Anda di halaman 1dari 77

PENGARUH PENGUKURAN BALANCED SCORECARD

TERHADAP MANAJEMEN KINERJA LEMBAGA


(EXPLANATORY METHOD) DI UIN SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

PROPOSAL DISERTASI

Diajukan kepada Pascasarjana (S-3) IAIN Tulungagung

Oleh:

M. ABDURROHMAN MAZHARUL LABIB


(12601195006)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG
2023
A. Konteks Penelitian
Perkembangan teknologi yang telah memasuki era industri 4.0 saat ini
mengakibatkan timbulnya kompetisi/ persaingan dalam berbagai bidang yang
salah satunya adalah bidang pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan tinggi,
dituntut untuk dengan cepat merespon proses yang kompleks dan
berkelanjutan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan
dapat bekerja sesuai dengan bidang ilmunya dan diterima di masyarakat secara
baik benar. Dengan kata lain Perguruan Tinggi (PT) harus menghasilkan
lulusan tenaga kerja yang kompeten berstandar nasional maupun internasional
di bidangnya. Dengan menghasilkan lulusan yang kompeten dengan standar
internasional pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya saing bangsa
(HELTS : Higher Education Long Term Strategy: 2003 – 2010), sehingga
mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri dan dapat diterima bekerja di
seluruh dunia termasuk dalam negeri sendiri.1
Berbagai kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan perguruan
tinggi menggunakan prinsip-prinsi manajemen modern diperlukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan tinggi sehingga mampu bersaing dalam
kancah internasional. Selama krisis ekonomi di Indonesia, berbagai media
memberitakan secara luas terjadi pembengkakan pengangguran yang
mencapai angka 6.151.272 jiwa atau sekitar 6% dari seluruh angkatan kerja
pada Tahun 2002. Persoalan tersebut terkait erat dengan persoalan
ketenagakerjaan oleh karena kuantitas dan kualitas tenaga kerja akan sangat
mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Karena itu pembenahan mendasar dari
persoalan tenaga kerja harus dilakukan dengan perencanaan yang memiliki
persektif jauh ke depan terhadap persoalan ketenagakerjaan.2
Persoalan ketenagakerjaan merupakan persoalan ketersediaan (supply)
tenaga kerja dan persoalan kebutuhan (demand) tenaga kerja oleh pelaku
ekonomi. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan, atau

1
Eddy Soeryanto Soegoto, Penerapan Manajemen Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Perguruan Tinggi, dalam Majalah Ilmiah
UNIKOM Vol.6, No. 2, 131-142.
2
Ibid.
lebih spesifik lagi pengangguran, kebijakan yang harus dilakukan adalah
bagaimana menangani sisi demand dan supply tenaga kerja. Pada sisi demand,
pembenahan persoalan ketenagakerjaan diarahkan pada pengembangan
kebijakan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja yang ada semaksimal
mungkin. Kebijakan ekonomi tidak saja berarti memacu pertumbuhan
ekonomi setinggi mungkin namun pertumbuhan ekonomi tersebut harus
semaksimal mungkin menyerap tenaga kerja.3
Pada sisi supply tenaga kerja, pembenahan mendasar persoalan
ketenagakerjaan harus diletakkan dalam konteks kebijakan kependudukan.
Pemahaman mengenai dinamika kependudukan akan memberikan pemahaman
yang luas dan mendalam terhadap persoalan ketenagakerjaan. Persoalan sisi
penawaran tenaga kerja harus diletakkan dalam konteks peningkatan kualitas
penduduk. Investasi dalam bidang sumberdaya manusia melalui kesehatan,
pendidikan dan pelatihan merupakan jalan utama untuk menjadikan penduduk
yang berkualitas sehingga menghasilkan tenaga kerja yang handal dan
memiliki daya saing dengan tenaga kerja dari negara lain di era globalisasi ini.
Dalam rangka mempersiapkan tuntutan global tersebut, maka lembaga
pendidikan yang tersebar di penjuru Indonesia, khususnya lembaga
pendidikan Islam yang berada di tingkat pusat, daerah terus melaksanakan
berbagai upaya peningkatan kinerja dari seluruh komponen madrasah/sekolah
agar memiliki competitive adventage (keunggulan bersaing). Tujuan utama
peningkatan kinerja ini adalah untuk mewujudkan niat dan tujuan mulia
lembaga dalam menciptakan out put peserta didik yang memiliki kecerdasan
di bidang keilmuan, keimananan dan berakhlak mulia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi yang
sedemikian cepat tidak saja mengubah cara orang berkomunikasi dan bekerja,
namun lebih jauh lagi telah membuat alam persaingan baru. Michael Porter
memperkenalkan Five Forces (lima kekuatan) yang harus dicermati oleh
pihak pimpinan lembaga pendidikan. Five Forces dapat dijelaskan sebagai

3
Dindin Jamaluddin, “Character Education In Islamic Perspective”, dalam International Journal
Of Scientific & Technology Research, Volume 2, Issue 2, February 2013 ISSN 2277-8616, 187.

3
berikut: 1. Persaingan antar lembaga pendidikan yang sudah ada (rivalry
among existing institution). 2. Ancaman dari lembaga pendidikan pendatang
baru (threat of new entrant). 3. Ancaman dari lembaga pendidikan yang
menawarkan jasa pendidikan pengganti (threat of substitute educations
service). 4. Kekuatan tawar-menawar pemasok/masyarakat yang
membutuhkan jasa pendidikan (bargainning power of suppliers). 5. Kekuatan
tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyer) 4
Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, maka harus ada perubahan-
perubahan yang bersifat inovasi, reorientasi, reorganisai, reformasi menuju
pengembangan pendidikan, yang kesemua perubahan tersebut harus menuju
terciptanya dan tercapainya kepuasan stakeholders. Kepuasan ini tercapai
apabila penyelenggara Pendidikan mampu menghasilkan lulusan yang
kompete dengan standar nasionala bahkan internasional. Untuk mencapai itu
maka diperlukan perubahan paradigma pendidikan dengan konsekuensinya.
Konsekwensi dari pada itu perlu ada koreksi terhadap dimensi aturan yang
mengikat perguruan tinggi, menyangkut standar mutu minimal yang perlu
dirumuskan secara bersama-sama. Model pengelolaan yang mengedepankan
aspek kualitas dan aspek pelayanan perlu diintrodusir bagi setiap perguruan
tinggi swasta melalui upaya optimasi kualitas manajemen aspek proses dan
sumber daya manusia serta dana.
Kaitannya dengan hal ini, Universitas Islam Blitar merupakan perguruan
tinggi Islam swasta yang memiliki karakteristik yang sedikit berbeda,
khususnya dalam pengadaan dan pengelolaan aspek dana, dibanding dengan
PTN; ini berimplikasi luas pada optimalisasi aspek lain, yaitu: aspek sumber
daya manusia maupun aspek perangkat dan aspek proses. Sehingga upaya
penciptaan kualitas lulusan harus sejauh mungkin direncanakan berdasarkan
skala prioritas. Maka sehubungan dengan itu memikirkan upaya optimalisasi
variabel vital dengan strategi yang tepat, dengan mempertimbangkan konsep

4
E. Rochaeti, Rahayuningsih, Pontjorini dan G.P. Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 17-20.

4
normatif maupun konsep teknis, adalah langkah penting untuk pengayaan
kualitas manajemen pendidikan tinggi.
Terdapat dua faktor lainnya, selain faktor kualitas, yang perlu mendapat
sorotan dalam pengembangan manajemen kinerja PTS pada ketiga wilayah
utama pendidikan tersebut yakni, faktor proses dan faktor sumber daya
manusia. Faktor proses berkaitan dengan perancangan proses, sistem
(termasuk teknologi informasi), budaya kerja struktur, sistem pengendalian,
proses penyusunan perencanaan, penganggaran dan produktivitas. Sedang
faktor sumber daya manusia mencakup permasalahan yang memuat dimensi
sosial dan psikologi, interaksi dan interelasi, motivasi, keterampilan, gaya,
penghargaan dan imbalan.
Balanced Scorecard (BSC) yang dipopulerkan oleh Robert Kaplan dan
David Norton tahun 1990 sebagai salah satu model pengukuran kinerja pada
sistem pengendalian manajemen modern, diyakini sebagai metode yang paling
komprehensif dalam menilai kinerja. BSC diciptakan karena pengukuran
keuangan tidak lagi dianggap cukup untuk organisasi saat ini. Strategi untuk
menciptakan nilai telah bergeser dari mengatur asset yang terlihat menjadi
strategi yang berbasis pengetahuan yang menciptakan dan menyebarkan asset
yang tak terlihat, termasuk hubungan dengan pelanggan, jasa dan produk yang
inovatif, proses operasi yang responsive dan berkualitas tinggi, keahlian dan
pengetahuan karyawan, teknologi yang mendukung karyawan dan
menghubungkan dengan pelanggan serta pemasok, dan iklim organisasi yang
membantu inovasi, pemecahan masalah dan pengembangan.5
Dengan demikian perlu kajian yang mendalam tentang bagaimana
manajemen kinerja melalui pengukuran balanced scorecard, Berangkat dari
hal tersebut, dapat diketahui bahwa perguruan tinggi sswasata akan memiliki
competitive adventage (keunggulan bersaing) jika manajamen kinerjanya di
samping aspek yang lain dikelola dengan baik, sesuai dengan situasi dan latar
yang mengelilinginya.

5
Eddy Soeryanto Soegoto, Penerapan Manajemen Kinerja . . . 131-142.

5
A. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pada paparan konteks penelitian diatas, maka penelitian ini
akan difokuskan pada pengaruh pengukuran balanced scorecard yang
mencakup perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha
dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap manajemen kinerja
lembaga di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Dari fokus penelitian
tersebut disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pengukuran balance scorecard dari perspektif
keuangan terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung?
2. Adakah pengaruh pengukuran balance scorecard dari perspektif
pelanggan terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid Ali
Rahmatullah?
3. Adakah pengaruh pengukuran balance scorecard dari perspektif proses
usaha terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung?
4. Adakah pengaruh pengukuran balance scorecard dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan terhadap manajemen kinerja lembaga
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung?
5. Adakah pengaruh pengukuran balance scorecard dari perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha, dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan terhadap manajemen kinerja lembaga
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung?
6. Bagaimana implementasi pengukuran balance scorecard terhadap
manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
pengukuran balanced scorecard terhadap manajemen kinerja lembaga di UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang dijabarkan sebagai berikut:

6
1. Untuk mengetahui pengaruh pengukuran balance scorecard dari
perspektif keuangan terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengukuran balance scorecard dari
perspektif pelanggan terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengukuran balance scorecard dari
perspektif proses usaha terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Untuk mengetahui pengaruh pengukuran balance scorecard dari
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap manajemen kinerja
lembaga UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
5. Untuk mengetahui pengaruh pengukuran balance scorecard dari
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha, dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap manajemen kinerja
lembaga UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
6. Untuk mendeskripsikan implementasi pengukuran balance scorecard
terhadap manajemen kinerja lembaga UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.

C. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian manajemen kinerja melalui pengukuran balanced
scorecard di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung digunakan untuk:
1. Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam membangun konsep terutama mengenai pengaruh
pengukuran balanced scorecard terhadap manajemen kinerja lembaga.

7
2. Praktis
Secara praktis, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi:
a. Bagi Lembaga yang Diteliti
Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif bagi UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi rujukan
bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih dalam tentang
topik ini serta mengembangkannya kedalam fokus lain untuk
memperkaya temuan penelitian yang lain.
c. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan gambaran tentang bagaimana pengaruh
pengukuran balanced scorecard terhadap manajemen kinerja
lembaga di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
d. Bagi Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
Dapat dijadikan pijakan dalam desain penelitian lanjutan yang
lebih mendalam dan komprehensif khususnya yang berkenaan
dengan penelitian tentang pengaruh pengukuran balanced
scorecard terhadap manajemen kinerja lembaga.

8
D. Penegasan Istilah
Agar sejak awal para pembaca dapat secara jelas memperoleh kesamaan
pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam judul “manajemen
kinerja melalui pengukuran balanced scorecard di Universitas Islam Blitar.”
sehingga diantara pembaca tidak ada yang memberikan makna yang berbeda
pada judul ini.
Untuk itu peneliti perlu memaparkan penegasan istilah baik secara
konseptual maupun secara operasional sebagai berikut:
1. Secara Konseptual
a. Manajemen Kinerja
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengawasan antar anggota organisasi dengan
menggunakan seluruh sumberdaya organisasi untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.6
Sedangkan, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang akan diberikan
kepadanya.7
Berangkat dari hal tersebut di atas, maka manajemen
kinerja dapat dimaknai sebagai suatu proses menciptakan
pengertian tentang apa yang harus, bagaimana mencapainya dan
suatu pendekatan mengelola orang untuk meningkatkan
kemungkinan pencapaian hasil maksimal yang berhubungan
dengan pekerjaan.8
b. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen
strategi yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan
atau organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur.

6
Eti Rochaty, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) h. 4-5.
7
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 67.
8
Ahmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002) h. 5.

9
Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat)
perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses usaha dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.9
2. Secara Operasional
Maksud dari manajemen kinerja melalui pengukuran balanced
scorecard di Universitas Islam Blitar terfokus pada perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.di Universitas Islam Blitar.
E. Kajian Teori
1. Manajemen Kinerja
a. Hakikat Manajemen Kinerja
Dalam proses manajemen terlibat beberapa komponen pokok
yang ditampilkan oleh seorang pimpinan, yaitu; perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), pemimpinan (Leading),
dan pengawasan (Controlling). Sedangkan menurut Usman, 10 fungsi
manajemen meliputi ; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian. Oleh sebab itu, manajemen diartikan sebagai
proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien. 11
Berbagai pendapat tersebut, pada hakikatnya dikembalikan
kepada empat bagian, yang dijabarkan sebagai berikut ; Perencanaan
(planning) : budgeting, programming, decision making, forcasting,
Pengorganisasian (organizing) : structuring, assembling resources,
staffing, Penggerakan (actuating) : coordinating, directing,
commanding, motivating, leading, stimulating, motivating,

9
Robert S. Kaplan, D. P. N. The Strategy-focused Organization: How Balanced Scorecard
Companies Thrive in the New Business Environment. (Boston: Harvard Business School Press,
2001), 117.
10
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), 15.
11
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan . . . 2.

10
Pengawasan (controlling) : monitoring, appraising, evaluating,
reporting. 12
Sedangkan kinerja dimaknai sebagai sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. 13 Adapun definisi
kinerja menurut para ahli sebagai berikut;
1) Menurut Tika, kinerja dimaknai sebagai hasil kegiatan
seseorang atau kelompok pada suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam waktu tertentu. 14
2) Menurut Mangkunegara,15 kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
akan diberikan kepadanya.
3) Kinerja (performance) menurut Mahsun16 adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan atau
program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi organisasi.
Kinerja yang ditunjukkan oleh individu sering digunakan untuk
menyebut prestasi dan tingkat keberhasilan individu dalam
melaksanakan kegiatan organisasi.
Definisi di atas menunjukkan bahwa kinerja adalah catatan
mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah fungsi
pekerjaan atau aktivitas selama periode tertentu yang berhubungan
dengan tujuan organisasi. Kinerja yang ditunjukkan oleh individu
pada suatu organisasi merupakan gabungan dari kompetensi, usaha

12
Hendyat Soetopo, Manajemen Pendidikan, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2001), 4.
13
A. Tabrani Rusyan & Wasmin, Etos Kerja dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja Guru,
(Jakarta : PT Intimedia Ciptanusantara, 2008), 48.
14
Moh Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2006), 121.
15
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2007), 67.
16
Mohammad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, (Yogyakarta : BPFE: Yogyakarta,
2006), 25.

