Anda di halaman 1dari 18

Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) Aspek Medis

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Matra 1

Dosen pengampu : Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS

Disusun Oleh :

Nurul Fatihah Auliani 1710711076


Tsilmi Adhari 1710711069
Clara Septi Amanda 1710711066
Clara Widya Mulya 1710711070
Asa Alamanda 1710711062

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’
JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Olah TKP Aspek Medis ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kesehatan Matra 2. Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar karena
kemampuan penulis sangat terbatas. Makalah ini masih mengandung banyak kesalahan, untuk itu
harapan penulis para pembaca bersedia memberi kritik dan saran untuk makalah ini.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4
A. Pengertian.............................................................................................................................4
B. Tujuan Olah TKP..................................................................................................................6
C. Rumus Olah TKP..................................................................................................................6
D. Ketentuan Umum Olah TKP................................................................................................6
E. Bentuk-Bentuk TKP.............................................................................................................6
F. Teori Bukti Segitiga..............................................................................................................7
G. Penanganan TKP..................................................................................................................8
1. Tindakan pertama di TKP.................................................................................................8
2. Pengelolahan TKP...........................................................................................................10
H. Olah TKP Aspek Medis......................................................................................................11
1. Penanganan terhadap korban..........................................................................................11
2. Pemeriksaan Kedokteran Forensik, khusus mayat..........................................................13
I. Penggumpulan Barang Bukti.............................................................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama tuanya
dengan sejarah manusia itu sendiri. Sejak dahulu orang sudah mencuri, menipu, menyakiti,
memperkosa dan bahkan membunuh. Perbuatan jahat yang dapat menimbulkan kerugian,
penderitaan serta kematian itu juga dirasakan oleh masyarakat sebagaia perbuatan yang dapat
merusak keamanan dan kedamaian didalam masyarakat. Oleh sebab itu harus diberantas melalui
upaya yang bersifatrepresif maupun preventif. Dalam rangka melakukan upaya represif itulah
mereka membentuk badan – badan yang ditugasi untuk menangkap, mengadili sertamenghukum
orang – orang yang bersalah. KUHAP (Kitab Undang – undang HukumAcara Pidana) yang
merupakan pembangunan dibidang hukum nasional secara nyata.Untuk hal yang seperti ini maka
perlu kalangan kedokteran untuk memahami beberapa ketentuan hukum dan beberapa pengertian
hukum sesuai dengan yang diatur oleh KUHAP. Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah Tempat
dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi, atau tempat dimana barang bukti/korban
berhubungan dengantindak pidana.TKP merupakan sumber dari bahan-bahan penyidik perkara
karenadidapati bekas-bekas dari peristiwa itu berupa bekas kaki, tangan, darah, muntahandan
alat/benda sebagai alat bukti di pengadilan, selain itu digunakan bahan penyidik perkara.
Tindakan yang dilaksanakan di TKP dalam bentuk kegiatan dan tindakan kepolisian yang
terdiri :Tindakan pertama di tempat kejadian perkara ( TPTKP ) dan Pengolahan tempat kejadian
perkara ( OLAH TKP ).

