Disusun Oleh:
SINGARAJA
2019
A. PENDAHULUAN
Latar belakag
B. PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip penyelarasan
Pada dasarnya penyelarasan merupakan upaya penyesuaian pendidikan
sebagai pemasok SDM dengan dunia kerja yang memiliki kebutuhan dan tuntutan
yang dinamis. Konsep penyelarasan mengisyaratkan adanya kebutuhan koordinasi
yang baik antara pihak penyedia Iulusan pendidikan dengan pihak yang
membutuhkan tenaga lulusan. Apa bila kordinasi menjadi lebih baik maka
pengkordinasian antara pihak pendidik (Supply Side) dan pihak perusahaan
(Demand Side) maka akan terbentuk korelasi sehingga terbentuk lulusan
yang memiliki keahlian sesuai dengan permintaan dari perusahaan.
Nantinya pihak pendidik dapat memproduksi lulusan yang genius secara
vector. Lulusan tidak perlu menguasai semua bidang pembelajaran karena
tidak semua pembelajaran yang dipelajari bermanfaat dan berkontribusi
penuh dalam pekerjaan yang spesifik. Genius secara vector yang dimaksud
adalah menuangkan dirinya dalam satu hal, satu arah dalam kehidupannya.
Daripada focus kebanyak hal, mereka mengarahkannya pada satu arah
sehingga memiliki keuntungan lebih banyak dari pada orang yang dapat
melakukan banyak hal karena pada dasarnya setiap manusia dapat
melakukan berbagai hal.
Analisis kebutuhan dunia kerja yang meliputi kualitas/kompetensi dan
kuantitas pada lokasi dan waktu yang berbeda merupakan informasi awal yang
perlu disediakan dalam proses penyelarasan. Informasi kebutuhan dunia kerja
yang akurat dan rencana pengembangan nasional di berbagai sektor diperlukan
dalam reengineering sistem pendidikan pada setiap level dan bidang dalam
menyediakan SDM sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Apabila informasi
kebutuhan dunia yang kurang akurat maka proses link and match tidak
akan terjadi. Ini berakibat akan adanya standar ganda mengenai kualitas
lulusan untuk Demand Side.
Reengineering seluruh aspek pendidikan, baik pada aspek sarana
prasarana, tenaga pendidik, maupun sistem pembelajaran, harus ditujukan untuk
pencapaian keselarasan antara pendidikan dan dunia kerja. Ini dibutuhkan agar
para peserta didik mengetahui dan mendapat pengalaman mengenai
bagaimana nantinya mereka bekerja pada sebuah perusahaan.
Upaya penyelarasan yang optimal melalui implementasi rangkaian
program yang sistematis dan berkesinambungan sangat diperlukan adanya rasa
memiliki dan keterlibatan semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat
pada umumnya. Memiliki dan keterlibatan yang dimaksud adalah membuat
suatu program pendukung link and and match seperti kerja lapangan di
SMK dengan maksud untuk mengenal tempat pekerjaan.
Konsep pengembangan kerangka kerja penyelarasan pendidikan harus
memperhatikan tiga komponen utama yaitu sisi permintaan, sisi pasokan dan
mekanisme penyelarasan. Dalam merumuskan program penyelarasan yang
bersifat komprehensif dibutuhkan gambaran kedepan dari beberapa dimensi yang
relevan. Proyeksi kebutuhan kedepan terhadap kompetensi yang dibutuhkan dari
dunia kerja dan jumlahnya pada setiap Iokasi di Indonesia sangat diperlukan dan
harus mengacu pada karakteristik khusus dan potensi yang dimiliki lokasi/daerah
tersebut untuk itu informasi rencana pengembangan diperlukan sebagai dasar
peramalan ke depan. Pertimbangan rencana pembangunan daerah dalam program
penyelarasan memberIkan diharapkan dapat mengurangi terjadinya disparitas
dalam hal aksebilitas dan mampu mendayagunakan potensi yang ada di daerah.
Model permintaan yang didisain harus mampu menghasilkan informasi
kebutuhan tenaga kerja dan peluang usaha di pasar kerja dan juga dapat
memberikan gambaran fungsi dan peran yang seharusnya dari Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dan semua Kementerian yang
membina berbagai sektor kegiatan ekonomi antara Iain sektor manufaktur dan
pengolahan, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan),
sektor telekomunikasi, sektor perdagangan, sektor perhubungan, sektor PU/jasa
konstruksi dan sektor keuangan dan-jasa lainnya. Informasi ini dapat menjadi
acuan untuk pihak penyedia pendidikan dalam merencanakan dan menetapkan
kurikulum serta kebijakan pendidikan lainnya. Kebijakan pembangunan
pendidikan seperti: penyediaan sarana pra sarana, peningkatan kompetensi guru
atau dosen dalam mendidik siswa atau mahasiswa, dan sistem pembelajaran atau
kurikulum yang berlaku harus didasarkan pada kebutuhan penyelarasan dengan
dunia kerja. Sementara itu, model pasokan juga harus menggambarkan interaksi
antar aktivitas input-proses-output yang dikehendaki serta fungsi dan peran dari
pemangku kepentingan berada pada sisi pasokan.
