Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU PELAKU BISNIS,

ETIKA DAN LINGKUNGAN


Teori :
1. Dwi Riski Rahmadhanty (11150820000001)
2. Nabila Destaza A (11150820000034)
Kasus :
1. Maulida Sari 11150820000020
2. Annisa Alhasani 11150820000021
1.Lingkungan bisnis yang mempengaruhi etika

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh


terhadap periku etika dalam bisnis yaitu :
1. Lingkungan bisnis
Seringkali para eksekutif dihadapkan pada suatu
dilemma yang menekannya, seperti misalnya harus
mengejar kuota penjualan, menekan biaya,
peningkatan efisiensi dan bersaing, dipihak lain
eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab
kepada masyarakat tentang kualitas barang yang
baik dan harga yang terjangkau.
2. Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Di
lain pihak organisasi terhadap individu harus tetap
berperilaku etis, walaupun ada target yang harus
dicapai perusahaan.
3. Individu
Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung
jawab moral terhadapt hasil pekerjaannya yang
menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa
profesi memiliki kode etik tertentu seperti kode etik
akuntan.
Berikut merupakan faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku etis karyawan , yaitu :

1. Budaya Organisasi
Keseluruhan budaya perusahaan akan berdampak
pada bagaimana karyawan berperilaku dengan rekan
kerja, konsumen dan pemasok. Lebih dari sekedar
lingkungan kerja, budaya organisasi mencakup sikap
manajemen terhadap karyawan, rencana petumbuhan
perusahaan dan pemberdayaan yang diberikan kepada
karyawan.
2. Ekonomi Lokal
Keseluruhan budaya perusahaan akan berdampak
pada bagaimana karyawan berperilaku dengan rekan
kerja, konsumen dan pemasok. Lebih dari sekedar
lingkungan kerja, budaya organisasi mencakup sikap
manajemen terhadap karyawan, rencana petumbuhan
perusahaan dan pemberdayaan yang diberikan kepada
karyawan.
3. Reputasi perusahaan dalam komunitas.
Perilaku karyawan juga dipengaruhi oleh
bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh
masyarakat lokal. Jika citra perusahaan di
mata masyarakat jelek seperti dianggap
curang atau murah, maka tindakan
karyawan mungkin juga seperti itu.
4. Persaingan industri
Tingkat daya saing dalam suatu
industri dapat berdampak kepada etika
dari manajemen maupun karyawan,
terutama dalam situasi dimana kompensasi
didasarkan pada pendapatan.
2.Ketergantungan antara bisnis dan masyarakat
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yaitu
konsumen,tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah, dan
komunitas. Olehkarena itu pebisnis harus mempertimbangkan segala aspek karena
hal tersebutberperan untuk keberhasilan dalam berbisnis.

Terdapat dua pandangan mengenai tanggung jawab sosial, diantaranya :

1. Pandangan klasik
“Tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab manajemen yang hanya untuk
memaksimalkan laba.”
2. Pandangan sosial ekonomi
“Tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan laba, tetapi juga
mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial”
Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar
manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga
memiliki etika pergaula yaitu etika pergaulan bisnis.

Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain :


1. Hubungan dengan konsumen
Hubungan antara bisnis dengan konsumen merupakan hubungan yang
paling banyak dilakukan dalam kegiatan bisnis. Oleh karena itu bisnis
harus menjaga etika pergaulannya dengan konsumen secara baik.
2. Hubungan dengan karyawan
Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yaitu
penarikan, latihan, promosi, transfer, demosi, maupun pemecatan atau
PHK.
3. Hubungan dengan sesama pebisnis
Hubungan ini merupakan hungan antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.
Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan
dengan para pesaing, grosis, pengecer, agen,
maupun distributor.
4. Hubungan dengan investor
Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas
dan terutama yang akan atau telah go public harus
menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur
dari bisnisnya kepada para investor.
5. Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan
Hubungan dengan lembaga – lembaga keuangan
terutama pajak pada umumnya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat finansial. Huungan ini
merupakan hubungan yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan.
3.Kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
Tolak ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang
beretika selalu mempertibangkan standar moral dalam mengambil keputusan. Hal
ini sangat penting demi meningkatkan ataupun melindungi reputasi perusahaan
tersebut sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik, bahkan
dapat meningkatkan cakupan bisnis yang terkait.
Dalam mengimplementasikan etika bisnis ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya :
1. Pengendalian diri
Pelaku – pelaku bisnis dan pihak yang terkait harus mampu mengendalikan diri
mereka masing – masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dalam
bentuk apapun seperti suap atau sogokan.
2. Pengembangan tanggung jawab sosial
Pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung
jawab masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa lama bentuk kepedulian
terhadapat masyarakat terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, dan
sebagainya.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah terombang –
ambing oleh perkembangan TI
Bukan berarti etika bisnis anti dengan perkembengan
informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu
harus dimanfaatkan untuk kepentingan kepedulian bagi
golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang
dimiliki akibat adanya transformasi teknologi dan
informasi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk
meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya
5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan
hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana keadaan bisnis tersebut dimasa mendatang.
6. Menghindari sifat 5K (katabelece, kongkalikong,
koneksi, kolusi, dan komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari
sikap 5 K tersebut, maka kemungkinan tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan
korupsi, manipulsai dan segala bentuk permainan
curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai
kasus yang mencemarkan nama bangsa dan
negara.
7. Menumbukan sikap saling percaya
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang
kondusif harus ada saling percaya antara
golongan pengusaha besar dan pengusaha kecil
agar pengusaha kecil mampu berkembang
bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah
besar dan mapan.
Kemendesa Akan Bentuk Tim Verifikasi Program CSR
By Silvanus Alvin on 17 Jan 2015 at 10:46 WIB

