Anda di halaman 1dari 6

AGAMA KATOLIK

PANDANGAN AGAMA KATOLIK TENTANG KORUPSI

Disusun Oleh:

1. Marcel Prastiko Arthana 1915051013


2. Teresa Aprilia Lapu 1917041217
3. Christopher Fernando Cias 1915091018

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
PANDANGAN AGAMA KATOLIK TENTANG KORUPSI

Di dalam Alkitab pada kitab kejadian (Kejadian 1:1-31) tertulis bahwa


Allah bekerja selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Allah adalah
yang pertama kali melakukan pekerjaan di bumi, oleh karena itu sebagai
manusia kita juga diwajibkan untuk bekerja sama seperti Allah. Manusia bekerja
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja kebutuhan
hidup sesama manusia akan terpenuhi karena setiap manusia memiliki pekerjaan
yang berbeda dan menghasilkan produk yang berbeda. Relasi pekerjaan manusia
yang berbeda harus seimbang, karena ketika relasi tidak dapat berjalan dengan
baik maka kebutuhan hidup manusia tidak akan terpenuhi.
Indonesia adalah negara dengan jumlah lapangan pekerjaan terbanyak
dengan dua klasifikasi tingkat ekonomi yaitu ekonomi menengah keatas dan
ekonomi menengah kebawah. Ekonomi menengah ke atas adalah pekerjaan
dengan penghasilan tinggi, sedangkan ekonomi menengah kebawah adalah
pekerjaan dengan penghasilan rata-rata. Pekerjaan dengan klasifikasi ekonomi
menengah keatas adalah manusia yang memiliki jabatan tinggi seperti contoh
dewan perwakilan rakyat. Dewan perwakilan rakyat mempunyai wewenang
yang terkait dengan anggaran negara, karena wewenang yang diterima itu
merupakan anggaran negara yang jumlah keuangan sangat besar, tidak sedikit
anggota DPR yang melakukan tindakan kriminal seperti korupsi.
Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan publik
yang dipercayakan kepada mereka. Peluang untuk melakukan korupsi sangatlah
besar bagi pejabat publik dan dampak yang ditimbulkan akan sangat terasa bagi
masyarakat terutama klasifikasi ekonomi menengah kebawah.
Di dalam ajaran agama katolik tindakan korupsi merupakan perbuatan
dosa yang sangat besar karena serakah dan sifat egois merupakan cerminan setan
yang harus dijauhkan. Agama katolik mengajarkan kita untuk selalu berbagi di
dalam kasih, saling memberi bagi mereka yang membutuhkan. Seperti halnya 10
perintah Allah (Keluaran 20:1-17) yang diberikan kepada manusia di atas
gunung Sinai, salah satu perintahnya adalah “Jangan Mencuri”, sedangkan

1
korupsi merupakan tindakan kriminal yang mencuri uang rakyat untuk
kepentingan pribadi atau golongan.
Dalam pandangan kitab suci (Mat 6:25-26) mengatakan “karena itu aku
berkata: janganlah kuatir akan hidup mu, akan yang hendak kamu makan atau
minum, dan janganlah kuatir pulah akan tubuh apa yang hendak kamu pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting
dari pakian?, pandanglah burung-burung dilangit yang tidak menabur dan tidak
menuai dan tidak mengumpulkan bekal dan lumbung, namun diberikan oleh
Bapamu di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Dari kitab
itu yesus ingin mengatakan bahwa sesungguhnya dia tidak bermakasud bahwa
mengadakan persiapan untuk kebutuhan fisik di masa depan adalah salah, yang
dilarang yesus adalah kekuatiran atau kecemasan yang menunjukan bahwa kita
kurang percaya akan pemeliharaan dan kasih Allah sebagai Bapa kita, hal ini
mengatakan kepada kita bahwa kita sebagai manusia selalu merasa kawatir dan
tidak pernah merasa puas akan apa yang didapatkan dalam hal duniawi tentang
kebutuhan hidup yang terus bertambah dan akan menghalalkan segala cara demi
mencapai kepuasan tersebut. Korupsi merupakan perbuatan yang sangat
ditentang oleh Allah mengingat korupsi merupakan tindakan mencuri yang tidak
dibenarkan, melakukan korupsi berarti tidak percaya akan Allah dan tidak
percaya akan segala yang telah dijanjikannya untuk kehidupan mu. Oleh sebab
itu orang-orang yang tidak memiliki kepercayaan akan kekayaan bisa menjadi
korban kekuatiran dan kehilangan iman dan juga kuatir kekayaannya akan
berkurang.
Tindakan kejahatan korupsi sudah terjadi sejak zaman dahulu yang tertulis
pada Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul 5:1-4) yang mencatat tindakan korupsi
yang dilakukan oleh suami istri yaitu Ananias dan Safira. Ananias dan Safira
melalukan penjualan sebidang tanah dan hasil penjualan tersebut yang
seharusnya dibagikan secara rata dengan rasul-rasul, akan tetapi hasil penjualan
tersebut sebagian diambil untuk kepentingan pribadi dan sebagian dibagikan
kepada para rasul-rasul. Akibat yang terjadi pada Ananias dan Safira setelah
menggelapkan uang hasil penjualan tanah mereka berdua mati karena telah
mendustai roh kudus.

2
Ajaran sosial gereja juga menjelaskan bahwa korupsi merupakan tindakan
kejahatan manusia. Yohanes Paulus II menyebut korupsi sebagai penghancuran
sistem demokrasi yang paling serius, karena korupsi melecehkan dan
mengkhianati baik prinsip-prinsip moral maupun norma-norma keadilan sosial.
(Kompendium ASG (Ajaran Sosial Gereja), no.411) menjelaskan dampak buruk
korupsi amat luas seperti relasi penguasa dan rakyat, melenyapkan kepercayaan
publik pada lembaga-lembaga publik, menghilangkan kepercayaan masyarakat
terhadap politik (partai politik), merusak lembaga-lembaga perwakilan rakyat,
mengubah system representasi menjadi transaksi, realitas korupsi ini adalah hal
yang paling dilarang dan tidak boleh dilakukan pada ajaran sosial gereja.
Gereja berdasarkan mandat yang diterimanya dari Kristus memelihara,
peduli dan mesti berupaya agar sistem sosial, ekonomi dan politik ditata dan
diarahkan kepada kepentingan kesejahteraan umum, sebagai dasar beradanya
masyarakat dan negara. Ajaran Sosial Gereja mengangkat tema-tema seperti
martabat manusia, kesejahteraan umum, hak dan tanggung jawab, pilihan
mengutamakan orang miskin dan lemah, partisipasi, martabat dan hak atas kerja,
memelihara ciptaan, solidaritas, peranan pemerintah dan promosi perdamaian.
Dalam spirit tema-tema ASG ini tidak seorang pun diperbolehkan
mengakumulasi sumber-sumber alam bagi dirinya.
Tema-tema ASG (Ajaran Sosial Gereja) ini merupakan kekuatan serta nilai
yang mestinya menghancurkan korupsi. Namun dalam kenyataannya, korupsi
menghancurkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Dampak lebih jauh
dari itu adalah hilangnya perdamaian dan rukun hidup bermasyarakat secara
manusiawi. Karena itu benarlah jika Paus Paulus VI mengatakan jika
menghendaki perdamaian maka keadilan mesti diwujudkan,Korupsi dalam
Alkitab jelas merupakan pelanggaran, terhadap hukum Taurat. Ini merupakan
pelangaran terhadap perjanjian YHWH dengan Israel.
Dampak dari pelangaran adalah kutuk atau tidak adanya berkat, tidak
adanya kedamaian dan keselamatan. Korupsi merusak tatanan dalam masyarakat
yang dibangun atas dasar hukum yaitu hukum Tuhan, hal ini membuat
masyarakat kembali pada situasi prapenciptaan Tuhan menghendaki agar
masyarakat hidup harmonis dan bebas dari segala masalah akan tetapi dengan

3
adanya korupsi apa yang menjadi impian Tuhan yaitu harmoni dalam masyrakat
tidak terjadi hal ini ada kaitan erat antara kekuasaan dan korupsi. Korupsi selalu
terjadi di dalam lingkaran kekuasaan oleh karena itu berhati-hatilah dengan
kekuasaan yang dimiliki.
Beberapa teks Kitab Suci baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru yang menegaskan bahwa tindakan mencuri (Kel 20:15; Mrk 10:19), suap
(Kel 23:8), penyalahgunaan wewenang (2Raj 5:1-27), keserakahan (bdk. 1Tim
6:10) dan lain-lainnya adalah perbuatan dosa yang bukan hanya membohongi
manusia, melainkan juga mendustai Roh Kudus. Menguraikan ajaran Gereja
mengenai korupsi, dalam hal ini ajaran Gereja yang disitir dalam Nota Pastoral
ini adalah penegasan Paus Fransiskus bahwa seorang Kristen yang terlibat
korupsi bukanlah orang Kristiani (Khotbah misa harian di Domus Sanctae
Marthae, 11 Nov 2013).
Paus Fransiskus dalam bulla Misericordiae Vultus no 19 dengan jelas dan
tegas mengajak mereka yang terlibat korupsi untuk memohon pengampunan
Allah karena korupsi sudah merusak rencana mereka yang lemah dan bertindak
semena-mena terhadap mereka yang termiskin di antara kaum miskin.
Penolakan terhadap perilaku koruptif ini juga ditegaskan oleh para uskup se-
Indonesia dalam Surat Gembala Prapaskah KWI 1993 serta Surat Gembala
Prapaskah KWI 1997.
Gereja di Indonesia sebagai bagian dari civil society dan agen perubahan
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menghadirkan syalom Allah di dunia.
Gereja wajib berkontribusi terhadap upaya mengakhiri praktek ketidakadilan
yang terjadi di tengah masyarakat. Gereja bertanggung jawab mengatasi praktek
korupsi dengan memaksimalkan seluruh potensi yang dimilikinya, seperti:
rumusan-rumusan teologi, eklesiologi, etika, dan kemampuan membangun
jejaring dan negosiasi untuk mempengaruhi seluruh elemen masyarakat supaya
terlibat aktif melawan korupsi.
Hal ini adalah usaha untuk menjelaskan tanggung jawab gereja terhadap
perlawanan korupsi sebagai bagian realitas yang terjadi di tengah masyarakat.
Korupsi dan berbagai dampak yang ditimbulkannya merupakan sebuah
keprihatinan sosial di tengah masyarakat. Oleh karena itu gereja bertanggung

4
jawab merumuskan spiritualitas anti korupsi dengan cara menginisiasi,
memformulasikan nilai-nilai yang terkandung dalam integritas dengan kearipan
lokal masyarakat di Indonesia sebagai upaya perlawanan terhadap korupsi.
Peran umat katolik dalam mengatasi atau mencegah tindakan korupsi
adalah dengan menambah pengetahuan spiritual dan pengetahuan mengenai rasa
kemanusiaan yaitu saling berbagi terhadap yang membutuhkan dan bersikap adil
terhadap sesama. Dari kisah yang tertulis di Alkitab menyatakan bahwa Tuhan
tidak suka dengan orang yang memiliki sifat egois dan serakah, karena semua
harta yang dimiliki manusia adalah titipan dari Tuhan, kita tidak boleh serakah
dalam hal memiliki.

Anda mungkin juga menyukai