Anda di halaman 1dari 8

Kerjasama dengan DU/DI

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Dunia Usaha / Dunia Industri


Menurut Jurnal UPI, Dunia Usaha dan Dunia Industri cukup berperan dalam proses
pembelajaran yaitu dalam rangka memberikan fasilitas bahan untuk praktek
pembelajaran dan mempromosikan bahan yang mereka miliki.

2.2. Program Kerja Kehumasan yang Ada Di Sekolah


Menurut Benty dan Gunawan (2015:144) Program adalah suatu rancangan mengenai asas
suatu usaha yang akan dijalankan. Sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan dan bantu
membantu diantara satu dengan yang lain kepada pencapaian suatu tujuan program itu. Organisasi
mengandung satu atau lebih program dan tujuan taip-tiap program itu adalah tidak serupa, tetapi
saling menyumbang kepada satu tujuan sebuah organisasi itu. Program kerja adalah suatu rencana
kegiatan dan suatu organisasi yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang
waktu yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi
organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai
sarana untuk mewujudkan cita-cita organisasi. Selain itu menurut Minarti (2012:285) salah satu
tujuan program kehumasan adalah memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga pemerintah,swasta, dan organisasi sosial. Salah satunya adalah dengan Dunia
Usaha dan Dunia Industri.
Menurut Benty dan Gunawan (2015:114) Ada dua alasan mengapa program kerja perlu
disusun oleh suatu organisasi, yaitu: 1) efisiensi organisasi, dengan dibuatnya suatu program kerja
oleh suatu organisasi maka waktu yang dihabiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk
kegiatan apa saja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain bisa digunakan
untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat; dan 2) keefektifan organisasi, juga
dapat dilihat dari sisi lain, dimana dengan membuat program kerja oleh satu organisasi maka
selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian keperguruan yangs
atu dengan bagian keperguruan yang lainnya.

2.3. Pengaruh Positif dan Negative Kerjasama dengan Dunia Usaha / Dunia Industri

Keuntungan yang di peroleh dari hasil kerjasama ini dirasakan oleh pihak-pihak
yang melaksanakan kerjasama, baik sekolah maupun dunia usaha. Pihak sekolah kejuruan,
sangat terbantu dalam peningkatan mutu pendidikan, pelaksanaan Prakerin, penyaluran tamatan,
dapat mengetahui perkembangan yang terjadi di duniausaha/industri. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soewandito dalam (Wena, 1997:54) yangmengatakan, manfaat tersebut meliputi:
(1) terjaminnya relevansi program pendidikan; (2) mengetahui kecenderungan teknologi baru
yang akan digunakan di industri; (3) mendapat pengetahuan mengenai teknik dan metode
yang diterapkan di industri; (4) mendapatkan pengalaman industri baik bagi siswa maupun
staf pengajar; dan (5) menciptakan afiliasi kerja. Dalam Proses kerjasama ini pihak dunia usaha
juga merasa diuntungkan, karena dapat mencari tenaga-tenaga terampil yang dapat direkrut untuk
menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, hubungan kemitraan yang dilakukann sekolah
kejuruan meliputi kerjasama di berbagai aspek dengan dunia usaha/industri yang menjadi mitra
sekolah. Dalam kerjasama tersebut antara lain meliputi pelaksanaan Prakerin, penyaluran
tamatan, pengadaan uji kompetensi, pengadaan fasilitas penunjang kegiatan belajar-mengajar,
serta dalam penyusunan program-program sekolah. Hal yang disarankan oleh pihak dunia usaha
dalampelaksanaan kerjasama adalah melibatkan dunia usaha dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian program pendidikan sekolah menengah kejuruan serta Mempersiapkan pengalaman
kerja
sebagai bagian dari pendidikan kejuruan (Caslin, 1984:19). Dari aspek-aspek yang
dikerjasamakan, Tentunya akan dirasakan dampak yang positif maupun negatif yang dirasakan
oleh pihak yang berkerjasama. Dalam pelaksanaannya, dampak negatif jarang dirasakan oleh
kedua belah pihak, hal ini dikarenakan adanya rasa saling membutuhkan yang mendasari program
kerjasama ini. Dampak postif yang dapat dirasakan keduabelah pihak tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Bagi pihak sekolah, dampak yang dirasakan adalah sekolah dapat menekan biaya pendidikan
dengan adanya bantuan-bantuan yang diberikan dunia usaha,
2) Siswa lebih terampil dan mendapatkan pengalaman kerja yang sebenarnya;
3) Sekolah mampu menyesuaikan program-program
sesuai kebutuhan dunia usaha yang semakin berkembang;
4) sekolah tidak selalu mengandalkan dana dari negara, namun dengan adanyasumbangan dari
dunia usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat berjalan lebih cepat
5) Sedangkan bagi dunia usaha,dapat mempermudah dalam pencarian tenaga kerja yang terampil
dan berdedikasi tinggi.
Namun ada sedikit dampak negatif yang menjadi kerugian bagi pihak dunia usaha, yaitu
proses pembimbingan akan berpengaruh pada proses produksi diperusahaan tersebut, karena
waktu yang digunakan pada proses produksi di dunia usaha tersita dengan bimbingan yang
dilakukan. Sedangkan pengaruh negatifnya bagi sekolah, setelah PSG
cenderung awalnya agak malas lagi untuk masuk sekolah, namun demikian lama
kelamaan akan terbiasa dan kembali seperti semula

2.4. Faktor Hambatan dalam Melakukan Kerjasama dengan Dunia Usaha / Dunia
Industri
Hambatan yang biasa dialami selama bekerjasama dengan DU/DI adalah sebagai berikut:
1. Penempatan peserta didik di tempat prakerin yang tidak sesuai dengan program studi yang
diambil.
2. Pembimbing kurang teliti terhadap potensi yang dimiliki peserta didiknya sehingga banyak
terjadi hambatan.
3. Adanya campur tangan pihak ke tiga (orang tua peserta didik) yang langsung mengajukan
komplainnya kepada DU/DI.
4. Adanya perusahaan yang bangkrut (pailit) yang mengakibatkan peserta didik dikembalikan ke
sekolah.
5. Peserta didik yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan DU/DI, sehingga peserta
didik sering membolos saat prakerin.
6. Sekolah tidak dapat memastikan pengiriman peserta didik ditiap tahapan prakerin selalu
berpotensi baik.
Solusi dari hambatan yang terdapat dalam kerjasama sekolah dengan DU/DI adalah sebagai
berikut:
1. Seharusnya sekolah lebih teliti dalam menyesuaikan tempat prakerin dengan program studi yang
diambil peserta didik.
2. Seharusnya pembimbing harus mengetahui potensi yang dimiliki peserta didik supaya tidak
ada industry.
3. Seharusnya orang tua peserta didik jika industry, harus langsung melaporkan kepada pihak
sekolah.
4. Sekolah berusaha mencari tempat prakerin baru. Jika tidak ada tempat, sekolah menampung
peserta didik tersebut untuk prakerin di sekolah, dan pemberian nilai dilakukan oleh sekolah
sendiri.
5. Sekolah memberikan pengetahuan dasar tentang etika berbicara, etika berpakaian, dan etika
bersikap kepada peserta didik. Sehingga peserta didik bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
DU/DI.
7. Sekolah harus mengadakan pembekalan secara menyeluruh kepada peserta didik, sehingga
sekolah bisa mengirimkan peserta didik dengan potensi baik disetiap tahapan.

2.5. Latar Belakang Sekolah Melakukan Kerjasama dengan Dunia Usaha / Dunia Industri
Kerjasama yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Dunia
Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) adalah sebuah strategi pembelajaran dan bisnis yang
dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Kerjasama dilakukan selain karena
tuntutan kurikulum juga sebagai upaya pengembangan keterampilan peserta didik SMK
dalam bentuk kerja nyata industri yang diharapkan juga dapat memberikan keuntungan
bagi industri untuk memanfaatkan mereka sebagai tenaga kerja bantu pada level operasional
dan juga industry. Pola kerjasama bisa dilakukan secara berkesinambungan,dan secara
teknis sekolah yang harus berinisiatif untuk mengiformasikan kepihak industri mengenai
jadwal dan waktu, sehingga antara industry dan sekolah secara bersama sama membuat
komitmen dengan industri MoU. Sebagai panduan Pola kerjasama ini akan dilengkapi
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang lebih detail.
Pola kerjasama ini harus dilakukan dengan inisiatif awal dari sekolah dengan pola
jemput bola, mendatangi Industry untuk mencari kebutuhan kompetensi yang bisa
mendorong kemajuan Industri dari sisi kemampuan sumberdaya manusia minimal untuk
tingkat pelaksana (operator) Industri, yang pada akhirnya Industri akan tumbuh dan
berkembang melalui penambahan kompetensi, dan sekolah bisa menjamin pola pelatihan,
peralatan yang tersedia dan para pengajar memang memiliki kemampuan. Untuk
memberikan kepercayaan kepada Industry pola ini akan dibuat secara detail dan terinci
dalam Guide Linepelatihan, dan akan dilindungi dengan Industri MoU yang lebih jelas.
Proses pelaksanaan akan ditangani secara professional oleh unit pelaksana teknis produksi
dan training dibawah bidang kerjasama dan pelayanan industri disetiap Sekolah Kejuruan
(SMK).
Prinsip kerjasama industri antara sekolah dengan dunia kerja pada akhirnya
mempunyai tujuan untuk mempercepat waktu penyesuaian bagi lulusan Sekolah Kejuruan
dalam memasuki dunia kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah
menengah kejuruan. Pendidikan kejuruan mampu menyita perhatian berbagai pihak,
terutama stakeholders pendidikan, dikarena prinsip pendidikan kejuruan mempengaruhi
perilaku pelanggan pendidikan.
Perhatian yang besar terhadap pendidikan kejuruan tentu saja terkait dengan prinsip-prinsip
pendidikan kejuruan, seperti yang diidentifikasi oleh Barlow (Murniati dan Usman 2009:20),
yaitu: (1) Pendidikan kejuruan adalah suatu suatu perhatian rasional tenaga kerja,
pendidikan industri, pertanian dan bantuan pemerintah, kebutuhan ekonomi merupakan suatu
kerangka nasional dari pendidikan kejuruan; (2) Pendidikan kejuruan memelihara pertahanan
umum dan memajukan kesejahteraan umum; (3) Pendidikan kejuruan mempersiapkan remaja dan
dewasa, merupakan suatu tanggung jawab sekolah pemerintah, demokratisasi pendidikan dimana
pemerintah memperlihatkan industri yang baik untuk kebutuhan pendidikan kejuruan
pada industri pendidikan sekolah pemerintah; (4) Pendidikan kejuruan memerlukan suatu
pendidikan dasar; (5) Pendidikan kejuruan direncanakan dan dipimpin dalam kerjasama yang erat
dengan pengusaha dan industri; (6) Pendidikan kejuruan memberikan keterampilan dan
pengetahuan yang bernilai dalam pasar tenaga kerja; (7) Pendidikan kejuruan memberikan
pendidikan lanjutan untuk anak remaja dan dewasa.

2.6. Proses dan Tahapan Kerjasama yang Dilakukan Sekolah Dengan Dunia Usaha / Dunia
Industri
Dalam penyelenggara pendidikan, sekolah kejuruan ini menjalin kerjasama baik
anggota internal maupun eksternal sekolah, kerjasama yang dijalin bersifat formal dan
informal. Rohiat (2010:67) mengemukakan “esensi hubungan sekolah dan masyarakat
adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat, terutama dukungan moral dan industri. Dalam arti sebenarnya, hubungan
sekolah dan masyarakat sudah disentralisasikan sejak lama”.
Hubungan kerjasama dengan anggota eksternal dilakukan dengan DU/DI, bersifat
kemitraan dalam kegiatan prakerin. Prakerin merupakan kegiatan yang dulunya disebut
dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), menurut Sidi (Jayuz 2013. http://hisyamjayuz.
Blogspot.com/ 2013/12/) adalah “suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
keahlian industrial, yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional”.
Hubungan kerjasama dengan Pemda dan instansi terkait telah dilakukan dengan baik, seperti
pemberian rekomendasai, melakukan kegiatan bersama, ndust dukungan dana untuk
pengadaan fasilitas, dukungan industri dalam pembentukan berbagai diklat sekolah,
memberika isentif kepada guru, dan memberikan gaji guru kontrak. Hubungan kerjasama
dengan majelis sekolah dan orang tua siswa pada dasarnya cukup mendukung, seperti
melakukan promosi sekolah secara bersama, menyetujui kegiatan sekolah.
Hubungan kerjasama dengan komite sekolah berlangsung sangat baik, dimana komite
sekolah tetap membantu dan mendukung, bahkan selalu memonintor kegiatan sekolah.
Dalam Lampiran II Kepmendiknas Nomor 044 Tahun 2002 (Engkoswara dan Komariah
2011:297), komite sekolah didefinisikan sebagai “badan mandiri yang mewadahi peranserta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efesiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah”.
Untuk proses kesepakatan antara sekolah dengan perusahaan dalam menjalin
kerjasama langkah-langkah yang dilakukan sekolah ialah pertama, sekolah mengkonfirmasi
via telepon terlebih dahulu kepada perusahaan yang ingin diajak kerjasama di dalam rapat
sekolah tadi, jika perusahaan memberikan sinyal menyetujui untuk melihat promosi dan
presentasi sekolah, maka sekolah akan mengirimkan proposal serta surat pemberitahuan
dari sekolah. Jika perusahaan atau industri mengirimkan surat balasan konfirmasi, sekolah
baru akan industri ke perusahaan untuk mempresentasikan materi promosi sekolah yang
sudah disiapkan. Perusahaan atau industri yang sudah menyetujui ada penandatanganan
perjanjian kerjasama berupa MoU (Memorandum of Understanding) antara sekolah dengan
perusahaan.
Sedangkan Langkah-langkah yang telah dijelaskan secara konkret sebagai langkah persiapan
untuk menjalin kerjasama antar SMK dengan DU/DI yang dijelaskan oleh Raharjo (dalam Isbianti,
2009:44-45) adalah sebagai berikut:
2.6.1 Sekolah mengkaji berbagai industri dan lembaga yang potensial yang ada disekitar wilayahnya
yang antara lain meliputi:
a. Jenis dunia usaha
b. Aktivitas proses produksi yang meliputi barang dan jasa yang dihasilakan oleh perusahaan atau
lembaga tersebut
c. Kualifikasi tenaga kerja yang meliputi jabatan-jabatan tenaga kerja yang ada, tugas-tugasyang
dikerjakan, serta keahlian / ketrampilan apa saja yang mungkin diperoleh di perusahaantersebut
d. Fasilitas praktek atau fasilitas produksi yang tersedia
e. Daya industri atau kemungkinan jumlah siswa yang bisa diterima untuk pelatihan
f. Kualifikasi lembaga, apakah tergolong perushaan besar, menengah, atau kecil

2.6.2. Melakukan pengkajian terhadap semua ketrampilan yang sesuai dan dapat diperoleh di
setiap industri. Dalam hal ini, pada bagian atau divisi dan sub bagian di industri apa sajakah
ketrampilan yang sesuai dapat diperoleh peserta PSG untuk masing-masing program studi.

2.6.3. Sekolah melalui majelis sekolah atau komite sekolah merintis kerjasama
denganindustri atau perusahaan yang sesuai dengan standar keahlian atau ketrampilan tiap-tiap
program studi. Dalam hal ini sekolah membuat kerja sama dengan DU/DI secara tertullis tentang
pelaksanaan PSG atau biasa disebut dengan Memorandum of Understanding (MoU) yang memuat
:
a. Hak dan kewajiban DU/DI dalam melaksanakan PSG
b. Hak dan kewajiban sekolah dalam melaksanakan PSG
c. Penyusunan atau sinkronisasi kurikulum PSG atau bahan ajar
d. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan PSG
e. Pembiayaan
f. Pengawasan dan pengendalian mutu PSG
g. Uji kompetensi
h. Seleksi siswa
i. Pemasaran tamatan
j. Hal-hal lain yang dianggap penting.

DAFTAR RUJUKAN

Benty, D. D. N.,dkk. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat. Malang: Universitas
Negeri Malang
Caslin M. C. 1984. Using the commuity as a resource. Collaboration VocationalEducational And
Private Sector. p. 167- 175. Arlington, VA: The AmericanVocational Association.
Engkoswara dan Komariah, Aan. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Jayuz, Hisyam. 2013. Pengelolaan Pendidikan Sistem Ganda. Tersedia [On-line]
http://hisyamjayuz.blogspot.com/ 2013/12/, diakses pada tanggal 12 Mei 2014.

Minarti, Sri. 2012. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Murniati AR dan Usman, Nasir. (2009). Implementasi Manajemen Stratejik: dalam
Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung: Citapustaka Media Perintis
Pidarta, M. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Purnanto, Nikko Edistya dan Imron, Ali. 2009. Manajemen Pengembangan Kerjasama Antara Sekolah
Dan Dunia Usaha Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Malang: Universitas Negeri
Malang
Purnomo, Nikko Edistya. 2015. Manajemen Pengembangan Kerjasama Antara Sekolah Dan Dunia
Usaha Dalam UpayaPeningkatan Mutu Pendidikan. (Online).(http://ap.fip.um.ac.id/wp-
content/uploads/2015/05/7.-Nikko-.Edistya-Purnanto.Pdf). Diakses tanggal 15 April 2016.
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT. Refika Aditama.
Shinta. 2013. Teknik Bekerja Sama dan Bersinergi Dengan Industri dan
Perusahaan yang Memerlukan Jasa Di bidang Pendidikan. (Online).
(https://shintadellyfarnila.wordpress.com/). Diakses tanggal 14 April 2016
Wena, M. 1997. Pendidikan Kejuruan Sistem Ganda. Malang: IKIP Malang.

http://noerzusniyaap14.blogspot.com/2016/04/kerjasama-dengan-dudi.html

Anda mungkin juga menyukai