DOSEN PENGAMPU:
P. Wayan Arta Suyasa, S.Pd, M,Pd
Oleh:
Ketut Nova Wirya Dinata 1915051073
Gede Indra Werdi Sanjaya 1915051047
Risky Ariyanta Tarigan 1915051004
I Putu Bastian Adi Putra 1915051103
Made Angga Permana 1915051099
Vina Velina 1915051080
Putu Evi Susita Dewi 1915051098
Putu Angga Permana Putra 1915051011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
YDAFTAR TABEL......................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
1.4 Manfaat..................................................................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Perkembangan Peserta Didik....................................................................................3
2.2 Faktor Hereditas dan Lingkungan Pada Perkembangan........................................................3
2.3 Perkembangan Peserta Didik.................................................................................................6
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peserta didik adalah setiap manusia yang ingin mengembangkan diri dalam
suatu proses pendidikan baik itu formal maupun non formal. Peserta didik merupakan
makhluk social, dimana dalam proses pengembangan diri dan juga dalam proses
pendidikan tersebut sangat diperlukan orang lain untuk mendapatkan suatu
perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan – perubahan yang
dialami oleh setiap individu menuju kedewasaaan yang berlangsung secara bertahap.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik maupun fsikis.
Dalam perkembangannya tersebut , sebagai makhluk social, interaksi dan juga
pertukaran pendapat anatara sesama peserta didik sangat berpengaruh. Pada saat
interaksi anatara sesama peserta didik terjadi, maka akan muncul kemampuan social
yang terdapat dalam diri masing – masing peserta didik. Kemampuan social ini seperti
peserta didik mampu dalam mengatur rasa emosionalnya dan juga dapat memiliki rasa
peduli antara sesama temannya. Setiap peserta didik tentu saja memiliki cara yang
berbeda-beda didalam proses perkembangannya dan juga terdapat factor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik di dalam perkembangannya tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah hakikat perkembangan peserta didik ?
1.2.2 Bagaimanakah factor hereditas dan lingkungan dalam perkembangan pesrta
didik ?
1.2.3 Bagaimakah proses dari perkembangan peserta didik ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hakikat dari perkembangan peserta didik
1.3.2 Mengetahui factor hereditas dan lingkungan dalam perkembangan peserta didik
1.2.3 Mengetahui proses dari perkembangan peserta didik
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktis bagi pembaca, penulis dan pihak lainnya. Secara teoritis makalah
ini berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
Pendidikan yang membahas mengenai pemahaman tentang perkembangan peserta didik,
hasil dari makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai objek media penyampaian informasi hasil karya penulis yang
ditujukan kepada para pembaca mengenai perkembangan peserta didik.
2. Pembaca, sebagai media informasi di dalam mempelajari mengenai pemahaman
perkembangan peserta didik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat perkembangan peserta didik
Perkembangan menurut Santrock dan Yussen (1992) adalah pola perubahan individu
yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlangsung sepanjang hayat. Sedangkan
menurut Syamsu Yusuf, Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
pada diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)
menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis
progresif, dan berkesinambungan. Contoh dari adanya sutu perkembangan yaitu
seseorang anak yang dapat berbicara dengan lancar.
2
Sebagai contoh dari pewarisan bentuk tubuh dan warna kulit adalah misalnya da anak
yang memiliki rambut kriting , maka bagaimanapun dia mengusahakan agar tidak kriting ,
akan kembali kriting. Selain itu jika da seorang anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk
seperti ibunya , maka dia akan sukar untuk menjadi kurus , tetapi sedikit makan saja anak
tersebut bisa bertambah gemuk.
2.Sifat – sifat
Sifat – sifat merupakan hal yang di wariskan dari orang tua ataupun kakek dan nenek.
Misalnya adalah sifat boros , kikir , penyabar , hemat. Sifat sangat berbeda dengan
kebiasaan , sifat sangat sukar dirubah , sedangkan kebiasaan dapat dirubah jika ada suatu niat
yang sungguh – sungguh. Bagi pendidik , jika mengetahui sifat atau watak secara mendalam
akan sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya adalah anak yang minder
perlu di bangkitkan semangatnya dan kepercayaan dirinya agar jiwanya tak tertekan.
3.Intelegensi
Istilah intelegensi berasal dari kata latin Intelligence yang berarti menghubungkan
atau menyatukan satu sama lain (walgoti, 1997). Sehingga dapat diartikan pula , intelegensi
adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap situuasi
dan masalah. Intelegensi seseorang dapat di ketahui secara tepat dengan tes intelegensi.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (intelegensi Quotient)
4. .Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan
yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya adalah suatu keterampilan,
misalnya dalam bidang seni musik , seni rupa , seni tari , dsb. Jika anak memiliki bakat dari
orang tuanya atau kakeknya ataupun neneknya , tetapi anak tersebut tidak dapat atau tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkannya maka bakat tersebut tidak akan berkembang
atau sering di sebut dengan bakat terpendam. Pada umumnya anak memiliki bakat apa akan
di ketahuin oleh orang tuanya sejak kecil , karena anak tersebut akan senang melakukan hal
tersebut . Nah , dalam pendidikan , jika anak mendapatkan nilai 9-10 pada suatu mata
pelajaran , berarti dapat disimpulkan bahwa anak tersebut memilki bakat pada bidang ilmu
tersebut.
5.Penyakit
Ada penyakit yang merupakan pembawaan sejak lahir yang dapat memperlambat
perkembangan anak. Penyakit tersebut antara lain adalah penyakit kebutaan , syaraf ,
hemofilia. Penyakit – penyakit tersebut merupakan suatu penyakit keturunan.
Faktor lingkungan adalah factor dimana anak tersebut dibesarkan dan juga bertumbuh
kembang. Factor – factor seperti keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak , sekolah
tempat mendidik , masyarakat tempat anak bergaul , dan keadaan sekitar dengan iklimnya ,
faunanya dan floranya. Lingkungan memiliki faktor yang penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan anak , karena setiap hari yang di lihat dan dihadapi adalah lingkungan.
3
Lingkungan akan mempengaruhi seseorang bergantung pada keadaan lingkungan anak itu
sendiri, jasmaninya serta rohaninya.
1.Keluarga
Keluarga memilki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak,
karena keluarga adalah tempat diasuh dan di besarkannya seorang anak .Anak yang
dibesarkan dalam keluarga yang mapan dan mampu maka akan memiliki kesehatan yang baik
serta pertumbuhannya yang cepat bila dibandingkan dengan anak yang di besarkan dalam
keluarga yang tidak mampu. Selain itu. anak yang memilki orang tua yang berpendidikan ,
maka akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
2.Sekolah
Sekolah merupakan pendidikan formal yang didapatkan anak, yang mana secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka
membantu siswa mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral – spiritual ,
intelektual , emosional maupun sosial. Anak yang tidak pernah bersekolah , akan memiliki
keterbatasan dalam ilmu yang dimilki. Anak yang bersekolah , akan memiliki wawasan yang
luas , dan memiliki cara pandang dan berfikir yang berbeda dengan anak yang tidak pernah
merasakan bangku sekolah. Karena di sekolah anak dapat mengembangkan bakatnya , serta
dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan.
3.Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Kondisi orang – orang di
lingkungan sekitar anak juga mempengaruhi perkembangan anak. Anak yang di lahirkan di
kota , akan berbeda pemikirannya dengan anak yang dilahirkan di desa. Anak kota umumnya
bersifat aktif dan dinamis , sedangkan anak desa umunya lamban dan statis. Keadaan yang
berbeda dari anak desa dan kota itu disebabkan karena lingkungan masyarakat desa dan kota
berbeda.
4.Teman sebaya
Perubahan dalam sturktur masyarakat menyebabkan pengaruh peran teman sebaya
menjadi sangat penting. Teman sebaya adalah salah satu factor yang mempengaruhi
perkembangan pada anak karena teman sebaya adalah tempat dimana anak – anak tersebut
akan bergaul dan juga berbagi cerita anatara sesama. Teman sebaya juga sangat penting
karena merekalah yang akan mengerti kondisi dan juga keadaaan dari anak tersebut.
5.Keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar juga mempengaruhi keadaan anak. Anak daerah pegunungan
cenderung akan bersifat lebih keras dari anak daerah pantai.Perbedaan tersebut adalah akibat
dari keadaan alam sekitar anak tersebut yang berbeda, yang mana dapat mempengaruhi
perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
4
Antara hereditas dan lingkungan terjadi saling keterkaitan dan terjadi interaksi. Setiap
factor hereditas berjalan berbeda – beda menurut keadaan lingkungan masing – masing.
Hereditas dan lingkungan memilki peran yang sama pentingnya dalam perkembangan dan
pertumbuhan.
2.3 Perkembangan peserta didik
5
Kesemua perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan aspek
kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan), maupun psikomotorik (gerak).
1. Perkembangan aspek kognitif
Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir, mencangkup
kemampuan intelektual mulai dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan
memecahkan masalah. Kemampuan kognitif dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu
pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak terjadi melalui urutan yang berbeda. Tahapan
ini membantu menerangkan cara anak berfikir, menyimpan informasi, dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Menurut Jean Piaget terdapat empat tahapan perkembangan kognitif
pada anak-anak, antara lain :
a. Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (sekitar 0-2 tahun). Pada tahap ini
anak (bayi) menggunakan alat indera dan kemampuan motorik untuk memahami dunia
sekitarnya.
b. Tahap kedua disebut periode praoperasional (sekitar 2-7 tahun). Pada tahap ini anak
dapat membuat penyesuaian perseptual dan motorik terhadap objek dan kejadian yang
direpresentasikan dalam bentuk simbol (bayangan mental, kata-kata, isyarat) dalam
meningkatkan bentuk logika.
c. Tahap ketiga disebut periode konkret operasional (sekitar 7-11 tahun). Pada tahap ini
anak mendapatkan struktur logika tertentu yang membuatnya dapat melaksanakan berbagai
macam operasi mental, yang merupakan tindakan terinternalisasi yang dapat dikeluarkan bila
perlu. Anak melaksanakan operasi ini dalam situasi konkret. Operasi adalah hubungan-
hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
d. Tahap keempat disebut periode formal operasional (sekitar 11-15 tahun). Pada tahap ini
operasi mental pada anak tidak lagi terjadi pada objek konkret, tapi juga dapat diaplikasikan
pada kalimat verbal atau logika, yang tidak hanya menjangkau kenyataan melainkan juga
kemungkinan, tidak hanya menjangkau masa kini tetapi juga masa depan.
Jika melihat tahapan-tahapan di atas, anak SD berada dalam tahap kedua dan ketiga.
Sifat khas anak SD sangat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar. Sebagian besar anak SD ini
belum mampu memahami konsep-konsep abstrak. Anak usia SD sudah memiliki kemampuan
untuk berfikir melalui urutan sebab-akibat dan mulai mengenali banyak cara yang bisa
ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber pada indera, karena anak usia SD mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan
antara yang bersifat sementara dan yang bersifat tetap.
Pada masa SD ini disifatkan sebagai masa realisme, yaitu realisme naif (umur 8 sampai 10
tahun) dan realisme kritis (umur 10 sampai 12 tahun). Pada masa SD, aktivitas mental anak
terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya.
6
2. Perkembangan aspek afektif
Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati
yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Kemampuan afektif ini
terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena, yang merupakan
faktor internal individu. Kemampuan ini dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu
pengenalan/penerimaan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian dan
pengamalan. Emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak hampir sama dengan pola
pada awal masa kanak-kanak, perbedaannya terletak pada awal jenis situasi yang
membangkitkan emosi dan bentuk ungkapannya. Perubahan tersebut lebih merupakan akibat
dari meluasnya pengalaman dan belajarnya dari pada proses pematangan diri. Dengan
bertambah besarnya badan, anak-anak mulai mengungkapkan amarah dalam bentuk murung,
menggerutu, dan berbagai ungkapan kasar.
Pada masa akhir kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang
hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya
emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak sulit dihadapi.
Meningginya emosi tersebut dapat disebabkan karena kesadaran fisik dan lingkungan,
misalnya karena sakit atau lelah dan karena keadaan keluarga yang mengalami keretakan,
kematian atau perceraian.
Perkembangan nilai, moral, dan sikap banyak terjadi melalui warna khas sesuai
karakteristik perkembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan
internalisasi nilai-nilai, moral, dan sikap banyak terjadi melalui identifikasi dengan orang-
orang yang dianggap sebagai model.
7
Dalam tahap perkembangannya, peserta didik usia SMP berada pada periode
perkembangan yang sangat pesat dari segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan
tersebut yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu perkembangan aspek kognitif, afktif,
dan psikomotorik.
8
e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil resiko.
f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang
lain.
2. Tahap asosiatif
Pada tahap ini peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk
memikirkan tentang gerakan-gerakan yang akan dilakukannya. Mereka mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah
dikenalnya. Tahap ini merupakan tahap pertengahan dalam perkembangan aspek
psikomotorik peserta didik. Gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan
gerakan-gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini anak berfikir untuk melakukan
gerakan yang akan dilakukannya lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada
tahap kognitif. Karena waktu yang digunakan relatif pendek, maka gerakan-
gerakannya sudah mulai tidak kaku dan lambat.
3. Tahap otonomi
Pada tahap ini peserta didik telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi.
Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun mereka tetap dapat memperbaiki
gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi dikarenakan
peserta didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-
gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan mereka telah dilakukan secara spontan
sehingga gerakan-gerakan yang dilakukannya tidak harus dipikirkanya terlebih
dahulu.
9
3. Perkembangan Peserta Didik Periode Sekolah Menengah Atas (SMA)
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka
berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa.
Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya
mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang
dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.
Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu
meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis,
perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial tertentu
untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan
nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan. Perubahan-perubahan tersebut
akhirnya berdampak pada perkembangan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.
10
Di antara fase-fase tersebut juga terdapat fase pubertas (11/12-16 tahun) yang
terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Pergolakan emosi
yang terjadi pada remaja tidak lepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh
lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-
aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan
lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka tertuntut untuk menyesuaikan diri
secara efektif. Proses penyesuaian diri tersebut tak jarang menimbulkan masalah bagi remaja,
misalnya remaja menjadi sering melamun, mudah marah, dan menginginkan kebebasan tanpa
batas pada dirinya. Sehubungan dengan emosi remaja yang sering melamun dan sulit diterka,
maka satu-satunya upaya yang dapat guru lakukan adalah memperlakukan peserta didik seprti
orang dewasa yang penuh dengan rasa tanggung jawab moral. Dalam hal ini, guru dapat
membantu mereka bertingkah laku progresif untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan
atau tugas-tugas sekolahnya. Salah satu cara yang mendasarinya adalah dengan memotivasi
mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Bila ada ledakan-ledakan kemarahan pada diri
remaja, sebaiknya guru memperkecil ledakan emosi tersebut dengan jalan dan tindakan yang
bijaksana, lemah lembut, merubah pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika
kemarahan peserta didik tetap tak bisa diredam, guru dapat meminta bantuan kepada petugas
bimbingan konseling.Bertambahnya kebebasan pada para remaja bagaikan menambah “bahan
bakar terhadap api”, jika keinginan-keinginannya dihambat atau dirintangi oleh orang tua dan
gurunya. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meminta peserta didik
mendiskusikan perasaan-perasaan mereka. Penting bagi guru untuk memahami alasan-alasan
pemberontakkan mereka dan guru harus menekankan pentingnya bagi remaja untuk
mengendalikan dirinya karena hidup di masyarakat harus menghormati dan menghargai
keterbatasan-keterbatasan dan kebebasan individu.
3. Perkembangan aspek psikomotorik
Kemampuan psikomotorik ini berkaitan dengan keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otak. Perkembangan psikomotorik yang dilalui oleh peserta didik SMA memiliki
kekhususan yang antara lain ditandai oleh perubahan-perubahan ukuran tubuh, ciri kelamin
yang primer, dan ciri kelamin yang sekunder. Perubahan-perubahan tersebut dikelompokkan
dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala umum dalam pertumbuhan
peserta didik SMA. Perubahan-perubahan fisik tersebut bukan hanya berhubungan dengan
bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh saja, akan tetapi juga meliputi
ciri-ciri yang terdapat pada kelamin primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut pada
umumnya mengikuti irama tertentu. Hal ini terjadi karena pengaruh faktor keluarga, gizi,
emosi, jenis kelamin, dan kesehatan.
Peubahan-perubahan yang dialami peserta didik SMA mempengaruhi perkembangan
tingkah laku yang ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri
mereka, isolasi diri dan kelompok dari pergaulan, perilaku emosional, imitasi berlebihan, dan
lain-lain.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakiakat perserta didik dapat berupa perkembangan dan juga pertumbuhan.
Perkembangan adalah suatu proses yang mempengaruhi fungsi organ di setiap individu.
Dan pertumbuhan suatu perubahan yang berpengaruh tehadap perubahan fisik dari setiap
individu. Dimana perkembangan dan juga pertumbuhan tersebut akan menghasilakan
suatu kematangan dan juga perubahan. Kematangan yaitu dimana kemampuan dari setiap
individu tersebut terus diasah sehingga menjadi kelebihan pada individu tersebut. dan
perubahan yaitu proses dimana sorang individu mengalami suatu perubahan baik secara
fisik maupun juga sikap. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
factor hereditas dan juga factor lingkungan. Beberapa factor hereditas seperti pewarisan
sifat dari orang tua kepada anaknya,sedangkan factor lingkungan yaitu seperti keluarga ,
teman sebaya , masyarakat sekitar dan lainnya. Didalam perkembangan tersebut tentu saja
sorang individu akan mengalami suatu perkembangan pula, di dalam kemampuan dalam
aspek kognitif , afektif dan juga kemampuan dalam aspek psikomotornya. Di setiap
fasenya dari fase balita hingga dewasa aspek – aspek tersebut tentu saja mengalami
perubahan.
3.2 Saran
Hal yang dapat disarankan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu agar penulis
mepelajari lebih dalam lagi mengenai peserta didik serta penulis menambah lagi referensi
dari materi - materi yang didapatkan dapat lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dhichi. (6 Agustus 2015). “Latar Belakang Pesrta Didik”. Dimuat pada
http://dhichie.blogspot.com/2015/08/makalah-perkembangan-peserta-didik.html. Diakses
pada 7 Agustus 2019.
Karya tulis. ( Juni 2015). “Perkembangan Peserta didik”. Dimuat pada
https://www.karyatulisku.com/2016/05/perkembangan-peserta-didik.html. Diakses pada 7
Agustus 2019.
13