, Tidak Dipublikasikan

Katzung, B. G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, 428-429, EGC, Jakarta

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, 274-287, UI Press, Jakarta.

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, 274-287, UI Press, Jakarta

Kosnett, M.J., 2006, Poisoning and Drug Overdose, 5th edition, 446-448,
McGraw-Hill, California

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2003, Drug Information
Handbook, 11th edition, 467, Lexi-comp Inc., Hudson

Levinson, R., 2006, Modern Chemical Techniques, The Royal Society of


Chemistry, :Atomic Absorption Spectrometry, www.chemsoc.org/
pdf/LearnNet/rsc/ AA_txt.pdf. Diakses 4 Januari 2007 .

Loeb,W.F., and Quinby,F.W., 1989. The Clinical Chemistry of Laboratory


Animal, Pergamon Press Inc., Oxford –England

Lukman, A.H.dan Toga, S., 1985, Temulawak Khasiat dan Aneka Kegiatnnya,
Simposium Nasional Temulawak, Bandung

Mulja dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6,102, Airlangga University


Press, Surabaya.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Penerbit ITB, Bandung, 736, 738, 739

Nazir, M., 2005, Metode Penelitian, 223-226, Ghalia Indonesia, Bogor.

Nordberg, G.1998. Metal : Chemical Properties and Toxicity, Encyclopedia of


Occupational Health and Safety.4ed Geneva;ILO
66
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

OSHA, 2005, Lead.http://www.OSHA.gov/SLTC/safety and health topic


construction, tanggal akses 29 Juni 2005

Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta

Pan MH, Huang TM, dan Lin JK, 1999. Biottransformation of Curcumin
Through Reduction and Glucuronidation in Mice, Drug Metabolism and
Disposition 27(1): 486-494

Price, W.J., 1972, Analytical Atomic Absorption Spectrometry, 8-15,19-22,


Heyden and Son LTD, New York.

Priyadarsini, Indira. K., Molecular Mechanism Involving Free Radical Reaction of


Antioxidants and Radioprotectors, 2005, Bhabha Atomic Research
centre, 4

Roughley, D.J., and Whitinng, D.A., 1973. Experiments in The Biosyntesis of


Curcumin, J.Chem. SOC.

Rukmana, Rahmat,1994, TEMULAWAK, Tanaman Rempah dan Obat, Penerbit


Kanisius, Majalengka, 16

Sadikin, M., 2001. Biokimia Darah, Widya Medika, Jakarta

Sastrohamidjojo, H., 1985, Kromatografi, Ed.I, Liberty, Yogyakarta, 26-30

Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta

Sharma, P., Dubey, R.S., 2005, Lead Toxicity in Plants,


http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1677-
04202005000100004, diakses tanggal 30 Maret 2007

Sjamsudin, U., Suyatna, F.D., 2007, Keracunan Pb,


http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10KeracunanPb013.pdf, diakses
tanggal 24 Agustus 2007.

Skoog, D.A., West,D.M., dan Holler, F.J., 1994, Analytical Chemistry : An


Introduction, sixth edition, 457, Saunders College Publishing, USA.

Soedibyo, B.R.A. Moeryati,1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan


Kegunaan, Cetakan I, Balai Pustaka, Jakarta, 368

Stahl, E., 1969, Thin Layer Chromatography : A Laboratory Handbook, 2th. Ed.,
springer verlag, Berlin, 97 - 101
67
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi,


diterjemahkan oleh Padmawinata, K. Dan Soediro, I. Penerbit Institut
Teknologi Bandung, Bandung, 97 -101

Sugiharto, 2003, Pengaruh Infus Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza


Roxb.) terhadap Kondisi Parameter Pemeriksaan Darah Tikus Putih
yang Diberi Larutan Timbal Anorganik, Jurnal Penelitian Medika
Eksakta Vol.4 No. 2 Agustus 2003 : 129-137

Tonnesen, et al., 1986, Chemistry, Stability and Analysis of Curcumin A Naturally


Occuring Drug Molecule, Dissertation, Oslo University, Oslo Norway

Vogel, A.I., 1979, Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, diterjemahkan oleh L. Setiono, A. Hadyana Pudjaatmaka,
Edisi 5, 207, Kalman Media Pusaka, Jakarta.

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, diterjemahkan
Dr. Soendani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahyunengsih, C.T., Fedelia, F., Astoro, H.Y., Putri, E.S., 2007, Daya Terapi
Anti Racun Natrium Edetat dan Perasan Mentimun (Cucumis sativus L.)
terhadap Timbal (Pb), Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi 68
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
69
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 2. Penampang irisan melintang rimpang temulawak secara mikroskopik


70
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
71
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 3. Serbuk rimpang temulawak secara mikroskopik


72
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
73
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 4. Tanaman temulawak

Lampiran 5. Rimpang temulawak


74
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 6. Serbuk rimpang temulawak

Lampiran 7. Maserasi
75
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 8. Ekstrak etanol rimpang temulawak

Lampiran 9. Foto spektrofotometer serapan atom Hitachi Z-8000


Polarized Zeeman
76
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Ekstrak Rimpang Temulawak

Dosis yang biasa digunakan pada manusia sebagai ramuan dalam obat

tradisional rimpang temlawak sebesra 2 jari per hari.

Dua jari rimpang temulawak beratnya ± 80 g dalam bentuk bahan basah.

Berdasarkan data ektraksi: 2 kg bahan basah setelah dikeringkan menjadi 250 g

bahan kering. Bahan kering sebanyak 250 g tersebut diekstraksi menjadi 27,31 g,

jadi :

2 kg = 2000 g (bahan basah ) ? 250 g (bahan kering) ? terjadi

penyusutan sebesar 8 kali (penyusutan 1).

250 g ? ekstraksi ? 27,31 g (ekstrak kering) ? terjadi penyusutan

9,154 kali (penyusutan 2).

Sehingga dapat dilakukan perhitungan besarnya dosis yang biasa

digunakan untuk ramuan tradisional sebagai berikut :

Berat rimpang 2 jari dianggap 80 g maka,

80 g (bahan basah ) : 8 (dari penyusutan 1) = 10 g (bahan kering)

10 g (bahan kering : 9,154 (dari penyusutan 2) =1,092 g (ekstrak kering)

Jadi besranya dosis ekstrak temulawak yang dikonsumsi manusia

Indonesia (50 kg) adalah 1,1 g/hari. Untuk manusia dengan berat badan 70 kg :

70 x 1,092 = 1,52 g
50
Konversi ke mencit :

0,0026 x 1,52 g = 3,975.10-3 g / 20 BB

= 3,975 mg/20 g BB

= 198,75 mg/ kg BB ˜ 200 mg/kg BB


77
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 11. Perhitungan konsentrasi timbal asetat

Timbal asetat 0,5 g/ kgBB secara oral.

Konsentrasi timbal asetat dihitung dengan rumus:

D × BB = C × V

Keterangan:

D = dosis timbal asetat (mg/kgBB)

BB = berat badan tikus (kg)

C = konsentrasi timbal asetat (g/mL)

V = volume larutan timbal asetat yang diberikan (mL) (½ volume maksimal yaitu 5

mL)

Konsentrasi larutan timbal asetat = 0,5 g/ kg BB x 200 g


2,5 mL

= 0,04 g/ mL
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 12. Perhitungan Dosisdan konsentrasi Na2 CaEDTA

D : 30 mg/kg BB manusia (Kosnett,2006) = 2100 mg/70 kgBB

Konversi dosis manusia 70 kg k etikus 200g = 0,018

Dosis Na2 CaEDTA pada tikus 200 g = 2100 mg/kg x 0,018

= 37,8 mg/200g

= 189 mg/kg BB

C = D.BB
V
= 189 mg / 1000 g.200 g
2,5 ml
= 15,12 mg/ml

= 1512 mg/100 ml ? di ad 500 ml

7,56 g = 756 mg = 15,12 mg/ml


500ml 500 ml
79
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 13. Pengukuran kadar timbal darah dengan AAS


Hari ke-0

Kurva baku

Kelompok kontrol negatif aquadest


80
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok kontrol positif Pb

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA


81
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA+ temulawak

Hari ke 15

Kurva baku
82
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok kontrol negatif aquadest

Kelompok kontrol positif Pb


83
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA+ temulawak


84
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Hari ke 30

Kurva baku

Kelompok kontrol negatif aquadest


85
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok kontrol positif Pb

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA


86
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA+ temulawak

Hari ke 35

Kurva baku
87
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok kontrol negatif aquadest

Kelompok kontrol positif Pb


88
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA+ temulawak


89
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Hari ke 40

Kurva baku

Kontrol negatif aquadest


90
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kontrol positif Pb

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA


91
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kelompok Pb+ Na 2CaEDTA+ temulawak

Pengukuran pakan dan minum hewan uji


92
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 14. Data kadar timbal darah kelompok perlakuan

Tabel I. Kadar timbal terlarut (ppm) kelompok perlakuan pada hari ke-0

Kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Kelompok perlakuan Replikasi rata-rata SD
(ppm) (ppm)
(ppm)

1 0,18 1,59
2 0,22 0,00
Kontrol negatif
aquadest 3 0,24 0,00 0,27 0,65
0,5g/kgBB/hari 4 0,07 0,00
5 0,07 0,00
6 0,13 0,00
1 -0,64 0,00
2 -1,13 0,00
Kontrol positif Pb
0,5g/kgBB/hari 3 -1,10 0,00 0,00 0,00
4 -1,80 0,00
5 -2,05 0,00
1 -2,38 0,00
2 -2,72 0,00
Pb 0,5g/kgBB/hari + 3 -2,83 0,00
Na 2CaEDTA 4 -3,38 0,00 0,00 0,00
189mg/kgBB/hari
5 -3,54 0,00
6 -3,32 0,00
7 -3,76 0,00
1 -0,35 0,00
Pb 0,5g/kgBB/hari + 2 -0,45 0,00
Na 2CaEDTA
189mg/kgBB/hari + 3 -0,61 0,00
4 -0,67 0,00 0,00 0,00
Ekstrak etanol
temulawak 5 -0,82 0,00
137,61mg/kgBB/hari 6 -0,78 0,00
7 -0,79 0,00
93
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel II. Kadar timbal terlarut (ppm) kelompok perlakuan pada hari ke-15
Kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Kelompok perlakuan Replikasi rata-rata SD
(ppm) (ppm)
(ppm)
1 0,69 6,65
2 1,02 10,67
Kontrol negatif
3 0,51 6,18
aquadest 9,67 6,27
0,5g/kgBB/hari 4 0,50 5,28
5 0,76 7,32
6 2,01 21,90
1 1,16 7,95
2 2,63 22,17
Kontrol positif Pb
3 5,16 85,05 31,37 30,76
0,5g/kgBB/hari
4 1,99 15,97
5 1,88 25,72
1 2,43 18,74
2 2,32 28,26
Pb 0,5g/kgBB/hari + 3 2,64 20,96
Na 2CaEDTA 4 1,46 11,52 20,46 5,62
189mg/kgBB/hari 5 2,52 25,45
6 2,04 16,18
7 3,00 22,12
1 1,27 12,57
Pb 0,5g/kgBB/hari +
2 1,79 16,90
Na 2CaEDTA
3 1,13 11,05
189mg/kgBB/hari +
4 0,96 10,83 13,37 2,56
Ekstrak etanol
temulawak 5 1,64 16,28
137,61mg/kgBB/hari 6 1,42 15,88
7 1,13 12,58

Tabel III. Kadar timbal terlarut (ppm) kelompok perlakuan pada hari ke-30
Kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Kelompok perlakuan Replikasi rata-rata SD
(ppm) (ppm)
(ppm)
1 0,34 3,53
2 0,18 2,23
Kontrol negatif
3 0,31 3,09
aquadest 3,71 0,98
0,5g/kgBB/hari 4 0,42 4,21
5 0,51 5,06
6 0,30 4,14
1 0,78 13,91
2 1,08 11,94
Kontrol positif Pb
3 0,56 8,32 12,07 2,58
0,5g/kgBB/hari
4 0,99 11,20
5 1,02 14,97
1 1,53 14,47
2 1,26 13,65
Pb 0,5g/kgBB/hari + 3 0,91 11,00
Na 2CaEDTA 4 0,64 5,71 7,85 5,15
189mg/kgBB/hari 5 0,21 2,48
6 0,52 5,51
7 0,15 2,11
1 0,92 12,54
Pb 0,5g/kgBB/hari +
2 0.63 4,94
Na 2CaEDTA
3 1,16 10,14
189mg/kgBB/hari +
4 1,29 12,40 12,93 5,01
Ekstrak etanol
temulawak 5 1,40 16,89
137,61mg/kgBB/hari 6 2,14 20,86
7 1,22 12,73
94
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel IV. Kadar timbal terlarut (ppm) kelompok perlakuan pada hari ke-35
Kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Kelompok perlakuan Replikasi rata-rata SD
(ppm) (ppm)
(ppm)
1 1,25 20,34
2 1,28 11,51
Kontrol negatif
3 1,31 11,85
aquadest 16,65 3,92
0,5g/kgBB/hari 4 1,58 18,71
5 1,96 19,34
6 1,67 18,14
1 1,80 16,50
2 1,76 19,32
Kontrol positif Pb
3 1,95 23,85 27,89 16,20
0,5g/kgBB/hari
4 2,03 23,42
5 2,14 56,35
1 2,08 25,57
2 2,22 25,13
Pb 0,5g/kgBB/hari + 3 2,24 37,42
Na 2CaEDTA 4 1,97 19,36 24,45 6,29
189mg/kgBB/hari 5 2,06 19,90
6 1,96 19,89
7 1,93 23,85
1 3,06 41,72
Pb 0,5g/kgBB/hari +
2 3,14 44,18
Na 2CaEDTA
3 3,06 33,68
189mg/kgBB/hari +
4 3,39 41,11 41,71 9,90
Ekstrak etanol
temulawak 5 3,40 37,95
137,61mg/kgBB/hari 6 4,91 61,72
7 3,02 31,57

Tabel V. Kadar timbal terlarut (ppm) kelompok perlakuan pada hari ke-40
Kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Kelompok perlakuan Replikasi rata-rata SD
(ppm) (ppm)
(ppm)
1 0,68 7,40
2 0,83 6,03
Kontrol negatif
aquadest 3 0,49 4,64 5,97 1,49
0,5g/kgBB/hari 4 0,57 5,90
5 0,66 7,83
6 0,48 4,00
1 0,46 4,36
2 0,38 2,92
Kontrol positif Pb
3 0,48 3,79 4,02 0,77
0,5g/kgBB/hari
4 0,51 3,99
5 0,59 5,03
1 0,34 2,34
2 0,56 7,10
Pb 0,5g/kgBB/hari + 3 0,14 0,71
Na 2CaEDTA 4 0,17 1,32 2,15 2,39
189mg/kgBB/hari 5 0,28 2,84
6 0,14 0,73
7 -0,07 0,00
1 -0,04 0,00
Pb 0,5g/kgBB/hari + 2 0,11 0,24
Na 2CaEDTA
3 0,00 0,00
189mg/kgBB/hari +
4 -0,05 0,00 0,03 0,09
Ekstrak etanol
5 -0,13 0,00
temulawak
137,61mg/kgBB/hari 6 -0,11 0,00
7 -0,18 0,00
95
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 15. Uji Statistik Normalitas, Kruskal Wallis & Mann Whitney

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BLL hari ke 0 25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
BLL hari ke 15 25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
BLL hari ke 30 25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
BLL hari ke 35 25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
BLL hari ke 40 25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error


BLL hari ke 0 Mean ,0636 ,06360
95% Confidence Lower Bound -,0677
Interval for Mean Upper Bound
,1949

5% Trimmed Mean ,0000


Median ,0000
Variance ,101
Std. Deviation ,31800
Minimum ,00
Maximum 1,59
Range 1,59
Interquartile Range ,00
Skewness 5,000 ,464
Kurtosis 25,000 ,902
BLL hari ke 15 Mean 18,1672 3,07951
95% Confidence Lower Bound 11,8114
Interval for Mean Upper Bound
24,5230

5% Trimmed Mean 15,7884


Median 15,9700
Variance 237,085
Std. Deviation 15,39757
Minimum 5,28
Maximum 85,05
Range 79,77
Interquartile Range 11,26
Skewness 3,618 ,464
Kurtosis 15,754 ,902
BLL hari ke 30 Mean 9,1212 1,05934
95% Confidence Lower Bound 6,9348
Interval for Mean Upper Bound
11,3076

5% Trimmed Mean 8,9013


Median 10,1400
Variance 28,055
Std. Deviation 5,29672
Minimum 2,11
Maximum 20,86
Range 18,75
Interquartile Range 9,02
Skewness ,297 ,464
Kurtosis -,893 ,902
BLL hari ke 35 Mean 28,0952 2,62307
95% Confidence Lower Bound 22,6814
Interval for Mean Upper Bound
33,5090

5% Trimmed Mean 27,2044


Median 23,8500
Variance 172,013
Std. Deviation 13,11537
Minimum 11,51
Maximum 61,72
Range 50,21
Interquartile Range 18,36
Skewness 1,111 ,464
Kurtosis ,703 ,902
BLL hari ke 40 Mean 2,8468 ,53552
95% Confidence Lower Bound 1,7415
Interval for Mean Upper Bound
3,9521

5% Trimmed Mean 2,7329


Median 2,8400
Variance 7,170
Std. Deviation 2,67762
Minimum ,00
Maximum 7,83
Range 7,83
Interquartile Range 4,84
Skewness ,418 ,464
Kurtosis -1,168 ,902
96
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BLL hari ke 0 ,539 25 ,000 ,203 25 ,000
BLL hari ke 15 ,237 25 ,001 ,605 25 ,000
BLL hari ke 30 ,180 25 ,035 ,928 25 ,077
BLL hari ke 35 ,216 25 ,004 ,885 25 ,009
BLL hari ke 40 ,185 25 ,027 ,883 25 ,008
a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank


BLL hari ke 0 kontrol pensuspensi 6 14,58
kontrol Pb 5 12,50
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 12,50
Pb+Na2CaEDTA+
Curcumin 7 12,50
Total 25
BLL hari ke 15 kontrol pensuspensi 6 5,83
kontrol Pb 5 17,40
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 17,71
Pb+Na2CaEDTA+
Curcumin 7 11,29

Total 25
BLL hari ke 30 kontrol pensuspensi 6 5,50
kontrol Pb 5 17,40
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 11,57
Pb+Na2CaEDTA+
7 17,71
Curcumin
Total 25
BLL hari ke 35 kontrol pensuspensi 6 5,00
kontrol Pb 5 11,70
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 12,93
Pb+Na2CaEDTA+
7 20,86
Curcumin
Total 25
BLL hari ke 40 kontrol pensuspensi 6 21,33
kontrol Pb 5 16,60
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 11,71
Pb+Na2CaEDTA+
7 4,57
Curcumin
Total 25
97
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Test Statisticsa,b
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Chi-Square 3,167 10,728 11,154 15,230 18,685
df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,367 ,013 ,011 ,002 ,000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Mann-Whitney Test
Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 0 kontrol pensuspensi 6 6,42 38,50
kontrol Pb 5 5,50 27,50
Total 11
BLL hari ke 15 kontrol pensuspensi 6 4,00 24,00
kontrol Pb 5 8,40 42,00
Total 11
BLL hari ke 30 kontrol pensuspensi 6 3,50 21,00
kontrol Pb 5 9,00 45,00
Total 11
BLL hari ke 35 kontrol pensuspensi 6 4,50 27,00
kontrol Pb 5 7,80 39,00
Total 11
BLL hari ke 40 kontrol pensuspensi 6 8,00 48,00
kontrol Pb 5 3,60 18,00
Total 11

Test Statisticsb
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Mann-Whitney U 12,500 3,000 ,000 6,000 3,000
Wilcoxon W 27,500 24,000 21,000 27,000 18,000
Z -,913 -2,191 -2,739 -1,643 -2,191
Asymp. Sig. (2-tailed) ,361 ,028 ,006 ,100 ,028
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a a
,662 ,030 ,004 ,126 ,030
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan
98
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Mann-Whitney Test
Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 0 kontrol pensuspensi 6 7,58 45,50
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 6,50 45,50
Total 13
BLL hari ke 15 kontrol pensuspensi 6 4,17 25,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 9,43 66,00
Total 13
BLL hari ke 30 kontrol pensuspensi 6 5,33 32,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 8,43 59,00
Total 13
BLL hari ke 35 kontrol pensuspensi 6 4,00 24,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 9,57 67,00
Total 13
BLL hari ke 40 kontrol pensuspensi 6 9,83 59,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 4,57 32,00
Total 13

Test Statisticsb
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Mann-Whitney U 17,500 4,000 11,000 3,000 4,000
Wilcoxon W 45,500 25,000 32,000 24,000 32,000
Z -1,080 -2,429 -1,429 -2,571 -2,429
Asymp. Sig. (2-tailed) ,280 ,015 ,153 ,010 ,015
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a a
,628 ,014 ,181 ,008 ,014
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Mann-Whitney Test
99
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 0 kontrol pensuspensi 6 7,58 45,50
Pb+Na2CaEDTA+
Curcumin 7 6,50 45,50

Total 13
BLL hari ke 15 kontrol pensuspensi 6 4,67 28,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 9,00 63,00
Curcumin
Total 13
BLL hari ke 30 kontrol pensuspensi 6 3,67 22,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 9,86 69,00
Curcumin
Total 13
BLL hari ke 35 kontrol pensuspensi 6 3,50 21,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 10,00 70,00
Curcumin
Total 13
BLL hari ke 40 kontrol pensuspensi 6 10,50 63,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 4,00 28,00
Curcumin
Total 13

Test Statisticsb
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Mann-Whitney U 17,500 7,000 1,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 45,500 28,000 22,000 21,000 28,000
Z -1,080 -2,000 -2,857 -3,000 -3,156
Asymp. Sig. (2-tailed) ,280 ,046 ,004 ,003 ,002
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a a
,628 ,051 ,002 ,001 ,001
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Mann-Whitney Test
100
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 0 kontrol Pb 5 6,50 32,50
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 6,50 45,50
Total 12
BLL hari ke 15 kontrol Pb 5 6,80 34,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 6,29 44,00
Total 12
BLL hari ke 30 kontrol Pb 5 8,40 42,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 5,14 36,00
Total 12
BLL hari ke 35 kontrol Pb 5 5,70 28,50
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 7,07 49,50
Total 12
BLL hari ke 40 kontrol Pb 5 9,00 45,00
kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 4,71 33,00
Total 12

Test Statisticsb
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Mann-Whitney U 17,500 16,000 8,000 13,500 5,000
Wilcoxon W 45,500 44,000 36,000 28,500 33,000
Z ,000 -,244 -1,543 -,651 -2,030
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 ,808 ,123 ,515 ,042
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a a
1,000 ,876 ,149 ,530 ,048
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Mann-Whitney Test
101
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 0 kontrol Pb 5 6,50 32,50
Pb+Na2CaEDTA+
Curcumin 7 6,50 45,50

Total 12
BLL hari ke 15 kontrol Pb 5 8,20 41,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 5,29 37,00
Curcumin
Total 12
BLL hari ke 30 kontrol Pb 5 6,00 30,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 6,86 48,00
Curcumin
Total 12
BLL hari ke 35 kontrol Pb 5 4,20 21,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 8,14 57,00
Curcumin
Total 12
BLL hari ke 40 kontrol Pb 5 10,00 50,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 4,00 28,00
Curcumin
Total 12

Test Statisticsb
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Mann-Whitney U 17,500 9,000 15,000 6,000 ,000
Wilcoxon W 45,500 37,000 30,000 21,000 28,000
Z ,000 -1,380 -,406 -1,868 -3,034
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 ,167 ,685 ,062 ,002
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a a
1,000 ,202 ,755 ,073 ,003
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Mann-Whitney Test
102
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 0 kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 7,50 52,50
Pb+Na2CaEDTA+
Curcumin 7 7,50 52,50

Total 14
BLL hari ke 15 kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 10,00 70,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 5,00 35,00
Curcumin
Total 14
BLL hari ke 30 kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 6,00 42,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 9,00 63,00
Curcumin
Total 14
BLL hari ke 35 kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 4,29 30,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 10,71 75,00
Curcumin
Total 14
BLL hari ke 40 kontrol Pb+Na2CaEDTA 7 10,43 73,00
Pb+Na2CaEDTA+
7 4,57 32,00
Curcumin
Total 14

Test Statisticsb
BLL hari BLL hari BLL hari BLL hari
BLL hari ke 0 ke 15 ke 30 ke 35 ke 40
Mann-Whitney U 24,500 7,000 14,000 2,000 4,000
Wilcoxon W 52,500 35,000 42,000 30,000 32,000
Z ,000 -2,236 -1,342 -2,875 -2,797
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 ,025 ,180 ,004 ,005
Exact Sig. [2*(1-tailed a a a a a
1,000 ,026 ,209 ,002 ,007
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok perlakuan
103
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 16. Uji Friedman dan Wilcoxon

Kelompok Kontrol Negatif Aquadest

Ranks

Mean Rank
BLL hari ke 0 1,00
BLL hari ke 15 3,67
BLL hari ke 30 2,17
BLL hari ke 35 4,83
BLL hari ke 40 3,33

Test Statisticsa
N 6
Chi-Square 20,667
df 4
Asymp. Sig. ,000
a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test


104
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 15 - Negative Ranks 0a ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 6b 3,50 21,00
Ties 0c
Total 6
BLL hari ke 30 - Negative Ranks 0d ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 6e 3,50 21,00
Ties 0f
Total 6
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0g ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 6h 3,50 21,00
Ties 0i
Total 6
j
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 6k 3,50 21,00
Ties 0l
Total
6

BLL hari ke 30 - Negative Ranks 6m 3,50 21,00


BLL hari ke 15 Positive Ranks 0n ,00 ,00
Ties 0o
Total 6
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 1p 2,00 2,00
BLL hari ke 15 Positive Ranks 5q 3,80 19,00
Ties 0r
Total 6
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 3s 5,00 15,00
BLL hari ke 15 Positive Ranks 3t 2,00 6,00
Ties 0u
Total 6
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0v ,00 ,00
BLL hari ke 30 Positive Ranks 6w 3,50 21,00
Ties 0x
Total 6
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 1y 1,00 1,00
BLL hari ke 30 Positive Ranks 5z 4,00 20,00
Ties 0aa
Total 6
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 6bb 3,50 21,00
BLL hari ke 35 Positive Ranks 0cc ,00 ,00
Ties 0dd
Total 6
a. BLL hari ke 15 < BLL hari ke 0
b. BLL hari ke 15 > BLL hari ke 0
c. BLL hari ke 15 = BLL hari ke 0
d. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 0
e. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 0
f. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 0
g. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 0
h. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 0
i. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 0
j. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 0
k. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 0
l. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 0
m. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 15
n. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 15
o. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 15
p. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 15
q. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 15
r. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 15
s. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 15
t. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 15
u. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 15
v. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 30
w. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 30
x. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 30
y. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 30
z. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 30
aa. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 30
bb. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 35
cc. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 35
dd. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 35
105
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Test Statisticsc
BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke
15 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 40 - BLL
hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 30 hari ke 30 hari ke 35
Z -2,201a -2,201a -2,201a -2,201a -2,201b -1,782a -,943b -2,201a -1,992a -2,201b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,028 ,028 ,028 ,028 ,028 ,075 ,345 ,028 ,046 ,028
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

Kelompok kontrol positif Pb

Ranks
Mean Rank
BLL hari ke 0 1,00
BLL hari ke 15 4,20
BLL hari ke 30 3,20
BLL hari ke 35 4,60
BLL hari ke 40 2,00

Test Statisticsa
N 5
Chi-Square 18,080
df 4
Asymp. Sig. ,001
a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test


106
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
BLL hari ke 15 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 0 b
Positive Ranks 5 3,00 15,00
c
Ties 0
Total 5
d
BLL hari ke 30 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 0 e
Positive Ranks 5 3,00 15,00
f
Ties 0
Total 5
g
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 0 h
Positive Ranks 5 3,00 15,00
i
Ties 0
Total 5
j
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 0 k
Positive Ranks 5 3,00 15,00
l
Ties 0
Total
5
m
BLL hari ke 30 - Negative Ranks 4 3,25 13,00
BLL hari ke 15 n
Positive Ranks 1 2,00 2,00
o
Ties 0
Total 5
p
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 2 3,00 6,00
BLL hari ke 15 q
Positive Ranks 3 3,00 9,00
r
Ties 0
Total 5
s
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 5 3,00 15,00
BLL hari ke 15 t
Positive Ranks 0 ,00 ,00
u
Ties 0
Total 5
v
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 30 w
Positive Ranks 5 3,00 15,00
x
Ties 0
Total 5
y
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 5 3,00 15,00
BLL hari ke 30 z
Positive Ranks 0 ,00 ,00
aa
Ties 0
Total 5
bb
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 5 3,00 15,00
BLL hari ke 35 Positive Ranks 0
cc
,00 ,00
dd
Ties 0
Total 5
a. BLL hari ke 15 < BLL hari ke 0
b. BLL hari ke 15 > BLL hari ke 0
c. BLL hari ke 15 = BLL hari ke 0
d. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 0
e. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 0
f. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 0
g. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 0
h. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 0
i. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 0
j. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 0
k. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 0
l. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 0
m. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 15
n. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 15
o. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 15
p. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 15
q. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 15
r. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 15
s. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 15
t. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 15
u. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 15
v. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 30
w. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 30
x. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 30
y. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 30
z. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 30
aa. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 30
bb. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 35
cc. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 35
dd. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 35
107
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Test Statisticsc

BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke
15 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 40 - BLL
hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 30 hari ke 30 hari ke 35
Z -2,023a -2,023a -2,023a -2,023a -1,483b -,405a -2,023b -2,023a -2,023b -2,023b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,043 ,043 ,043 ,138 ,686 ,043 ,043 ,043 ,043
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

Kelompok Pb+ Na2 CaEDTA

Ranks
Mean Rank
BLL hari ke 0 1,07
BLL hari ke 15 4,29
BLL hari ke 30 2,86
BLL hari ke 35 4,71
BLL hari ke 40 2,07

Test Statisticsa
N 7
Chi-Square 25,928
df 4
Asymp. Sig. ,000
a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test


108
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 15 - Negative Ranks 0a ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 7
b
4,00 28,00
c
Ties 0
Total 7
BLL hari ke 30 - Negative Ranks 0d ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 7e 4,00 28,00
Ties 0f
Total 7
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0g ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 7h 4,00 28,00
Ties 0i
Total 7
j
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 6k 3,50 21,00
Ties 1l
Total
7

BLL hari ke 30 - Negative Ranks 7m 4,00 28,00


BLL hari ke 15 Positive Ranks 0n ,00 ,00
Ties 0o
Total 7
p
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 2 3,00 6,00
BLL hari ke 15 Positive Ranks 5q 4,40 22,00
Ties 0r
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 7s 4,00 28,00
BLL hari ke 15 Positive Ranks 0t ,00 ,00
Ties 0u
Total 7
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0v ,00 ,00
BLL hari ke 30 Positive Ranks 7w 4,00 28,00
x
Ties 0
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 6y 4,50 27,00
BLL hari ke 30 Positive Ranks 1z 1,00 1,00
Ties 0aa
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 7bb 4,00 28,00
BLL hari ke 35 Positive Ranks 0cc ,00 ,00
Ties 0dd
Total 7
a. BLL hari ke 15 < BLL hari ke 0
b. BLL hari ke 15 > BLL hari ke 0
c. BLL hari ke 15 = BLL hari ke 0
d. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 0
e. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 0
f. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 0
g. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 0
h. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 0
i. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 0
j. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 0
k. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 0
l. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 0
m. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 15
n. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 15
o. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 15
p. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 15
q. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 15
r. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 15
s. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 15
t. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 15
u. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 15
v. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 30
w. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 30
x. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 30
y. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 30
z. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 30
aa. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 30
bb. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 35
cc. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 35
dd. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 35
109
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Test Statisticsc

BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke
15 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 40 - BLL
hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 30 hari ke 30 hari ke 35
Z -2,366a -2,366a -2,366a -2,201a -2,366b -1,352a -2,366b -2,366a -2,197b -2,366b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,018 ,018 ,018 ,028 ,018 ,176 ,018 ,018 ,028 ,018
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

Kelompok Pb + Na2 CaEDTA+Temulawak

Ranks
Mean Rank
BLL hari ke 0 1,43
BLL hari ke 15 3,43
BLL hari ke 30 3,57
BLL hari ke 35 5,00
BLL hari ke 40 1,57

Test Statisticsa
N 7
Chi-Square 26,388
df 4
Asymp. Sig. ,000
a. Friedman Test

Wilcoxon Signed Ranks Test


110
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


BLL hari ke 15 - Negative Ranks 0a ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 7b 4,00 28,00
Ties 0c
Total 7
BLL hari ke 30 - Negative Ranks 0d ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 7e 4,00 28,00
Ties 0f
Total 7
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0g ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 7h 4,00 28,00
Ties 0i
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 0j ,00 ,00
BLL hari ke 0 Positive Ranks 1k 1,00 1,00
l
Ties 6
Total
7

BLL hari ke 30 - Negative Ranks 3m 4,00 12,00


BLL hari ke 15 Positive Ranks 4n 4,00 16,00
Ties 0o
Total 7
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0p ,00 ,00
BLL hari ke 15 Positive Ranks 7q 4,00 28,00
Ties 0r
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 7s 4,00 28,00
BLL hari ke 15 Positive Ranks 0
t
,00 ,00
Ties 0u
Total 7
v
BLL hari ke 35 - Negative Ranks 0 ,00 ,00
BLL hari ke 30 Positive Ranks 7w 4,00 28,00
Ties 0x
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 7y 4,00 28,00
BLL hari ke 30 Positive Ranks 0z ,00 ,00
aa
Ties 0
Total 7
BLL hari ke 40 - Negative Ranks 7bb 4,00 28,00
BLL hari ke 35 Positive Ranks 0cc ,00 ,00
Ties 0dd
Total 7
a. BLL hari ke 15 < BLL hari ke 0
b. BLL hari ke 15 > BLL hari ke 0
c. BLL hari ke 15 = BLL hari ke 0
d. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 0
e. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 0
f. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 0
g. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 0
h. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 0
i. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 0
j. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 0
k. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 0
l. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 0
m. BLL hari ke 30 < BLL hari ke 15
n. BLL hari ke 30 > BLL hari ke 15
o. BLL hari ke 30 = BLL hari ke 15
p. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 15
q. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 15
r. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 15
s. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 15
t. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 15
u. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 15
v. BLL hari ke 35 < BLL hari ke 30
w. BLL hari ke 35 > BLL hari ke 30
x. BLL hari ke 35 = BLL hari ke 30
y. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 30
z. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 30
aa. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 30
bb. BLL hari ke 40 < BLL hari ke 35
cc. BLL hari ke 40 > BLL hari ke 35
dd. BLL hari ke 40 = BLL hari ke 35
111
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Test Statisticsc

BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke BLL hari ke
15 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 30 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 35 - BLL 40 - BLL 40 - BLL
hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 0 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 15 hari ke 30 hari ke 30 hari ke 35
Z -2,366a -2,366a -2,366a -1,000a -,338a -2,366a -2,366b -2,366a -2,366b -2,366b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,018 ,018 ,018 ,317 ,735 ,018 ,018 ,018 ,018 ,018
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
112
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 17. Kadar timbal darah setelah pemejanan timbal hasil orientasi selama 45 hari

Tabel VI. Kadar timbal darah (ppm) selama 45 hari dan perkiraan kadar timbal darah hari ke-30
Replikasi Kadar timbal darah Perkiraan kadar timbal hari ke-30

Hari ke-0 Hari ke-45 Selisih (? )


1 2,08 6,21 4,13 2,75
2 2,18 3,78 1,60 1,07
3 0,58 3,88 3,30 2,20
4 0,98 4,60 3,62 2,41
5 1,44 4,38 2,94 1,96
6 2,80 4,87 2,07 1,18
7 2,87 3,95 1,08 0,72
113
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 18. FORMULIR HASIL KALIBRASI INTERNAL

1. Identitas Alat
a. Nama alat : AAS
b. Merk : Hitachi
c. Tipe/no. Seri : Z. 8000
d. Kapasitas : 300 sampel / bulan
2. Pemilik Alat
a. Nama : LPPT UGM
b. Alamat : jln Kaliurang, Km 4Yogyakarta
3. Standar : Kalibrator
Nama : standar solution (Cu, Cd, Cr, Mn, Ni, Pb, Zn) (Merck)
Ketelusuran : Cu, Cd, Mn, Ni, Pb, Zn = SRM 682
Cr = SRM 3112 a
4. Pelaksanaan Kalibrasi
a. tanggal : 6-8 Agustus 2007
b. Tempat : LPPT unit I
c. Suhu ruangan : 26 °C
d. Kelembaban : 62%
5. Hasil Kegiatan
A. Uji Sensitifitas Detektor (logam Cu 5 ppm)
Pembacaan Rata - rata
0,1266 0,1263
0,1261 SD : 2,52 x 10-4
0,1263 RSD : 0,20 %

B. Uji Linieritas Detektor


Linieritas detektor uji dengan menggunakan konsentrasi ogam Cu 0,5 -8 ppm
Konsentrasi Cu (ppm) Absorbansi Rerata Persamaan Regresi Linier
0,5 0,0134
1,0 0,0256 Y = 9,78 x 10-3 x + 0,0210
2,0 0,0509 R = 0,9972
4,0 0,0998
8,0 0,1937
10,0 0,3733

C. Uji Perbandingan Hasil Pembacaan dan Standar


Pembacaan (ppm) Standar (ppm) Koreksi
0,56 0,5 12,00 %
0,90 1 10,00%
1,95 2 2,50%
4,03 4 0,75%
7,99 8 0,13%
15,65 16 2,19%
114
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 19. Hasil Optimasi SSA Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman untuk

pengukuran timbal (Pb)


115
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Pengaruh Kombinasi


Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) dan Antidot Natrium
Kalsiumedetat terhadap Kadar Timbal Darah Tikus ”
ini bernama lengkap Philipus Harimawan Yudi
Astoro. Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 16
Agustus 1985 sebagai putra kedua pasangan Bapak
Drs. B. Indro Santosa dan Al. Rini Mastuti.
Penulis menuntaskan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Pertiwi Kalikebo I
pada tahun 1992, dilanjutkan di SD N Kalikebo II pada tahun 1992-1998.
Kemudian melanjutkan di SMP N 1 Cawas pada tahun 1998-2001. Tahun 2001-
2004 penulis menempuh pendidikan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta
kemudian dilanjutkan studi untuk jenjang S-1 di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten mata
praktikum Farmasetika Dasar dan aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan serta
pernah menjabat sebagai Gubernur BEMF Farmasi Periode 2007/2008. Penulis
pernah mengikuti dan menjadi peserta terseleksi Program Kreativitas Mahasiswa
dengan judul penelitian Daya Terapi Antiracun Natrium-kalsiumedetat dan
Perasan Mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap Timbal (Pb) yang diadakan
Direktorat Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai