Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KEJURUAN

THE OECD LEARNING COMPASS 2030

OLEH :

NAMA : MARCEL PRASTIKO ARTHANA


NIM : 1915051013
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SINGARAJA
2019
A. Mengenai pemaknaan gambar tersebut :

OECD Learning Compass 2030 (OECD, Learning Compass 2030, 2019)


adalah kerangka kerja pembelajaran yang berkembang yang menetapkan visi
aspirasi untuk masa depan pendidikan. Ini memberikan titik-titik orientasi menuju
masa depan yang kita inginkan: kesejahteraan individu dan kolektif. Metafora
kompas pembelajaran diadopsi untuk menekankan perlunya siswa belajar
menavigasi sendiri melalui konteks yang tidak dikenal.

Dengan menggunakan OECD Learning Compass 2030, Siswa diharapkan


akan dapat bertahan dan melalui berbagai macam kondisi dengan berbagai
kompetensi, pondasi diri, kemampuan beradaptasi dan lain sebagainya. Tujuannya
menunjukan cara siswa dapat menavigasi (panduan/pedoman) melalui ekosistem
yang tidak pasti dan cepat berubah membentuk masa depan yang kita ingin kan.
B. Analisis pemaknaan dari gambar tersebut :

 Megatrends influencing the future of education

Masa depan, menurut definisi, tidak dapat diprediksi; tetapi dengan menjadi
terbiasa dengan beberapa tren yang sekarang melanda dunia kita dapat belajar
- dan membantu anak-anak kita belajar - untuk beradaptasi, berkembang dan
bahkan membentuk apa pun yang ada di masa depan. Siswa membutuhkan
dukungan dalam mengembangkan tidak hanya pengetahuan dan keterampilan
tetapi juga sikap dan nilai-nilai yang dapat membimbing mereka menuju
tindakan yang etis dan bertanggung jawab. Pada saat yang sama, mereka
membutuhkan peluang untuk mengembangkan kecerdasan kreatif mereka
untuk membantu mendorong umat manusia menuju masa depan yang cerah.

 Student Agency for 2030

Lembaga siswa untuk tahun 2030 berakar pada keyakinan bahwa siswa
memiliki kemampuan dan kemauan untuk memengaruhi kehidupan mereka
sendiri dan dunia di sekitar mereka secara positif. Lembaga siswa
didefinisikan sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, mencerminkan dan
bertindak secara bertanggung jawab untuk melakukan perubahan. Metafora
kompas pembelajaran diadopsi untuk menekankan perlunya siswa belajar
menavigasi sendiri melalui konteks asing dan menemukan arah mereka
dengan cara yang bermakna dan bertanggung jawab, alih-alih hanya
menerima instruksi atau arahan tetap dari guru mereka. Dengan demikian,
konsep agensi pelajar terkait erat dengan OECD Learning Compass 2030.
Agen siswa tidak berarti otonomi siswa atau pilihan siswa. Orang-orang
belajar, tumbuh dan menggunakan hak pilihan mereka dalam konteks sosial.
Dengan demikian, seperti yang diperlihatkan oleh visual, siswa dikelilingi
oleh teman sebaya, guru, keluarga dan komunitas mereka, yang semuanya
berinteraksi dengan dan membimbing siswa menuju kesejahteraan. Ini konsep
agen pendamping.

 Attitudes and Values for 2030


Sikap dan nilai-nilai, komponen kunci dari OECD Learning Compass 2030,
merujuk pada prinsip dan keyakinan yang memengaruhi pilihan, penilaian,
perilaku, dan tindakan seseorang di jalur menuju kesejahteraan individu,
sosial, dan lingkungan.

 Knowledge for 2030

Pengetahuan mencakup konsep dan gagasan teoretis di samping pemahaman


praktis berdasarkan pengalaman telah melakukan tugas-tugas tertentu. OECD
Learning Compass 2030 mengakui empat jenis pengetahuan: disiplin,
interdisipliner, epistemik & prosedural.

 Skills for 2030

Keterampilan adalah kemampuan dan kapasitas untuk melakukan proses dan


dapat menggunakan pengetahuan seseorang secara bertanggung jawab untuk
mencapai suatu tujuan. Mereka melibatkan pengerahan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk memenuhi tuntutan yang kompleks.
OECD Learning Compass 2030 membedakan antara tiga jenis keterampilan:
keterampilan kognitif dan metakognitif; keterampilan sosial dan emosional;
dan keterampilan praktis dan fisik.

 Core Foundations for 2030

Landasan inti untuk tahun 2030 adalah keterampilan dasar, pengetahuan,


sikap dan nilai-nilai yang merupakan prasyarat untuk pembelajaran lebih
lanjut. Mereka memberikan dasar untuk mengembangkan agen siswa dan
kompetensi transformatif. Mereka termasuk:

- fondasi kognitif, yang mencakup literasi dan berhitung, yang di atasnya


literasi digital dan literasi data dapat dibangun

- Yayasan kesehatan, termasuk kesehatan fisik dan mental, dan kesejahteraan

- Yayasan sosial dan emosional, termasuk moral dan etika.

Pengetahuan inti, keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk tahun 2030


tidak hanya mencakup huruf dan berhitung, tetapi juga melek data dan
digital, kesehatan fisik dan mental, dan keterampilan sosial dan emosional.
Semua ini semakin diakui sebagai hal yang esensial untuk berkembang di
abad ke-21, dan sebagai aspek penting dari kecerdasan manusia. Kompetensi
dapat dibangun di atas fondasi inti ini. Kompetensi adalah konsep holistik
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Proyek
Masa Depan Pendidikan dan Keterampilan OECD 2030 mendefinisikan
kompetensi sebagai lebih dari sekadar "keterampilan". Keterampilan adalah
prasyarat untuk melatih kompetensi. Agar siap dan kompeten untuk tahun
2030, siswa harus dapat menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai mereka untuk bertindak dengan cara yang koheren dan bertanggung
jawab yang mengubah masa depan menjadi lebih baik.

Kompetensi dan pengetahuan bukanlah konsep yang saling bersaing


atau eksklusif. Siswa perlu belajar pengetahuan inti sebagai dasar pemahaman
yang mendasar, mereka juga dapat menunjukkan kompetensi berdasarkan
pengetahuan, dan menggunakan kompetensi mereka yang berkembang untuk
memperbarui dan menerapkan pengetahuan mereka, dan memperdalam
pemahaman mereka. Dengan demikian, konsep kompetensi menyiratkan lebih
dari sekadar perolehan pengetahuan dan keterampilan; ini melibatkan
mobilisasi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai untuk memenuhi
tuntutan kompleks dalam situasi ketidakpastian.

 Anticipation-Action-Reflection (AAR) Cycle

Siklus Anticipation-Action-Reflection (AAR) adalah proses belajar yang


berulang-ulang di mana peserta didik terus meningkatkan pemikiran dan
bertindak secara sengaja dan bertanggung jawab, bergerak ke arah tujuan
jangka panjang yang berkontribusi pada kesejahteraan kolektif. Melalui
perencanaan, pengalaman dan refleksi, peserta didik memperdalam
pemahaman mereka dan memperluas perspektif mereka.

 Learning Compass 2030

OECD Learning Compass 2030 adalah kerangka kerja pembelajaran yang


berkembang yang menetapkan visi aspirasi untuk masa depan pendidikan. Ini
memberikan titik-titik orientasi menuju masa depan yang kita inginkan:
kesejahteraan individu dan kolektif. Metafora kompas pembelajaran diadopsi
untuk menekankan perlunya siswa belajar menavigasi sendiri melalui konteks
yang tidak dikenal.

 Transformative Competencies

Untuk memenuhi tantangan abad ke-21, siswa perlu merasa bahwa mereka
dapat membantu membentuk dunia di mana kesejahteraan dan keberlanjutan -
untuk diri mereka sendiri, untuk orang lain, dan untuk planet ini - dapat
dicapai. OECD Learning Compass 2030 mengidentifikasi tiga "kompetensi
transformatif" yang dibutuhkan siswa untuk berkontribusi pada dunia kita dan
membentuk masa depan yang lebih baik: menciptakan nilai baru,
merekonsiliasi ketegangan dan dilema, dan mengambil tanggung jawab.

C. Masalah-masalah pada pendidikan dunia kerja (Learning for Jobs): National


and International perspectives.

1. Vocational education and training has been neglected.

Generasi muda Indonesia sedang berproses untuk mencapai Indonesia


emas tahun 2045 dimana tujuan utama adalah membentuk individu yang kreatif
dan juga bertanggung jawab dan memiliki skill di bidangnya. Vocational
education merupakan jalan yang harus dipilih sebagai generasi muda untuk
masa depan Indonesia yang lebih baik, oleh sebab itu pemerintah harus lebih
memperhatikan dalam bidang pendidikan supaya generasi muda dapat memilih
jalan yang terbaik untuk masa depannya. Vocational education dapat
memainkan peran sentral dalam mempersiapkan kaum muda untuk bekerja,
mengembangkan keterampilan orang dewasa dan menanggapi kebutuhan pasar
tenaga kerja ekonomi. Globalisasi yang semakin meningkat seiring dengan
perkembangan zaman menuntut kita sebagai masyarakat Indonesia harus lebih
produktif dalam Berpendidikan dan juga Berkerja. Jadi kesimpulannya adalah
pemerintah harus mengembangkan hal kreatif pada dunia Pendidikan terutama
Vocational education supaya generasi muda lebih terarah dalam membentuk
pribadi dan juga pengetahuan di dalam dunia kerja, sebab berkerja merupakan
suatu hal yang menjadi rutinitas kehidupan manusia untuk memenuhi
kehidupan manusia itu sendiri.

2. Strong vocational programmes increase competitiveness but many programmes


fail to meet labour market needs.

Vocational education harus memiliki cangkupan bidang yang luas


mengenai tujuan-tujuan yang akan di pelajari. Kreatif memiliki makna yaitu
menciptakan sesuatu yang baru, untuk memenuhi keinginan manusia atau
kebutuhan pasar. Vocational education membentuk kita untuk terampil dalam
suatu pekerjaan tetapi perlu adanya kreatifitas yang dikembangkan, karena
sesuatu yang baru akan menarik konsumen untuk membeli produk tersebut.
Jadi terampil dalam bekerja harus diimbangkan dengan kreatifitas supaya
produk-produk yang dibuat itu sesuai dengan keinginan pasar. Core
Foundations for 2030 menjelaskan bahwa pengetahuan inti, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai untuk tahun 2030 tidak hanya mencakup huruf dan
berhitung, tetapi juga melek data dan digital, kesehatan fisik dan mental, dan
keterampilan sosial dan emosional. Semua ini semakin diakui sebagai hal yang
esensial untuk berkembang di abad ke-21, dan sebagai aspek penting dari
kecerdasan manusia. Kompetensi dapat dibangun di atas fondasi inti ini.
Kompetensi adalah konsep holistik yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai. Proyek Masa Depan Pendidikan dan Keterampilan OECD
2030 mendefinisikan kompetensi sebagai lebih dari sekadar "keterampilan".
Keterampilan adalah prasyarat untuk melatih kompetensi. Agar siap dan
kompeten untuk tahun 2030, siswa harus dapat menggunakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai mereka untuk bertindak dengan cara yang
koheren dan bertanggung jawab yang mengubah masa depan menjadi lebih
baik. Kesimpulannya adalah perlu adanya keseimbangan antara dunia kerja
dengan skill yang di miliki oleh individu tersebut, bekerja dengan terampil
serta memiliki kreatifitas dan pengetahuan yang luas berdampak pada masa
depan yaitu peradaban manusia yang semakin modern dan juga memiliki nilai-
nilai luhur di dalam pribadi individu tersebut.
3. How to bridge the gap between learning and jobs.

Dengan Transformative Competencies, Melalui atau menjalani


kesejahteraan dan keberlanjutan untuk diri individu itu sendiri, untuk orang
lain, dan untuk planet ini. OECD Learning Compass 2030 mengidentifikasi
tiga "kompetensi transformatif" yang dibutuhkan siswa untuk berkontribusi
pada dunia kita dan membentuk masa depan yang lebih baik: menciptakan nilai
baru, merekonsiliasi ketegangan dan dilema, dan mengambil tanggung jawab.
Ketiga kompetensi ini bisa dijadikan jembatan antara pembelajaran dengan
pekerjaan sebab yang pertama adalah menciptakan nilai baru, yang dimaksud
adalah menciptakan sesuatu yang kreatif sehingga perusahaan atau tempat
bekerja itu dapat menilai bahwa individu tersebut dapat menjadi peluang untuk
persaingan kebutuhan pasar karena yang akan dipakai adalah ide kreatifnya, ini
merupakan nilai tambah sebuah perusahaan dalam menerima pelamar pekerja
baru. Yang kedua adalah merekonsiliasi ketengan dan dilema yaitu membentuk
pribadi yang didasari komitmen untuk bekerja dengan baik dan lebih produktif
dan mengurangi beban pribadi yang dapat menghambat bekerja secara
produktif. Yang ketiga adalah berani mengambil tanggung jawab, ini
dimaksudkan agar individu tersebut bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya
dalam bekerja, bekerja harus secara maksimal dan sesuai dengan target oleh
karena itu di perlukan tanggung jawab agar orang tersebut bertanggung jawab
dalam bekerja, ini merupakan point tambah bagi perusahaan untuk dapat
menerima pelamar baru. Ketiga kompetensi ini akan didapat pada Vocational
education.

4. How to make initial vocational education and training for young people
respond better to labour market requirements.

Untuk membuat pendidikan dan pelatihan kejuruan awal bagi kaum


muda merespon lebih baik terhadap persyaratan pasar kerja dengan cara
Anticipation-Action-Reflection (AAR) Cycle. Siklus Anticipation-Action-
Reflection (AAR) adalah proses belajar yang berulang-ulang di mana peserta
didik terus meningkatkan pemikiran dan bertindak secara sengaja dan
bertanggung jawab, bergerak ke arah tujuan jangka panjang yang
berkontribusi pada kesejahteraan kolektif. Melalui perencanaan, pengalaman
dan refleksi, peserta didik memperdalam pemahaman mereka dan
memperluas perspektif mereka. Hal ini merupakan cara efektif untuk
pembelajaran awal supaya peserta didik dapat memahami lebih lanjut tentang
persyaratan pasar kerja. Selain itu juga dengan cara Learning Compass 2030
OECD Learning Compass 2030 adalah kerangka kerja pembelajaran yang
berkembang yang menetapkan visi aspirasi untuk masa depan pendidikan. Ini
memberikan titik-titik orientasi menuju masa depan yang kita inginkan:
kesejahteraan individu dan kolektif untuk kebutuhan dunia kerja dan
kebutuhan pasar. Metafora kompas pembelajaran diadopsi untuk menekankan
perlunya siswa belajar menavigasi sendiri melalui konteks yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

OECD, A. (2019). Attitudes and Values for 2030. Retrieved from


www.oecd.org: http://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/attitudes-and-values/
OECD, A. (2019). Core Foundations for 2030. Retrieved from
www.oecd.org: http://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/core-foundations/
OECD, A. (2019). Knowledge for 2030. Retrieved from www.oecd.org:
http://www.oecd.org/education/2030-project/teaching-and-
learning/learning/knowledge/
OECD, A. (2019). Learning Compass 2030. Retrieved from
www.oecd.org: https://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/learning-compass-2030/
OECD, A. (2019). Skills for 2030. Retrieved from www.oecd.org:
http://www.oecd.org/education/2030-project/teaching-and-
learning/learning/skills/
OECD, A. (2019). Student Agency for 2030. Retrieved from
www.oecd.org: http://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/student-agency/
OECD, A. (2019). Student Agency for 2030. Retrieved from
www.oecd.org: http://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/student-agency/
OECD, A. (2019). Transformative Competencies. Retrieved from
www.oecd.org: http://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/transformative-
competencies/
OECD, A. (2019). Well-being 2030. Retrieved from www.oecd.org:
http://www.oecd.org/education/2030-project/teaching-and-
learning/learning/well-being/
OECD. (2019, october 26). OECD Future of Education an skills 2030
student agency concept note. Retrieved from
http://www.oecd.org: http://www.oecd.org/education/2030-
project/teaching-and-learning/learning/student-
agency/Student_Agency_for_2030_concept_note.pdf

Anda mungkin juga menyukai