PAPER
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Khusus Akuntansi
Dosen Pengampu: Prof. Dr.Amilin, S.E.Ak., M.Si
Oleh:
JAKARTA
2018
A. Pendahuluan
1. Masalah Kemacetan Kota Besar
2. Dampak Kemacetan
a. Dampak Ekonomi
Dewan Transportasi Kota Jakarta menyebutkan kerugian akibat
kemacetan sepanjang tahun ini mencapai Rp 28 triliun. Secara
nasional, kerugiannya hingga Rp 32 triliun. Karena macet, banyak
para pengguna jalan kehilangan waktu dan sebagainya. Angka itu
berasal dari bahan bakar terbuang, waktu pengguna yang terbuang dan
kerusakan lingkungan akibat gas karbon. Selanjutnya dikatakan bahwa
tingkat kemacetan lalu lintas di Jakarta dan sekitarnya sudah mencapai
tahap yang sangat mengkhawatirkan. Dampak ekonomi yang cukup
tinggi (Rp 30 triliun per tahun) merupakan indikator mutlak bahwa
perlu diupayakan secepatnya program untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas.
b. Dampak Kesehatan
Kemacetan merupakan “makanan” sehari-hari penduduk di
Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti di Jakarta. Setiap
partikel karbon dioksida yang dikeluarkan oleh kendaraan pun
menjadi bagian yang membahayakan bagi para pengguna jalan dan
penduduk di sekitar daerah kemacetan. Penyakit pernapasan, jantung,
dan kanker adalah sebagian efek samping yang kerap menjadi
perhatian.
c. Dampak Psikologi
Macet di Jakarta sudah menggila dan membuat stres semua orang.
Kalangan pengusaha pun khawatir macet di ibukota bisa membawa
dampak psikologis pada karyawan dan pada akhirnya bisa
menurunkan produktivitas. Selain dampak psikologis yang bisa
menurunkan produktivitas karyawan, macet di ibukota juga telah
meningkatkan biaya produksi yang lebih besar. Karenanya, para
pengusaha pun berniat untuk untuk memindahkan usahanya ke luar
negeri.
PT Jasa Marga Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang penyelenggaraan jasa tol di Indonesia. Sebagai perusahaan
jalan tol pertama di Indonesia, dengan pengalaman lebih dalam membangun dan
mengoperasikan jalan tol, saat ini Jasa Marga adalah pemimpin dalam mengelola
lebih dari 531 km jalan tol atau 76% dari total jalan tol di Indonesia.
Dengan adanya peraturan sistem ganjil genap yang dikeluarkan oleh
pemerintah DKI Jakarta yang diberlakukan sejak pertengahan 2017 lalu, PT Jasa
Marga tidak mengalami masalah mengenai pendapatan. PT Jasa Marga adalah
perusahaan untuk bidang jasa pelayanan jalan tol, dimana setiap hari PT Jasa
Marga melayani pengguna jalan tol, lebih dari ratusan ribu kendaraan roda empat
bahkan truk dan kendaraan berat lainnya melintasi gerbang tol, kendaraan tidak
akan berkurang walaupun ada sistem ganjil genap karena ganjil genap berlaku
pada jam jam tertentu saja.
PT Jasa Marga tidak mengalami masalah finansial secara signifikan
terhadap sistem ganjil genap yang diterapkan oleh pemerintah DKI Jakarta.
Namun masalah yang dialami oleh PT Jasa Marga setelah diberlakukannya sistem
ganjil genap adalah masalah penumpukan kendaraan masuk atau keluar tol
terutama pada jam jam sibuk dan saat jam jam berlakunya ganjil genap. Pada saat
berlakunya ganjil genap sekitar jam 06.00 sampai 09.00 pagi volume kendaraan
tidak terlalu padat sehingga perjalanan dijalan tol ramai lancar, namun saat jam
tanpa sistem ganjil genap terjadi penumpukan volume kendaraan yang
menyebabkan banyak pekerja yang kewalahan dalam melayani pengendara.
Dengan adanya E-Toll dapat mengurangi masalah penumpukan karena saat masuk
atau keluar tol tidak memakai uang cash. Kecurangan yang diakibatkan kurangnya
setoran dari setiap gate di pintu tol berkurang karena menggunakan uang non-
cash.
Dapat dilihat dari laporan laba rugi perusahaan dari 2016 ke 2017
meningkat. Pasalnya pada tahun 2016 penerapan sistem ganjil genap belum
diterapkan.
Pada laporan laba rugi tersebut, laba Jasa Marga pada tahun 2016 dan
2017 meningkat, artinya PT Jasa Marga tidak mengalami masalah yang signifikan
mengenai finansial. PT Jasa Marga Tbk membukukan laba bersih Rp 2,2 triliun
pada 2017. Laba bersih itu tumbuh 16,46% dibandingkan 2016. Pencapaian laba
bersih itu didukung pendapatan usaha di luar konstruksi sebesar Rp 8,92 triliun
dengan kontribusi pendapatan tol sebesar Rp 8,28 triliun dan pendapatan usaha
lain sebesar Rp 640,40 miliar.
Seperti yang kita ketahui, penerapan sistem ganjil genap berlanjut sampai
dengan tahun 2018, dan dapat dibuktikan sendiri sampai dengan akhir Juni 2018
PT Jasa Marga tidak mengalami masalah keuangan, ini dapat kita dilihat bahwa
Jasa Marga melaporkan laba bersih sebesar Rp 1,04 triliun pada Juni 2018. Laba
tersebut naik dari laba diakhir Juni 2017 yaitu sebesar Rp 1,01 triliun. Laba
tersebut dapat kita lihat mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Hal
lainnya yang dapat kita lihat adalah pendapatan tol yang dilaporkan oleh Jasa
Marga pada Juni 2018 adalah sebesar Rp 4,7 triliun dimana angka ini mengalami
kenaikan juga daripada pendapatan tol pada Juni 2017 sebesar Rp 4,5 triliun.
Dengan peningkatan pendapatan dari tol diikuti dengan peningkatan laba
pada laporan per 31 Juni 2018 ini mengindikasikan bahwa penerapan ganjil
ggenap tidak berpengaruh pada kinerja PT Jasa Marga.
Berikut lampiran laporan laba rugi per 31 Juni 2018.
http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/04/23/evaluasi-kebijakan-ganjil-genap-
pt-jasa-marga-temukan-fakta-ini?page=2.
https://akurat.co/news/id-248517-read-dampak-positif-dan-negatif-kebijakan-
ganjil-genap
https://akurat.co/news/id-248517-read-dampak-positif-dan-negatif-kebijakan-
ganjil-genap
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3442486/kebijakan-ganjil-genap-tak-
kurangi-pendapatan-jasa-marga
https://www.inilahkoran.com/berita/ekonomi/78225/jne-keluhkan-kebijakan-
ganjil-genap
https://industri.kontan.co.id/news/metropolitan-kentjana-merasakan-dampak-
kebijakan-ganjil-genap