Anda di halaman 1dari 8

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Moderat dalam


Beragama, Maslahat dalam Berbangsa
Muhammad Faizin  Kamis, 23 Juni 2022 | 18:00 WIB

Bersikap moderat dalam berbagai hal merupakan kunci keseimbangan yang mengarah
kepada kemaslahatan. Materi khutbah Jumat di bawah ini mengingatkan, sikap
moderat menjadi hal yang sangat penting untuk mewujudkan kedamaian di tengah
perbedaan. Perbedaan sendiri tidak perlu dipertentangkan, melainkan harus dikelola
sebaik mungkin agar mampu mewujudkan harmoni kehidupan beragama dan
berbangsa. Moderasi beragama akan bisa mewujudkan kemaslahatan dalam berbangsa.

Baca: Koleksi Khutbah Jumat NU Online

Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Moderat dalam
Beragama, Maslahat dalam Berbangsa”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini,
silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan
desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

‫ا‬ ‫أ ي ا‬ ‫اك‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫أ ت‬ ‫نأ‬ ‫و ا إ إ‬ ‫ه‬ ، ‫أو‬ ‫نأ‬

‫ا‬ ‫رو ه‬ ‫ا ا‬ ‫و‬ ‫إ‬ ‫ا‬ ‫ا د‬ ‫و‬ ٍ‫و‬ ‫أو ا‬ ‫د ا‬

‫و با‬ ‫ا‬ ‫إن‬ ‫ب ام‬

: ، ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن‬، ‫ا ا ا‬ ‫و‬ ‫أو إ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬

‫اس ا‬ ‫او ذ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ا نا ۚا ر‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫أ ا نا‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Sebelum khatib menyampaikan materi khutbahnya, mari kita bersama-sama menata niat
dengan baik dan benar, hadir di majelis Jumat ini lillahitaala (karena Allah swt). Jangan
sampai kehadiran kita di kesempatan yang mulia ini sekadar untuk menggugurkan
kewajiban, apalagi hanya untuk numpang beristirahat dengan menyempatkan diri
berbincang-bincang ataupun tidur saat khatib menyampaikan khutbahnya. Semestinya
kita memperhatikan hadits yang sering disampaikan oleh para bilal di antaranya yang
diriwayatkan oleh Muttafaqun ‘alaihi yang berbunyi:

‫اذإ‬ ‫ام‬ : )‫أ‬ ( ‫او‬ ‫م‬ ‫ت‬

Artinya:“Jika kamu berkata kepada temanmu, ‘diamlah!’ sementara imam


sedang berkhutbah di hari jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia.”

Semoga dengan menata niat dengan baik, aktivitas shalat Jumat dan rangkaiannya ini
akan benar-benar menjadi sebuah ibadah yang bernilai ibadah. Bukan ibadah yang tak
menghasilkan pahala ibadah.

Pada kesempatan ini, tak bosan-bosan, khatib juga menyampaikan wasiat sebagai salah
satu rukun dalam khutbah Jumat, yakni mengingatkan para jamaah untuk senantiasa
meningkatkan dan menguatkan takwa kepada Allah swt. Takwa merupakan bekal yang
paling baik dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Allah swt ber rman dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 197:

‫ن اودو و‬ ‫ا دا ا‬ ‫و ن او ۖى‬ ‫ا‬ ‫ب‬

Artinya: “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.


Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Allah swt ber rman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143:

‫و‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ا‬V‫ء‬ ‫وس ا‬ ‫ان‬ ‫ل‬ ‫ا‬

Artinya : “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)
”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

Ayat ini mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah swt memberi petunjuk pada
umat- Nya untuk senantiasa menjadi umat yang wasathiyah yakni umat yang moderat,
umat yang
proporsional, berada di tengah dalam berbagai hal, khususnya moderat dalam beragama.
Kita perintahkan untuk tidak beragama secara ekstrem, baik ekstrem kanan dan juga
tidak boleh larut pada ekstrem kiri. Dalam beragama pun, Allah juga memerintahkan
untuk
tidak berlebih-lebihan yang diistilahkan dengan “ghuluw”. Allah SWT ber rman dalam
QS
An-Nisa ayat 171:

‫ا‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا ا‬

Artinya: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Dalam konteks kehidupan di Indonesia, bersikap moderat adalah mampu menempatkan
diri pada situasi perbedaan dan keberagaman yang sudah menjadi sunnatullah. Kita tahu
bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi kebinekaan suku, budaya, bahasa,
termasuk agama. Jika kita tidak moderat dalam bersikap, maka perbedaan yang ada akan
saling berbenturan sehingga rawan terjadi kon ik dan perpecahan. Oleh karenanya,
para pendiri bangsa telah dengan bijak merumuskan ideologi yang sangat tepat dalam
menaungi kebinekaan ini dengan ideologi Pancasila yang dibingkai dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Bersikap moderat atau dengan istilah mudahnya adalah bersikap santai, biasa-biasa saja
ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh ulama nusantara yang dengan bijak mampu
berdakwah dengan menggunakan infrastruktur budaya. Para ulama bisa menanamkan
prinsip yang memadukan beragama, berbudaya, dan berbangsa dalam satu tarikan
napas.