11
dan kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya.
Oleh karena itu, kinerja ukan menyangkut karakteristik pribadi yang
ditunjukkan oleh seseorang melalui hasi kerja yang telah dan akan
dilakukan seseorang. Kinerja dapat pula diartikan sebagai
kesuksesan individu dalam melakukan pekerjaannya. Ukuran
kesuksesan masing-masing karyawan bergantung pada fungsi dari
pekerjaannya yang spesifik dalam bentuk aktivitas selama kurun
waktu tertentu. Dengan kata lain, ukuran kesuksesan kinerja tersebut
didasarkan pada ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis
pekerjaannya. 17
Menurut Dessler, Manajemen Kinerja adalah proses
mengonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian dan pengembangan
kinerja ke dalam satu sistem tunggal bersama, yang bertujuan
memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan strategis
perusahaan. Manajemen kinerja ini merupakan praktik manajer
mendefinisikan tujuan dan pekerjaan karyawan, mengembangkan
kemampuan karyawan serta mengevaluasi dan memberikan
penghargaan pada usaha seseorang yang keseluruhannya ada dalam
kerangka bagaimana seharusnya kinerja karyawan berkontribusi
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Jadi singkatnya, menurut
Dessler manajemen kinerja (performance management) adalah
proses terus-menerus untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengembangkan kinerja individu dan tim, dan menyelaraskan
kinerja mereka dengan sasaran organisasi. 18
Adapun menurut Suparyadi, Manajemen Kinerja Karyawan
pada dasarnya adalah suatu upaya mengelola kompetensi karyawan
yang dilakukan oleh organisasi secara sistematik dan terus-menerus
agar karyawan tersebut memiliki tingkat kinerja yang diharapkan

17
Khaerul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), 186.
18
Robert S. Kaplan, D. P. N. The Strategy-focused Organization: How Balanced Scorecard
Companies Thrive in the New Business Environment. (Boston: Harvard Business School Press,
2001), 117.

12
oleh organisasi yaitu mampu memberikan kontribusi yang optimal,
sehingga mampu mencapai tujuan organisasi 19
. Menurut Sentot
Imam W., Manajemen Kinerja adalah proses yang
berkesinambungan untuk mengidentifikasi, mengukur dan
mengembangkan kinerja individual dan tim serta menyelaraskan
kinerja mereka dengan tujuan organisasi 20
. Sedangkan menurut
Surya Dharma, Manajemen Kinerja adalah suatu proses yang
dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok dan
individu yang digerakkan oleh para manajer. Pada dasarnya
manajemen kinerja adalah suatu proses yang dilaksankanan secara
sine rgi antara manajer, individu dan kelompok terhadap suatu
pekerjaan di dalam organisasi. 21
Lebih lanjut, Surya Dharma berpendapat bahwa manajemen
kinerja didasarkan kepada kesepakatan tentang sasaran, persyaratan
pengetahuan, keahlian, kompetensi, rencana kerja dan
pengembangan. Dengan demikian, manajemen kinerja mencakup
pengkajian ulang terhadap kinerja secara berkesinambungan dan
dilakukan secara bersama berdasarkan kesepakatan mengenai
sasaran, persyaratan pengetahuan, keahlian, kompetensi, rencana
kerja dan pengembangan, serta pengimplementasian rencana
peningkatan dan pengembangan lebih lanjut. 22
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa
yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan
19
Robert S. Kaplan, D. P. N. The Strategy-focused Organization: How Balanced Scorecard
Companies Thrive in the New Business Environment. (Boston: Harvard Business School Press,
2001), 117.
20
Robert S. Kaplan, D. P. N. The Strategy-focused Organization: How Balanced Scorecard
Companies Thrive in the New Business Environment. (Boston: Harvard Business School Press,
2001), 117.
21
Robert S. Kaplan, D. P. N. The Strategy-focused Organization: How Balanced Scorecard
Companies Thrive in the New Business Environment. (Boston: Harvard Business School Press,
2001), 117.
22
Robert S. Kaplan, D. P. N. The Strategy-focused Organization: How Balanced Scorecard
Companies Thrive in the New Business Environment. (Boston: Harvard Business School Press,
2001), 117.

13
pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan
kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka
waktu tertentu baik pendek maupun panjang. Hal ini menunjukkan
bahwa, manajemen kinerja yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
madrasah, menurut Simanjuntak23 bertujuan untuk meningkatkan
kinerja sebuah organisasi melalui keseluruhan kegiatan yang
dilakukannya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja digunakan untuk memantau produktifitas kerja sumber
daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun
pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang
membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan
berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya.
Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan
hal-hal seperti: kesukarelaan, pengembangan diri pribadi,
pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi
seutuhnya.
Hal itu akan terjadi jika seorang pimpinan mengetahui tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja bawahannya.
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson24 faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu; kemampuan
mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan
yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.
Sedangkan Maisah menjabarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kineja seseorang meliputi; 25

23
Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, (Jakarta : Fakultas Ekonomi UI,
2005), 17.
24
R.L. Mathis dan J.H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Salemba Empat,
2002), 82.
25
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), 129-
130.

14
1) Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan,
keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi,
dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu guru;
2) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team
leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan
dukungan kerja pada bawahannya;
3) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;
4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang
diberikan oleh pimpinan, proses organisasi dan kultur kerja
dalam organisasi.
Selanjutnya, Mangkunegara26 berpendapat bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu; faktor kemampuan (ability) dan faktor
motivasi (motivation) yang dijelaskan sebagai berikut;
1) Faktor kemampuan. Secara psikologis, kemampuan (ability)
pegawai terdiri atas kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan
realita (pendidikan). Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan
pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya;
2) Faktor motivasi.27 Faktor ini terbentuk dari sikap (attitude)
seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi
merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh
seseorang, dan perkiraan seseorang yang bersangkutan bahwa
tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.
Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, maka
akan terbuka jalan untuk memperolehnya, sehingga yang
bersangkutan termotivasi oleh keinginannya dan akan berupaya

26
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2000), 67.
27
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 141.

15
untuk mendapatkannya.28 Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan pegawai ke arah pencapaian tujuan;
3) Sikap mental, merupakan kondisi mental yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara
maksimal.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor
eksternal seorang karyawan. Faktor eksternal tersebut sangat erat
kaitannya dengan situasi atau kondisi kerja pada suatu perusahaan
atau organisasi, salah satunya mengenai masalah konflik yang
terjadi.
Manajer yang efektif akan memanfaatkan sumber daya
organisasi sedemikian rupa, sehingga membuahkan hasil kerja yang
baik serta kepuasan bagi mereka yang ikut serta dalam melaksanakan
pekerjaan yang diperlukan. Terdapat dua kriteria yang berhubungan
dengan suatu kinerja masing-masing, yaitu efektivitas dan efisiensi.29
Terdapat dua kategori dasar atribusi: yang bersifat internal atau
disposisional (dihubungkan dengan sifat-sifat orang), dengan yang
bersifat ekternal atau situsional (yang dapat dihubungkan dengan
lingkungan seseorang). Misalnya, perilaku (dalam hal ini kinerja)
dapat ditelusuri hingga ke faktor-faktor spesifik seperti kemampuan,
upaya, kesulitan tugas, atau nasib baik. Kemampuan dan upaya
adalah penyebab-penyebab yang bersifat internal bagi ekternal.
Meskipun demikian, sejumlah faktor lain dapat juga mempengaruhi
kinerja, seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja
bawahan, atau pimpinan; kendala-kendala sumber daya; keadaan
ekonomi; dan sebagainya. 30
Untuk lebih jelasnya dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

28
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), 292.
29
John R. Schermerhorn, Jr, Management, (John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd, 1996), edisi
bahasa Indonesia, Manajemen, terj. M. Parnawa Putranta (Yogyakarta : Andi, 2003), 5.
30
A. Dale Timpe, Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja, (Jakarta : Gramedia, 2002), 32-33.

16
Mengapa di Balik Keberhasilan dan Kegagalan
Kinerja Internal (pribadi) Ekternal (lingkungan)
Baik 1. kemampuan tinggi 1. pekerja mudah
2. kerja keras 2. nasib baik
3. bantuan dari rekanrekan
kerja.
4. pempinan yang baik
Jelek 1. kemampuan rendah 1. pekerjaan sulit
2. upaya sedikit 2. nasib buruk
3. rekan-rekan kerja tidak
produktif.
4. pimpinan yang tidak
simpatik

Gambar di atas, menunjukkan sifat atribusi, dapat diterapkan


dalam analisis kinerja diri sendiri atau kinerja orang lain.
Penyebabpenyebabnya dapat dijelaskan dengan keadaan kinerja baik
mungkin internal (saya bekerja denga baik karena saya betul-betul
berbakat), atau eksternal (saya bekerja dengan baik karena
pekerjaannya bagitu mudah; siapa saja dapat melakukannya sama
baiknya). Penyebab dapat dijelaskan dengan bentuk kinerja baik
dapat juga bersifat internal (saya melakukannya dengan buruk
karena saya tidak mencoba) atau ekternal (saya melakukannya
dengan buruk karena saya mempunyai pemimpin yang jelek).
Dari hal tersebut dapat diketahui, bahwa efektivitas kinerja
merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu tugas atau tujuan.
Sedangkan efisiensi kinerja adalah mengukur biaya sumber daya
yang diperlukan sehubungan dengan pencapaian suatu tujuan, dalam
hal ini adalah perbandingan antara keluaran (out put) riil yang
dihasilkan dengan masukan (input) yang digunakan.
c. Manajemen Kinerja dalam Meningkatkan Daya Saing pada Lembaga
Pendidikan Islam
Keunggulan bersaing muncul pada awal tahun delapan puluhan
dan menjadi strategi perusahaan untuk mampu survive dalam
persaingan. Persaingan sangat menentukan terhadap sukses atau
tidaknya suatu organisasi dalam menghadapi pesaingnya. Suatu

17
organisasi akan bekerja keras dalam menentukan strategi untuk
memenangkan persaingan dengan menggunakan berbagai macam
cara dan strategi untuk menjadi yang terbaik. Dalam rangka
meningkatkan competitive advantage pada lembaga pendidikan
Islam, maka diperlukan pelaksanaan manajemen kinerja yang tepat
guna. Dalam parakteknya, manajemen kerja dalam meningkatkan
competitive advantage pada lembaga pendidikan Islam terdiri dari
tiga fase dalam manajemen kinerja, yakni perencanaan, pembinaan
dan evaluasi. 31
1. Perencanaan kinerja
Perencanaan adalah penentuan secara matang dan cerdas
tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka mencapai tujuan pada setiap satuan dan jenjang
pendidikan. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses
untuk menentukan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dan
ingin mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai
tujuan tersebut. Melalui perencanaan seorang manajer akan dapat
mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana cara
untuk melakukannya. 32
Perencanaan kinerja merupakan titik awal yang bisa
digunakan oleh manajer (kepala madrasah/sekolah) untuk
memulai proses kinerja.33 Perencanaan tenaga kerja atau
pengadaan sumber daya manusia (recruitment) dilakukan pada
saat terjadi kekosongan posisi pada lembaga pendidikan Islam.
Recruit ment dapat didefinisikan sebagai sebuah proses mencari
dan menarik pelamar yang memenuhi syarat untuk mengisi
jabatan/posisi tertentu yang lowong, yang telah di identifikasi

31
Karen R Seeker dan Joe B. Wilson, Planning Successful Employee Performance, (terj. Ramelan)
(Jakarta : PPM, 2000), 87.
32
Amirullah dan Rindyah Hanafi, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), 9.
33
Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja. . . 18.

18
dalam perencanaan sumber daya manusia oleh setiap satuan atau
jenjang pendidikan.34
Adapun hal-hal penting yang berhubungan dengan
perencanaan kinerja dalam meningkatkan competitive advantage
pada lembaga pendidikan Islam yaitu;
a) Mengidentifikasikan bantuan yang akan disediakan
manajer/pimpinan;
b) Mengidentifikasikan kendala-kendala yang menghambat
pencapaian serta cara mengatasinya;
c) Mengembangkan pemahaman bersama tentang arti penting
relative dari tugas-tugas kerja dan kewenangan.35
Terkait dengan perencanaan kinerja ini, Allah berfirman
dalam QS. Al-Hasyr : 18 sebagai berikut :
ٞ ‫ر ن َۡف‬TTۡ Tُ‫وا ٱهَّلل َ َو ۡلتَنظ‬T
ْ Tُ‫د َوٱتَّق‬Tٖۖ T‫ َّد َم ۡت لِ َغ‬Tَ‫س َّما ق‬
َ ‫وا ٱهَّلل ۚ َ ِإ َّن ٱهَّلل‬T ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ Tُ‫وا ٱتَّق‬
َ‫َخبِي ۢ ُر بِ َما ت َۡع َملُون‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.

2. Pembinaan Kinerja
Manajemen kinerja merupakan suatu proses menciptakan
pengertian tentang apa yang harus, bagaimana mencapainya dan
suatu pendekatan mengelola orang untuk meningkatkan
kemungkinan pencapaian hasil yang berhubungan dengan
pekerjaan,36 yang dilakukan melalui pembinaan kinerja. Terkait
dengan pembinaan kinerja ini, Islam telah memberikan pedoman
tentang penting pembinaan ini, sebagaimana termaktub dalam
QS. Al-Kahfi : 2

34
Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integrative, (Malang: UIN-Press,
2009), 132.
35
Robert Bacal, Performance Management, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 64.
36
Ahmad S. Ruky, Sistem Manajamen Kinerja. . . 5.

19
‫ت َأ َّن‬ َّ ٰ َ‫ون‬TTُ‫ؤ ِمنِينَ ٱلَّ ِذينَ يَ ۡع َمل‬Tۡ T‫ر ۡٱل ُم‬Tَ ‫قَي ِّٗما لِّيُن ِذ َر بَ ۡأسٗ ا َش ِد ٗيدا ِّمن لَّد ُۡنهُ َويُبَ ِّش‬
ِ ‫لِ ٰ َح‬T‫ٱلص‬
‫لَهُمۡ َأ ۡجرًا َح َس ٗنا‬
Artinya: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan
siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan
amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik

Pembinaan kinerja dalam hal ini adalah adanya komunikasi


kinerja yang berlangsung terus menerus, di mana kepala
madrasah/sekolah dan seluruh komponennya bekerjasama untuk
berbagi informasi mengenai kemajuan kerja, kendala dan
permasalahan potensial, kemungkinan solusi bagi permasalahan
tersebut, serta bagaimana pimpinan dapat membantu bawahan.37
Dalam dunia pendidikan, istilah yang digunakan dalam
pembinaan kinerja adalah up-grading atau penataran dan inservice
training education yang pada dasarnya mempunyai maksud yang
sama. Pendidikan persiapan itu disebut pre-service education.
Diantara mereka banyak yang sudah cukup lama meninggalkan
pre-service education dan bertugas di lingkungan yang tidak
memungkinkan untuk mengikuti berbagai perkembangan dan
kemajuan.38
Inservice training adalah segala kegiatan yang diberikan dan
diterima oleh para petugas pendidikan yang bertujuan untuk
menambah dan mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan dan
pengalaman guru-guru atau petugas pendidikan lainnya, dalam
menjalankan tugas kewajibannya.39
Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa inservice training
merupakan sarana ampuh untuk mengadakan perubahan ke arah
yang lebih maju dan upaya pengembangan skill guru dalam
proses pembelajaran yang mengarah pada profesionalitas

37
Robert Bacal, Performance Management . . . 83.
38
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta, CV. Haji Masagung, 1988), 111.
39
Ngalim purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara, 2006), 68.

