Pada saat ini banyak orang yang berpikir cara menyelesaikan masalah pengangguran
hanya menggunakan cara pendidikan. Hal cara berpikir tersebut disebut dapat cukup
berbahaya karena bukan hanya berakibat membuat sistem pendidikan bermasalah, tapi itu
juga bisa membuat pengangguran menjadi masalah yang tidak pernah bisa
diselesaikan.Berangkat dari alasan peningkatan angka pengangguran yang merupakan
gagalnya sistem pendidikan, maka perlu mengadopsi metode pendidikan tertentu, dan konsep
“link and match” perlu dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan.
Link and Match yang dimaksud ialah Link and Match antara institusi pendidikan
dengan dunia kerja dan industri, yang dimana hal tersebut merupakan upaya dari institusi
pendidikan untuk memastikan bahwa lulusannya tidak hanya pintar tetapi juga dapat segera
bekerja. Melalui Link and Match ini juga memastikan bahwa siswa tidak hanya memiliki
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, tetapi juga mendapatkan
kesempatan kerja setelah lulus.
Pada intinya, konsep linking and matching dapat digunakan sebagai media untuk
meningkatkan relevansi perguruan tinggi dan permintaan tenaga kerja. Perguruan tinggi perlu
bekerjasama dengan lingkungan kerja profesional agar dapat meningkatkan relevansi
perguruan tinggi dari waktu ke waktu, yang tentunya harus mengikuti prinsip kerja yaitu
perguruan tinggi juga harus mampu memberikan manfaat bagi dunia usaha.
Contoh spesifik Link and Match adalah meningkatkan program pemagangan agar
industri juga dapat memperoleh manfaat dari adanya program pemagangan, karena selama ini
terkesan bahwa penerima manfaat magang ialah hanya perguruan tinggi dan mahasiswa,
tetapi industri yang direpotkan.
Namun menjalankan Link and Match bukanlah tugas yang mudah. Oleh karena itu,
idealnya, agar program “link and match” ini berhasil, ada tiga bagian yang harus digerakkan
secara bersamaan, yaitu universitas, lingkungan kerja (perusahaan / industri), dan pemerintah.
Diantara ketiga komponen tersebut, peran perguruan tinggi merupakan syarat terpenting dan
menjadi prioritas utama. Kreativitas dan kebijaksanaan penyelenggara pendidikan tinggi
menjadi faktor penentu keberhasilan program.
1. Perguruan tinggi harus mau melakukan penelitian/riset tentang dunia kerja yang
bertujuan untuk mencari dan menemukan kemampuan (skill) apa yang paling dibutuhkan
di dalam dunia kerja.
2. Perguruan tinggi juga harus dapat memprediksi skill (kapabilitas) apa yang akan
dibutuhkan oleh dunia kerja dan teknologi dalam sepuluh tahun yang akan mendatang.
Perguruan tinggi dapat mulai memenuhi kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan oleh
dunia kerja dengan sebagai materi perkuliahan di universitasnya.
Perguruan tinggi harus menjalin relasi (kerjasama) dan menjalin kontak dengan banyak
perusahaan agar bersedia menjadi tempat bagi mahasiswa pascasarjana untuk bekerja dan
belajar (magang). Dengan magang langsung di dunia kerja (on the spot), lulusan tidak hanya
siap secara teori, tetapi juga praktiknya.
Jika program "link and match" berjalan dengan baik, pemerintah dan perguruan tinggi
akan mendapatkan keuntungan dari pengurangan angka pengangguran (terdidik). Oleh karena
itu, perguruan tinggi dan juga pemerintah harus sungguh-sungguh menjaga suasana
pelaksanaan "link and match" dari perguruan tinggi ke dunia kerja, dengan harapan program
"link and match" dapat berjalan lebih baik dan membawa benefit bagi semua pihak.