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar


akan membentuk tim verifikasi penyaluran dana perusahaan melalui program CSR untuk
desa. Tim tersebut akan mensurvei kebutuhan desa-desa yang berada di sekitar industri.
"Hasilnya, kita akan sinergikan antara kebutuhan desa dengan perusahaan. Sehingga
program CSR bisa dimaksimalkan untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
wilayah sekitar perusahaan," ujar Menteri Marwan seperti dikutip, Sabtu (17/1/2015).
Program-program CSR untuk masyarakat di desa, lanjut Marwan, akan membantu
melengkapi sarana dan penunjang bagi warga desa. "Juga pemberdayaan ketrampilan,
pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Kita akan makin mendorong anggaran CSR untuk
dimaksimalkan untuk membangun desa," ujarnya.
Dikatakan Menteri Marwan lagi, kondisi masyarakat desa sekitar perusahaan di
sektor tambang, kehutanan, dan juga industri cukup memprihatinkan. Kondisi itu, tidak
hanya pemerintah yang dibebankan untuk memperhatikan, juga perusahaan punya
tanggung jawab untuk daerah sekelilingnya. “Saya meminta agar perusahaan sudah
sepatutnya membantu warga desa sekitarnya dengan program CSR, Karena merupakan
tanggung jawab sosial bagi perusahaan untuk mengembangkan desa,” tutur Marwan.
Marwan menjelaskan banyak keluhan dari perdesaan yang menyampaikan
bahwa belum maksimalnya perusahaan terhadap warga sekitarnya. Padahal, kata
Marwan, tanggung jawab sosial telah diatur dalam Undang Undang Nomor 40 tahun 2007
juga Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012.
Marwan menjelaskan banyak keluhan dari perdesaan yang menyampaikan
bahwa belum maksimalnya perusahaan terhadap warga sekitarnya. Padahal,
kata Marwan, tanggung jawab sosial telah diatur dalam Undang Undang Nomor
40 tahun 2007 juga Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012.
Mengenai CSR, Marwan mengemukakan, hal itu diatur dalam pasal 74
UUPT serta pasal 15 huruf b 25/2007 bahwa setiap perusaan harus menjalankan
program corporate social responsibility (CSR) dengan baik sesuai peraturan
perundang undangan yang sudah diatur oleh pemerintah. Jika pihak perusahaan
tidak menjalankannya dengan baik, maka akan dikenakan sanksi-sanksi.
Karena, setiap perusahaan harus menjalankan program corporate social
responsibility (CSR) dengan baik sesuai peraturan perundang undangan yang
sudah diatur oleh pemerintah. "Jika pihak perusahaan tidak menjalankannya
dengan baik maka akan dikenakan sanksi-sanksi," ujar Menteri Marwan.
Teguran yang direkomendasikan kementeriannya terkait CSR untuk desa,
akan berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk menindaklanjuti hasil dari
tim verifikasi tersebut. "Tim pasti bekerja secara objektif, tidak sekedar laporan
masyarakat, tetapi juga berdasarkan hasil tinjauan di lokasi desa," imbuhnya.
Misalnya, kata Menteri Marwan, apabila perusahaan Migas dan
Pertambangan yang tidak memperhatikan rakyat sekitar produksinya dengan
program CSR, Marwan mengatakan, akan menyampaikan kepada Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk mengambil sikap. “Antara
pemerintah, masyarakat dan perusahaan, harus bersinergi dengan menjaga
hubungan dan kepentingan bersama,” tandas Marwan.(Nrm)

Anda mungkin juga menyukai