Namun seiring dengan adanya revolusi teknologi, di mana informasi bisa diakses oleh
siapapun, di manapun, dan kapan pun, paham keagamaan radikal ekstremis juga
bermunculan seperti jamur di musim hujan. Paham keagamaan transnasional dari luar
negeri yang awalnya tidak dikenal di Indonesia, masuk mempengaruhi paham
keagamaan yang moderat di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi . Termasuk,
mereka melakukan propaganda untuk mengganti ideologi Pancasila dan NKRI dengan
sistem yang mena kan perbedaan dan keragaman seperti sistem khilafah dan
sejenisnya.
Padahal Allah menciptakan perbedaan bukan untuk saling bermusuhan, namun untuk
saling melengkapi dengan saling kenal-mengenal. Allah ber rman dalam surat Al
Hujurat ayat 13:
‫اس ا‬ ‫او ذ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ا نا ۚا ر‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا نا‬

Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku- suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Beragama secara moderat menjadi kunci kemaslahatan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Diperlukan upaya dan usaha untuk menjadikan diri kita sosok yang
moderat. Di antaranya adalah dengan terus menambah pengetahuan yakni terus
belajar dan memahami esensi dari beragama dengan melihat situasi dan kondisi
masyarakat. Dengan
memahami ajaran agama dan bersikap eksibel dalam kehidupan di masyarakat,
seseorang akan bisa menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Dengan
sikap ini, niscaya tidak akan ada yang merasa paling pintar dan paling benar sendiri
serta gampang menyalahkan orang lain.

Dalam beragama, kita juga harus mengganti emosi keagamaan dengan cinta
keagamaan. Emosi dan terlalu semangat dalam beragama tanpa dilandasi dengan
pengetahuan ilmu yang memadai, malah akan menjadikan seseorang bisa melanggar
tuntunan agamanya sendiri. Selain itu, kita harus selalu berhati-hati dengan godaan
setan yang selalu mengganggu niatan ibadah dengan memasukkan unsur riya’,
sombong, dan paling saleh sendiri dalam hati kita.

Oleh karenanya, mari kita kuatkan niat beribadah bukan karena motif dan misi lain
terlebih misi yang bersifat duniawi. Jangan sampai ibadah kita sia-sia. Rasul saw
sudah menegaskan dalam haditsnya di kitab Ta’limul Muta’allim :

‫أ ةر ل‬ ‫ر‬ ،‫ة‬ ‫أ ال‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫أ ةر‬ ‫ر‬


‫اء‬ ‫أ ال‬ ‫ة‬ ‫ا‬

Artinya: “Banyak amalan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi
perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus. Banyak pula amalan yang terlihat
sebagai perbuatan ukhrawi berubah menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang
buruk.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Inti dari paparan ini, mari kita terus menebar perdamaian di masyarakat kita melalui
moderasi beragama. Semoga kita bisa terus menebar kesejukan dalam kehidupan
berbangsa dan beragama dengan nilai-nilai dan sikap moderat. Moderat dalam
beragama, maslahat dalam berbangsa. Amin.

‫ا كر‬ ‫و‬ ‫ام اا‬ ،‫و‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫او ة‬ ‫او ة‬ ‫و نا ا ةو و‬

، ‫هو‬ ، ‫و‬ ‫ا‬ ‫أو ا‬ ‫ل أ‬، ‫ا‬ ‫ا‬ ‫إ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ و‬،‫ت‬ ‫ا‬
‫ار‬ ‫ا‬ ‫إ‬

Khutbah II

‫ا‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫نأ‬ ‫و ا إ إ‬ ‫ه‬ ،‫إ‬ ‫ل‬ ‫وء‬ ‫أو‬ ‫نأ‬ ‫ا‬

ٍ‫رو ه‬ ‫و‬ ‫و‬ ،‫و ام أ‬ ‫او‬ ،‫ا‬ ‫رث‬ ‫ا‬ ‫و‬

‫و‬ ‫أو ا‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ، ‫اد ة‬ ‫ا ماو‬ ‫ر او تا‬

‫أ‬ : ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ا ا ا نو‬ ‫ا ا اورذو‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ا‬

‫و دا‬ ‫ار‬ ‫او‬ ‫او‬ ‫وم‬ ‫ا‬ ‫ا او تار‬ ‫او ت‬ ‫ا نأ ا‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫و‬

‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫او‬ ‫او ت‬ ‫او‬ ‫ات‬ ‫ء‬ ‫او‬ ‫ا تا‬

، ‫او ء‬ ‫او ء‬ ‫او ء‬ ‫او ء‬ ‫او‬ ‫او‬ ‫اف‬ ‫او‬ ‫او ا‬ ، ‫و‬

‫اء‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ا نا‬ ،‫ا‬

، ‫ ا د أ‬، ‫ا نا‬ ‫او ل‬ ‫ا يذ ء او ن‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫او ء‬ ‫او‬


‫نو‬ ‫ا او ذ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ا‬

H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung

Baca Juga:
Khutbah Jumat: Berbuat Baik kepada Tetangga
TAGS: khutbah khutbah jumat

Anda mungkin juga menyukai