20
individu.40 Agar supaya inservice training dalam upaya
peningkatan mutu guru tercapai secara universal, maka guruguru
harus diberi kekuasaan lebih besar untuk bertindak sesuai dengan
apa yang mereka inginkan dengan didasarkan pada komitmen
untuk mengembangkan budaya mutu bagi sekolah.41
3. Evaluasi / Penilaian Kinerja
Evaluasi sebagai proses menentukan hasil yang telah
dicapai oleh beberapa kegiatan yang direncanakan untuk
mendukung tercapainya tujuan.42 Dengan kata lain, evaluasi
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi dalam rangka
mebuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu.43 Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari
manajemen kinerja yang merupakan proses di mana kinerja
perseorangan dinilai dan dievaluasi.44
Evaluasi atau penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang
dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja
(jabatan) seorang karyawan, termasuk potensi
pengembangannya.45
Evaluasi / penilaian kinerja disebut juga sebagai
performance appraisal, performance evaluation, development
review, performance review and development. 46 Penilaian kinerja
adalah usaha mengidentifikasi, mengukur (menilai) dan
mengelola (manajemen) pekerjaan yang dilaksanakan oleh
pekerja di lingkungan organisasi.47 Menurut A. Sihotang penilaian
kinerja adalah suatu proses di mana organisasi menilai prestasi

40
A. Usmara (ed), Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Amara
Books, 2002), 162.
41
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan : Konsep, Strategi dan Aplikasi,
(Jakarta : Grasindo, 2002), 68.
42
Suharsimi Arikunto dkk, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), 1.
43
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), 4.
44
Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja. . . 104.
45
Khaerul Umam, Perilaku Organisasi. . . 191

21
kerja para karyawannya.48 Penilaian kinerja merupakan proses
evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan, ketika
dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian
mengkomunikasikannya dengan para karyawan.49
Dalam perspektif Islam, evaluasi / penilaian kinerja ini
banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, diantaranya QS. As-Shaff :
2-3, yaitu;
ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل ت َۡف َعلُونَ َكب َُر َم ۡقتًا ِعن َد ٱهَّلل ِ َأن تَقُول‬
‫وا َما اَل‬
َ‫ت َۡف َعلُون‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian kinerja


organisasi, khususnya lembaga pendidikan Islam, menurut
Stephen P. Robbins50 antara lain ;
a. Manajemen menggunakan penilaian untuk mengambil
keputusan personalia, penilaian ini memberikan informasi
yang berhubungan dengan promosi, transfer ataupun
pemberhentian
b. Penilaian memberikan pelatihan dan pengembangan yang
dibutuhkan
c. Penilaian dapat dijadikan sebagai kriteria untuk program
seleksi dan pengembangan
d. Penilaian kinerja untuk memenuhi feed back atau umpan balik
terhadap para pekerja.

46
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan . . . 487.
47
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif,
(Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2005), 236
48
A.Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2007), 186.
49
R.L. Mathis dan J.H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia. . . . 8.
50
Stephen P. Robbins, Essential of Orgazinational Behaviour 5th (San Diego University, 1999),
Edisi Bahasa Indonesia oleh Helmidan dan Dewi Sartika, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi
(Jakarta : Erlangga, 2002), 258.

22
Sedangkan manfaat penilaian kinerja organisasi, khususnya
lembaga pendidikan Islam menurut Sulistiyani sebagai berikut; 51
a. Penyesuaian kompensasi
b. Perbaikan kinerja
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan
e. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi,
mutasi, pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga
kerja
f. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian
g. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai
Sedangkan manfaat dalam evaluasi atau penilaian kinerja,
yaitu;
i. meningkatnya objektivitas penilaian kinerja pegawai,
ii. meningkatnya keefektifan penilaian kinerja pegawai,
iii. meningkatnya kinerja pegawai,
iv. mendapatkan baha-bahan pertimbangan yang objektif dalam
pembinaan pegawai tersebut, baik berdasarkan sistem karier
maupun prestasi.52
Manajemen kinerja mempunyai ruang lingkup yang luas
atau bersifat menyeluruh yang menggarap semua bagian atau
fungsi dari sebuah organisasi. Elemen-elemen tersebut adalah
tekhnologi (peralatan, metode kerja) yang digunakan, kualitas
dari input (termasuk material), kualitas lingkungan fisik
(keselamatan kerja, kesehatan kerja, lay out tempat kerja dan
kebersihan), iklim dan budaya organisasi (termasuk sepervisi dan
kepemimpinan) dan sistem kompensasi dan imbalan.53
Proses evaluasi kinerja dalam meningkatkan competitive
advantage pada lembaga pendidikan Islam harus ada pemberian
51
Ambar Tegus Sulistiyani, Manajemen Sumber Daya Manusia : Konsep, Teori dan
Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003), 225.
52
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. . . 490.
53
Ahmad S. Ruky, Pengembangan Sumber Daya Manusia : Pengaruh terhadpa Kinerja dan
Imbalan, (Malang : Banyu Media, 2003), 7.

23
pertimbangan (judgement). Pemberian pertimbangan ini pada
dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui
pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti/makna (worth and
merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian
pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori
kegiatan evaluasi.54

2. Balanced Scorecard
a. Konsep Dasar Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard (BSC) dikembangkan dan
diperkenalkan oleh Robert Kaplan dan David Norton pada tahun
1992 untuk membantu akuntan manajemen memberikan lebih
banyak informasi tentang keberhasilan perusahaan dalam
menerapkan strategi. Dengan menerapkan balanced scorecard,
akuntan manajemen dapat melakukan lebih dari memprediksi
keuntungan (sebagai bagian dari anggaran) atau memberikan
informasi untuk keputusan tentang harga produk atau membeli
peralatan baru. BSC juga memberikan informasi untuk membantu
manajer dan investor menilai seberapa dekat perusahaan bergerak
mencapai berbagai tujuan dan sasarannya. Balanced
scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang
menterjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tujuan dan
ukuran operasional.
Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem
pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja
eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang
menjadi luas yaitu empat prespektif, yang kemudian digunakan
untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif
tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.

54
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran . . . 6.

24
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu
menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata
di lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen yang terbukti
telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan
strategi bisnisnnya.55 
Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor
(scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu
yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja perusahaan. Kartu
skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak
diwujudkan di masa depan. Melalui kartu ini skor yang hendak
diwujudkan perusahaan di masa depan dibandingkan dengan hasil
kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk
melakukan evaluasi atas kinerja perusahaan diukur serta berimbang
dari dua aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, maupun internal dan eksternal.
Kaplan R. dan Norton D. pada tahun 1990 memimpin
penelitian pada beberapa perusahaan yang menggunakan metode
baru mengukur kinerja organisasi. Dari studi tersebut, diyakini
bahwa ukuran kinerja finansial telah tidak efektif dan tidak memberi
dampak pada kemampuan organisasi menciptakan nilai. Dan
ditegaskan bahwa ukuran kinerja, harus mencakup keseluruhan
kegiatan organisasi, yang meliputi customer issues, internal business
process, employees activities, dan shareholder concern.
Kinerja finansial untuk kepentingan pemegang saham adalah
hasil dari kinerja nonfinansial atau kinerja organisasi memenuhi
kepentingan stakeholders, yaitu terdiri dari pelanggan, karyawan,
dan management process untuk mengoptimalkan potensi dan
kemampuan mengeksploitasi sumber daya mengoptimalkan output.
Karena itu, untuk membangun kinerja excellent, perusahaan perlu

55
Widilestari, Konsep Balanced Scorecard & Kendala Penerapannya. Jurnal STIE Semarang, Vol
3, No.2, 2011 , 86-98.

25
memberi perhatian khusus pada pengembangan strategi membangun
kemampuan karyawan, proses internal, dan hubungan pelanggan
bagi penciptaan nilai stakeholders.56 
Kaplan dan Norton mulai tahun 1992 mengembangkan konsep
pengukuran kinerja yang dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC)
sebagai koreksi atas berbagai kelemahan ukuran kinerja finansial.
Konsep balanced scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert
S. Kaplan dan David P. Norton dalam bukunya yang berjudul
Translating Strategy Into Action: The Balanced Scorecard. Pada
awal tahun 2000 balanced scorecard tidak lagi hanya dimanfaatkan
oleh seluruh personel (manajemen dan karyawan) untuk mengelola
perusahaan. Balanced scorecard memberi kerangka yang jelas bagi
seluruh personel untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui
perwujudan berbagai kinerja non keuangan. Penggunaan teknologi
informasi telah mendukung penerapan balanced scorecard untuk
dikomunikasikan ke seluruh personel, sehingga dapat dilakukan
koordinasi dalam mewujudkan berbagai sasaran strategik perusahaan
yang telah ditetapkan. Balanced scorecard pada tahun 2006 mulai
dikembangkan untuk mengintegrasikan dua metode, yaitu: metode
manajemen strategik berbasis balanced scorecard dan metode
pengelolaan kinerja personel.57 
Kaplan dan Norton menjelaskan bahwa BSC digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan. Kaplan dan Norton memperkenalkan
empat perspektif, yaitu perspektif keuangan , perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Setelah pemikiran Kaplan dan Norton yang
menjadikan BSC sebagai sistem baru pengukuran kinerja, BSC
mengalami evolusi atau perkembangan pemikiran sampai dengan

56
A. Hasibuan, Manajemen Perubahan. (Yogyakarta: CV. ANDI, 2012), 149-150.
57
Nigrahayu, Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Pengukuran Kinerja
Perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10, 2015, 1-16.

26
saat ini. Terdapat tiga pemikiran penting tentang hasil riset yang
menunjukkan adanya perubahan kinerja atau pemikiran BSC.
Studi pertama dilakukan Lipe Salteno, studi mereka berdua
bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik BSC (ukuran umum
untuk banyak unit versus ukuran unik untuk unit tertentu) terhadap
evaluasi atasan atas kinerja unit. Studi tersebut menjelaskan bahwa
ukuran umum (common work wear division), sedangkan ukuran unik
(unique measures) adalah ukuran BSC yang hanya berlaku untuk
satu divisi saja (rad wear division  atau work wear division).
Selanjutnya riset yang dilakukan oleh Andrew Neely pada
tahun 2008. Dari buku yang ditulis Bob Kaplan dan David Norton
yang diterbitkan oleh Harvard Business Review tahun 1992 dapat
diketahui adanya fakta bahwa 30% hingga 60% dari perusahaan
besar AS telah mengadopsi BSC. Penelitian yang dilakukan Andrew
Neely ini bertujuan mengeksplorasi dampak kinerja balanced
scorecard dengan menggunakan desain kuasi-eksperimental. Studi
Neely (2008) menggunakan data laporan keuangan selama tiga tahun
dari dua perusahaan besar yang berbasis di Inggris, dimana
perusahaan satu telah menerapkan balanced scorecard sementara
perusahaan yang lain yang belum menerapkan BSC. Perusahaan
yang pertama telah menerapkan BSC mulai Januari 2001
memberikan data sebanyak 122 cabang, sementara perusahaan
kedua, terus menggunakan metode tradisional dalam pelaporan
kinerja selama periode penelitian dan data yang disediakan sebanyak
190 cabang. Kedua sekumpulan data tersebut dibandingkan menurut
cabang yang berbasis di lokasi yang sama. Pencocokan dengan
lokasi ini memungkinkan penelitian untuk membandingkan
perubahan kinerja organisasi selama masa penerbitan, sementara
mengontrol kondisi ekonomi lokal, berbagai produk, dan basis
pelanggan.

27
Studi ini membuat beberapa kontribusi pada literatur BSC
dalam pengukuran kinerja. Hasil studi ini menyediakan beberapa
bukti berbasis lapangan yang pertama pada potensi balanced
scorecard perusahaan untuk memberikan informasi yang berguna
pada pengujian strategi dan validasinya. Penelitian sebelumnya telah
mengabaikan peran potensial BSC dan lebih terfokus pada
penggunaannya dalam mengkomunikasikan tujuan strategis
karyawan, mengevaluasi kinerja unit bisnis, dan menyelaraskan
insentif karyawan diseluruh unit bisnis dan fungsi. Meskipun bukti
akademik bahwa ukuran kinerja non-keuangan biasanya mengarah
ke kinerja keuangan, hasil studi ini menunjukkan bahwa hubungan
antara ukuran kinerja non-keuangan dan kinerja keuangan tergantung
pada karakteristik strategi yang ditangkap oleh beberapa ukuran
seperti telah diuraikan sebelumnya.
Dalam dua puluh tahun terakhir, Balanced Scorecard (BSC)
telah dianggap sebagai sistem pengukuran kinerja efektif. Dalam
dekade terakhir, BSC secara bertahap terhubung dengan tujuan
manajemen strategis dan pengendalian kinerja. Namun, para ahli
masih tidak pasti tentang hubungan sebab akibat antara BSC dan
peningkatan prestasi tujuan atau sasaran strategis dan kinerja.
Dalam perkembangan selanjutnya, balanced scorecard tidak
hanya dipakai untu mengukur kinerja organisasi saja, namun
berkembang menjadi inti sistem manajemen strategi. Lebih dari
sekedar pengukuran, balanced scorecard merupakan sistem
manajemen yang memotivasi breakthrough improvement dalam
semua bidang kritis, seperti produk, proses, customer, dan
pengembangan pasar. Ada empat proses managing strategy yang
mengkombinasikan tujuan jangka panjang dana jangka pendek
secara optimal meliputi:

28
1. Proses translating the vision (proses menterjemahkan visi). Proses
ini membantu manajer membangun konsensus visi dan strategi
organisasi.
2. Proses communication and Linking. Proses ini mengajak
manajemen mengkomunikasikan tujuan individu dan
departemen, setting tujuan, menghubungkan reword dengan
pengukuran kinerja.
3. Proses business planning (perencanaan bisnis). Memungkinkan
perusahaan untuk mengintegrasikan perencanaan bisnis dan
keuangan yang meliputi: setting targets, alokasi sumber daya,
pelurusan inisiatif strategy, penetapan kejadian-kejadian penting.
Proses feedback and learning (umpan balik dan pembelajaran).
Mengartikulasikan bagian visi, menyiapkan umoan balik strategi,
memfasilitasi review dan learning strategy.
Keseimbangan (balanced) disini menunjuk pada adanya
kesetimbangan pada perspektif-perpektif yang akan diukur, yaitu
antara perpektif keuangan dan perspektif nonkeuangan sebagai
berikut:
1. Perspektif pelanggan, yaitu untuk menjawab pertanyaan
bagaiman customer memandang perusahaan.
2. Perspektif proses internal, untuk memjawab pertanyaan pada
bidang apa perusahaan memiliki keahlian.
3. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, untuk menjawab
pertanyaan apakah perusahaan mampu berkelanjutan dan
menciptakan value.
4. Perspektif keuangan, untuk menjawab pertanyaan bagaimana
perusahaan memandang pemegang saham.58 
BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem
strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional

58
Nur Hayati, Implementasi Balanced Scorecard Pada Pengembangan Sistem Teknologi
Informasi. Jurnal Informasi Vol.4, No. 2, 2011. 61-72.

29
hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih
menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible,
namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan
bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi.
BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen
strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif. Keunggulan
pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis adalah mampu
menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai
berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3) seimbang dan (4)
terukur.59 
Pengukuran kinerja perusahaan yang menggunakan
pendekatan kinerja tradisional di era perekonomian saat ini sudah
tidak efektif, karena hanya meniali dari segi keuangan, sedangkan
kondisi pada non keuangan belum terpenuhi dan tidak difokuskan
penyebab dan dampaknya untuk kelangsungan perusahaan.
Kenyataannya, kondisi non keuangan yang berkaitan dengan
manajemen kinerja pada intern perusahaan berpengaruh besar pada
keuntungan perusahaan, salah satunya berkaitan dengan kepuasan
pelanggan dan loyalitas pegawai dalam suatu proses bisnis.
Kelemahan dari pengukuran kinerja tradisional atau dalam segi
kauangan adalah ketidakmampuannya memberikan gambaran yang
komprehensif mengenai kinerja perusahaan.
Pengukuran kinerja yang efektif mampu menilai keseluruhan
perspektif dalam perusahaan di mana pengukuran kinerja tersebut
terangkum dalam suatu sistem pengukuran strategis yakni Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard (BSC) merupakan alat manajemen
kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan secara

59
Widilestari, Konsep Balanced Scorecard & Kendala Penerapannya. Jurnal STIE Semarang, Vol
3, No.2, 2011, 86-98.

30
berkesinambungan (sustainable outstanding financial
performance).60 
The Balanced Scorecard yang diperkenalkan oleh Kaplan dan
Norton dalam mengeksekusi strategi menjadi kenyataan (turning
strategy into action) menekankan pentingnya melakukan perubahan
yang drastis dan mendasar menggunakan pendekatan sistem
manajemen baru yang lebih dapat mengatasi hambatan dalam
melakukan perubahan. Kaplan and Norton dalam Salman
menyatakan bahwa strategi yang berhasil harus mencakup empat
prespektif.61
1. Perspektif keuangan: menggunakan ukuran kerja keuangan
seperti laba bersih dan pendapatan.
2. Perspektif pelanggan: mempertimbangkan kepuasan pelanggan
dan seberapa baik perusahaan bersaing melawan pesaingnya
dalam memenuhi kepuasan pelanggan.
3. Perspektif proses internal: mempertimbangkan seberapa baik
perusahaan mengembangkan, memproduksi, dan menyerahkan
produk dan jasa.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: mengevaluasi
kemampuan karyawan untuk berubah dan melakukan perbaikan
diri. 
Balanced Scorecard merupakan suatu kartu skor yang
digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh
seseorang di masa depan, dan untuk mencatat skor hasil kinerja yang
sesungguhnya dicapai oleh seseorang. Manajer harus secara hati-hati
memilih tolak ukur kinerja untuk balanced scorecard perusahaan.
Pertama, tolak ukur kinerja harus konsisten dengan strategi
perusahaan. Kedua, scorecard seharusnya tidak mempunyai terlalu

60
Solichah, Analisis Balanced Scorecard Sebagai Sarana Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal
Administrasi Bisnis Vol.27 No.1, 2015.  1-10.
61
Salman, Akuntansi Manajemen Alat Pengukuran Dan Pengambilan Keputusan
Manajerial. (Jakarta: PT.Indeks, 2016) 256.

31
banyak tolak ukur kinerja. Apabila organisasi secara keseluruhan
mempunyai balanced sorecard secara menyeluruh, setiap individual
yang bertanggung jawab akan memiliki scorecard pribadinya
masing-masing juga. Scorecard ini akan terdiri dari hal-hal yang
individual yang dapat secara pribadi mempengaruhi secara langsung
terhadap tolok ukur kinerja pada Balanced scorecard secara
keseluruhan.
Mengembangkan suatu Balanced scorecard mencakup proses
secara khusus mendesain suatu sistem pengukuran manajemen
strategik. Prosesnya dimulai dengan melakukan penilaian
pendahuluan dari strategi usaha secara keseluruhan dengan fokus
pada integrasi proses ekonomi secara keseluruhan. Setelah proses,
tujuan, dan sasaran secara keseluruhan diidentifikasi, tolak ukur
yang dipercaya paling baik mengandung esensi kemajuan organisasi
terhadap tujuan dan sasaran harus dipilih.
Balanced scorecard memiliki beberapa kegunaan, yaitu:
mengklarifikasi dan menghasilkan konsesus tentang strategi,
menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan
strategi perusahaan, mengaitkan berbagai tujuan strategik dengan
sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan, mengidentifikasikan
dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategik, mendapatkan umpan
balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki
strategi.62 
Pada dasarnya, pengembangan Balanced Scorecard baik pada
sektor swasta maupun publik dimaksudkan untuk memberikan
kepuasan bagi para pelanggan. Perbedaannya dapat dilihat dari
tujuan maupun pihak-pihak berkepentingan. Penerapan Balanced
Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan
persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik lebih

62
Sari, Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan PT. Jamsostek
Cabang Belawan. Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis Vol.15, No.1, 2015, 28-42.

32
menekankan pada nilai misi dan pencapaian (mission, value,
effectivennes). Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan
mengutamakan keuntungan, pertumbuhan dan pangsa pasar,
sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk pengukuran
produktivitas dan tingkat efisien.63 
Ada dua perbedaan yang mendasar antara pengukuran
tradisional dengan pendekatan balance scorecard pada perspektif
internal, yaitu pendekatan tradisional lebih menekankan
pada controlling dan melakukan perbaikan terhadap proses yang ada
dengan lebih memfokuskan pada variance reports, sebalinya pada
pendekatan balance scorecard, penekanannya diletakkan pada
penciptaan proses baru yang ditujukan pada customer and financial
objectives.64 
Sebagai konsekuensi dari perbedaan antara sistem manajemen
tradisional dan sistem manajemen tradisional semata-mata
digunakan sebagai alat pengendalian, sedangkan pelaporan pada
sistem manajemen strategis balance scorecard digunakan sebagai
alat strategis.65 Perbedaan kedua bentuk sistem manajemen ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

b. Manfaat dan Keunggulan Balanced Scorecard


Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam
beberapa cara:
1. Menjelaskan visi organisasi.
2. Menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi.
3. Mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya.
4. Meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan
informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan.
63
Tillah, S. Analisis Penilaian Kinerja Organisasi Dengan Menggunakan Konsep Balanced
Scorecard Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Payakumbuh. Jurnal Akuntansi 2010, 1-
13.
64
Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 619.
65
Ibid., 609.

33
Empat keunggulan yang diperoleh perusahaan dengan
menerapkan balanced scorecard adalah komprehensif, koheren,
seimbang, dan terukur.
1. Komprehensif  ( comprehensive)
Sebelum konsep balanced scorecard lahir, perusahaan
beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang
paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah balanced
scorecard berhasil diterapkan, para eksekutif perusahaan baru
menyadari bahwa perspektif keuangan sesungguhnya merupakan
hasil dari tiga perspektif lainnya, yaitu pelanggan, proses bisnis,
serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran yang lebih
holistik, luas, dan menyeluruh (komprehensif) ini berdampak pada
perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi perusahaan dan
memberikan kemampuan bagi perusahaan itu untuk memasuki area
bisnis yang lebih kompleks.
Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak
hanya pada aspek kuantitatif saja, tetapi juga aspek kualitatif. Aspek
finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi dan market
development merupakan fokus pengukuran eksternal seperti laba,
dengan ukuran internal seperti pengembangan produk baru.
Keseimbangan ini menunjukkan trade-off yang dilakukan oleh
manajer terhadap ukuran-ukuran tersebut dan mendorong manajer
untuk mencapai tujuan mereka dimasa depan tanpa membuat trade-
off diantara kunci-kunci sukses tersebut. Melalui empat
perspektif, balanced scorecard mampu memandang berbagai faktor
lingkungan secara menyeluruh.66
2. Koheren (coherence)
Di dalam balanced scorecard ada istilah hubungan sebab
akibat (causal relationship). Setiap perspektif (keuangan, customer,

66
Gunawan, Balanced Scorecard: Perspektif Baru Dalam Menilai Kinerja Organisasi. Jurnal
Akuntansi & Investasi Vol.1 No. 1, 2011, 41-51.

34
proses bisnis, dan pembelajaran-pertumbuhan) mempunyai tujuan
atau sasaran strategis (strategic objective). Tujuan atau sasaran
strategis ini merupakan keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan
di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan
perusahaan. Tujuan atau sasaran strategis untuk setiap perspektif
harus dapat dijelaskan dengan hubungan sebab akibat. Misalnya
pertumbuhan Return on Investment (ROI) ditentukan oleh
meningkatnya kualitas pelayanan kepada customer, pelayanan
kepada customer bisa ditingkatkan karena perusahaan menerapkan
teknologi informasi yang tepat guna dan keberhasilan penerapan
teknologi informasi ini didukung oleh kompetensi dan komitmen
dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini disebut koheren.
3. Seimbang (balanced)
Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat
perspektif meliputi sasaran jangka pendek dan sasaran panjang yang
berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan
dalam balanced scorecard juga tercermin dengan
selarasnya scorecard karyawan dengan scorecard perusahaan
sehingga sehingga setiap personal yang ada di dalam perusahaan
bertanggung jawab memajukan perusahaan.
4. Terukur (measured)
Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah
adanya keyakinan bahwa ‘if we can measure it, we can manage it, if
we can manage it, we can achieve it’ artinya ketika perusahaan dapat
mengukur sesuatu, perusahaan dapat mengelolanya dan jika
perusahaan dapat mengelola sesuatu, perusahaan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Sasaran strategis yang sulit diukur seperti
pada perspektif customer, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan, melalui balanced scorecard dapat dikelola karena
setiap perspektif dapat ditentukan ukuran yang tepat.

35
c. Perspektif Balanced Scorecard 
1. Perspektif Keuangan
Kebanyakan bisnis di dunia berorientasi pada perspektif
keuangan seperti orientasi pada laba bersih (net income), arus kas
dan memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholders’
value). Fakta ini menunjukkan bahwa balnced scorecard tidak
akan lengkap tanpa mempertimbangkan profitabilitas pemegang
saham. Di setiap organisasi juga membutuhkan keuangan atau
keuangan karena untuk dapat memberikan fasilitas pelayanan,
memenangkan pemilu, atau memadamkan api tentu
membutuhkan uang. Meskipun organisasi-organisasi tersebut
tidak berorientasi pada mencari keuntungan dalam hal membeli
dan menjual produk, tetapi tetap saja membutuhkan dan untuk
mencapai tujuan mulia mereka. Di sini dapat disimpulkan bahwa
perspektif keuangan berlaku untuk setiap organisasi tidak
memandang apakah entitas tersebut dibentuk dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atau tidak. Terdapat beberapa contoh
ukuran kinerja dari perspektif keuangan yang bisa digunakan
untuk berbagai jenis perusahaan dan organisasi, yaitu: Return on
Investment (ROI), Return on sales, Return on asset (ROA), Laba
bersih, Penjualan bersih (net sales), Peringkat Kredit (credit
raiting), Sumbangan yang diterima (donations received),
Pendapatan Berlangganan, Harga Saham, Profit per karyawan.
Insentif berupa kompensasi untuk para karyawan, seperti
bonus, dapat, dan mungkin harus, dikaitkan dengan ukuran
kinerja balanced scorecard. Namun demikian, hal ini hanya dapat
dilakukan jika organisasi telah berhasil menjalan-
kan scorecard selama beberapa waktu-mungkin satu tahun atau
lebih. Para manajer harus yakin bahwa ukuran kinerja tersebut
dapat diandalkan, masuk akal, dapat dipahami oleh pihak yang
dievaluasi, dan tidak mudah dimanipulasi. Seperti yang

36
disampaikan oleh Robert Kaplan dan David Norton, pencipta
konsep balance scorecard, “kompensasi merupakan kekuatan
yang begitu besar sehingga anda harus cukup yakin bahwa anda
telah memiliki ukuran yang tepat dan data ukuran yang baik
sebelum mencoba mengaitkan.”67 
2. Perspektif Pelanggan
Pelanggan (customer) merupakan pihak yang secara aktual
memberikan pendapatan penjualan kepada perusahaan. Pada
konsep balanced scorecard, perspektif ini dianggap penting dan
krusial bagi strategi perusahaan. Pelanggan yang menyukai bisnis
yang dijalankan perusahaan dan senantiasa membeli produk
perusahaan merupakan kunci bagi pendapatan penjualan dimasa
depan. Karena asosiasi yang langsung antara pelanggan dan
penjualan, maka sebagai konsekuensinya perusahaan hendaknya
menjaga dan memperhatikan pelanggan sebagaimana perusahaan
memperhatikan keuntungan mereka.
Terdapat beberapa contoh ukuran kinerja dari perpektif
pelanggan, yaitu: hasil survei pelanggan, jumlah pelanggan baru,
waktu respon untuk pertanyaan pelanggan, survei pasar untuk
pengakuan merek, jumlah keluhan pelanggan, pangsa pasar,
produk kembali sebagai persentase dari penjualan, persentase
pelanggan tetap, penjualan toko yang sama.
Perspektif customer dalam Balanced
Scorecard mengidentifikasi karakteristik customer mereka dan
segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan agar dapat
bersaing dengan pesaing mereka. Segmen yang telah dipilih
mencerminkan keberadaan customer sebagai sumber pendapatan
mereka. Dalam prespektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima
aspek utama, yaitu:

67
R. H. Garrison, Akuntansi Manajemen, Edisi 11 Buku 2 (Jakarta: Salemba Empat, 2007), 114.

37
a. Pengukuran pangsa pasar. Pengukuran terhadap besarnya
pangsa pasar perusahaan mencerminkan proporsi bisnis dalam
satu area bisnis tertentu yang dinyatakan dalam bentuk uang,
jumlah customer, atau volume yang terjual atas setiap unit
produk.
b. Customer retention. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya persentase pertumbuhan bisnis dengan
jumlah customer yang saat ini dimiliki oleh perusahaan.
c. Customer acquistion. Pengukuran dapat dilakukan melalui
persentase jumlah penambahan customer baru dan
perbandingan total penjualan dengan jumlah customer baru
yang ada.
d. Customer satisfaction. Pengukuran terhadap tingkat kepuasan
pelanggan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik
di antaranya adalah survei melalui surat (pos), interview
melalui telepon, atau personal interview.
e. Customer profitability. Analisis profitabilitas pelanggan
(customer profitability analysis-CPA) dapat membantu
manajer untuk mengidentifikasi individu atau kelompok
pelanggan yang memberikan sumbangan terhadap
profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. CPA juga
membantu manajer untuk mengembangkan strategi agar
memastikan bahwa pelanggan menerima tingkat perhatian
yang sepadan dari perusahaan menjelaskan bahwa analisis
profitabilitas pelanggan adalah suatu pendekatan manajemen
biaya dan manfaat dari melayani pelanggan individu atau
sekelompok pelanggan untuk meningkatkan profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan.
Seperti pada semua ukuran pada balanced scorecard,
ukuran perspektif pelanggan seharusnya juga mencerminkan
strategi perusahaan terhadap kepuasan pelanggan. Perusahaan

38
dapat memenuhi kepuasan pelanggan melalui berbagai pilihan
dan tawaran harga yang rendah.
3. Perspektif Proses Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran
terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, baik
manajer maupun karyawan untuk menciptakan produk yang dapat
memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan para pemegang
saham. Dalam perspektif ini, perusahaan berfokus pada tiga
proses bisnis utama, yaitu:
a. Proses Inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi customer,
proses inovasi merupakan salah satu proses yang penting.
Efisiensi dan efektivitas serta ketetapan waktu dari proses
inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada
proses penciptaan nilai tambah (value added) bagi customer.
Secara grafis besar proses inovasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu: (1) Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat
penelitian dasar dan terapan, (2) Pengukuran terhadap proses
pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Proses operasi yang dilakukan oleh tiap-tiap organisasi
bisnis lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi,
dan ketepatan waktu barang dan jasa yang diberikan
kepada customer.
Pada umumnya siklus atau proses operasi mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pembelian bahan baku, 2)
Pengeluaran untuk biaya bahan baku, 3) Memasukkan bahan
baku ke produksi (work-in-process), 4) Penyelesaian work-in
process menjadi persediaan barang jadi, 5) Penjualan
persediaan barang jadi, 6) Pengiriman barang kepada
pelanggan, 7) Penerimaan pembayaran dari pelanggan.

39
Untuk memilih ukuran kinerja dalam perspektif internal
proses, manajer harus berpikir dan menyusun strategi tentang
aspek-aspek operasi mereka yang paling penting bagi
keberhasilan mereka. Sebagai contoh, sebuah restoran
makanan cepat saji mungkin akan fokus pada seberapa cepat
dapat membuat dan menjual produk makanan yang berbeda
atau meminimalkan pembusukan.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai banyak
hubungan dengan para stakeholder-nya seperti pemasok,
pelanggan, dan kreditur. Hubungan tersebut tidaklah bersifat
statis tetapi senantiasa dinamis atau berubah seiring dengan
perubahan lingkungan eksternal. Oleh karena itu, kemampuan
karyawan untuk belajar, tumbuh, mengantisipasi perubahan, dan
bereaksi terhadap lingkungan eksternal benar-benar penting bagi
keberhasilan perusahaan. Karyawan yang termotivasi dan terlatih
mengetahui apa yang terjadi dan cara mengantisipasi perubahan
tersebut.
Perspektif ini dalam Balnced Scorecard dinamakan dengan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan (1996)
mengungkapkan betapa pentingnya organisasi bisnis untuk terus
memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan,
dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan
meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan
pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam
pencapaian ukuran ketiga perspektif di atas dan tujuan
perusahaan.
Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, terdapat
tiga dimensi penting yang harus diperhatikan untuk melakukan
pengukuran, yaitu:

40
a. Kemampuan karyawan. Pengukuran terhadap kemampuan
karyawan dilakukan dengan menggunakan tiga faktor berikut,
yaitu pengukuran terhadap kepuasan karyawan, pengukuran
terhadap perputaran karyawan dalam perusahaan, dan
pengukuran terhadap produktivitas karyawan.
b. Kemampuan Sistem Informasi. Peningkatan kualitas karyawan
dan produktivitas karyawan juga dipengaruhi oleh kemudahan
akses yang diperoleh karyawan terhadap sistem informasi
sehingga karyawan akan memiliki kinerja yang lebih baik.
c. Motivasi, Pemberian Wewenang, dan Pembatasan Wewenang
Karyawan.
Meskipun karyawan sudah dibekali dengan akses informasi
yang begitu bagus tetapi apabila karyawan tidak memiliki
motivasi untuk meningkatkan kinerjanya maka semua itu akan
sia-sia saja. Sehingga perlu dilakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja.
d. Implementasi Balanced Scorecard
Langkah pertama dalam mengimplementasikan Balanced
Scorecard adalah team yang telah disusun melakukan identifikasi
data yang diperlukan untuk mengimplementasikan Balanced
Scorecard. Selanjutnya menentukan teknologi informasi yang
digunakan untuk memudahkan proses
mengkomunikasikan Balanced Scorecard. Implemetasi
dari balanced scorecard tidak bisa langsung dilakukan pada
setiap unit organisasi secara bersamaan, tetapi harus dilakukan
secara bertahap.
Langkah kedua adalah membangun scorecard secara
menyeluruh. Pada awalnya Balanced Scorecard dibuat pada
tingkat organisasi, yang kemudian diterjemahkan
kedalam Balanced Scorecard unit-unit dalam organisasi,
diterjemahkan lagi kedalam Balanced Scorecard departemen, dan

41
yang terakhir adalah Balanced Scorecard tim atau individu. Pada
tahapan ini tim yang terbentuk mengkomunikasikan inisiatif
strategis dan ukuran yang dibutuhkan untuk setiap perspektif
kepada manager dari masing-masing unit organisasi.
Selanjutnya manager dari setiap unit organisasi
berpartisipasi dalam menentukan ukuran dari setiap proses yang
dilakukan oleh unitnya. Pada tahapan ini terjadi pertukaran
informasi dari tim pusat kepada manager unit dan sebaliknya.
Langkah ketiga adalah menggunakan data scorecard untuk
evaluasi dan peningkatan. Pada tahapan ini terjadi arus informasi
dari setiap tim atau individu kepada departemen, yang oleh
departemen dilanjutkan ke unit organisasi, yang akhirnya semua
informasi dikumpulkan pada tingkat organisasi.
Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara melihat
catatan manual, melalui survei menggunakan email, interview
terhadap individu atau tim, dan melalui database. Setelah data-
data tersebut terkumpul maka eksekutif melakukan analisa dan
evaluasi atas data tersebut. Dari analisa dan evaluasi ini
diputuskan bagaimana merevisi strategi, inisiatif.
Penggunaan Balanced Scorecard memberikan manfaat bagi
organisasi antara lain meningkatkan komunikasi antar individu
dalam organisasi, manajemen dapat fokus pada proses organisasi
secara keseluruhan, membawa setiap unit dalam organisasi kearah
yang sama yaitu melayani masyarakat, memotivasi pekerja,
meningkatkan sistem penghargaan, dan meningkatkan kepuasan
pekerja. Ketidakmampuan organisasi dalam memilih dan
menggunakan ukuran kinerja yang tepat, ketidakmampuan sistem
informasi organisasi yang ada untuk menyediakan data yang
diminta, kurangnya dukungan data yang diminta, kurangnya
dukungan dan komitmen dari manajemen, dan pekerja kurang
mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan, merupakan

42
bebrapa kendala yang harus diperhatikan dalam
mengimplementasikan Balanced Scorecard.68 

F. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya,
ditemukan beberapa penelitian yang dianggap memiliki kemiripan dan
relevansi judul penelitian yang akan penulis lakukan. Antara lain yakni:
Pertama, Arasy Alimudin dengan judul “Analisis Pencapaian Strategi
Menggunakan Balanced Scorecard”. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan
wawancara. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa catatan dan
laporan keuangan yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya periode
01 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015. Serta data primer hasil wawancara
dengan informan meliputi kepala bidang, kepala seksi, dan kepala sekolah.
Berdasarkan hasil penellitian diketahui bahwa peta strategi Dinas Pendidikan
Kota Surabaya terdiri dari 4 perspektif balanced scorecard, dan masing–
masing perspektif terdiri dari satu atau beberapa sasaran strategis (SS) yaitu:
Pertama, perspektif keuangan: (a) penggunaan anggaran yang efisien, yaitu
tingkat pencapaian realisasi anggaran sesuai dengan target yang telah
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya, dan (b) penggunaan
anggaran yang efektif, yaitu tingkat pencapaian tolok ukur kinerja dari setiap
kegiatan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan
Kota Surabaya. Kedua, perspektif pelanggan: (a) kepuasan stakeholder, yaitu
representasi dari peningkatan pelayanan yang ada pada Dinas Pendidikan Kota
Surabaya terhadap siswa, sekolah, wali murid dan semua yang menjadi
stakeholder pendidikan; (b) kepuasan masyarakat, yaitu representasi dari
peningkatan pelayanan yang ada pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya
kepada masyarakat luas baik yang terlibat langsung dalam pendidikan maupun
tidak; (c) peningkatan pemerataan pendidikan, yaitu peningkatan akses

68
Firdaus, Membangun dan Implementasi Balanced Scorecard Pada Sektor Publik. Jurnal Ilmiah
UNIKOM, Vol.9, No.1 2009, 3-10.

43
terhadap lembaga pendidikan sehingga tidak ada lagi anak usia sekolah yang
tidak bersekolah, dan (d) peningkatan mutu pendidikan, yaitu peningkatan
terhadap output yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Ketiga, perspektif proses bisnis internal: (a) peningkatan
pemahaman pemberi layanan, yaitu program untuk meningkatkan pemahaman
pemberi layanan dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat
mulai dari warga sekolah dan warga kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya;
(b) pengelolaan organisasi, yaitu pengelolaan proses bisnis dan alur pelayanan
serta dasar Hukum yang digunakan yang ada di Dinas Pendidikan Kota
Surabaya; (c) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengolahan data
menjadi informasi sebagai sumber atau bahan pengambilan keputusan, dan (d)
pengadaan perlengkapan sekolah negeri, yaitu merupakan proses peningkatan
pelayanan kepada siswa melalui pemenuhan sarana dan prasarana dari sekolah
negeri di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Keempat,
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang meliputi: (a) peningkatan
mutu SDM, dan (b) peningkatan mutu SDM adalah program untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuan dari pendidik, tenaga kependidikan
dan peserta didik.69
Kedua, Fatmasari Sukesti dengan judul “Analisis Penggunaan
Balanced Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja Pada
Universitas Muhammadiyah Semarang”. Metode penelitian yang akan
dipakai adalah metode deskriptif. Yaitu menggambarkan kinerja universitas
Muhammadiyah Semarang selama 3 tahun,yaitu tahun 2006,2007 dan 2008.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Pertama, Kinerja dari perspektif
keuangan menunjukkan kemampuan likuiditas dan solvabilitas baik, tetapi
kemampuan menghasilkan sisa hasil usaha masih rendah bahkan cenderung
menurun disebabkan biaya yang besar yang meningkat setiap tahun yang
perlu dievaluasi faktor penyebabnya. Kedua, Kinerja Unimus dari perspektif
69
Arasy Alimudin, Analisis Pencapaian Strategi Menggunakan Balanced Scorecard, dalam Jurnal
Pendidikan Ekonomi & Bisnis, Vol 5, No (2) 2017, 194-205. ISSN 2302-2663 (online) DOI:
doi.org/10.21009/JPEB.005.2.6, diakses dalam http://journal.unj/unj/index.php/jpeb

44
pelanggan dari retensi dan akuisisi pelanggan menunjukkan bahwa mampu
mempertahankan jumlah mahasiswanya bahkan meningkatkan jumlahnya
setiap tahun pada fakultas-fakultas tertentu sehingga perlu strategi marketing
yang lebih jitu untuk menambah jumlah mahasiswa pada fakultas lain yang
kurang diminati. Dari kuisioner yang disebarkan menunjukkan bahwa
mahasiswa puas terhadap pelayanan Unimus.Pendapatan dari seluruh jumlah
mahasiswa belum menunjukkan kemampuan menghasilkan profit yang
menguntungkan. Ketiga, Kinerja Unimus dari perspektif proses bisnis internal
menunjukkan peningkatan kualitas pelayanan baik oleh karyawan
administrasi maupun karyawan fungsional (dosen) kepada mahasiswa.
Keempat, Kinerja Unimus dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
secara keseluruhan baik, namun perlu memfokuskan perhatian pada
produktifitas karyawan yang semakin menurun karena sisa hasil usaha juga
semakin kecil (defisit). Tetapi hasil kuisioner menunjukkan karyawan puas
terhadap manajemen universitas.70
Ketiga, Ambar Sri Lestari dengan judul “Analisis Penilaian Kinerja
Lembaga Pendidikan Tinggi Dengan Metode Balanced Scorecard:
Penerapannya Dalam Sistem Manajemen Strategis ( Studi Kasus Pada
Universitas Brawijaya Malang)”. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan penekanan pada kajian
secara rinci dan mendalam, mengupayakan pengambilan data, pencarian dan
penemuan makna berarti, menekankan lebih pada proses daripada hasil dan
menggunakan logika berpikir secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap: perumusan strategi,
penerapan strategi, dan penilaian strategi. Perumusan strategi mencakup
pengembangan visi dan misi,identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu
organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan
tujuan jangka panjang, pencapaian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan

70
Fatmasari Sukesti, Analisis Penggunaan Balanced Scorecard Sebagai Alternatif Untuk
Mengukur Kinerja Pada Universitas Muhammadiyah Semarang, dalam Prosiding Seminar
Nasional UNIMUS 2010, ISBN: 978.979.704.883.9, 416-424, diakses dalam
http://jurnal.unimus.ac.id

45
strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi mengharuskan
organisasi untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan,
memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-
strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Terakhir, penilaian strategi
merupakan cara utama untuk meperoleh informasi yang mendasar yaitu:
peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan
strategi saat ini, pengukuran kinerja, dan pengambilan langkah korektif.
Dalam membangun suatu balanced scorecard dapat dilakukan dengan 6
tahapan, yaitu: 1) menilai fondasi organisasi, 2) membangun strategi bisnis,
3) membuat tujuan organisasi, 4) membuat strategic map organisasi, 5)
pengukuran kinerja, dan 6) menyusun inisiatif.71
Keempat, R. Weddie Andriyanto & Mega Metalia dengan judul
“Efektivitas Balanced Scorecard Dalam Maningkatkan Kinerja Manajerial
Badan Usaha Milik Negara (Bumn)”. Penelitian ini menggunakan data
primer berupa hasil jawaban responden dari kuesioner yang dikirimkan
peneliti. Responden yang dipilih untuk mengisi kuesioner adalah manajer
level atas dan menengah dengan alasan bahwa manajer pada level ini
mengetahui sistem pengukuran kinerja yang diterapkan perusahaan dan juga
dapat menilai kinerja manajer di bawahnya. Masing-masing perusahaan
dikirimi kuesioner rata-rata sebanyak 6-10 buah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 70 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
dikirimi kuesioner, hanya 15 BUMN yang mengembalikan, dengan jumlah
kembalian kuesioner yang bervariasi sesuai dengan banyaknya manajer yang
bersedia mengisi. Jadi, tingkat respon yang dilihat dari kuesioner yang
kembali mencapai 21% (tabel 2). Untuk meningkatkan repon rate, metode
survey yang digunakan dalam penelitian ini adalah mail survey dan pick-up
survey (peneliti mengambil kuesioner pada waktu yang dijanjikan

71
Ambar Sri Lestari,Analisis Penilaian Kinerja Lembaga Pendidikan Tinggi Dengan Metode
Balanced Scorecard: Penerapannya Dalam Sistem Manajemen Strategis ( Studi Kasus Pada
Universitas Brawijaya Malang, dalam 2nd International Seminar on Quality and Affordable
Education (ISQAE 2013), 441-450

46
perusahaan). Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar kuesioner yang
kembali berasal dari metode pick-up survey.72
Kelima, Walid Fajar Antariksa, Surachman dan Margono Setiawan
dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001:2008
di Perguruan Tinggi terhadap Kinerja Balanced Scorecard (Studi Kasus
pada Universitas Brawijaya)”. Penelitian ini bersifat descriptive explanatory
yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis
pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 terhadap kinerja
organisasi Universitas Brawijaya Malang yang diukur dengan Balanced
Scorecard. Metode Analisis Jalur (Path Analisis) digunakan untuk menguji
hubungan antar variabel. Semua perhitungan dalam analisis data ini diolah
dengan menggunakan program SPSS 19 for windows. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa keempat hipotesis dapat diterima. Artinya penerapan
SMM ISO di Perguruan Tinggi, dalam hal ini Universitas Brawijaya,
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja baik perspektif pelanggan,
perspektif keuangan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Adapun penjelasan secara rinci pengaruh penerapan SMM
ISO terhadap kinerja dari masingmasing perspektif. Berdasarkan hasil
pengumpulan dan pengolahan data, dapat diambil kesimpulan bahwa
Penerapan SMM ISO memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap
kinerja perguruan tinggi baik dari perspektif pelanggan, perspektif keuangan,
perspektif bisnis internal maupun perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Dengan demikian keempat hipotesis dapat diterima.73

72
R. Weddie Andriyanto & Mega Metalia, Efektivitas Balanced Scorecard Dalam Maningkatkan
Kinerja Manajerial Badan Usaha Milik Negara (Bumn), dalam Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol.
11 No. 2, halaman: 97-114, Juli 2010.
73
Walid Fajar Antariksa, Surachman dan Margono Setiawan, Pengaruh Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Iso 9001:2008 di Perguruan Tinggi terhadap Kinerja Balanced Scorecard (Studi
Kasus pada Universitas Brawijaya), dalam Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 12, Nomor 3,
September 2014, 399-406.

47
Agar mempermudah penjelasan di atas, beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai topik tentang manajemen kinerja
melalui pengukuran balanced scorecard dapat diamati pada tabel berikut ini:
No. Peneliti Judul Jenis dan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Pendekatan
1 Arasy “Analisis Pendekatan Hasil penelitian diketahui bahwa peta Pendekatan Lokasi penelitian
Alimudi Pencapaian penelitian strategi Dinas Pendidikan Kota Surabaya kualitatif serta berbeda serta
n Strategi yang terdiri dari 4 perspektif balanced scorecard, obyek penelitian fokus mengenai
Menggunak digunakan dan masing–masing perspektif terdiri dari berupa pengukuran pengukuran
balanced scorecard balanced scorecard
an adalah satu atau beberapa sasaran strategis (SS)
Balanced deskriptif yaitu: Pertama, perspektif keuangan: (a) dengan empat berdasarkan empat
Scorecard”. kualitatif penggunaan anggaran yang efisien, yaitu perspektif yaitu: perspektif yaitu:
dengan tingkat pencapaian realisasi anggaran perspektif perspektif
menggunak sesuai dengan target yang telah ditetapkan keuangan, keuangan,
an metode oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya, dan perspektif perspektif
observasi (b) penggunaan anggaran yang efektif, pelanggan, pelanggan,
dan yaitu tingkat pencapaian tolok ukur kinerja perspektif proses perspektif proses
wawancara. dari setiap kegiatan sesuai dengan target usaha dan usaha dan
Data yang yang telah ditetapkan oleh Dinas perspektif perspektif
digunakan Pendidikan Kota Surabaya. Kedua, pembelajaran dan pembelajaran dan
adalah data perspektif pelanggan: (a) kepuasan pertumbuhan. pertumbuhan.
sekunder, stakeholder, yaitu representasi dari
berupa peningkatan pelayanan yang ada pada
catatan dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya terhadap
laporan siswa, sekolah, wali murid dan semua yang
keuangan menjadi stakeholder pendidikan; (b)
yang dibuat kepuasan masyarakat, yaitu representasi
oleh Dinas dari peningkatan pelayanan yang ada pada
Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Surabaya kepada
Kota masyarakat luas baik yang terlibat
Surabaya langsung dalam pendidikan maupun tidak;
periode 01 (c) peningkatan pemerataan pendidikan,
Januari yaitu peningkatan akses terhadap lembaga
2015 s/d 31 pendidikan sehingga tidak ada lagi anak
Desember usia sekolah yang tidak bersekolah, dan (d)
2015 peningkatan mutu pendidikan, yaitu
peningkatan terhadap output yang
dihasilkan dari proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Ketiga, perspektif proses
bisnis internal: (a) peningkatan
pemahaman pemberi layanan, yaitu
program untuk meningkatkan pemahaman
pemberi layanan dalam memberikan
layanan pendidikan kepada masyarakat
mulai dari warga sekolah dan warga kantor
Dinas Pendidikan Kota Surabaya; (b)
pengelolaan organisasi, yaitu pengelolaan
proses bisnis dan alur pelayanan serta
dasar Hukum yang digunakan yang ada di
Dinas Pendidikan Kota Surabaya; (c)
pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, yaitu pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk
pengolahan data menjadi informasi sebagai
sumber atau bahan pengambilan
keputusan, dan (d) pengadaan

49
perlengkapan sekolah negeri, yaitu
merupakan proses peningkatan pelayanan
kepada siswa melalui pemenuhan sarana
dan prasarana dari sekolah negeri di bawah
naungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Keempat, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan yang meliputi: (a)
peningkatan mutu SDM, dan (b)
peningkatan mutu SDM adalah program
untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuan dari pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik.
2 Fatmasa Analisis Metode 1) Kinerja dari perspektif keuangan Obyek penelitian Jenis penelitian
ri Penggunaa penelitian menunjukkan kemampuan likuiditas dan berupa pengukuran dan lokasi
Sukesti n Balanced yang akan solvabilitas baik, tetapi kemampuan balanced scorecard penelitian berbeda
Scorecard dipakai menghasilkan sisa hasil usaha masih serta fokus
Sebagai adalah rendah bahkan cenderung menurun mengenai
Alternatif metode disebabkan biaya yang besar yang pengukuran
Untuk kuantitatif meningkat setiap tahun yang perlu balanced scorecard
Mengukur deskriptif. dievaluasi faktor penyebabnya. berdasarkan empat
Kinerja Yaitu 2) Kinerja Unimus dari perspektif perspektif yaitu:
Pada menggamba pelanggan dari retensi dan akuisisi perspektif
Universitas rkan kinerja pelanggan menunjukkan bahwa mampu keuangan,
Muhammad universitas mempertahankan jumlah mahasiswanya perspektif
iyah Muhammad bahkan meningkatkan jumlahnya setiap pelanggan,
Semarang, iyah tahun pada fakultas-fakultas tertentu perspektif proses
dalam Semarang sehingga perlu strategi marketing yang usaha dan
Jurnal selama 3 lebih jitu untuk menambah jumlah perspektif

50
tahun,yaitu mahasiswa pada fakultas lain yang pembelajaran dan
tahun kurang diminati. Dari kuisioner yang pertumbuhan.
2006,2007 disebarkan menunjukkan bahwa
dan 2008. mahasiswa puas terhadap pelayanan
Unimus.Pendapatan dari seluruh jumlah
mahasiswa belum menunjukkan
kemampuan menghasilkan profit yang
menguntungkan
3) Kinerja Unimus dari perspektif proses
bisnis internal menunjukkan peningkatan
kualitas pelayanan baik oleh karyawan
administrasi maupun karyawan
fungsional (dosen) kepada mahasiswa.
4) Kinerja Unimus dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan secara
keseluruhan baik, namun perlu
memfokuskan perhatian pada
produktifitas karyawan yang semakin
menurun karena sisa hasil usaha juga
semakin kecil (defisit). Tetapi hasil
kuisioner menunjukkan karyawan puas
terhadap manajemen universitas
3 Ambar “Analisis Penelitian Proses manajemen strategis terdiri atas tiga Pendekatan Lokasi penelitian
Sri Penilaian ini dilakukan tahap: perumusan strategi, penerapan strategi, kualitatif serta berbeda serta
Lestari Kinerja dengan dan penilaian strategi. Perumusan strategi obyek penelitian fokus mengenai
Lembaga menggunaka berupa pengukuran pengukuran
mencakup pengembangan visi dan
n metode balanced scorecard balanced scorecard
Pendidikan misi,identifikasi peluang dan ancaman
pendekatan berdasarkan empat
Tinggi eksternal suatu organisasi, kesadaran akan
kualitatif

51
Dengan dengan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan perspektif yaitu:
Metode penekanan tujuan jangka panjang, pencapaian strategi- perspektif
Balanced pada kajian strategi alternatif, dan pemilihan strategi keuangan,
Scorecard: secara rinci perspektif
tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan
dan
Penerapann strategi mengharuskan organisasi untuk pelanggan,
mendalam,
ya Dalam menetapkan tujuan tahunan, membuat perspektif proses
mengupayak
Sistem an kebijakan, memotivasi karyawan, dan usaha dan
Manajemen pengambilan mengalokasikan sumber daya, sehingga perspektif
Strategis data, strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat pembelajaran dan
( Studi pencarian dijalankan. Terakhir, penilaian strategi pertumbuhan.
Kasus Pada dan
merupakan cara utama untuk meperoleh
Universitas penemuan
makna informasi yang mendasar yaitu: peninjauan
Brawijaya
berarti, ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang
Malang)”.
menekankan menjadi landasan strategi saat ini, pengukuran
lebih pada kinerja, dan pengambilan langkah korektif.
proses Dalam membangun suatu balanced scorecard
daripada dapat dilakukan dengan 6 tahapan, yaitu: 1)
hasil dan
menilai fondasi organisasi, 2) membangun
menggunaka
n logika strategi bisnis, 3) membuat tujuan organisasi,
berpikir 4) membuat strategic map organisasi, 5)
secara pengukuran kinerja, dan 6) menyusun inisiatif
induktif.
4 R. Efektivitas Penelitian Dari 70 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Obyek penelitian Jenis penelitian
Weddie Balanced kuantitatif, yang dikirimi kuesioner, hanya 15 BUMN berupa pengukuran dan lokasi
Andriya Scorecard menggunak yang mengembalikan, dengan jumlah balanced scorecard penelitian berbeda
nto & Dalam an hasil kembalian kuesioner yang bervariasi sesuai serta fokus
dengan banyaknya manajer yang bersedia
Mega Maningkatk jawaban mengenai
mengisi. Jadi, tingkat respon yang dilihat dari

52
Metalia an Kinerja responden kuesioner yang kembali mencapai 21% (tabel pengukuran
Manajerial dari 2). Untuk meningkatkan repon rate, metode balanced scorecard
Badan kuesioner survey yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan empat
Usaha Milik dengan adalah mail survey dan pick-up survey perspektif
(peneliti mengambil kuesioner pada waktu
Negara responden
yang dijanjikan perusahaan). Dari tabel 2 dapat
(Bumn), yang dipilih dilihat bahwa sebagian besar kuesioner yang
kembali berasal dari metode pick-up survey.
5 Walid Pengaruh Penelitian Hasil analisis data menunjukkan bahwa Obyek penelitian Jenis penelitian
Fajar Penerapan ini bersifat keempat hipotesis dapat diterima. Artinya berupa pengukuran dan lokasi
Antariks Sistem descriptive penerapan SMM ISO di Perguruan Tinggi, balanced scorecard penelitian berbeda
a, Manajemen explanatory dalam hal ini Universitas Brawijaya, serta fokus
Surachm Mutu Iso yang memberikan pengaruh positif terhadap mengenai
an dan 9001:2008 bertujuan kinerja baik perspektif pelanggan, pengukuran
Margon di menjelaskan perspektif keuangan, perspektif bisnis balanced scorecard
o Perguruan hubungan internal dan perspektif pembelajaran dan berdasarkan empat
Setiawa Tinggi kausal dan pertumbuhan. Adapun penjelasan secara perspektif yaitu:
n terhadap pengujian rinci pengaruh penerapan SMM ISO perspektif
Kinerja hipotesis terhadap kinerja dari masingmasing keuangan,
Balanced perspektif. Berdasarkan hasil pengumpulan perspektif
Scorecard dan pengolahan data, dapat diambil pelanggan,
(Studi kesimpulan bahwa Penerapan SMM ISO perspektif proses
Kasus pada memberikan pengaruh yang signifikan usaha dan
Universitas positif terhadap kinerja perguruan tinggi perspektif
Brawijaya) baik dari perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan
keuangan, perspektif bisnis internal pertumbuhan.
maupun perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Dengan demikian keempat
hipotesis dapat diterima.

53
Penelitian diatas terfokus pada kajian balanced scorecard. Adapun penelitian penulis
berperan untuk mengembangkan penelitian terdahulu dengan tujuan untuk
mendapatkan deskripsi yang terarah dan mendalam tentang manajemen kinerja
melalui pengukuran balanced scorecard di Universitas Islam Blitar. Adapun metode
penelitiannnya, peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena untuk menemukan
hal-hal yang baru mengenai manajemen kinerja melalui pengukuran balanced
scorecard.

G. Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Ditinjau dari segi pokok masalah, pendekatan penelitian ini adalah mixed
methods. Penelitian ini menggabungkan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian kombinasi atau mixed methods adalah metode yang
mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan
metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan
penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable
dan obyektif.74 Menurut Creswell mixed method ini mulanya hanya untuk
mencari penggabungan antara data kuantitatif dan kualitatif yang kemudian
berkembang menjadi metode tersendiri.75
Peneliti menggunakan cara sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods)
terutama eksplanatori sekuensial. Dalam eksplanatori sekuensial tahap yang
harus dilakukan pertama adalah mengumpulkan dan menganalisis data
kuantitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif yang
dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif. Prioritas pada data kuantitatif.76
Alasan memilih metode ini karena peneliti ingin memahami data secara

74
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed methods),( Bandung : Alfabeta, 2011), 404
75
John W Creswell, Reseach Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan
Campuran, (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2016), hal. 22
76
Ibid,. hal. 316-318
54
terperinci, dengan menggunakan data follow up kualitatif untuk memperdalam
database kuantitatif. Penelitian ini pada tahap pertama menggumpulkan dan
menganalisa data kuantitatif dalam mencapai tujuan penelitian ini, yakni
untuk mengetahui pengaruh nilai-nilaiAswaja dan Islam Jawa terhadap
pemikiran Islam. Kemudian tahap kedua, mengumpulkan dan menganalisis
data kualitatif dalam hal ini untuk mencapai tujuan lain penelitian ini, yakni
mengetahui bentuk pengaruh yang dimunculkan oleh masing-masing aspek
variabel. Maka dalam penelitian menggunakan desain penelitian eksplanatory
sequential.
Variabel Penelitian
Variabel yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.77
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Adapun
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel bebas (independent variabel)
Variabel yang menjadi sebab atau mempengaruhi atau berubahnya
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai
aswaja (X1) dan Islam jawa yang dilambangkan (X2).
2) Variabel terikat (dependent variabel)
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemikiran Islam
(Y) yang terbagi menjadi dua sub, yaitu:
a) Pemikiran Islam Liberal yang dilambangkan dengan (Y1)
b) Pemikiran Islam Moderat yang dilambangkan dengan (Y2)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.78 Menurut Sugiyono,
populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 79 Sukardi
berpendapat jika jumlah populasi terlalu besar, maka peneliti dapat
mengambil sebagian dari jumlah total populasi. Sedangkan untuk jumlah
populasi kecil, sebaiknya seluruh populasi digunakan sebagai sumber
pengambilan data.80

77
Sugiyono, Metode Penelitian Nilai-Nilai (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung:
Alfabeta, 2016), hal 60
78
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka

Cipta, 2006), hal. 173

79
Sugiyono, Metode Penelitian Nilai-nilai(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2016), hal. 117

55
Sehubungan dengan definisi diatas maka yang menjadi populasi dalam
penelitian adalah dosen dan mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung tahun 2021
Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa :

Jumlah Mahasiswa
Jurusan

Hukum Ekonomi Syariah 133 210 343


Hukum Keluarga Islam 199 265 464
Hukum Tata Negara Islam 186 221 407
Nilai-nilaiAgama Islam 745 1 155 1 900
Nilai-nilaiBahasa Arab 113 291 404
Tadris Bahasa Inggris 221 702 923
Tadris Matematika 195 893 1 088
Nilai-nilaiGuru Madrasah 164 1 148 1 312
Ibtidaiyah
Nilai-nilaiIslam Anak Usia Dini 4 313 317
Manajemen Nilai-nilaiIslam 103 230 333
Tadris Biologi 99 375 474
Tadris IPS 85 178 263
Tadris Bahasa Indonesia 105 288 393
Tadris Fisika 24 84 108
Tadris Kimia 22 121 143
Ilmu Al-Qur'an & Tafsir 109 122 231
Ilmu Hadist 10 10 20
Aqidah dan Filsafat Islam 42 29 71
Sosiologi Agama 36 58 94
Tasawuf & Psikoterapi 34 82 116
Psikologi Islam 61 249 310
Bahasa dan Sastra Arab 41 86 127
Sejarah Peradaban Islam 33 41 74
Ilmu Perpustakaan dan 26 95 121
Informasi
KomunikasiIslam
san Penyiaran 77 184 261
Islam
Bimbingan Penyuluhan Islam 47 199 246
Manajemen Dakwah 12 30 42
Perbankan Syariah 345 1 359 1 704
Ekonomi Syariah 634 1 579 2 213
Akuntansi Syariah 139 588 727

80
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetesnsi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014),
hal 55
56
Manajemen Zakat dan Wakaf 63 63 126
Manajemen Keuangan Syariah 62 240 302
Manajemen Bisnis Syariah 216 370 586
Jumlah 4 385 11 858 16 243
Sumber : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

b. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh
karakteristik dari populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar
dapat diambil sebagian dengan kualitas sampel yang mewakili
(representatif). Sampel yang diambil dalam penelitian secara
keseluruhan.81 Berkaitan pengambilan sampel menurut arikunto
populasi yang kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya penelitian populasi. 82
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah sampel yang
akan diambil, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang maka
penarikan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Sedangkan
teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Isaac dan
Michael, sebagai berikut:83

ƛ2 .N.P.Q
S=

d2 (N-1) + ƛ2 . P. Q

3. 1 Gambar Rumus
Keterangan:
ƛ dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5 d = 0,05 s = jumlah
Sesuai dengan lapangan yang akan diteliti jumlah populasi pada
tahun 2019 adalah 16. 243. Maka diambil standart dengan taraf
kesalahan 5 % pada tabel Isaac Michael jumlah sampel berkisar 340-
342 yang dijadikan responden secara acak.
c. Sampling Penelitian
Sampel dalam penelitian ini yang digunakan yaitu
Nonprobability Sampling. NonProbability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi

81
Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka

Cipta, 2006), hal.117


82
Ibid., hal. 127.
83
Sugiyono, Metode Penelitian Nilai-nilai(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2016), hal.
57
setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.84 Bagian
yang diambil pada nonprobability Sampling yaitu teknik sampling
bertujuan yang merupakan teknik yang digunakan apabila anggota
sampel di pilih secra khusus berdasarkan tujuan penelitian.85
Penelitian ini ditujukan pada mahasiswa yang sudah berada di
semester 4 keatas, karena di dukung kematangan psikologi dan
lamanya pembelajaran yang dilalui serta ditujukan pada dosen-dosen
ahli di bidangnya.
Kisi-Kisi Instrumen

Peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk


penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian
yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan
definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan
diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan
atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka perlu
digunakan kisi instrumen.86
Berikut merupakan tabel kisi-kisi instrumen angket nilai-nilai aswaja dan

Islam jawa terhadap pemikiran Islam liberal dan moderat

Tabel 3.2
Kisi-kisi instrumen angket
Sub Nomor
No. Variabel Variabe Indikato Soal
Penguasaan Nilai Tawasuth 1,2
Nilai Implementasi Nilai tawasuth 3,4,5
Tawasuth dalam
Penguasaan Nilai Tawazun 6,7
Nilai Implementasi Nilai tawazun 8,9
Tawazun dalam kehidupan
Nilai- Penguasaan Nilai Ta’adul 10,11
nilai Nilai Implementasi Nilai ta’adud 12,
1. Aswaja Ta’adud dalam 13,14
(X1)87 15,16
Nilai Penguasaan Nilai Tasamuh
Tasamuh Implementasi Nilai tasamuh 17,18
dalam
Islam 1,2,3
2 Jawa Penguasaan mengenai Islam Jawa
(X2)88

84
Sugiyono, Metode Penelitian Nilai-nilai(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2016), hal. 120

85
Agus Zaenul Fitri, dkk, Metode Penelitian Pendidikan, (Malang: madani Media, 2020, hal. 108
86
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hal. 173
87
Said Aqil Siraj dalam Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunah Wal
Jama’ah (Jakarta: Khalista, 2011), hlm. 26.

88
Mark R Woodward, Islam jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, Terj. Hairus
Salim HS, (Yogyakarta: LkiS, 1999), hal 2
58
59
Pemahama Kemampuan menimplementasikan islam 4,5,6

n Islam jawa dengan kehidupan sehari-hari


jawa 7,8,9
Akulturasi Pemahaman keislaman dan budaya
Islam dan Kemampuan mengamalkan islam jawa 10,11,1
tradisi jawa
13,14,1

Nilai-nilai Krampilan mengamalkan nilai-nilai budi 16,17,1


luhur islam jawa
Pemahaman persamaan gender 1,2

Persamaan Implementasi persamaan gender 3,4


dalam kehidupan
Pemahaman kesetaraan gender 5,6,7
Kesetaraan Ketrampilan mengimplementasikan 8,9

Pemikiran Pemahaman hak asasi manusia 10,11


Hak Asasi Ketrampilan mengimplementasikan hak 12,13,1
Islam Liberal
Rekonstruk Pemahaman rekonstruksi hukum islam 15,16
128 Ketrampilan implementasi rekonstruksi 17, 18
si hukum
(Y1) islam Pemahaman komitmen kebangsaan 1, 2
Komitmen Ketrampilan mengimplementasikan 3,4,5
komitmen kebangsaan dalam kehidupan
kebangsaan
Pemahaman tentang toleransi 6,7
8,9
Ketrampilan mengimplementasikan
Toleransi
toleransi dalam kehidupan
10,11,1

Anti Ketrampilan mengimplementasikan 13,14


kekerasan
sikap anti kekerasan dalam kehidupan
Pemikiran Pemahaman akomodatif budaya lokal 15,16
Islam Akomodati Ketrampilan antara konsep dan aplikasi 17,18
moderat akomodatif budaya lokal dalam
4 f budaya kehidupan
(Y2)129

60
128 Muhammad Fahmi, Pemikiran Ulama’ Nu Jawa Timur tentang
Ontologi dan
Epistimologi Islam Liberal, (Malang: Unisma, 2019), Jurnal Qolamuna,Vol.4 hal.
219
129 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta :
BalitbangDiklat Kementerian
Agama RI, 2019), hal. 42

61
Data dan Sumber Data

1) Data

Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal, dapat berupa sesuatu


yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Dengan kata lain, suatu
fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain.89 Oleh
karena itu, data harus benar-benar dapat dipercaya, artinya
menggambarkan kondisi atau keadaan yang sesungguhnya.90
2) Sumber data
Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.91
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.92 Dengan kata lain data primer ini merupakan
data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli tanpa perantara
dari yang lain. Sumber penelitian primer diperoleh para peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah Dosen dan mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang akan dijadikan subyek penelitian. Adapun data yang
diperoleh dari Dosen dan Mahasiwa iain Tulungagung yaitu perolehan
angket nilai-nilaiaswaja dan Islam jawa terhadap pemikiran Islam
liberal, moderat, dan radikal.
b. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.93
Sedangkan menurut Sugiyono data sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen.94Dalam penelitian ini yang
menjadi data sekunder adalah berupa data-data pendukung, seperti data
dosen dan mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung serta
data lain yang mendukung penelitian ini.
89
Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik,
(Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), hal. 2

90
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi Cara
Perhitungan

Dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal. 12

91
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 172

92
Sugiyono, Metode Penelitian ..., hal. 193
93
Misbahuddin dan Hasan, Analisis Data ...,hal. 21
94
Sugiyono, Metode Penelitian ..., hal. 193
62
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.95 Pengumpulan
data penelitian dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa atau karakteristik
dari sebagian atau seluruh elemen populasi penelitian.96
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan dokumentasi dan angket.
1) Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Di dalam melaksanakan dokumentasi ini, peneliti menyelidiki
benda- benda tertulis berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya.97 Data yang disajikan instrumen utama
atau pokok adalah angket, sedangkan instrumen penelitian lainnya
merupakan pelengkap untuk memperkuat dan mendukung data yang
diperoleh melalui angket. Metode dokumentasi dilakukan guna
memperoleh data mengenai jumlah siswa, jumlah kelas, dan data-data
lain yang diperlukan.
2) Angket
Penelitian ini merupakan penelitian sederhana yang mana peneliti
hanya meneliti adakah pengaruh nilai-nilaiAswaja dan Islam Jawa
terhadap pemikiran Islam liberal, moderat, dan radikal di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung. Sehingga peneliti hanya memakai angket
untuk mengetahui adakah pengaruh atau tidak ada pengaruhnya.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
dimana responden hanya memberikan tanda checklist ( ) pada jawaban
yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya.
Pernyataan yang digunakan peneliti dalm angket Skala pengukuran
digunakan sebagai dasar untuk menentukan seberapa dalam alat ukur atau
seberapa panjang interval yang digunakan dalam pengukuran hasil data

kuantitatif.98 Pengukuran penelitian merupakan proses yang dilakukan


untuk menguji hipotesis dari teori dan menyimpulkan berdasarkan kondisi
dalam dunia nyata, kemudian melakukan pengukuran untuk kondisi-
kondisi nyata. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala
likert, skala yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai Aswaja, Islam
Jawa, islam Moderat dan islam liberal.
Pengukuran nilai-nilai Aswaja, Islam Jawa, islam Moderat dan islam
liberal menggunakan kuesioner dengan menggunakan metode skala likert
dengan tingkat penilaian yang digunakan sebagai alternative jawaban positif
kriterianya sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pemeringkatan Skala Likert
No Keterangan Notasi Nilai Skor

1 Sangat Setuju SS 5

95
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiyah, (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 138
96
Misbahuddin dan Hasan, Analisis Data ...,hal. 27
97
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 201

98
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: lengkap, praktis, dan mudah dipahami, (Yogyakarta:
Pustaka Baru,20114), hal.102
63
2 Setuju S 4

3 Ragu-ragu RR 3

4 Kurang Setuju KS 2

5 Tidak Setuju TS 1

Peneliti menggunakan kuesioner karena:


a. Metode yang praktis dimana membutuhkan waktu yang fleksibel
dalam memperoleh data yang banyak dan dapat dilakukan
sekalipun
tempatnya jauh.
b. Metode ekonomis dari segi tenaga
c. Responden mampu menjawab secara leluasaterjaganya kerahasiaan
responden menjawab sesuai pendapat pribadi
d. Dapat mengungkap pendapat atau tanggapan seseorang baik secara
individu maupun kelompok terhap permasalahan
Dalam memperoleh item kuesioner yang baik, peneliti
memperhatikan beberapa butir penting. Beberapa butir diantaranya sebgai
berikut:
a. Setiap item dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak mempunyai arti
yang meragukan
b. Peneliti menghindari pertanyaan atau pernyataan ganda dalam satu
item c. Item pertanyaan atau pernyataan berkaitan permasalahan yang
hendak
dipecahkan
d. Bahasa yang digunakan bahasa baku
e. Peneliti hendaknya tidak menggunakan item yang menjebak
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
analisis data adalah:99
1) Mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden
2) Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden
3) Menyajikan data tiap variabel yang diteliti
4) Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
5) Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Uji Instrumen
Untuk menguji kevalidan dari instrumen angket maka perlu
dilakukan uji prasyarat instrumen yang terdiri dari uji validitas dan uji
reliabilitas sebagai berikut:
a) Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah.100
Validitas ini menyangkut akurasi instrumen. Untuk mengetahui
99
Sugiyono, Metode Penelitian ..., hal. 199
100
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 211
64
apakah kuesioner yang disusun tersebut itu valid/shahih, maka perlu
diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan
dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa
dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui
apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat
dilihat pada
tabel nilai product moment atau menggunakan SPSS untuk
mengujinya.101
Untuk menghitung validitas item soal digunakan perhitungan
statistik korelasi Product Moment yaitu dengan menggunakan SPSS
18.0
Jika ��ℎ��������≥ 0,05 maka dapat dinyatakan instrumen
soal tersebut valid. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan peneliti
diperoleh kelima soal tersebut valid. Untuk menguji validitas item
digunakan teknik korelasi
product moment, yaitu :

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu


instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban- jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka
berapa kalipun diambil, tetap akan sama.102
Untuk menguji reliabilitas, penguji menggunakan rumus Alpha
yaitu sebagai berikut :

� ∑ 𝑆𝑖
)
) (1 −
��11 = ( 𝑆�
�−1

101
Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 132

102
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 221

65
Keterangan :

��11 = nilai reliabilitas


∑ 𝑆�� = jumlah varians skor tiap item
𝑆� = varians total
� = jumlah item

Nilai tabel r product moment dk= N-1. Jika ��11 ≥


�������� berarti reliabel dan jika ��11 < ��������
maka tidak reliabel.
2. Uji prasyarat analisis data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.103
Cara pengambilan keputusan uji normalitas adalah:
1) Jika nilai sig. > 0,05 maka normal
2) Jika nilai sig. ≤ 0,05 maka tidak normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji untuk mengetahui apakah varians
kedua data sampel homogen atau tidak, jika varians kedua data tidak
homogen, maka pengujian hipotesis tidak dapat dilanjutkan.104 Uji
dilakukan sebagai prasyarat asumsi yang mendasari dalam analisis
varian dari populasi yang sama. Sebagai kriteria pengujian jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih adalah sama.
3. Uji Analisis Data
a. Uji Manova
MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) adalah perluasan
dari analisis ANOVA (Analysis of Variance) yang secara luas sudah
lama digunakan pada berbagai bidang ilmu. MANOVA dapat diartikan
sebagai metode statistik untuk mengeksplorasi hubungan diantara
beberapa variabel independen yang berjenis kategorikal (bisa data
nominal atau ordinal) dengan beberapa variabel dependen yang berjenis
metrik (bisa data interval atau rasio).105
Uji manova digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel X1 (nilai-nilaiAswaja) dan X2 (Islam jawa ) terhadap
Y1
(pemikiran Islam liberal), dan Y2 (pemikiran Islam
moderat).
Cara pengambilan keputusan uji manova adalah:
a) Jika nilai sig. ≤ 0,05 maka Ha diterima dan H0
ditolak. b) Jika nilai sig. > 0,05 maka Ha ditolak dan H0
diterima.
Tahap Penelitian II ( Kualitatif )
Penelitian dengan pendekatan mix methods pada prinsipnya
menggabungkan dua pendekatan sekaligus yaitu kuantitatif dan kualitatif.
103
Noor, Metode Penelitian ..., hal. 17
104
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal.
105
Singgih Santoso, Mahir statistik Multivaria dengan SPSS, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2018), hal. 23
66
Pada penelitian ini, desain yang dipilih yaitu teknik eksplanatory skuensial
yaitu penelitian bertahap dengan langkah pertama menggunakan penelitian
kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif.
Setelah didapatkan hasil analisis data kuantitatif, penelitian
selanjutnya adalah melalukan pendalaman hasil dengan pendekatan
kualitatif. Maka penelitian akan memulai ulang langkahnya dengan mencari
data, mengolah dan merumuskan hasil.
1. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah hal yang peling penting dalam penelitian.


Data yang valid dan lengkap sangat menentukan kualitas penelitian.
Dalam proses pengumpulan data ada banyak metode yang digunakan
yang biasanya disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Maka penulis
hadir di lokasi penelitian yang telah ditentukan dengan menerapkan
tehnik-tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
a) Observasi Partisipan
Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan
sebagai pengamatan melalui pemusatan perhatian terhadap sesuatu
obyek dengan menggunakan sebuah alat indera.106
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian,
pengamatan, dan pencatatan ini yang dilakukan terhadap obyek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga berada
bersama obyek.107
Dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digumakan sebagai sumber data
penelitian. Ketika melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan ini
maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Peneliti melakukan langsung ke objek penelitian yakni di UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung untuk merekam dan mengambil
data yang diperlukan. Ini sesuai dengan pemaknaan observasi yang
diartikan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
seluruh indera. Lewat metode ini peneliti ingin mengetahui lebih detail
dan secara langsung bagaimana pengaruh nilai-nilaiaswaja dan Islam
jawa terhadap pemikiran Islam di perguruan tinggi tersebut.
b) Wawancara mendalam

Wawancara merupakan alat untuk mengumpulkan informasi


dengan cara mengajukan sejumlah pertanyan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Dimana pencari informasi (interview)
dengan kontak
langsung dengan tatap muka langsung dengan sumber informasi.108

106
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hal. 146
107
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal.158-159
108
S. Margono, Metodologi ..., hal. 165

67
Wawancara mendalam, mendetail atau intensif adalah upaya
menemukan pengalaman-pengalamn subjek informan penelitian dari
topik tertentu atau situasi spesifik yang dikaji. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan wawancara untuk mencari data digunakan pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa informasi. Dalam
penelitian ini wawanacara akan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan fokus penelitian (kisi-kisi pertanyaan ada pada
lampiran, yaitu kepada dosen ahli nilai-nilaiaswaja dan Islam Jawa.
c) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang menggunakan bahan
klasik untuk meneliti perkembangan yang khusus yaitu untuk
menjawab pertanyaan atau persoalan-persoalan tentang apa, mengapa,
kenapa dan bagaimana.151
Penelitian ini dokumentasi dicontohkan seperti catatan kegiatan
yang berhubungan dengan nilai-nilaiaswasa yang telah dilaksanakan,
foto-foto kegiatan pembelajaran, dokumen , struktur organisasi
kepengurusan dan dokumen-dokumen lain yang dianggap penting
dalam mendukung penelitian ini. Metode dokumentasi ini peneliti
gunakan untuk memperoleh data sesuai fokus penelitian.
2. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakuakn saat
pengumpulan data berlangsung dan satelah selesai pengumpulan data
dalam periode
tertentu.109 Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban hasil wawancara. Bila jawaban setelah dianalisis terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi
sampai diperoleh data yang kredibel.
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara
sistematis transkip wawancara, cacatan lapangan dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun oleh peneliti untuk menambah pemahaman peneliti
sendiri dan untuk memungkinkan peneliti melaporkan apa yang telah
ditemukan pada pihak lain. Oleh karena itu, analisis dilakukan melalui
kegiatan menelaah data, menata dan membagi menjadi satuan-satuan
yang dapat dikelola, mensistematiskan, mencari pola, menemukan apa
yang bermakna, dan apa yang akan diteliti dan diputuskan peneliti untuk
dilaporkan secara sistematis.
Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan
melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstrakan data mentah menjadi
data yang bermakna.110 Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan, pada hal-hal yang penting. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
109
Sugiyono, Metode...,hal. 245
110
Tatang Yuli Eko Siswono, Mengajar dan Meneliti (Surabaya: Unesa University
Press,

2008), hal. 29
68
selanjutnya dan mempermudah peneliti membuat kesimpulan yang
dapat dipertanggung jawabkan.
b. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah mereduksi adalah penyajian data.
Penyajian data dimaksutkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan mengambil tindakan.111 Penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara
kategori. Penyajian data yang digunakan pada data tesis ini adalah teks
yang berbentuk naratif. Melalui penyajian data, maka akan
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya bedasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan selalu harus berdasarkan diri pada semua
data yang diperoleh pada kegiatan penelitian. Dengan kata lain
penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-
angan atau keinginan peneliti.112

111 154
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja
Rosdakarya,

2004), hal.22

112
Agus Zaenul Fitri, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Malang: Madani
Media,

2020), hal.179

69
Pengumpul Penyaji
an an
Data Dat
a

Kondensa
si data Kesimpula
n:
Penggamb
aran
Verifikasi

70
Gambar 3.2 Teknik Analisis Data Kualitatif
Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
meningkatkan keteraturan, pengamatan, triangulasi dan diskusi dengan
teman sejawat.
a) Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
b) Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan waktu. Sehingga ada triangulasi dari sumber atau
informan, triangulasi dari tehnik pengumpulan data, dan triangulasi
waktu.113Yang digunakan pada pnelitian ini ada dua, yaitu triangulasi
sumber dan triangulasi tehnik pengumpulan data.
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Dalam triangulasi
sumber ini peneliti melakukan beberapa hal:
1) Peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara.
2) Peneliti membandingkan apa yang dikatakan orang didepan
umum dan apa yang dikatan secara pribadi.
3) Peneliti membandingkan apa yang dikatakan orang tentang
situasi peneliti dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Peneliti membandingkan keadaan dan prespektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat
biasa, orang yang bernilai-nilaimenengah atau tinggi, orang
berada orang pemerintahan.
b) Triangulasi tekhnik pengumpulan data

Triangulasi tekhnik pengumpulan data yaitu penggunaan metode


ganda untuk mengkaji masalah atau program tunggal, seperti:
wawancara, pengamatan, daftar pertanyaan terstruktur dan
dokumen.
c) Diskusi Teman sejawat
Tekhnik digunakan dengan cara mengespos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan
sejawat.

113
Djam’an satori, Metode Penelitian..... hal 170
71
Tekhnik ini mengandung beberapa maksut sebagai salah satu tekhnik
pemeriksaan keabsahan data:
1) Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka
dan kejujuran.
2) Diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal
yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang
muncul dari pemikiran peneliti.
J. Tahapan III Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif (Mix)

Setelah data kuantitatif dan kualitatif diperoleh, maka selanjutnya


kedua data kelompok tersebut dianalisis lagi. Analisis gabungan ini dapat
dilakukan dengan dua model yaitu, pertama dengan menggabungkan data
dan kedua membandingkan data.114 Menggabungkan data dilakukan untuk
memperluas data kuantitatif denagn deskripsi data kualitatif.
Sedangkan membandingkan data bertujuan untuk mengetahui
perbedaan dan persamaan hasil penelitian kuantitatif dengan kualitatif.115
Landas Pengumpulan Hasil
Masalah/ an teori data dan pengujia
potensi, dan analisis n
rumusan hipotesi kuantitatif hipotesi
masalah s s

Metode Kualittif, untuk


membuktikan,
memperdalam,dan Penentuan
memperkuat data kualitatif
Kesimpula Analisis data Pengumpulan sumber
n dan kuantitatif data dan data
rekomend dan kualitatif analisis penelitian
asi (Mix) kualitatif

Gambar 3.3 Tehnik Analisis mixmetod eexplanatory

114
Sugiyono, Metode Penelitian…..hal. 420
115
Agus Zaenul Fitri, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Malang: Madani), hal 189
72
hal.189
H. Rujukan Sementara
Ahmadi, Rulam. Memahami Metode Penelitian Kualitatif, Malang:
Universitas Negeri Malang, 2005.
Ali, Sayuthi. Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktek,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Amirullah, dan Hanafi, Rindyah, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2002.
Anwar Prabu Mangkunegara, A.A. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
____________. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
____________, dkk, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara,
2010.
B. Miles, Mattew and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analisys A
Sources Book of New Method, Baverly Hill:Sage Publication, 1984.
Bacal, Robert, Performance Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
Bagus Mantra, Ida. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2009.
Covey Stephen R. 2012. The 8th Habit of Highly Effective People.
Terjemahan Brata S. Wandi & Zein Isa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Creswell, John. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Riset Kualitatif & Kuantitatif, Edisi Kelima, Yogjakarta: Pustaka
Belajar, 2015.
Djunaidi Ghony, M. dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Yogjakarta: ar Ruzz Media, 2012.
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Firdaus, D. W. 2009. Membangun dan Implementasi Balanced Scorecard Pada
Sektor Publik. Jurnal Ilmiah UNIKOM, Vol.9, No.1 , 3-10.
Garrison, R. H. 2007. Akuntansi Manajemen, Edisi 11 Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Gunawan, B. 2011. Balanced Scorecard: Perspektif Baru Dalam Menilai
Kinerja Organisasi. Jurnal Akuntansi & Investasi Vol.1 No. 1 , 41-51.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2013.

74
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta : UGM, 2003.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi
Aksara, 2007.
___________. 2012. Manajemen Perubahan. Yogyakarta: CV. ANDI.
___________. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta : Bumi
Aksara, 2001.
Hayati, N. 2011. Implementasi Balanced Scorecard Pada Pengembangan
Sistem Teknologi Informasi. Jurnal Informasi Vol.4, No. 2 , 61-72.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya,
2012.
Jamaluddin, Dindin, Character Education In Islamic Perspective, dalam
International Journal Of Scientific & Technology Research Volume 2,
Issue 2, February 2013 ISSN 2277-8616.
M. Echols, John dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia, 1996, Cet. Ke-23.
Mahsun, Mohammad, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta, 2006.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Mantja, W. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif dan Manajemen
Pendidikan, Malang: Winaka Media, 2003.
Manullang, M., & Amnullang, Marihot Amh, Manajemen Personalia,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2008.
Mathis, R.L., dan Jackson, J.H., Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta : Salemba Empat, 2002.
Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integrative, Malang:
UIN-Press, 2009.
Moerdiyanto. 2012. “Fungsi Kultur Sekolah Menengah Atas Untuk
Mengembangkan Karakter Siswa Menjadi Generasi Indonesia 2045
Tantangan dan Peluang” Kompasiana VII-2012.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan : Aplikasi dalam Penyusunan
Rencana Sekola / Madrasah, Jakata : Kencana, 2009.
Mulyadi, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Jakarta :
Salemba Empat 2007.
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003.
Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta, CV. Haji Masagung,
1988.
Nawawi, Hadari, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2005.
Nigrahayu, E. R. 2015. Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai
Tolak Ukur Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol.4 No.10 , 1-16.

75
Northouse G. Peter. 2013. Leadership : Theory and Practice, 6th edition.
Terjemahan Ati Cahayani. Jakarta: Indeks.
Pala, Aynur, The Need For Character Education, dalam International Journal
Of Social Sciences And Humanity Studies Vol 3, No 2, 2011 ISSN:
1309-8063 (Online).
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. PDF.
Pujileksono, Sugeng. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, cet. II,
Malang: Kelompok Intrans Publishing, 2016.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2010.
Qomar, Mujamil. 2008. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru
Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga.
R.C, Bogdan. and Taylor.SJ. Intruduction to Qualitative Research Method,
Boston: John Wilev& Sons, 1975.
R.C. Bogdan, & Biklen, S.K. Riset Kualitatif untuk Pendidikan. Terj.
Munandir, Jakarta: Depdikbud, 1990.
Rivai, V. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari
Teori ke Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Kualtitatif dan Kuantitatif, Surabaya:
Unesa University Press, 2007.
Robbins, Stephen P. 1993. Organizational Behavoiur. 6th edition. New Jersey:
Prentince Hall. Inc. Internet Edition
Rochaty, Eti. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005.
Sahertien, Piet A. Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional) h. 20.
Salman, K. R. (2016). Akuntansi Manajemen Alat Pengukuran Dan
Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: PT.Indeks
Sanjaya, Wina Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2006.
Sari, M. 2015. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Perusahaan PT. Jamsostek Cabang Belawan. Jurnal Riset Akuntansi &
Bisnis Vol.15, No.1 , 28-42.
Satori, Dja’man dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta, 2010.
Sikandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula, Yogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Solichah, A. D. 2015. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Sarana
Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.27
No.1 , 1-10.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Suhardan, Dadang, at.all. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Tanzeh Ahmad, dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, Surabaya: eLKAF,
2006.
_________. Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009.

76
Taty, Rosmiati, D.A. Kurniady, “Kepemimpinan Pendidikan” dalam Tim
Dosen Administrasi UPI, 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Tilaar, H.A.R. Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002, Cet. Ke-1.
Tillah, S. (2010). Analisis Penilaian Kinerja Organisasi Dengan Menggunakan
Konsep Balanced Scorecard Pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Payakumbuh. Jurnal Akuntansi , 1-13.
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling: Pendekatan Praktis untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi
dengan Contoh Transkrip Hasil Wawancara, serta Model Penyajian
Data, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Profesi
Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana, 2010.
Widilestari, C. (2011). Konsep Balanced Scorecard & Kendala
Penerapannya. Jurnal STIE Semarang, Vol 3, No.2 , 86-98.

77

Anda mungkin juga menyukai