4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak pidana
dilakukan/terjadi, atau akibat yang ditimbulkannya. Tempat kejadian perkara merupakan juga
tempattempat lain dimana barang bukti yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut
diketemukan.
Menurut, No. Pol : JUKNIS/ 01 / II / 198 2 , Tempat kejadian perkara adalah tempat
dimana suatu tindak pidana terjadi / dilakukan atau akibat yang ditimbulkannya, dan tempat –
tempat lain dimana tersangka atau korban dan atau barang – barang bukti yang berhubungan
dengan tindak pidana tersebut dapat ditemukan.
Dapat disimpulkan tempat kejadian perkara adalah :
1) Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan /terjadi, atau akibat yang ditimbulkannya.
2) Tempat-tempat lain dimana barang-barang bukti atau korban yang berhubungan dengan
tindak pidana tersebut dapat diketemukan.
Adapun pengertian dari penanganan tempat kejadian perkara, yaitu tindakan penyidik
atau penyidik pembantu berupa tindakan kepolisian yang dilakukan di TKP yang dapat
dibedakan ke dalam dua bagian:
1. Tindakan pertama di TKP (Tempat Kejadian Perkara), yaitu tindakan
penyidik/penyidik pembantu TKP untuk:
a. Memberikan perlindungan dan pertolongan pertama dalam hal situasi tempat
kejadian tindak pidana masih membahayakan keamanan terhadap korban
maupun masyarakat sekitarnya, dalam hal korban luka berat, dalam hal korban
dalam keadaan kritis, dalam hal korban mati.
b. Segera menutup dan mengamankan TKP (mempertahankan status quo) dengan
membuat batas di TKP dengan tali atau alat lain, memerintahkan orang yang
berada di TKP pada saat terjadi tindak pidana untuk tidak meninggalkan TKP,
melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk ke TKP, berusaha
menangkap pelaku yang diperkirakan masih berada di TKP, minta partisipasi

5
warga untuk mengamankan kerumunan massa, dan tidak menambah atau
mengurangi barang bukti yang ada di TKP.
c. Segera menghubungi/memberitahukan kepada kesatuan polri
terdekat/PAMAPTA dengan mempergunakan alat komunikasi yang ada tanpa
mengabaikan segala sesuatu yang telah dikerjakan.
2. Pengolahan di Tempat Kejadian Perkara (Crime Scene Processing) adalah
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan setelah dilakukannya tindakan pertama
di TKP yang dilakukan untuk mencari, mengumpulkan, menganalisa,
mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti serta identitas tersangka
menurut teori “segi tiga” guna memberi arah terhadap penyidikan selanjutnya.
Pada dasarnya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penyidik di TKP meliputi:
a. Pengamatan umum (general observation)
b. Pemotretan dan pembuatan sketsa
c. Penanganan korban, saksi dan pelaku
d. Penanganan barang bukti

B. Tujuan Olah TKP


1. Sebab akibat dari suatu perlukaan
2. Perkiraan sebab kematian
3. Perkiraan cara kematian
4. Perkiraan saat kematian
5. Perkiraan Pelaku / Motif kejahatan

C. Rumus Olah TKP


1. Tidak ada kejahatan yang tidak meninggalkan bekas.
2. TKP merupakan titik keberhasilan penyidik
3. Tempat ditemukan bukti – bukti obyektif.
4. Ketelitian dan ketajaman analisa TKP sangat menentukan keberhasilan
pengungkapan suatu perkara

D. Ketentuan Umum Olah TKP


1. Jangan terlalu banyak memegang yang tidak perlu

6
2. Jangan banyak melakukan perubahan
3. Jangan banyak memberi komentar
4. Tidak terburu – buru waktu pemeriksaan
5. Gunakan sarung tangan
E. Bentuk-Bentuk TKP
1. Menurut bentuk KEKERASAN
a. TKP pembunuhan, TKP perkosaan, TKP perampokan
2. Menurut LOKASI FISIK
a. TKP didalam ruangan (indoor), TKP diluar ruangan (outdoor)
3. Menurut KASUS
a. TKP yang terorganisasi, TKP yang tidak terorganisasi
4. TKP Primer dan TKP Sekunder : digunakan untuk menerangkan tempat dimana
kasus tindak pidana terjadi.
F. Teori Bukti Segitiga
Dasar pemikiran dari Teori Bukti Segi Tiga ini, adalah Teori Edmond Lockart ahli
kriminalistik ( 1877 -1916 ) yang menyatakan bahwa dua benda atau lebih yang saling
bersentuhan akan memberikan ciri pada masing masing benda tersebut , dan ini bila
diterapakan pada TKP adalah sebagai berikut :
Pada suatu tempat Kejadian Perkara (TKP), unsur korban, pelaku, alat yang dipakai
melakukan kejahatan, bertemu dan terjadi kontak antara satu dengan yang lainnya yang
mengakibatkan adanya perpindahan material dari unsur yang satu terhadap unsur yang lain
serta dari dan ke TKP-nya sendiri. Sebagai contoh dapat dikemukakan kasus sebagai
berikut :

- TKP, berupa sebuah gudang yang tidak terpakai.


- Korban adalah seorang seorang perempuan.
- Pelaku adalah seorang montir mobil
- Alat yang dipakai dalam melakukan kejahatan berupa botol bir.

Berdasarkan teori bukti segi tiga, pada kasus pemerkosaan dan pembunuhan akan
didapat akibat-akibat sebagai berikut

7
Pada Tempat Kejadian Perkara
Kemungkinan akan ditemukan jejak-jejak yang berasal dari :
- Alat ( berupa botol bir yg terdapat percikan darah ).
- Korban (berupa, sperma , rambut kemaluan tersangka,percikan atau genangan
darah)
- Pelaku (berupa kotoran-kotoran yang berasal dari suatu bengkel mobil mis : oli,
gemuk , sidik jari pada botol ).
Dengan pengetahuan yang bersumber pada “ BUKTI SEGI TIGA “ tersebut diatas,
maka petugas polisi akan :
- Mempunyai arah dalam melaksanakan pengolahan TKP artinya mengetahui
barang-barang bukti dan jejak apa saja yang harus dicari dan ditemukan di TKP.
- Mampu menjajagi/menentukan pelaku, korban, saksi-saksi, barang bukti jejak-
jejak, modus operandi, alat yang dipakai dalam melakukan kejahatan, dalam
upaya mengungkap suatu tindakan.
- Mampu menjawab pertanyaan “ 7 KAH “ yaitu :
(1) Benarkah suatu tindak pidana telah terjadi dan tindak pidana apa
(2) Bagaimana tindak pidana dilakukan
(3) Siapakah yang melakukan tindak pidana
(4) Dengan apa tindak pidana dilakukan
(5) Mengapa tindak pidana dilakukan
(6) Dimana tindak pidana dilakukan
(7) Bilamana tindak pidana dilakukan.
Yang kesemuanya sangat penting bagi usaha kegiatan penyidikan selanjutnya
G. Penanganan TKP
Tindakan penyelidik / penyidik yang dilakukan di TKP yg menyelenggarakan kegiatan dan
tindakan kepolisian, yang terdiri dari :
1. Tindakan pertama di TKP
Tindakan kepolisian yang harus segera dilakukan setelah terjadi suatu tindak pidana,
yang bertujuan :
a. Melakukan pertolongan / perlindungan kepada korban / anggota masyarakat.

8
Penaganan korban khususnya yang belum jelas mati/diragukan kematiannya atau
hidup merupakan kewajiban setiap anggota POLRI dalam setiap Tindakan Pertama di
TKP. Bila pertolongan pertama segera diberikan dan nyawa korban dapat diselamatkan,
ia akan menjadi saksi hidup yang penting dan lebih berguna dari bukti mti lainnya.
a. TINDAKAN PERTAMA DI TKP TERHADAP KORBAN YANG BELUM
JELAS MATI/DIRAGUKAN KEMATIANNYA ATAU HIDUP.
1) Berikan pertolongan pertama sesuai kebutuhan dan keadaan korban .
2) Bila korban perlu segera dibawa ke Rumah Sakit jangan lupa berikan
tanda pada tempat korban tergeletak
3) Minta bantuan masyarakat untuk melapor segera pada POLiSI terdekat
tentang dugaan telah terjadinya tindak pidana, tindakan pertolongan yang
sedang dilakukan dan menuju ke Rumah Sakit mana
4) Catat indentitas pelaku dan korban sesuai dengan penjelasan korban
5) Bila korban meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit, teruskan
perjalanan menuju Rumah Sakit serahkan korban pada petugas Rumah
Sakit, jelaskan sedikit tentang peristiwa yang telah terjadi dan pertolongan
yang telah diberikan
6) Tunggu kedatangan petugas dari pos POLISI yang dilapori hubungi lagi
pos polisi yang telah dilapor
7) Bila petugas pos POLISI telah sampai di Rumah Sakit laporkan tetang
peristiwa yang telah terjadi dan tindakan apa saja yang telah dilakukan,
selanjutnya korban dan tugas diserah terimakan.
b. TINDAKAN PERTAMA DI TKP TERHADAP KORBAN YANG
MATI
1) Bila korban mati, tidak perlu terburu-buru
2) Yang utama adalah : Amankan TKP seluas mungkin sesuai situasi dan
kondisi, letak korban dan barang-barang bukti lain yang berhubungan
dengan tali, berikade/penghalang, menutup pintu halaman rumah agar
tidak terjadi kontaminasi, penambahan pada keaslian TKP
3) Jangan merokok, membuang putung rokok, kencing di toilet, kamar
mandi, WC, meninggalkan sesuatu apapun di TKP

9
4) Jangan menyentuh benda-benda apapun di TKP apalagi memegang korban
5) Setelah TKP sudah cukup aman, minta bantuan masyarakat untuk segera
melaporkan dugaan tindak pidana yang telah terjadi ke pos terdekat
6) Sambil menunggu kedatangan petugas penyidik, ingat butir 3, 4
7) Bila petugas penyidik tiba di TKP, laporkan tentang segala sesuatu yang
telah dilakukan dalam Tindakan Pertama dan selanjutnya tugas diserah
terimakan.
Kesimpulannya, Korban luka berat / ringan, pingsan  PPPK  kirim ke RS,
sebelumnya catat identitas serta menandai letak korban. Korban kritis  catat identitas,
usahakan dapat keterangan, petunjuk serta identitas pelaku dan lainnya
Korban mati: Jaga agar tetap pd posisi semula, JANGAN sekali – kali menyentuh korban,
KECUALI, untuk mengetahui benar meninggal, Tunggu sampai datang petugas POLRI
(Pamapta) kesatuan terdekat . Korban mati yang menganggu arus lalin : Mayat dipindahkan
dengan memberi tanda letak mayat terlebih dahulu.
b. Penutupan dan pengamanan TKP guna persiapan penyidikan selanjutnya.
1) Membuat batas dengan tali / “police line”
2) Memerintahkan orang yg berada di TKP waktu terjadi tindak pidana untuk dilarang /
tidak meninggalkan tempat
3) Melarang orang yg tidak berkepentingan masuk
4) Berusaha menangkap pelaku yg diperkirakan masih di TKP
5) Minta bantuan masyarakat setempat
6) JANGAN mengurangi atau menambah, merusak barang bukti di TKP
2. Pengelolahan TKP
Serangkaian proses penyelidikan / penyidikan untuk mendapatkan bukti – bukti ilmiah pada
peristiwa tindak pidana. Olah TKP yang dilakukan oleh unsur Kedokteran Forensik khusus pada
kasus yang menyangkut tubuh manusia dan kesehatan :
a. Pemeriksaan Korban
b. Cari dan Kumpulkan Barang Bukti
c. Dokumentasi
d. Analisa Hasil Pemeriksaan
Tindakan Dokter di TKP :

10
a) Koordinasi dengan penyidik
A. Apa yg terjadi dan yg telah dilakukan penyidik
B. Hal yg akan dilakukan
C. Ketentuan yg harus di taati
b) Pengamatan umum TKP
A. Catat lokasi
B. Buat foto dan sketsa TKP & posisi korban secara umum
C. Catat hal –hal yg penting
c) Tindakan pertama (TP) di TKP :
A. Menentukan korban hidup / mati ( pd kasus masal  triage )
B. Tolong korban yg masih hidup
C. Korban mati dibiarkan tetap pada posisi pertama kali ditemukan
D. Evakuasi korban ke RS terdekat
d) Kasus bencana massal
Prinsip adalah sama dengan penanganan korban kasus kriminal, hanya karena
korbannya banyak maka lebih banyak dititik beratkan pada dokumentasi dengan foto atau
sketsa. Selain itu karena daerahnya kejadian luas maka dibuat sektor – sektor sehingga
memudahkan dokumentasi. Pemberian label yang berisi nomor dan lokasi temuan adalah
salah satu hal yang sangat penting dalam mempermudah proses identifikasi dan rekontruksi
kejadian.

