Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATA KULIAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU:
P. Wayan Arta Suyasa, S.Pd, M,Pd

Oleh:
Ketut Nova Wirya Dinata 1915051073
Gede Indra Werdi Sanjaya 1915051047
Risky Ariyanta Tarigan 1915051004
I Putu Bastian Adi Putra 1915051103
Made Angga Permana 1915051099
Vina Velina 1915051080
Putu Evi Susita Dewi 1915051098
Putu Angga Permana Putra 1915051011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Om Suastiastu,
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa,karena atas Asung
Kerta Wara Nugrahanya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dan tanpa masalah yang berarti.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pengempu mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik, Bapak P. Wayan Arta Suyasa, S.Pd, M.Pd karena atas materi yang beliau
berikan,sehingga membantu penulis didalam menyusun makalah ini. Tak lupa juga penulis
berterimakasih kepada segenap pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang
penulis susun masih banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis makalah ini menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan makalah yang penulis susun,penulis berharap dapat membantu mahasiswa
dan masyarakat umum di dalam mengetahui dan memahami mengenai perkembangan peserta
didik .Demikianlah yang bisa penulis sampaikan,semoga dengan makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk mahasiswa dan
masyarakat.
Om, Santih,Santih,Santih, Om

Singaraja, 11April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
YDAFTAR TABEL......................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
1.4 Manfaat..................................................................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Perkembangan Peserta Didik....................................................................................3
2.2 Faktor Hereditas dan Lingkungan Pada Perkembangan........................................................3
2.3 Perkembangan Peserta Didik.................................................................................................6
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peserta didik adalah setiap manusia yang ingin mengembangkan diri dalam
suatu proses pendidikan baik itu formal maupun non formal. Peserta didik merupakan
makhluk social, dimana dalam proses pengembangan diri dan juga dalam proses
pendidikan tersebut sangat diperlukan orang lain untuk mendapatkan suatu
perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan – perubahan yang
dialami oleh setiap individu menuju kedewasaaan yang berlangsung secara bertahap.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik maupun fsikis.
Dalam perkembangannya tersebut , sebagai makhluk social, interaksi dan juga
pertukaran pendapat anatara sesama peserta didik sangat berpengaruh. Pada saat
interaksi anatara sesama peserta didik terjadi, maka akan muncul kemampuan social
yang terdapat dalam diri masing – masing peserta didik. Kemampuan social ini seperti
peserta didik mampu dalam mengatur rasa emosionalnya dan juga dapat memiliki rasa
peduli antara sesama temannya. Setiap peserta didik tentu saja memiliki cara yang
berbeda-beda didalam proses perkembangannya dan juga terdapat factor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik di dalam perkembangannya tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah hakikat perkembangan peserta didik ?
1.2.2 Bagaimanakah factor hereditas dan lingkungan dalam perkembangan pesrta
didik ?
1.2.3 Bagaimakah proses dari perkembangan peserta didik ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hakikat dari perkembangan peserta didik
1.3.2 Mengetahui factor hereditas dan lingkungan dalam perkembangan peserta didik
1.2.3 Mengetahui proses dari perkembangan peserta didik
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktis bagi pembaca, penulis dan pihak lainnya. Secara teoritis makalah
ini berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
Pendidikan yang membahas mengenai pemahaman tentang perkembangan peserta didik,
hasil dari makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai objek media penyampaian informasi hasil karya penulis yang
ditujukan kepada para pembaca mengenai perkembangan peserta didik.
2. Pembaca, sebagai media informasi di dalam mempelajari mengenai pemahaman
perkembangan peserta didik.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat perkembangan peserta didik
Perkembangan menurut Santrock dan Yussen (1992) adalah pola perubahan individu
yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlangsung sepanjang hayat. Sedangkan
menurut Syamsu Yusuf, Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
pada diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)
menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis
progresif, dan berkesinambungan. Contoh dari adanya sutu perkembangan yaitu
seseorang anak yang dapat berbicara dengan lancar.

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan dalam aspek jasmaniah seperti berubahnya


struktur tulang, tinggi, dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan
syaraf, dan lain lain. Sedangkan menurut Witherington dan Hurlock, istilah pertumbuhan
dapat pula mencakup perubahan secara psikis jika perubahan tersebut munculnya sesuatu
fungsi yang baru seperti munculnya kemampuan berfikir, simbolik, munculnya kemampuan
berpikir abstrak, munculnya perasaan birahi terhadap lawan jenis. Contoh dari adanya suatu
pertumbuhan dari seorang anak yaitu bertambahnya tinggi badan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek


fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Dimana
keduanya berjalan secara berkesinambungan dalam tubuh manusia. Dalam suatu
perkembangan dan pertumbuhan tersebut akan menghasilkan sebuah hasil yang dinamakan
sebuah kematangan dari anak tersebut. sebagai contoh seperti anak pada usia lima tahun yang
sedang belajar membaca, pada saat pertama kali ia belajar membaca, ia masih terbata-bata.
Namun, dengan seiring berjalannya waktu dan kemapuan membacanya terus diasah maka
anak tersebut akan mahir dalam hal membaca. Hal tersebutlah yang disebut dengan
kematangan. Selain kematangan, dalam diri setiap individu pasti akan mengalami sebuah
perubahan bak itu secara psikis dan juga secara fisik. Perubahan secara fisik tersebut tentu
saja dipengaruhi karena adanya pertumbuhan balam diri setiap individu. Namun perubahan
psikis dapat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan juga hereditas.

2.2 Faktor hereditas dan juga lingkungan dalam perkembangan

Faktor hereditas adalah factor yang pertama yang berpengaruh terhadap


perkembangan anak. Dimana factor ini merupakan warisan gen yang diturunkan dari orang
tua kepada anaknya baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan orang tua melalui gen – gen. Penurunan sifat – sifat dari orang tua
menganut prinsip reproduksi , konformitas , variasi, dan regresi fillial. Warisan – warisan
keturunan dari bapak , ibu , kakek , nenek yang tidak dapat direkayasa adalah sebagai berikut:
1.Bentuk tubuh dan warna kulit

2
Sebagai contoh dari pewarisan bentuk tubuh dan warna kulit adalah misalnya da anak
yang memiliki rambut kriting , maka bagaimanapun dia mengusahakan agar tidak kriting ,
akan kembali kriting. Selain itu jika da seorang anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk
seperti ibunya , maka dia akan sukar untuk menjadi kurus , tetapi sedikit makan saja anak
tersebut bisa bertambah gemuk.
2.Sifat – sifat
Sifat – sifat merupakan hal yang di wariskan dari orang tua ataupun kakek dan nenek.
Misalnya adalah sifat boros , kikir , penyabar , hemat. Sifat sangat berbeda dengan
kebiasaan , sifat sangat sukar dirubah , sedangkan kebiasaan dapat dirubah jika ada suatu niat
yang sungguh – sungguh. Bagi pendidik , jika mengetahui sifat atau watak secara mendalam
akan sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya adalah anak yang minder
perlu di bangkitkan semangatnya dan kepercayaan dirinya agar jiwanya tak tertekan.
3.Intelegensi
Istilah intelegensi berasal dari kata latin Intelligence yang berarti menghubungkan
atau menyatukan satu sama lain (walgoti, 1997). Sehingga dapat diartikan pula , intelegensi
adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap situuasi
dan masalah. Intelegensi seseorang dapat di ketahui secara tepat dengan tes intelegensi.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (intelegensi Quotient)
4. .Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan
yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya adalah suatu keterampilan,
misalnya dalam bidang seni musik , seni rupa , seni tari , dsb. Jika anak memiliki bakat dari
orang tuanya atau kakeknya ataupun neneknya , tetapi anak tersebut tidak dapat atau tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkannya maka bakat tersebut tidak akan berkembang
atau sering di sebut dengan bakat terpendam. Pada umumnya anak memiliki bakat apa akan
di ketahuin oleh orang tuanya sejak kecil , karena anak tersebut akan senang melakukan hal
tersebut . Nah , dalam pendidikan , jika anak mendapatkan nilai 9-10 pada suatu mata
pelajaran , berarti dapat disimpulkan bahwa anak tersebut memilki bakat pada bidang ilmu
tersebut.
5.Penyakit
Ada penyakit yang merupakan pembawaan sejak lahir yang dapat memperlambat
perkembangan anak. Penyakit tersebut antara lain adalah penyakit kebutaan , syaraf ,
hemofilia. Penyakit – penyakit tersebut merupakan suatu penyakit keturunan.
Faktor lingkungan adalah factor dimana anak tersebut dibesarkan dan juga bertumbuh
kembang. Factor – factor seperti keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak , sekolah
tempat mendidik , masyarakat tempat anak bergaul , dan keadaan sekitar dengan iklimnya ,
faunanya dan floranya. Lingkungan memiliki faktor yang penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan anak , karena setiap hari yang di lihat dan dihadapi adalah lingkungan.

3
Lingkungan akan mempengaruhi seseorang bergantung pada keadaan lingkungan anak itu
sendiri, jasmaninya serta rohaninya.
1.Keluarga
Keluarga memilki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak,
karena keluarga adalah tempat diasuh dan di besarkannya seorang anak .Anak yang
dibesarkan dalam keluarga yang mapan dan mampu maka akan memiliki kesehatan yang baik
serta pertumbuhannya yang cepat bila dibandingkan dengan anak yang di besarkan dalam
keluarga yang tidak mampu. Selain itu. anak yang memilki orang tua yang berpendidikan ,
maka akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
2.Sekolah
Sekolah merupakan pendidikan formal yang didapatkan anak, yang mana secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka
membantu siswa mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral – spiritual ,
intelektual , emosional maupun sosial. Anak yang tidak pernah bersekolah , akan memiliki
keterbatasan dalam ilmu yang dimilki. Anak yang bersekolah , akan memiliki wawasan yang
luas , dan memiliki cara pandang dan berfikir yang berbeda dengan anak yang tidak pernah
merasakan bangku sekolah. Karena di sekolah anak dapat mengembangkan bakatnya , serta
dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan.
3.Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Kondisi orang – orang di
lingkungan sekitar anak juga mempengaruhi perkembangan anak. Anak yang di lahirkan di
kota , akan berbeda pemikirannya dengan anak yang dilahirkan di desa. Anak kota umumnya
bersifat aktif dan dinamis , sedangkan anak desa umunya lamban dan statis. Keadaan yang
berbeda dari anak desa dan kota itu disebabkan karena lingkungan masyarakat desa dan kota
berbeda.

4.Teman sebaya
Perubahan dalam sturktur masyarakat menyebabkan pengaruh peran teman sebaya
menjadi sangat penting. Teman sebaya adalah salah satu factor yang mempengaruhi
perkembangan pada anak karena teman sebaya adalah tempat dimana anak – anak tersebut
akan bergaul dan juga berbagi cerita anatara sesama. Teman sebaya juga sangat penting
karena merekalah yang akan mengerti kondisi dan juga keadaaan dari anak tersebut.
5.Keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar juga mempengaruhi keadaan anak. Anak daerah pegunungan
cenderung akan bersifat lebih keras dari anak daerah pantai.Perbedaan tersebut adalah akibat
dari keadaan alam sekitar anak tersebut yang berbeda, yang mana dapat mempengaruhi
perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.

4
Antara hereditas dan lingkungan terjadi saling keterkaitan dan terjadi interaksi. Setiap
factor hereditas berjalan berbeda – beda menurut keadaan lingkungan masing – masing.
Hereditas dan lingkungan memilki peran yang sama pentingnya dalam perkembangan dan
pertumbuhan.
2.3 Perkembangan peserta didik

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas


fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga
penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan
berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses pertumbuhan seringkali
akan berhenti jika seseorang telah mencapai kematangan fisik.

1. Perkembangan Peserta Didik Priode Sekolah Dasar (SD)


Dalam psikologi perkembangan, usia peserta didik di SD berada dalam periode late
childhood (akhir masa kanak-kanak), kira-kira berada dalam rentan usia antara enam-tujuh
tahun sampai tiba saatnya anak menjadi matang secara biologis sekitar usia tiga belas tahun.
Periode ini ditandai dengan kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial anak.
Pada saat anak masuk ke kelas satu, perubahan besar dalam kehidupan anak terjadi.
Mereka dihadapkan pada suasana lingkungan baru yang menuntut mereka untuk dapat
menyesuaikan diri. Secara psikologis dalam situasi tersebut kebanyakan anak berada dalam
keadaan tidak seimbang, anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup
dan bekerja sama. Masuk ke kelas satu merupakan peristiwa penting dalam kehidupan setiap
anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Hal yang
sama juga terjadi pada setahun atau dua tahun terakhir pada masa kanak-kanak (late
childhood). Dalam masa ini terjadi perubahan fisik yang menonjol yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku karena menjelang berakhirnya periode ini anak
mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk memasuki masa remaja.
Karakteristik masa akhir kanak-kanak biasa diidentikkan dengan sebutan-sebutan
untuk menandai kecenderungan umum yang terjadi pada masa ini, misalnya usia yang
menyulitkan, usia tidak rapi, usia bertengkar, usia kelompok, usia penyesuaian diri, usia
kreatif dan kritis, dan usia bermain. Karakteristik anak-anak yang hampir bersifat universal
pada periode SD ini antara lain :
1.      Meningginya emosi yang intensitasnya sering bergantung pada tingkat perubahan fisik
dan psikologis.
2.      Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
dimainkan dan menimbulkan masalah baru.
3.      Terjadi perubahan nilai-nilai dikarenakan perubahan minat dan perilakunya.

5
Kesemua perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan aspek
kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan), maupun psikomotorik (gerak).
1.      Perkembangan aspek kognitif
Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir, mencangkup
kemampuan intelektual mulai dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan
memecahkan masalah. Kemampuan kognitif dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu
pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak terjadi melalui urutan yang berbeda. Tahapan
ini membantu menerangkan cara anak berfikir, menyimpan informasi, dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Menurut Jean Piaget terdapat empat tahapan perkembangan kognitif
pada anak-anak, antara lain :
a.       Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (sekitar 0-2 tahun). Pada tahap ini
anak (bayi) menggunakan alat indera dan kemampuan motorik untuk memahami dunia
sekitarnya.
b.      Tahap kedua disebut periode praoperasional (sekitar 2-7 tahun). Pada tahap ini anak
dapat membuat penyesuaian perseptual dan motorik terhadap objek dan kejadian yang
direpresentasikan dalam bentuk simbol (bayangan mental, kata-kata, isyarat) dalam
meningkatkan bentuk logika.
c.       Tahap ketiga disebut periode konkret operasional (sekitar 7-11 tahun). Pada tahap ini
anak mendapatkan struktur logika tertentu yang membuatnya dapat melaksanakan berbagai
macam operasi mental, yang merupakan tindakan terinternalisasi yang dapat dikeluarkan bila
perlu. Anak melaksanakan operasi ini dalam situasi konkret. Operasi adalah hubungan-
hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
d.      Tahap keempat disebut periode formal operasional (sekitar 11-15 tahun). Pada tahap ini
operasi mental pada anak tidak lagi terjadi pada objek konkret, tapi juga dapat diaplikasikan
pada kalimat verbal atau logika, yang tidak hanya menjangkau kenyataan melainkan juga
kemungkinan, tidak hanya menjangkau masa kini tetapi juga masa depan.
Jika melihat tahapan-tahapan di atas, anak SD berada dalam tahap kedua dan ketiga.
Sifat khas anak SD sangat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar. Sebagian besar anak SD ini
belum mampu memahami konsep-konsep abstrak. Anak usia SD sudah memiliki kemampuan
untuk berfikir melalui urutan sebab-akibat dan mulai mengenali banyak cara yang bisa
ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber pada indera, karena anak usia SD mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan
antara yang bersifat sementara dan yang bersifat tetap.
Pada masa SD ini disifatkan sebagai masa realisme, yaitu realisme naif (umur 8 sampai 10
tahun) dan realisme kritis (umur 10 sampai 12 tahun). Pada masa SD, aktivitas mental anak
terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya.

6
2.      Perkembangan aspek afektif
Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati
yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Kemampuan afektif ini
terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena, yang merupakan
faktor internal individu. Kemampuan ini dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu
pengenalan/penerimaan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian dan
pengamalan. Emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak hampir sama dengan pola
pada awal masa kanak-kanak, perbedaannya terletak pada awal jenis situasi yang
membangkitkan emosi dan bentuk ungkapannya. Perubahan tersebut lebih merupakan akibat
dari meluasnya pengalaman dan belajarnya dari pada proses pematangan diri. Dengan
bertambah besarnya badan, anak-anak mulai mengungkapkan amarah dalam bentuk murung,
menggerutu, dan berbagai ungkapan kasar.
Pada masa akhir kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang
hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya
emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak sulit dihadapi.
Meningginya emosi tersebut dapat disebabkan karena kesadaran fisik dan lingkungan,
misalnya karena sakit atau lelah dan karena keadaan keluarga yang mengalami keretakan,
kematian atau perceraian.
Perkembangan nilai, moral, dan sikap banyak terjadi melalui warna khas sesuai
karakteristik perkembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan
internalisasi nilai-nilai, moral, dan sikap banyak terjadi melalui identifikasi dengan orang-
orang yang dianggap sebagai model.

3.      Perkembangan aspek psikomotorik


Perkembangan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan motorik, yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otak. Kemampuan ini terdiri dari lima kelompok, antara lain meniru, memanipulasi,
akurasi gerak, artikulasi, dan naturalisasi/otonomisasi. Perkembangan psikomotorik peserta
didik SD memiliki kekhususan antara lain ditandai dengan perubahan-perubahan ukuran
tubuh dan proporsi tubuh. Tingkat sosial-ekonomi orang tua juga berpengaruh terhadap anak.
Anak yang berasal dari tingkat sosial-ekonomi atas cenderung mempunyai keterampilan yang
lebih tinggi dibandingkan anak yang berasal dari tingkat sosial-ekonomi yang rendah.
Keterampilan yang dipelajari lebih terpusat pada keterampilan menolong yang bersifat sendiri
dan sosial, sedangkan anak dari tingkat sosial-ekonomi menengah dan atas terpusat pada
kelompok keterampilan bermain.

2. Perkembangan Peserta Didik Periode Sekolah Menengah Pertama (SMP)

7
Dalam tahap perkembangannya, peserta didik usia SMP berada pada periode
perkembangan yang sangat pesat dari segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan
tersebut yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu perkembangan aspek kognitif, afktif,
dan psikomotorik.

1.      Perkembangan aspek kognitif


Menurut Piaget anak-anak SMP, yaitu usia 11-15 tahun berada pada periode formal
operasional. Pada tahap ini operasi mental pada anak tidak lagi terjadi pada objek konkret,
tapi juga dapat diaplikasikan pada kalimat verbal atau logika, yang tidak hanya menjangkau
kenyataan melainkan juga kemungkinan, tidak hanya menjangkau masa kini tetapi juga masa
depan.Dengan demikian pada tahap ini peserta didik sudah dapat berfikir secara abstrak dan
hipotetis sehingga mereka mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi yang
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak.
Peserta didik pada tahap formal operasional dapat mengintegrasikan apa yang telah
mereka pelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa
depan. Mereka juga mampu berfikir secara sistematik, mampu berfikir bukan hanya dalam
apa yang terjadi tetapi berfikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi.
2.      Perkembangan aspek afektif
Keberhasilan proses pendidikan juga ditentukan oleh keberhasilan dalam
perkembangan aspek afektif peserta didik. Belum memberikan definisi tentang aspek afektif
yang terbagi atas lima tataran afektif yang berimplikasi pada peserta didik di SMP sebagai
berikut :
a.       Sadar akan situasi, fenomena di masyarakat dan objek di sekitarnya.
b.      Responsih terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka.
c.       Mampu menilai.
d.      Sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem dan menentukan
hubungan di antara nilai-nilai yang ada.
e.       Sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut.
Faktor individu yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting
dalam penguasaan materi pendidikan meliputi :
a.       Self-esteem, yaitu penghargaan seseorang yang diberikan seseorang kepada dirinya.
b.      Inhibition,yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
c.       Anxiety, yaitu kecemasan yang meliputi rasa frustasi, khawatir, tegang, dan
sebagainya.
d.       Motivastion, merupakan dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.

8
e.       Risk-taking, yaitu keberanian mengambil resiko.
f.       Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang
lain.

3.      Perkembangan aspek psikomotorik


Perkembangan aspek psikomotorik ini juga merupakan salah satu aspek yang perlu
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek-aspek psikomotorik peserta didik SMP melalui
tahap-tahap berikut ini :
1.      Tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Hal ini
terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-
gerakannya. Mereka harus berfikir terlebih dahulu sebelum melakukan suatu gerakan. Pada
tahap ini peserta didik sering membuat kesalahan yang kadang-kadang membuat mereka
merasa frustasi. Melakukan kesalahan atau percobaan merupakan hal yang penting dalam
proses pendidikan. Seseorang yang pernah melakukan suatu kesalahan diharapkan dapat
mengambil pelajaran dari segala hal yang terjadi.

2.      Tahap asosiatif
Pada tahap ini peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk
memikirkan tentang gerakan-gerakan yang akan dilakukannya. Mereka mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah
dikenalnya. Tahap ini merupakan tahap pertengahan dalam perkembangan aspek
psikomotorik peserta didik. Gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan
gerakan-gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini anak berfikir untuk melakukan
gerakan yang akan dilakukannya lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada
tahap kognitif. Karena waktu yang digunakan relatif pendek, maka gerakan-
gerakannya sudah mulai tidak kaku dan lambat.
3.      Tahap otonomi
Pada tahap ini peserta didik telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi.
Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun mereka tetap dapat memperbaiki
gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi dikarenakan
peserta didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-
gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan mereka telah dilakukan secara spontan
sehingga gerakan-gerakan yang dilakukannya tidak harus dipikirkanya terlebih
dahulu.

9
3. Perkembangan Peserta Didik Periode Sekolah Menengah Atas (SMA)
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka
berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa.
Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya
mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang
dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.
Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu
meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis,
perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial tertentu
untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan
nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan. Perubahan-perubahan tersebut
akhirnya berdampak pada perkembangan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.

1.      Perkembangan aspek kognitif


Pada masa remaja terjadi kematangan intelektualitas yang berkembang bersamaan
dengan kematangan organ seksualnya. Selain terjadi perubahan fisik dan sosial, juga terjadi
perubahan dalam cara berfikir dan pengolahan informasi. Pada saat remaja mereka
mengalami periode individualisasi, di mana mereka mengembangkan identitas diri mereka
dan membentuk pendapat sendiri yang mungkin berbeda dengan orang tuanya. Mereka
mengalami deidelalisasi terhadap orang tua. Remaja mulai menyadari bahwa orang tua
mereka tidak selalu benar. Akibatnya, sering terjadi konflik antara orang tua dan anak remaja,
yang umumnya berkisar pada perbedaan antara orang tua dan anak remaja tentang bagaimana
mereka memandang dan mendefinisikan aturan keluarga dan aturan sosial lainnya.
Remaja mulai merasa bahwa pemecahan masalah merupakan pilihan pribadi, bukan
pendapat orang tua. Meskipun konflik di atas dapat menimbulkan masalah, tapi hal tersebut
merupakan perkembangan yang normal, bukan merupakan suatu ancaman terhadap hubungan
antara orang tua dan anak. Selain harus berfikir kritis, hendaknya remaja juga menyadari
bahwa mereka harus menghargai orang tuanya dan tetapt meminta nasehat-nasehatnya. Oleh
karena itu konflik antara mereka akan menjadi proses untuk menjadi orang dewasa bagi anak.
2.      Perkembangan aspek afektif
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress, yaitu terjadinya pergolakan emosi
yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang
bervariasi. Pada masa remaja (usia 12-21 tahun) terdapat beberapa fase, antara lain :
a.       Fase remaja awal (12-15 tahun)
b.      Fase remaja pertengahan (15-18 tahun)
c.       Fase remaja akhir (18-21 tahun)

10
Di antara fase-fase tersebut juga terdapat fase pubertas (11/12-16 tahun) yang
terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Pergolakan emosi
yang terjadi pada remaja tidak lepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh
lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-
aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan
lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka tertuntut untuk menyesuaikan diri
secara efektif. Proses penyesuaian diri tersebut tak jarang menimbulkan masalah bagi remaja,
misalnya remaja menjadi sering melamun, mudah marah, dan menginginkan kebebasan tanpa
batas pada dirinya. Sehubungan dengan emosi remaja yang sering melamun dan sulit diterka,
maka satu-satunya upaya yang dapat guru lakukan adalah memperlakukan peserta didik seprti
orang dewasa yang penuh dengan rasa tanggung jawab moral. Dalam hal ini, guru dapat
membantu mereka bertingkah laku progresif untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan
atau tugas-tugas sekolahnya. Salah satu cara yang mendasarinya adalah dengan memotivasi
mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Bila ada ledakan-ledakan kemarahan pada diri
remaja, sebaiknya guru memperkecil ledakan emosi tersebut dengan jalan dan tindakan yang
bijaksana, lemah lembut, merubah pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika
kemarahan peserta didik tetap tak bisa diredam, guru dapat meminta bantuan kepada petugas
bimbingan konseling.Bertambahnya kebebasan pada para remaja bagaikan menambah “bahan
bakar terhadap api”, jika keinginan-keinginannya dihambat atau dirintangi oleh orang tua dan
gurunya. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meminta peserta didik
mendiskusikan perasaan-perasaan mereka. Penting bagi guru untuk memahami alasan-alasan
pemberontakkan mereka dan guru harus menekankan pentingnya bagi remaja untuk
mengendalikan dirinya karena hidup di masyarakat harus menghormati dan menghargai
keterbatasan-keterbatasan dan kebebasan individu.
3.      Perkembangan aspek psikomotorik
Kemampuan psikomotorik ini berkaitan dengan keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otak. Perkembangan psikomotorik yang dilalui oleh peserta didik SMA memiliki
kekhususan yang antara lain ditandai oleh perubahan-perubahan ukuran tubuh, ciri kelamin
yang primer, dan ciri kelamin yang sekunder. Perubahan-perubahan tersebut dikelompokkan
dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala umum dalam pertumbuhan
peserta didik SMA. Perubahan-perubahan fisik tersebut bukan hanya berhubungan dengan
bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh saja, akan tetapi juga meliputi
ciri-ciri yang terdapat pada kelamin primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut pada
umumnya mengikuti irama tertentu. Hal ini terjadi karena pengaruh faktor keluarga, gizi,
emosi, jenis kelamin, dan kesehatan.
Peubahan-perubahan yang dialami peserta didik SMA mempengaruhi perkembangan
tingkah laku yang ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri
mereka, isolasi diri dan kelompok dari pergaulan, perilaku emosional, imitasi berlebihan, dan
lain-lain.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakiakat perserta didik dapat berupa perkembangan dan juga pertumbuhan.
Perkembangan adalah suatu proses yang mempengaruhi fungsi organ di setiap individu.
Dan pertumbuhan suatu perubahan yang berpengaruh tehadap perubahan fisik dari setiap
individu. Dimana perkembangan dan juga pertumbuhan tersebut akan menghasilakan
suatu kematangan dan juga perubahan. Kematangan yaitu dimana kemampuan dari setiap
individu tersebut terus diasah sehingga menjadi kelebihan pada individu tersebut. dan
perubahan yaitu proses dimana sorang individu mengalami suatu perubahan baik secara
fisik maupun juga sikap. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
factor hereditas dan juga factor lingkungan. Beberapa factor hereditas seperti pewarisan
sifat dari orang tua kepada anaknya,sedangkan factor lingkungan yaitu seperti keluarga ,
teman sebaya , masyarakat sekitar dan lainnya. Didalam perkembangan tersebut tentu saja
sorang individu akan mengalami suatu perkembangan pula, di dalam kemampuan dalam
aspek kognitif , afektif dan juga kemampuan dalam aspek psikomotornya. Di setiap
fasenya dari fase balita hingga dewasa aspek – aspek tersebut tentu saja mengalami
perubahan.
3.2 Saran
Hal yang dapat disarankan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu agar penulis
mepelajari lebih dalam lagi mengenai peserta didik serta penulis menambah lagi referensi
dari materi - materi yang didapatkan dapat lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dhichi. (6 Agustus 2015). “Latar Belakang Pesrta Didik”. Dimuat pada
http://dhichie.blogspot.com/2015/08/makalah-perkembangan-peserta-didik.html. Diakses
pada 7 Agustus 2019.
Karya tulis. ( Juni 2015). “Perkembangan Peserta didik”. Dimuat pada
https://www.karyatulisku.com/2016/05/perkembangan-peserta-didik.html. Diakses pada 7
Agustus 2019.

Hujjahhanifa. ( Juni 2017). “Hakikat Pesrta Didik”. Dimuat pada


http://hujjahhanifa.blogspot.com/2017/06/hakikat-perkembangan-peserta-didik.html.
Diakses pada 7 Agustus 2019

Kompasiana. ( 26 Juni 2015). “Faktor Hereditas dan Lingkungan pada


Perkembangan Peserta Didik”. Dimuat pada
https://www.kompasiana.com/donad.donad/55003887813311a219fa73ae/faktor-hereditas-
dalam-perkembangan-anak. Diakses pada 7 Agustus 2019.
.

13

Anda mungkin juga menyukai