Kerangka kerja penyelarasan
Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dilakukan dengan
menyesuaikan pola pasokan/pendidikan dengan permintaan dari dunia kerja.
Kondisi permintaan akan bervariasi berdasarkan sektor bidang kerja (industri
barang dan jasa) pada beberapa sektor lapangan kerja. Disamping itu, juga perlu
didasarkan pada peta kondisi berdasarkan empat dimensi yaitu kualitas, kuantitas,
lokasi dan waktu. Kondisi permintaan akan mengendalikan Sistem pendidikan di
sisi pasokan. Sistem pendidikan yang termasuk didalamnya pelatihan perlu
didisain sedemikian rupa sehingga mampu menjawab kebutuhan permintaan
berdasarkan empat dimensi yang sama. Sehingga perlu dilakukan deployment
untuk merancang Sistem pendidikan yang berkualitas baik dari sisi sarana
prasarana, pendidik dan Sistem pembelajarannya. Ketiga aspek yang perlu di
disain ulang tersebut dilakukan pada setiap level pendidikan pada pendidikan
formal dan setiap jenis pelatihan serta aktivitas pendidikan lainnya. Berdasarkan
prinsip-prinsip penyelarasan dan uraian di atas, maka dapat digambarkan sebuah
kerangka kerja penyelarasan seperti pada Gambar 2.1.
Proses penyelarasan tidak akan berjalan optimal tanpa adanya pihak yang
berada di tengah sebagai mediasi atau penyelaras. Pihak yang diharapkan menjadi
penyelaras antara sisi pasokan dan sisi permintaan harus memiliki komitmen yang
kuat untuk mengawal dan memfasilitasi proses penyelarasan melalui optimasi
peran dan fungsi masing-masing. Penyelarasan dilakukan melalui penyediaan
kebijakan yang mendukung, mekanisme dan prosedur sertifikasi yang mampu
menetapkan sertifikasi sesuai kebutuhan kompetensi dunia kerja, program-
program sinergi lintas kementerian dan institusi, serta konsistensi dalam menjaga
proses penyelarasan ini
Sisi permintaan (demand side)
Salah satu aspek yang menentukan arah pembangunan pendidikan nasional
adalah kondisi permintaan saat ini dan yang akan datang. Keakuratan informasi
dari sisi permintaan ini nantinya akan menentukan ketepatan desain sistam
pendidikan, sehingga output/lulusan yang dihasilkan benar-benar mampu
menjawab kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman secara
detail mengenai kondisi permintaan yang ada, baik secara nasional maupun di
pasar kerja internasional yang semakin terbuka Iebar dengan adanya era
globalisasi dan konsekuensi dari sejumlah kerjasama internasional yang telah
dilakukan di berbagai sektor. Sisi permintaan secara umum dapat dikategorikan
dalam dua bidang utama yaitu bidang barang (manufaktur) dan jasa yang
terdistribusi pada beberapa sektor baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pasar kerja tingkat nasional meliputi sektor manufaktur dan pengolahan, sektor
pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan), sektor
telekomunikasi, sektgr perdagangan, sektor perhubungan, sektor PU/ jasa
konstruksi dan sektor keuangan dan jasa Iainnya. Sementara itu, di tingkat
internasional perlu didefinisikan Iebih Ianjut melalui pemetaan peluang dan
potensi yang akurat.
Pemetaan potensi Iapangan kerja dan peluang usaha dapat dilakukan
dengan melakukan pemetaan, baik kondisi saat ini maupun kondisi yang akan
datang berdasarkan sejumlah dimensi yang relevan. Terdapat empat dimensi
utama yang perlu diperhatikan dalam pemetaan yaitu kualitas/kompetensi,
kuantitas, lokasi dan waktu. Ketepatan dalam
Mendefinisikan kebutuhan pada sisi permintaan dalam empat
dimensi tersebut sangat menentukan ketepatan dalam membangun sistem
pendidikan nasional yang dapat dilakukan oleh lintas Kementerian Negara
maupun pihak swasta. Informasi terkait dengan dimensi kualitas/kompetensi
akan memberikan gambaran tentang berbagai jenis kompetensi yang
diperlukan dan seberapa tinggi level kompetensi tersebut. Setiap sektor
memeriukan prom tenaga kerja yang bervariasi baik berdasarkan jenis
maupun tingkat kompetensinya serta jumlah yang dibutuhkan.
Karakteristik kebutuhan atas profil tenaga kerja serta trend berdasarkan
waktu juga bisa bervariasi untuk setiap lokasi wilayah di Indonesia maupun
di luar negeri. Oleh karena itu, pemetaan yang komprehensif tersebut
menjadi sangat penting untuk dilakuan.
Peramalan kebutuhan di masa mendatang pada setiap sektor dalam
empat dimensi harus memperhatikan rencana strategis dari masing-masing
wilayah dan sektor. Arah pengembangan setiap sektor dan wilayah dapat
dilihat dalam roadmap pengembangan wilayah per sektor dalam pemerintah
daerah setempat. Oleh karena itu informasi roadmap pengembangan semua
sektor di setiap wilayah menjadi kebutuhan utama dalam mendapatkan hasil
peramalan kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja serta peiuang usaha
di masa yang akan datang.
Dalam menjembatani hal tersebut, sebetulnya Menteri Pendidikan
Prof. Dr. Ing. Wardiman (Periode 1989-1998) telah mencanangkan program
link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Link and
match adalah penggalian kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan.
Diharapkan paradigma orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tapi
lebih demand minded (kebutuhan pasar). Program link and match meliputi
dua sasaran, yaitu pada tingkat sekolah menengah, dan pada tingkat
perguruan tinggi. Khusus untuk sekolah menengah, sasaran program
pemerintah (cq DEPDIKNAS) mengubah proporsi siswa SMU vs SMK
70:30, menjadi 30:70. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi
diharapkan adanya peran industri untuk menciptakan pelatihan-pelatihan
khusus bahkan bekerja sama untuk mendirikan institusi sesuai dengan jenis
industri yang dikembangkan.6 Sejak tahun 1994, Dewan Pengembangan
Program Kemitraan Pendidikan Tinggi (DPPK-PT) mengembangkan konsep
Cooperative Academic Education Program (Co-Op) yang menjalin
kerjasama dengan lebih dari 62 industri, terdiri dari manufaktur, perbankan
hingga telekomunikasi Namun demikian, pasca berjalannya program Link
and Match (hampir dua dasawarsa), belum nampak hasil seperti yang
diharapkan. Masih tinggi lulusan sarjana, di samping bekerja tidak sesuai
dengan bidang studi, juga harus menunggu dalam waktu lama untuk
mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, lowongan kerja yang tidak terisi
semakin meningkat. Mengacu pada beberapa phenomena di atas, maka
penelitian yang mengkaji implementasi kebijakan link and match dunia
pendidikan dan industri sebagai salah satu upaya strategis untuk
meningkatkan efi siensi, mutu tenaga kerja dan daya saing industri, layak
untuk dilakukan.
Tingginya angka pengangguran dapat dijelaskan dari berbagai aspek,
salah satu diantaranya adalah adanya ketidak selarasan (mismatch) antara
supply tenaga kerja dan demand dunia usaha (industri). Pada penelitian ini
jawaban yang diberikan untuk menjelaskan tingginya angka pengangguran
dilakukan menggunakan asumsi ketidak selarasan (mismatch) dunia
pendidikan dan industri yang dikenal dengan istilah education mismatch
atau education-job mismatch. Francesca Sgobbi and Fátima Suleman
mengemukakan bahwa mismatch pendidikan terjadi oleh karena adanya
heterogenitas kemampuan pekerja pada kualifi kasi pendidikan yang sama.
Kesadaran dari adanya heterogenitas kemampuan dari para pekerja juga
telah meningkatkan perhatian para peneliti untuk memusatkan pertanyaan
penelitian nya terhadap mismatch pendidikan, khususnya di Negara-negara
maju. Berbagai teori dikemukakan dalam memahami fenomena mismatch
pendidikan ini. Beberapa diantaranya, Sgobbi & Suleman (2007) dengan
teori human capital, job matching, dan occupational mobility, Brahim
Boudarbat dan Victor Chernoff (2009) menggunakan human capital,
credentialism, job matching, dan technological change theory, dan Farooq,
Javid, Ahmed, dan Khan (2009), mengemukakan human capital, job
competition, career mobility, assignment model, signaling model, dan
matching theory. Dari ketiga kelompok peneliti tersebut paling tidak
terdapat dua pendekatan yang sama, yaitu teori tentang human capital dan
job matching, dimana mereka berpendapat bahwa mismatch pendidikan
merupakan keadaan sementara yang terjadi akibat pertukaran informasi
yang kurang memadai antara pemberi kerja dan pencari kerja. Hal ini
paling tidak menunjukkan
Adanya in-effi siensi dalam alokasi sumber daya manusia (Farooq et
al., 2009). Program link and match telah dicanangkan sejak tahun 1989,
namun demikian berdasarkan data statistik yang menunjukkan masih
tingginya angka pengangguran, tingginya lowongan kerja yang tidak terisi,
dan rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis data sakernas
tersebut di muka, menunjukkan bahwa mismatch pendidikan dan
kebutuhan keahlian pasar kerja masih tinggi, khususnya bagi tenaga kerja
yang berpendidikan tinggi. Mismatch antara pendidikan dan pekerjaan
mengakibatkan tingkat pendapatan yang lebih rendah, rendahnya kepuasan
kerja, dan tingginya tingkat turnover pekerja, yang pada gilirannya
mempengaruhi produktivitas pekerja (Bender & Heywood, 2006). Farooq et
al (2009) menunjukkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang
education-job mismatches bahwa hal tersebut memberikan pengaruh yang
relevan terhadap efi siensi investasi pendidikan baik publik maupun swasta,
karena education-job mismatches mempengaruhi upah dan juga
keluaran/hasil tenaga kerja lainnya, seperti kepuasan kerja (Hersch 1991,
Groot 1996), on-the-job training (Sicherman 1991), mobilitas geografi
(Dekker et al. 1996), dan turn over pekerja (Hersch, 1991 dikutip dari
Farooq et.al, 2009). Hersch (1991), dan Battu, et al. (2000) telah meneliti
tentang pengaruh non-moneter dari adanya job-education mismatch, dan
menemukan bahwa pekerja yang overeducated dan pekerja perempuan yang
undereducated menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang kurang
dibandingkan dengan pekerja yang match, dan selanjutnya dia
menyimpulkan bahwa pekerja yang memiliki pendidikan yang tepat
memiliki premi pada kepuasan kerja (dikutip dari Farooq et.al, 2009).
Namun, Allen dan van der Velden (2001), dan Green dan McIntosh (2002)
menemukan bahwa mismatch dalam kualifi kasi menurunkan kemungkinan
pekerja untuk sangat puas, sementara mismatch dalam pendidikan tidak
mempengaruhi tingkat kepuasan pekerja (dikutip dari Farooq et.al, 2009).
Robst (2007) menunjukkan bahwa mismatchpendidikan dengan pekerjaan
telah mengakibatkan rendahnya
Pendapatan yang diterima pekerja.10 Dalam teori ekonomi tentang
‘Total Factor Productivity’, besaran upah/pendapatan merupakan salah satu
faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja yang
tentu saja akan mempengaruhi kinerja industri
Sisi pasokan (supply side)
C. KESIMPULAN
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya penyelarasan merupakan upaya penyesuaian pendidikan
sebagai pemasok SDM dengan dunia kerja yang memiliki kebutuhan
dan tuntutan yang dinamis. Konsep penyelarasan mengisyaratkan
adanya kebutuhan koordinasi yang baik antara pihak penyedia Iulusan
pendidikan dengan pihak yang membutuhkan tenaga lulusan.
2. Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dilakukan dengan
menyesuaikan pola pasokan/pendidikan dengan permintaan dari dunia
kerja. Kondisi permintaan akan bervariasi berdasarkan sektor bidang
kerja (industri barang dan jasa) pada beberapa sektor lapangan kerja.
3. Salah satu aspek yang menentukan arah pembangunan pendidikan
nasional adalah kondisi permintaan saat ini dan yang akan datang.
Keakuratan informasi dari sisi permintaan ini nantinya akan
menentukan ketepatan desain sistam pendidikan, sehingga
output/lulusan yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab
kebutuhan dunia kerja.
4. Pendekatan market-driven dalam upaya penyelarasan pendidikan
dengan dunia kerja, memberikan konsekuensi bahwa sisi
pasokan/pendidikan harus berusaha merespon dinamika kebutuhan
dunia kerja. Sebagai langkah awal perbaikan sistem pendidikan
nasional, maka perlu dilakukan juga pemetaan terhadap kondisi saat ini
dan kesenjangan yang mungkin terjadi dengan kebutuhan dunia kerja
baik dalam dimensi kualitas/kompetensi, kuantitas, lokasi maupun
waktu
5. Mekanisme penyelarasan meliputi tiga aspek utama yaitu (1)
mekanisme terkait dengan eksplorasi sejumlah aktivitas dan progam
yang perlu dilakukan sehingga informasi kebutuhan dari sisi permintaan
dapat diperoleh secara akurat dan sustainable, (2) mekanisme terkait
dengan eksplorasi seluruh aktivitas dan progam yang diperlukan untuk
tersedianya lulusan/angkatan kerja yang siap memasuki lapangan
pekerjaan dan menciptakan lapangan kerja (wirausaha) serta (3) sebuah
mekanisme yang menjamin dapat dikomunikasikannya informasi
kebutuhan sisi permintaan kepada sisi pasokan/pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA