Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DI RS DR. SOEHARTO HERDJAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

Mega Amelia (18.036)

PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

Tahun Ajaran 2020/2021

Jl. Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810

Telepon / Fax : 021-5462852, Website : https://www.cendekia.ac.id/


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

I. MASALAH UTAMA

Isolasi Sosial

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari

interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab

dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau

kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan

orang lain, yang dimanifeetasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada

perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain ( Balitbang,

2007 ).

Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpresonal

yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial

(Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat, budi anna 1998).

Kesimpulan : isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana indifidu tidak mau

mengadakan interaksi terhadap komunitas disekitarnya, atau sengaja menghindari

untuk berinteraksi yang dikarnakan orang lain atau keadaan disekitar diangap

mengancam bagi indifidu tersebut.


B. Tanda Dan Gejala

Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial:

 Kurang spontan

 Apatis ( acuh terhadap lingkungan )

 Ekspresi wajah kurang berseri

 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri

 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

 Mengisolasi diri

 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

 Asupan makanan dan minuman terganggu

 Retensi urine dan feces

 Aktivitas menurun

 Kurang energi ( tenaga )

 Rendah diri

 Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya pada posisi

tidur )

C. Faktor predisposisi

 Faktor tumbuh kembang

Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat

tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap

tumbuh kembang memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses,

karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat

perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang,perhatian dan


kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan membari rasa tidak aman yang

dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

 Faktor biologi

Genetic adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor

genetic dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive ada bukri

terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan

ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

 Faktor sosial budaya

Factor sosial budaya dapat menjadi factor pendukung terjadinya

ganguan dalm membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota

keluarga, yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.

 Faktor komunikasi dalam keluarga.

Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang

kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal

yang negative akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

D. Faktor presipitasi

Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang

penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk

berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

 Stressor sosial kultur

Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluar dan

berpisah dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di

rumah sakit.

 Stressor psikologis
Ansietas berkepanjangan terjadi bersama dengan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasi tuntutan untuk berpisah dangan orang terdekat

atau kebanyakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan

dapat menimbulkan ansietas tinggi.

E. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Dependensi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
interdependen Curiga

 Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma-norma sosial dan

kebudayaaan yang berlaku dimana individu tersebut menyelesaikan

masalahnya masih dalam batas normal.

 Respon maladaptive adalah respon yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalahnya.yang sudah menyamping dari norma-norma sosial

dan kebudayaan suatu tempat.prilaku yang berhubungan dengan respon sosial

maladaptive, adalah menipulasi, impulsive dan narkisme , prilaku yang

brhubungan dengan respon sosial maladaptive, adalah menipulasi , impulsive

dan narkisme prilaku yang berhubungan dengan respon sosial mal adaptif.

F. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti,
2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

(Prabowo, 2014:113)
III. Pohon Masalah

Risti mencederai diri,orang lain & lingkungan

Defisit Perawatan Diri

Halusinasi

Isolisasi Sosial
Intolenransi aktifitas

Harga diri Rendah

Koping individu tidak efektif Koping Keluarga tidak Efektif

A. Masalah keperawatan dan Data yang perlu di kaji

a. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Isolasi sosial

2. Harga diri rendah kronis

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

4. Koping invidu tidak efektif

5. Koping keluarga tidak efektif

6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri

8. Risiko tinggi mencederai diri sendri, orang lain, dan lingkunga

b. Data yang perlu di kaji


Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Isolasi social Subjektif:
a. Klien mengatakan malas bergaul
dengan orang lain
b. Klien mengatakan dirinya tidak ingn
ditemani perawat dan meminta untuk
sendiri
c. Klien mengatakan tidak mau
berbicara dengan oran lain.
d. Tidak mau berkomunikasi

Objektif:
a. Kurang spontan
b. Apatis ( acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri sendiridan tidak
memperhatikan kebersihan
e. Tidak ada atau kurang komunikasi
verbal
f. Mengisolasi diri
g. Asupan makanan dan minuman
terganggu
h. Retensi urin dan feses
i. Aktivitas menurun
j. Kurang berenergi atau bertenaga
k. Rendah diri
l. Postur tubuh berubah, misalnya
sikap fetus atau janin ( khususnya
pada posisi tidur)
IV. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Tindakan keperawatan untuk klien:

1. membina hubungan saling percaya

2. Menyadari penyebab isolasi sosial

3. Mengetahui keungungan dan keruguan bergaul dengna orang lain

4. Melakukan interaksi dengan orang lian secara bertahap

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga:

1. Keluarga mengetahui masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien

2. Keluarga mengetahui penyebab isolasi sosial

3. Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi isolasi sosialnya

4. Keluarga mengetahui pengobatan yang benar untuk klien

5. Klien mengetahui tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi

klien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000), Handbook Of Nursing Diagnosis, (Monica

Ester : Penerjemah) Philadelphia (sumber asli diterbitkan, 1999), Buku Saku

Diagnosa Keperawatan. EGC ; Jakarta.

Stuart, Gaill Wiscare (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. (Yuni. S.

hamid:penerjemah) EGC ; Jakarta.

Issacs (2004), Panduan Bealajar keperawatn Kesehatan Jiwa dan Psikiatri,

Edisi 3. (Praty Rahayuningsih, penerjemah) EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai