Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN KEJURUAN

KERANGKA KERJA PENYELARASAN PENDIDIKAN


DENGAN DUNIA KERJA

Disusun Oleh:

1. Rahmat Gah Bahaduri NIM. 1915051072


2.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019
A. PENDAHULUAN
Latar belakag

B. PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip penyelarasan
Pada dasarnya penyelarasan merupakan upaya penyesuaian pendidikan
sebagai pemasok SDM dengan dunia kerja yang memiliki kebutuhan dan tuntutan
yang dinamis. Konsep penyelarasan mengisyaratkan adanya kebutuhan koordinasi
yang baik antara pihak penyedia Iulusan pendidikan dengan pihak yang
membutuhkan tenaga lulusan. Apa bila kordinasi menjadi lebih baik maka
pengkordinasian antara pihak pendidik (Supply Side) dan pihak perusahaan
(Demand Side) maka akan terbentuk korelasi sehingga terbentuk lulusan
yang memiliki keahlian sesuai dengan permintaan dari perusahaan.
Nantinya pihak pendidik dapat memproduksi lulusan yang genius secara
vector. Lulusan tidak perlu menguasai semua bidang pembelajaran karena
tidak semua pembelajaran yang dipelajari bermanfaat dan berkontribusi
penuh dalam pekerjaan yang spesifik. Genius secara vector yang dimaksud
adalah menuangkan dirinya dalam satu hal, satu arah dalam kehidupannya.
Daripada focus kebanyak hal, mereka mengarahkannya pada satu arah
sehingga memiliki keuntungan lebih banyak dari pada orang yang dapat
melakukan banyak hal karena pada dasarnya setiap manusia dapat
melakukan berbagai hal.
Analisis kebutuhan dunia kerja yang meliputi kualitas/kompetensi dan
kuantitas pada lokasi dan waktu yang berbeda merupakan informasi awal yang
perlu disediakan dalam proses penyelarasan. Informasi kebutuhan dunia kerja
yang akurat dan rencana pengembangan nasional di berbagai sektor diperlukan
dalam reengineering sistem pendidikan pada setiap level dan bidang dalam
menyediakan SDM sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Apabila informasi
kebutuhan dunia yang kurang akurat maka proses link and match tidak
akan terjadi. Ini berakibat akan adanya standar ganda mengenai kualitas
lulusan untuk Demand Side.
Reengineering seluruh aspek pendidikan, baik pada aspek sarana
prasarana, tenaga pendidik, maupun sistem pembelajaran, harus ditujukan untuk
pencapaian keselarasan antara pendidikan dan dunia kerja. Ini dibutuhkan agar
para peserta didik mengetahui dan mendapat pengalaman mengenai
bagaimana nantinya mereka bekerja pada sebuah perusahaan.
Upaya penyelarasan yang optimal melalui implementasi rangkaian
program yang sistematis dan berkesinambungan sangat diperlukan adanya rasa
memiliki dan keterlibatan semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat
pada umumnya. Memiliki dan keterlibatan yang dimaksud adalah membuat
suatu program pendukung link and and match seperti kerja lapangan di
SMK dengan maksud untuk mengenal tempat pekerjaan.
Konsep pengembangan kerangka kerja penyelarasan pendidikan harus
memperhatikan tiga komponen utama yaitu sisi permintaan, sisi pasokan dan
mekanisme penyelarasan. Dalam merumuskan program penyelarasan yang
bersifat komprehensif dibutuhkan gambaran kedepan dari beberapa dimensi yang
relevan. Proyeksi kebutuhan kedepan terhadap kompetensi yang dibutuhkan dari
dunia kerja dan jumlahnya pada setiap Iokasi di Indonesia sangat diperlukan dan
harus mengacu pada karakteristik khusus dan potensi yang dimiliki lokasi/daerah
tersebut untuk itu informasi rencana pengembangan diperlukan sebagai dasar
peramalan ke depan. Pertimbangan rencana pembangunan daerah dalam program
penyelarasan memberIkan diharapkan dapat mengurangi terjadinya disparitas
dalam hal aksebilitas dan mampu mendayagunakan potensi yang ada di daerah.
Model permintaan yang didisain harus mampu menghasilkan informasi
kebutuhan tenaga kerja dan peluang usaha di pasar kerja dan juga dapat
memberikan gambaran fungsi dan peran yang seharusnya dari Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dan semua Kementerian yang
membina berbagai sektor kegiatan ekonomi antara Iain sektor manufaktur dan
pengolahan, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan),
sektor telekomunikasi, sektor perdagangan, sektor perhubungan, sektor PU/jasa
konstruksi dan sektor keuangan dan-jasa lainnya. Informasi ini dapat menjadi
acuan untuk pihak penyedia pendidikan dalam merencanakan dan menetapkan
kurikulum serta kebijakan pendidikan lainnya. Kebijakan pembangunan
pendidikan seperti: penyediaan sarana pra sarana, peningkatan kompetensi guru
atau dosen dalam mendidik siswa atau mahasiswa, dan sistem pembelajaran atau
kurikulum yang berlaku harus didasarkan pada kebutuhan penyelarasan dengan
dunia kerja. Sementara itu, model pasokan juga harus menggambarkan interaksi
antar aktivitas input-proses-output yang dikehendaki serta fungsi dan peran dari
pemangku kepentingan berada pada sisi pasokan.
Kerangka kerja penyelarasan
Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dilakukan dengan
menyesuaikan pola pasokan/pendidikan dengan permintaan dari dunia kerja.
Kondisi permintaan akan bervariasi berdasarkan sektor bidang kerja (industri
barang dan jasa) pada beberapa sektor lapangan kerja. Disamping itu, juga perlu
didasarkan pada peta kondisi berdasarkan empat dimensi yaitu kualitas, kuantitas,
lokasi dan waktu. Kondisi permintaan akan mengendalikan Sistem pendidikan di
sisi pasokan. Sistem pendidikan yang termasuk didalamnya pelatihan perlu
didisain sedemikian rupa sehingga mampu menjawab kebutuhan permintaan
berdasarkan empat dimensi yang sama. Sehingga perlu dilakukan deployment
untuk merancang Sistem pendidikan yang berkualitas baik dari sisi sarana
prasarana, pendidik dan Sistem pembelajarannya. Ketiga aspek yang perlu di
disain ulang tersebut dilakukan pada setiap level pendidikan pada pendidikan
formal dan setiap jenis pelatihan serta aktivitas pendidikan lainnya. Berdasarkan
prinsip-prinsip penyelarasan dan uraian di atas, maka dapat digambarkan sebuah
kerangka kerja penyelarasan seperti pada Gambar 2.1.
Proses penyelarasan tidak akan berjalan optimal tanpa adanya pihak yang
berada di tengah sebagai mediasi atau penyelaras. Pihak yang diharapkan menjadi
penyelaras antara sisi pasokan dan sisi permintaan harus memiliki komitmen yang
kuat untuk mengawal dan memfasilitasi proses penyelarasan melalui optimasi
peran dan fungsi masing-masing. Penyelarasan dilakukan melalui penyediaan
kebijakan yang mendukung, mekanisme dan prosedur sertifikasi yang mampu
menetapkan sertifikasi sesuai kebutuhan kompetensi dunia kerja, program-
program sinergi lintas kementerian dan institusi, serta konsistensi dalam menjaga
proses penyelarasan ini
Sisi permintaan (demand side)
Salah satu aspek yang menentukan arah pembangunan pendidikan nasional
adalah kondisi permintaan saat ini dan yang akan datang. Keakuratan informasi
dari sisi permintaan ini nantinya akan menentukan ketepatan desain sistam
pendidikan, sehingga output/lulusan yang dihasilkan benar-benar mampu
menjawab kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman secara
detail mengenai kondisi permintaan yang ada, baik secara nasional maupun di
pasar kerja internasional yang semakin terbuka Iebar dengan adanya era
globalisasi dan konsekuensi dari sejumlah kerjasama internasional yang telah
dilakukan di berbagai sektor. Sisi permintaan secara umum dapat dikategorikan
dalam dua bidang utama yaitu bidang barang (manufaktur) dan jasa yang
terdistribusi pada beberapa sektor baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pasar kerja tingkat nasional meliputi sektor manufaktur dan pengolahan, sektor
pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan), sektor
telekomunikasi, sektgr perdagangan, sektor perhubungan, sektor PU/ jasa
konstruksi dan sektor keuangan dan jasa Iainnya. Sementara itu, di tingkat
internasional perlu didefinisikan Iebih Ianjut melalui pemetaan peluang dan
potensi yang akurat.
Pemetaan potensi Iapangan kerja dan peluang usaha dapat dilakukan
dengan melakukan pemetaan, baik kondisi saat ini maupun kondisi yang akan
datang berdasarkan sejumlah dimensi yang relevan. Terdapat empat dimensi
utama yang perlu diperhatikan dalam pemetaan yaitu kualitas/kompetensi,
kuantitas, lokasi dan waktu. Ketepatan dalam
Mendefinisikan kebutuhan pada sisi permintaan dalam empat
dimensi tersebut sangat menentukan ketepatan dalam membangun sistem
pendidikan nasional yang dapat dilakukan oleh lintas Kementerian Negara
maupun pihak swasta. Informasi terkait dengan dimensi kualitas/kompetensi
akan memberikan gambaran tentang berbagai jenis kompetensi yang
diperlukan dan seberapa tinggi level kompetensi tersebut. Setiap sektor
memeriukan prom tenaga kerja yang bervariasi baik berdasarkan jenis
maupun tingkat kompetensinya serta jumlah yang dibutuhkan.
Karakteristik kebutuhan atas profil tenaga kerja serta trend berdasarkan
waktu juga bisa bervariasi untuk setiap lokasi wilayah di Indonesia maupun
di luar negeri. Oleh karena itu, pemetaan yang komprehensif tersebut
menjadi sangat penting untuk dilakuan.
Peramalan kebutuhan di masa mendatang pada setiap sektor dalam
empat dimensi harus memperhatikan rencana strategis dari masing-masing
wilayah dan sektor. Arah pengembangan setiap sektor dan wilayah dapat
dilihat dalam roadmap pengembangan wilayah per sektor dalam pemerintah
daerah setempat. Oleh karena itu informasi roadmap pengembangan semua
sektor di setiap wilayah menjadi kebutuhan utama dalam mendapatkan hasil
peramalan kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja serta peiuang usaha
di masa yang akan datang.
Dalam menjembatani hal tersebut, sebetulnya Menteri Pendidikan
Prof. Dr. Ing. Wardiman (Periode 1989-1998) telah mencanangkan program
link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Link and
match adalah penggalian kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan.
Diharapkan paradigma orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tapi
lebih demand minded (kebutuhan pasar). Program link and match meliputi
dua sasaran, yaitu pada tingkat sekolah menengah, dan pada tingkat
perguruan tinggi. Khusus untuk sekolah menengah, sasaran program
pemerintah (cq DEPDIKNAS) mengubah proporsi siswa SMU vs SMK
70:30, menjadi 30:70. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi
diharapkan adanya peran industri untuk menciptakan pelatihan-pelatihan
khusus bahkan bekerja sama untuk mendirikan institusi sesuai dengan jenis
industri yang dikembangkan.6 Sejak tahun 1994, Dewan Pengembangan
Program Kemitraan Pendidikan Tinggi (DPPK-PT) mengembangkan konsep
Cooperative Academic Education Program (Co-Op) yang menjalin
kerjasama dengan lebih dari 62 industri, terdiri dari manufaktur, perbankan
hingga telekomunikasi Namun demikian, pasca berjalannya program Link
and Match (hampir dua dasawarsa), belum nampak hasil seperti yang
diharapkan. Masih tinggi lulusan sarjana, di samping bekerja tidak sesuai
dengan bidang studi, juga harus menunggu dalam waktu lama untuk
mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, lowongan kerja yang tidak terisi
semakin meningkat. Mengacu pada beberapa phenomena di atas, maka
penelitian yang mengkaji implementasi kebijakan link and match dunia
pendidikan dan industri sebagai salah satu upaya strategis untuk
meningkatkan efi siensi, mutu tenaga kerja dan daya saing industri, layak
untuk dilakukan.
Tingginya angka pengangguran dapat dijelaskan dari berbagai aspek,
salah satu diantaranya adalah adanya ketidak selarasan (mismatch) antara
supply tenaga kerja dan demand dunia usaha (industri). Pada penelitian ini