H. Olah TKP Aspek Medis


1. Penanganan terhadap korban.
a. KORBAN HIDUP
1) Identifikasi umum : nama, umur / perkiraan umur, alamat tempat tinggal
korban
2) Lakukan pemeriksaan kedokteran : vital sign, status generalis, status lokalis
3) Beri pertolongan PPPK
4) Rujuk ke RS terdekat
b. KORBAN MATI

11
Tidak perlu cepat – cepat untuk mengangkat korban dari TKP, berilah
tanda sekeliling korban sebelum diangkat ke Rumah sakit.
Bila tidak ada/perlu mendatangkan dokter untuk memeriksa korban di
TKP, buat sketsa dan foto, baru kemudian melakukan pemeriksaan pada tubuh
korban serta mencatat setiap tanda-tanda pasca kematian yang ditemukan.
1) Buat sketasa tentang keadaan korban di TKP
a) Catat jam berapa tiba di TKP
b) Catat dan jelaskan tentang jenis kelamin,
perkiraan
umur, tinggi, berat badan, suku bangsa,
warna dan bentuk rambut
c) Sikap korban, terlentang telungkup, miring
d) Keadaan pakaian, rapi, kusut, robek terbuka
e) Tanda-tanda perlukaan dari luar
f) Keterangan lain dari kepala sampai ke kaki
yang dianggap perlu
g) Catat adanya genangan/bercak, cairan tubuh,
muntahan, darah yang ditemukan dekat pada
korban; mengering/basah

h) Benda-benda lain yang ditemukan dekat


korban dan dianggap perlu.
2) Buat foto; pandangan umum, sisi kanan, sisi kiri dan tegak
lurus terhadap korban serta beberapa foto jarak dekat dari
perlukaan dan obyek pada tubuh korban yang dianggap
perlu
3) Pemeriksaan tubuh korban. Pada tahap ini periksaan tubuh
diarahkan kepada tanda-tanda pasca kematian.
a) Penurunan suhu tubuh
Raba tubuh mayat apakah masih terasa panas/hangat atau
dingin. Dianjurkan untuk meraba bagian tubuh yang tertutup

12
seperti daerah ketiak. Apabila masih hanat berarti kematian belum
lama terjadi. Sebaliknya bila tubuh teraba dingin dan lembab
maka saat terjadinya kematian sudah jauh lebih lama.
b) Perhatikan apakah sudah terjadi kaku mayat.
Periksa dan coba gerakan sendi rahang, sendi leher, lengan
atas, lengan bawah, sendi pinggul, lutut dan sendi kaki. Catat apa
yang diperoleh dari pemeriksaan ini.
c) Apakah lebam mayat sudah ada, kalau ada catat :
(a) Warna lebam ?
(b) Letak lebam dimana saja ?
( c ) Coba tekan dengan jari, apakah lebam
menetap atau menghilang pada waktu ditekan
d) Periksa perlukaan yang dialami korban, catat lokasi,
jenis dan ukurannya. Untuk memudahkan buatlah gambar umum
tubuh manusia kemudian beri tanda tempat perlukaan, apabila
mempunyai kamera segera ambil foto umum dan close up.
2. Pemeriksaan Kedokteran Forensik, khusus mayat
a) Menentukan secara pasti kematian korban
1) Tanda pasti kematian : terhentinya 3 fungsi penunjang kehidupan
2) Tanda perubahan setelah kematian : lebam mayat, kaku mayat, penurunan suhu,
pembusukan, dll
b) Memperkirakan saat kematian
DAPAT DIKETAHUI DARI :
1) Informasi dari para saksi
2) Petunjuk yang ada di TKP : jam, tanggal pd surat kabar, surat dll
3) Pemeriksaan terhadap mayat : penurunan suhu, lebam mayat, kaku mayat dan
pemeriksaan isi lambung
c) Menetukan identitas
Untuk menghindari kekeliruan
1) Cara sederhana (non medis) : Visual, Pakaian Perhiasan, Dokumen dan
Kepemilikannya

13
2) Cara Ilmiah (medis) : Identifikasi medis, Serologi, Odontologi, Sidik jari dan DNA
d) Memperkirakan sebab kematian
Pemeriksaan bedah jenazah (otopsi) HARUS dilakukan
1) Sebab Kematian : penyakit, cedera / luka akibat kekerasan tajam atau tumpul yang
bertanggung jawab atas terjadinya kematian.
2) Mekanisme kematian : gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yg ditimbulkan oleh
penyebab kematian, mis : perdarahan, memar otak dll
e) Memperkirakan cara kematian
1) Visum et Repertum
2) Dokter ikut ke TKP, langsung dilakukan pemeriksaan mayat : HASIL BAIK
3) Jika tidak ikut pemeriksaan mayat + keterangan lengkap dari penyidik mengenai
TKP
4) Opini cara kematian dari dokter : perkiraan , karena dokter bukan saksi mata, tapi
saksi ahli
I. Penggumpulan Barang Bukti
Barang bukti yang dikumpulkan oleh tenaga kesehatan adalah barang bukti berupa
bagian tubuh manusia atau cairan / darah tubuh, khususnya yang melekat pada tubuh korban
atau disekitar tubuh korban, diluar kondisi tersebut barang bukti akan dikumpulkan oleh
petugas Labfor atau penyidik.
1. Metode Pengumpulan Barang Bukti.
a. Metode Spiral
Baik untuk daerah lapang, bersemak dan
hutan.
b. Metode Grid
Sama dengan metode Zona.
c. Metode Zona
Baik untuk tempat tertutup, misal rumah.
d. Metode Garis
Baik untuk tempat berlereng.
2. Cara Pengumpulan Barang Bukti
a. Bercak darah kering tidak di tekstil

14
1) Disimpan pada pot obat 2 5 ml diberi edta
2) Taruh dalam lemari pendingin sampai dikirim ke laboratorium
3) Kering : kerok, taruh pd kertas bersih bungkus dengan druggist fold
4) Catat keadaan bercak waktu ditemukan
BENTUK BERCAK :
a)  Arah vertikal
b)  Jarak sampai 60 cm
c)  Vertikal, 60 – 1 2 0 cm
d)  Vertikal, diatas 1 2 0 cm

b. Bercak darah pada pakaian,tekstil


1) Pakaian dikeringkan, tidak dg dipanaskan
2) Bercak yang kering ditutup dengan kertas bersih
3) Jangan melipat atau menggunting pada bercak
4) Catat keadaan bercak waktu ditemukan
c. Bercak air mani :
1) Pakaian dianginkan di udara, jangan dipanaskan
2) Pada bercak yang kering, bercak ditutup dengan kertas bersih
3) Jangan melipat atau menggunting pada daerah bercak
4) Catat keadaan waktu ditemukan
d. Urine, bilasan lambung, muntahan :
1) Botol bersih
2) Semua yang dikeluarkan
3) Simpan dalam lemari pendingin sampai dibawa ke laboratoriu
e. Rambut :
1) Disimpan dalam druggist fold , jangan di amplop
2) Harus utuh, dicabut dari beberapa tempat
3) Kemasan terpisah untuk masing – masing asal rambut tersebut
4) Beri label untuk menyatakan asal rambut
f. Organ tubuh :
1) Ditaruh dalam kemasan kantong plastik, baru dan bersih

15
2) Disimpan dalam lemari pendingin sampai dikirim ke laboratorium
3) Pro : otak & hati diambil sebanyak 300 g
g. Goresan kuku :
1) Botol plastik atau druggist fold
2) Semua yang ada diambil dengan pisau bersih untuk mengorek kulit yang
tergores dibawah kuku
3) Satu tempat untuk satu kuku
4) Beri label pada setiap kemasan dari jari yang mana
h. Obat-obatan, racun atau narkotika :
1) Botol, tabung, kertas amplop, druggist fold dll
2) Diambil semua
3) Setiap obat satu kemasan
4) Diberi label tiap kemasan
i. Anak peluru :
1) Dalam amplop berkait atau kantong plastik yg berklip
2) Catat jumlah alur anak peluru, utuh / tidak anak peluru, warna anak peluru,
dialasi dg kapas.
3) Catat dimana ditemukan anak peluru
4) Bila terdapat darah jangan dibilas
j. Dokumen, surat ancaman dll :
1) Dalam kantong plastik, amplop kertas yang berperekat.
2) Dokumen harus asli, jangan direproduksi.
3) Jangan memegang dengan tangan telanjang.
4) Catat dimana diambil.
k. Senjata api, revolver :
1) Senjata jangan dipegang kecuali ada barang bukti lain : rambut, darah, dll
2) Taruh dalam amplop diluarnya ditulis : kosong atau berisi
l. Senjata api laras panjang :
Dapat diambil dengan tangan jika tidak ada barang bukti lain
3. Dokumentasi Foto
a. Sebisa mungkin menggunakan Kamera manual, ASA 400

16
b. Kamera automatic dicari yg dapat men zoom sedekat mungkin ( 1 cm )
c. Kamera digital : zoom sedekat mungkin, dengan pixel yg besar
d. Ambil sudut gambar terbaik sehingga jelas apa yg dimaksud dari foto tersebut
e. Catat pengambilannya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah Tempat dimana suatu tindak pidana
dilakukan/terjadi, atau tempat dimana barang bukti/korban berhubungan dengantindak
pidana.TKP merupakan sumber dari bahan-bahan penyidik perkara karenadidapati bekas-
bekas dari peristiwa itu berupa bekas kaki, tangan, darah, muntahandan alat/benda
sebagai alat bukti di pengadilan, selain itu digunakan bahan penyidik perkara. Tindakan
yang dilaksanakan di TKP dalam bentuk kegiatan dan tindakan kepolisian yang terdiri
:Tindakan pertama di tempat kejadian perkara ( TPTKP ) dan Pengolahan tempat
kejadian perkara ( OLAH TKP ).
B. Saran
Diharapakan setiap anggota kepolisian harus memahami bahwa TKP adalah yang
penting untuk mendapatkan bukti-bukti dan keterangan-keterangan dalam
mengungkapkan suatu tindak pidana. Selain itu dibutuhkan petugas TKP yang terampil
dan teliti dalam melakukan pemeriksaan setiap jengkal TKP karena pada TKP korban,
pelaku, dan alat yang dipakai dalam melakukan kejahatan, bertemu dan terjadi kontak
antara satu dengan yang lain yang mengakibatkan adanya perpindahan material antara
unsur yang satu dengan yang lain.
Kepada masyarakat dibutuhkan pemahaman bahwa perlu menjaga keaslian dari
Tempat Kejadian Perkara dan tidak berusaha mendekati TKP agar menjaga keaslian
(status quo) dari TKP itu sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA
Djaja Surya Atmadja : Persamaan regresi tinggi badan terhadap panjang tulang tungkai bawah.
Tesis Program Studi Ilmu Kedokteran Forensik. Dokter Spesialis I-FKUI. Jakarta
1990.
Ladokpol : Bahan presentasi Olah TKP aspek medik Dikjur Padokpol
Disdokkes Polri .1998.
Ladokpol : Buku pengangan Ilmu Kedokteran Forensik. Ed IV. Disdokkes 1996
Slamet Poernomo : Criminal personality profiling. Warta Kedokteran, Kepolisian dan Kesehatan
Thn. VI (24). Maret 1990

18

Anda mungkin juga menyukai