jawaban yang diberikan untuk menjelaskan tingginya angka pengangguran
dilakukan menggunakan asumsi ketidak selarasan (mismatch) dunia
pendidikan dan industri yang dikenal dengan istilah education mismatch
atau education-job mismatch. Francesca Sgobbi and Fátima Suleman
mengemukakan bahwa mismatch pendidikan terjadi oleh karena adanya
heterogenitas kemampuan pekerja pada kualifi kasi pendidikan yang sama.
Kesadaran dari adanya heterogenitas kemampuan dari para pekerja juga
telah meningkatkan perhatian para peneliti untuk memusatkan pertanyaan
penelitian nya terhadap mismatch pendidikan, khususnya di Negara-negara
maju. Berbagai teori dikemukakan dalam memahami fenomena mismatch
pendidikan ini. Beberapa diantaranya, Sgobbi & Suleman (2007) dengan
teori human capital, job matching, dan occupational mobility, Brahim
Boudarbat dan Victor Chernoff (2009) menggunakan human capital,
credentialism, job matching, dan technological change theory, dan Farooq,
Javid, Ahmed, dan Khan (2009), mengemukakan human capital, job
competition, career mobility, assignment model, signaling model, dan
matching theory. Dari ketiga kelompok peneliti tersebut paling tidak
terdapat dua pendekatan yang sama, yaitu teori tentang human capital dan
job matching, dimana mereka berpendapat bahwa mismatch pendidikan
merupakan keadaan sementara yang terjadi akibat pertukaran informasi
yang kurang memadai antara pemberi kerja dan pencari kerja. Hal ini
paling tidak menunjukkan
Adanya in-effi siensi dalam alokasi sumber daya manusia (Farooq et
al., 2009). Program link and match telah dicanangkan sejak tahun 1989,
namun demikian berdasarkan data statistik yang menunjukkan masih
tingginya angka pengangguran, tingginya lowongan kerja yang tidak terisi,
dan rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis data sakernas
tersebut di muka, menunjukkan bahwa mismatch pendidikan dan
kebutuhan keahlian pasar kerja masih tinggi, khususnya bagi tenaga kerja
yang berpendidikan tinggi. Mismatch antara pendidikan dan pekerjaan
mengakibatkan tingkat pendapatan yang lebih rendah, rendahnya kepuasan
kerja, dan tingginya tingkat turnover pekerja, yang pada gilirannya
mempengaruhi produktivitas pekerja (Bender & Heywood, 2006). Farooq et
al (2009) menunjukkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang
education-job mismatches bahwa hal tersebut memberikan pengaruh yang
relevan terhadap efi siensi investasi pendidikan baik publik maupun swasta,
karena education-job mismatches mempengaruhi upah dan juga
keluaran/hasil tenaga kerja lainnya, seperti kepuasan kerja (Hersch 1991,
Groot 1996), on-the-job training (Sicherman 1991), mobilitas geografi
(Dekker et al. 1996), dan turn over pekerja (Hersch, 1991 dikutip dari
Farooq et.al, 2009). Hersch (1991), dan Battu, et al. (2000) telah meneliti
tentang pengaruh non-moneter dari adanya job-education mismatch, dan
menemukan bahwa pekerja yang overeducated dan pekerja perempuan yang
undereducated menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang kurang
dibandingkan dengan pekerja yang match, dan selanjutnya dia
menyimpulkan bahwa pekerja yang memiliki pendidikan yang tepat
memiliki premi pada kepuasan kerja (dikutip dari Farooq et.al, 2009).
Namun, Allen dan van der Velden (2001), dan Green dan McIntosh (2002)
menemukan bahwa mismatch dalam kualifi kasi menurunkan kemungkinan
pekerja untuk sangat puas, sementara mismatch dalam pendidikan tidak
mempengaruhi tingkat kepuasan pekerja (dikutip dari Farooq et.al, 2009).
Robst (2007) menunjukkan bahwa mismatchpendidikan dengan pekerjaan
telah mengakibatkan rendahnya
Pendapatan yang diterima pekerja.10 Dalam teori ekonomi tentang
‘Total Factor Productivity’, besaran upah/pendapatan merupakan salah satu
faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja yang
tentu saja akan mempengaruhi kinerja industri
Sisi pasokan (supply side)

Pendekatan market-driven dalam upaya penyelarasan pendidikan dengan


dunia kerja, memberikan konsekuensi bahwa sisi pasokan/pendidikan harus
berusaha merespon dinamika kebutuhan dunia kerja. Kebutuhan dunia kerja
seperti digambarkan pada model sebelumnya merupakan informasi yang harus
diakomodasikan dalam sistem pendidikan nasional baik melalui pendidikan
formal, informal maupun nonformal dalam bentuk pendidikan berjenjang (umum,
kejuruan dan spesialisasi) dan bentuk pelatihan. Semangat untuk mampu
menyediakan SDM yang andal dan dapat diterima di dunia kerja harus
diwujudkan dengan upaya untuk mendisain sistem pendidikan yang selaras
dengan kebutuhan dunia kerja dan mengacu pada strategi nasional. Sebagai
langkah awal perbaikan sistem pendidikan nasional, maka perlu dilakukan juga
pemetaan terhadap kondisi saat ini dan kesenjangan yang mungkin terjadi dengan
kebutuhan dunia kerja baik dalam dimensi kualitas/kompetensi, kuantitas, lokasi
maupun waktu. Khusus untuk dimensi kualitas/ kompetensi perlu diidentifikasi
lebih khusus kebutuhannya baik yang bersifat soft competencies yang meliputi
sikap mental dan pemahaman budaya maupun hard competencies sesuai dengan
bidang pendidikan yang diberikan.
Informasi dari hasil pemetaan dunia kerja adalah berupa karakteristik
kebutuhan Iapangan kerja dan peluang usaha yang digambarkan dengan
kebutuhan empat dimensi diatas pada setiap sektor dunia kerja. Berangkat dari
kebutuhan saat ini dan yang akan datang kemudian dilakukan analisis kebutuhan
terhadap sejumlah jasilitas yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan antara
kebutuhan dan kemampuan pasok sistem pendidikan saat ini dan di masa
mendatang. Beberapa fasilitas yang sangat penting untuk menunjang
dihasilkannya SDM atau calon angkatan kerja dan wirausaha yang andal adalah
ketersediaan sarana/prasarana yang memadai, guru dan pendidik yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup serta model pembelajaran yang mampu membangun
kompetensi dan jumlah lulusan sesuai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Pemerataan pendidikan secara nasional juga sangat penting untuk dilakukan,
untuk itu pemetaan dan analisisjuga dilakukan berdasarkan ketersediaan berbasis
lokasi di Indonesia.
Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis kesenjangan, proses deployment
perlu dilanjutkan untuk melihat apakah setiap level dan jenis pendidikan yang
diselenggarakan selama ini sudah memiliki sistem yang mampu menghasilkan
berbagai kebutuhan yang meliputi kualitas/kompetensi dan kuantitas/jumlah serta
terdistribusi merata di setiap lokasi di Indonesia. Di samping itu, juga untuk
melihat 'apakah teIah memiliki rencana pengembangan untuk pemenuhan
kebutuhan di masa mendatang. lnformasi ini kemudian menjadi awal rencana
perbaikan sistem pendidikan nasional. Untuk itu peran aktif, komitmen dan
konsistensi dari berbagai institusi penyelenggara pendidikan dan pelatihan sangat
diperlukan. Beberapa pemangku kepentingan sebagai penyelenggara pendidikan
adalah Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, dan Kementerian
serta Institusi lain yang menyelenggarakan pendidikan secara spesifik sesuai
dengan bidang kerjanya.
Kondisi permintaan akan mengendalikan sistem pendidikan di sisi
pasokan. Sistem pendidikan yang termasuk di dalamnya pelatihan perlu
didisain sedemikian rupa sehingga mampu menjawab kebutuhan
permintaan berdasarkan empat dimensi yang sama. Sehingga perlu
dilakukan deployment untuk merancang sistem pendidikan yang berkualitas
baik dari sisi sarana prasarana, pendidik dan sistem pembelajarannya.
Ketiga aspek yang perlu di disain ulang tersebut dilakukan pada setiap level
pendidikan pada pendidikan formal dan setiap jenis pelatihan serta aktivitas
pendidikan lainnya. Berdasarkan prinsip-prinsip penyelarasan dan uraian di
atas telah disusun sebuah kerangka kerja penyelarasan seperti pada.
Kerangka Kerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Proses
penyelarasan tidak akan berjalan optimal tanpa adanya pihak yang berada
di tengah sebagai mediasi atau penyelaras. Pihak yang diharapkan menjadi
penyelaras antara sisi pasokan dan sisi permintaan harus memiliki
komitmen yang kuat untuk mengawal dan memfasilitasi proses penyelarasan
melalui optimasi peran dan fungsi masing-masing. Penyelarasan dilakukan
melalui penyediaan kebijakan yang mendukung, mekanisme dan prosedur
sertifikasi yang mampu menetapkan sertifikasi sesuai kebutuhan kompetensi
dunia kerja, program-program sinergi lintas kementerian dan institusi, serta
konsistensi dalam menjaga proses penyelarasan ini Berpijak pada kondisi
saat ini dan untuk mencapai kondisi keselarasan yang ideal, telah dirancang
tahapan-tahapan penyelarasan yang terarah dan komprehensif sebagai
langkah operasionalisasi kerangka kerja penyelarasan yang ditunjukkan
dalam . Tahapan-tahapan penyelarasan tersebut harus dilakukan secara
sinergis di kedua sisi, baik di sisi permintaan maupun sisi pasokan. Aktivitas-
aktivitas dalam tahapan penyelarasan dibagi dalam 4 bagian yaitu aktivitas-
aktivitas penyelarasan yang dikategorikan dalam tahapan studi awal,
aktivitas-aktivitas penyelarasan di sisi permintaan (demand side), sisi
pasokan (supply side), dan di upaya penyelarasan antara keduanya. Untuk
mengetahui lebih detil tentang Program Penyelarasan Pendidikan dengan
Dunia Kerja, Anda dapat mengunjungi website Program Penyelarasan
Pendidikan dengan Dunia Kerja di dunia kerja
Mekanisme penyelarasan
Penyelarasan akan efektif, jika terjadi koordinasi dan sinergi antar berbagai
kementrian dan instusi yang terkait baik pada sisi pasokan maupun sisi
permintaan. Untuk mempertegas arah progam penyelarasan, maka perlu
dirumuskan dan disepakati bersama ukuran yang digunakan untuk mencerminkan
tingkat penyelarasan. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama untuk tujuan
progam ini agar berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan, supaya proses
dari progam ini memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini penting karena dengan adanya ukuran/indikator yang
menjadi acuan pengembangan, maka progam penyelarasan yang disusun akan
mengarah pada pencapaian target atas indikator yang ditetapkan dan dievaluasi
secara periodik. Oleh karena itu, perlu di design sebuah system pengukuran
kinerja penyelarasan yang mampu memberikan guidance dalam proses
penyelarasan dengan indikator yang terukur yaitu nilai Indeks Keselarasan
(Alignment Index).
Sebuah mekanisme penyelarasan perlu dirancang dengan baik sehingga
menjamin dapat diimplementasikan dengan progam-progam penyelarasan yang
disusun. Mekanisme penyelarasan meliputi tiga aspek utama yaitu (1) mekanisme
terkait dengan eksplorasi sejumlah aktivitas dan progam yang perlu dilakukan
sehingga informasi kebutuhan dari sisi permintaan dapat diperoleh secara akurat
dan sustainable, (2) mekanisme terkait dengan eksplorasi seluruh aktivitas dan
progam yang diperlukan untuk tersedianya lulusan/angkatan kerja yang siap
memasuki lapangan pekerjaan dan menciptakan lapangan kerja (wirausaha) serta
(3) sebuah mekanisme yang menjamin dapat dikomunikasikannya informasi
kebutuhan sisi permintaan kepada sisi pasokan/pendidikan. Pendidikan yang
sesuai dengan lapangan pekerjaan membantu wawasan peserta didik untuk
berkembang dan menambah wawasan tentang bidang-bidang yang
diminatinya, peserta didik akan lebih fokus dan ahli karena sudah
memahami dan mendalami bidang yang diminatinya secara luas
berdasarkan pengalaman-pengalaman lapangan maka peserta didik mampu
beradaptasi dengan ilmu baru yang terus masuk seiring perkembangan
zaman. Peserta didik yang sudah memahami basic akan lebih paham
walaupun cara penyelesaian suatu masalah setiap zaman berbeda-beda.
Perumusan program terkait dengan penyelarasan harus melibatkan seluruh
pemangku kepentingan. Mengingat program penyelarasan ini adalah bersifat
nasional dan merupakan tanggung jawab bersama, maka supaya Iebih efektif dan
efisien perlu ditentukan fungsi dan peran dari setiap pemangku kepentingan. Pada
sisi pasokan, institusi pemerintah penyelenggara pendidikan dan pelatihan akan
bertanggung jawab dalam mendefinisikan aktivitas dan program terkait dengan
pendidikan. Pihak-pihak yang banyak berperan di sisi pasokan adalah
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama dan kementerian lain
yang karena tujuan khusus perlu menyelenggarakan jenis pendidikan atau
pelatihan yang spesifik untuk ruang lingkup tertentu.
Sisi permintaan yang merupakan sumber informasi penting tentang
kebutuhan dunia kerja, harus mampu menjamin ketersediaan informasi tersebut.
Sejumlah instrumen perlu dirancang sebagai alat bantu penyediaan informasi.
Karakteristik kebutuhan setiap sektor bersifat spesifik terhadap empat dimensi
pemetaan, untuk itu perlu ditentukan penanggung jawab dari setiap sektor yaitu
Kementerian yang membawahi masing-masing sektor. Selanjutnya pemetaan
dilakukan oleh setiap penanggung jawab sektor dan harus berkomitmen
melakukan update terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dengan
berjalannya waktu pada setiap dimensi yang diperhatikan.
Mekanisme komunikasi dan koordinasi dalam upaya penyelarasan
merupakan kebutuhan mutlak, oleh karena itu perlu ada mediator yang
memfasilitasi pertemuan kedua sisi terkait . yaitu sisi pasokan dan sisi demand.
Setiap program yang didisain oleh kedua sisi perlu dijaga untuk mengarah pada
penyelarasan. Penetapan standar mutu lulusan harus disesuaikan dengan
kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Sejumlah institusi terkait perlu
mendedikasikan diri untuk berada pada posisi ini, beberapa lembaga terkait
tersebut diantaranya adalah Kementerian Terkait (Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Bappenas, Asosiasi & Lembaga Profesi Terkait, Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP), Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
Organisasi Tenaga Kerja, Lembaga Internasional dan Institusi lainnya.
Selanjutnya monitoring dan evaluasi harus dilakukan untuk melihat sejauh mana
pencapaian target atas indikator kinerja penyelarasan setiap program yang telah
disusun baik secara parsial maupun komprehensif. Untuk itu diperlukan adanya
mekanisme koordinasi antar pemangku kepentingan dan antar tingkat
pemerintahan yang lebih terinci dan disepakati oleh semua pihak yang
berkepentingan.

Prinsip kerjasama industri antara sekolah dengan dunia kerja pada


akhirnya mempunyai tujuan untuk mempercepat waktu penyesuaian bagi
lulusan Sekolah Kejuruan dalam memasuki dunia kerja yang pada akhirnya
akan meningkatkan mutu sekolah menengah kejuruan. Pendidikan kejuruan
mampu menyita perhatian berbagai pihak, terutama stakeholders
pendidikan, dikarena prinsip pendidikan kejuruan mempengaruhi perilaku
pelanggan pendidikan. Perhatian yang besar terhadap pendidikan kejuruan
tentu saja terkait dengan prinsipprinsip pendidikan kejuruan, seperti yang
diidentifikasi oleh Barlow (Murniati dan Usman 2009:20), yaitu: (1)
Pendidikan kejuruan adalah suatu suatu perhatian rasional tenaga kerja,
pendidikan industri, pertanian dan bantuan pemerintah, kebutuhan ekonomi
merupakan suatu kerangka nasional dari pendidikan kejuruan; (2)
Pendidikan kejuruan memelihara pertahanan umum dan memajukan
kesejahteraan umum; (3) Pendidikan kejuruan mempersiapkan remaja dan
dewasa, merupakan suatu tanggung jawab sekolah pemerintah,
demokratisasi pendidikan dimana pemerintah memperlihatkan konsensus
yang baik untuk kebutuhan pendidikan kejuruan pada sistem pendidikan
sekolah pemerintah; (4) Pendidikan kejuruan memerlukan suatu pendidikan
dasar; (5) Pendidikan kejuruan direncanakan dan dipimpin dalam
kerjasama yang erat dengan pengusaha dan industri; (6) Pendidikan
kejuruan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang bernilai dalam
pasar tenaga kerja; (7) Pendidikan kejuruan memberikan pendidikan
lanjutan untuk anak remaja dan dewasa.

Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia


industri, argumen untuk yang mengomentari adalah sekolah tidak dapat
lagi kita pikirkan sebagai suatu lembaga sosial yang berdiri sendiri, terlepas
dari lembaga-lembaga sosial lain. Murniati dan Usman (2009:108)
menyatakan “Prakerin yang efektif adalah prakerin yang dilakukan jika
memenuhi kebutuhan sekolah dan kebutuhan pihak industri. Untuk itu
perlu kerjasama dan sinkronisasi dari segi akademik dan meterial dalam
pelaksanaanya”. Hakikat pembaruan pendidikan kejuruan sesuai dengan
kebijakan Link and match adalah perubahan dari pola lama yang cenderung
berbentuk pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan kongkret
menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya
manusia.
Pengembangan program sekolah didasarkan kepada rancangan yang
diusulkan oleh ketua bidang keahlian masing-masing yang disesuaikan
dengan kurikulum dan kebutuhan DU/DI. Program yang diberikan kepada
peserta didik didasarkan pada kurikulum dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan DU/DI dan kondisi daerah. Dalam proses penyelenggaraan
pendidikan dilakukan kerjasama dengan anggota internal dan eksternal
sekolah, seperti DU/DI, Pemda, Komite dan Kadin, dengan strategi informasi
dan formal melalui tugas, pengajuan proposal, audiensi dan promosi.
Program yang telah dirumuskan sebagai kegiatan sekolah diantaranya
program proses pembelajaran, unit produksi, prakerin, regional center,
pengembangan hubungan, pengembangan sumber daya, dan realisasi
eksistensi sekolah.
Mekanisme merupakan tata cara untuk mengelola sumber daya agar
mampu mencapai sasaran yang dituju dengan efektif dan efesien. Upaya
dalam peningkatan kerjasama dengan DU/DI pada dasarnya cukup positif
untuk industri-industri dalam skala besar, baik moril maupun materil, dan
saling memberi dan menerima, seperti DU/DI bersedia menjadi guest peaker,
juri dalam pelaksanaan uji kompetensi, saling tukar informasi tentang
kebutuhan yang dibutuhkan DU/DI dan sekolah. Pemberian teori, pelatihan
dan praktik di sekolah dan DU/DI hendaknya sesuai dengan standar
kurikulum yang berlaku, dan perlunya pengembangan yang sesuai dengan
kondisi nyata di daerah. Prakerin yang efektif adalah prakerin yang
dilakukan jika memenuhi kebutuhan sekolah dan kebutuhan pihak industri.
Kerjasama dan sikronisasi dari segi akademik dan material dalam
pelaksanaannya. Sedangkan di DU/DI siswa belajar dengan instruktur dan
biaya DU/DI. Hubungan kerjasama merupakan inti dari kegiatan
kepemimpinan yang harus dilakukan dalam suatu organisasi baik antara
anggota internal sekolah dan kerjasama antara sekolah dengan pihak-pihak
yang terkait di luar sekolah merupakan salah satu faktor penentu dalam
mencapai tujuan sekolah. Kerjasama dengan anggota internal sekolah harus
bersifat formal dan informal. Kemampuan sekolah dalam menjalin
kerjasama yang harmonis akan tampak pada perilaku kepemimpinan
inovatif. Pemberdayaan anggota eksternal sekolah sangat ditentukan oleh
hubungan kerjasama yang mutual simbiotik yang dapat diciptakan oleh
sekolah. Hubungan kerjasama dengan majelis sekolah dan orang tua siswa
pada dasarnya cukup mendukung, seperti melakuka promosi sekolah secara
bersama, menyetujui atau memberi rekomendasi terhadap kegiatankegiatan
sekolah. Hubungan kerjasama dengan Pemda dan instansi terkait telah
dilakukan dengan baik, seperti pemberian rekomendasi, melakukan kegiatan
bersama, memberikan dukungan dana untuk pengadaan fasilitas, dukungan
spiritual dalam pembentukan berbagai diklat sekolah, memberikan isentif
kepada guru, dan memberikan gaji guru kontrak. Hubungan kerjasama
dengan Kadin tampak dalam kegiatan membantu menjembatani sekolah
dengan DU/DI, melakukan dan memberikan sertifikasi uji kompetensi
kepada siswa, dan melakukan promosi eksistensi SMK dalam
kegiatankegiatan nasional. Kurikulum disesuaikan dengan perkembangan
kebutuhan stakeholders yang berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka seluruh program materi dan proses pengajaran dan pembelajaran
dapat menyesuaikan diri dengan apa yang dibutuhkan DU/DI, siswa dan
masyarakat pengguna.

"Link and match" harus dipahami sebagai keterkaitan dan penyepadanan


dalam hal menyikapi kemajuan. Perubahan akan menjadi sesuatu yang
abadi. Pendidikan harus menyiapkan (1) kemampuan berpikir kritis. (2)
pengembangan kemampuan berpikir kreatif. . (3) pengembangan
kemampuan berpikir inovatif. "Link and match" tidak hanya sebagai
penyelarasan dunia pendidikan dengan dunia kerja. Akan tetapi paradigma
"link and match" keberkaitan dengan kebersepadanan dunia pendidikan
dengan dunia kehidupan. Yaitu tentang apa yang dibutuhkan kehidupan
pasti dibutuhkan oleh dunia kerja.
Magang berkaitan dengan dunia kerja, yaitu bagian dari pelatihan
kerja yang dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan proses
pendidikan oleh mahasiswa tingkat akhir. Agar mahasiswa memiliki
kesempatan untuk mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari di
bangku kuliah dan mempelajari detail tentang seluk beluk standar kerja
profesional. Sehingga mahasiswa dapat menambah wawasan dunia industri
dan meningkatkan keterampilan serta keahlian praktek kerja.Pengalaman
tersebut untuk bekal dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya.

C. KESIMPULAN
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya penyelarasan merupakan upaya penyesuaian pendidikan
sebagai pemasok SDM dengan dunia kerja yang memiliki kebutuhan
dan tuntutan yang dinamis. Konsep penyelarasan mengisyaratkan
adanya kebutuhan koordinasi yang baik antara pihak penyedia Iulusan
pendidikan dengan pihak yang membutuhkan tenaga lulusan.
2. Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dilakukan dengan
menyesuaikan pola pasokan/pendidikan dengan permintaan dari dunia
kerja. Kondisi permintaan akan bervariasi berdasarkan sektor bidang
kerja (industri barang dan jasa) pada beberapa sektor lapangan kerja.
3. Salah satu aspek yang menentukan arah pembangunan pendidikan
nasional adalah kondisi permintaan saat ini dan yang akan datang.
Keakuratan informasi dari sisi permintaan ini nantinya akan
menentukan ketepatan desain sistam pendidikan, sehingga
output/lulusan yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab
kebutuhan dunia kerja.
4. Pendekatan market-driven dalam upaya penyelarasan pendidikan
dengan dunia kerja, memberikan konsekuensi bahwa sisi
pasokan/pendidikan harus berusaha merespon dinamika kebutuhan
dunia kerja. Sebagai langkah awal perbaikan sistem pendidikan
nasional, maka perlu dilakukan juga pemetaan terhadap kondisi saat ini
dan kesenjangan yang mungkin terjadi dengan kebutuhan dunia kerja
baik dalam dimensi kualitas/kompetensi, kuantitas, lokasi maupun
waktu
5. Mekanisme penyelarasan meliputi tiga aspek utama yaitu (1)
mekanisme terkait dengan eksplorasi sejumlah aktivitas dan progam
yang perlu dilakukan sehingga informasi kebutuhan dari sisi permintaan
dapat diperoleh secara akurat dan sustainable, (2) mekanisme terkait
dengan eksplorasi seluruh aktivitas dan progam yang diperlukan untuk
tersedianya lulusan/angkatan kerja yang siap memasuki lapangan
pekerjaan dan menciptakan lapangan kerja (wirausaha) serta (3) sebuah
mekanisme yang menjamin dapat dikomunikasikannya informasi
kebutuhan sisi permintaan kepada sisi pasokan/pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai