Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENULISAN KALIMAT EFEKTIF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Bapak Esa Kharisma Muhammad Nakti, S.S., M.Pd

Disusun Oleh :
Citra Maharani Sanriadi (213141514111009)
Intan Ayu Umaisaroh (213141514111032)
Roy Akbar Gymnastiar (213141514111044)
Muthya Angel (213141514111059)
Deannisa Santika Puteri (213141514111070)

PEMINATAN PERBANKAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Penulisan Kalimat Efektif”
dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Esa
Kharisma Muhammad Nakti, S.S., M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, serta
kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi sekaligus semua yang membaca
makalah ini. Kami harap pula makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Kami sebagai penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak
untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.

Malang, 20 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Pengertian Kalimat Efektif................................................................................................3


B. Syarat Kalimat Efektif.......................................................................................................4
C. Penyebab Kalimat Tidak Efektif.......................................................................................5
D. Unsur Kalimat Efektif........................................................................................................8
E. Ciri Kalimat Efektif..........................................................................................................14
BAB III.........................................................................................................................................17

PENUTUP....................................................................................................................................17

Kesimpulan...........................................................................................................................17
Saran......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara. Bahasa
tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh
lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-
unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur
yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan
semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan
kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-
kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa
tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat
yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang
lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.

1
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh
orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat
dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut
sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan
gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta
penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kalimat efektif ?


2. Bagaimana syarat-syarat kalimat efektif itu ?
3. Apakah penyebab dari ketidakefektifan kalimat?
4. Bagaimana unsur-unsur dalam kalimat efektif?
5. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mudah diahami bagi orang lain. Dikutip dari
kamus besar bahasa Indonesia efektif dapat disimpulkan membawa hasil atau berhasil
guna, dalam kata lain efektif merupakan kata sifat untuk menunjukan sesuatu yang tepat
guna artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. kalimat efektif
juga dapat mengungkapkan gagasan penulis nya secara tepat sehingga dapat di pahami
oleh pembaca secara tepat dan efeltif.

Sementara itu dalam kutipan H.Dalman dalam Kreatif Menulis (2016) berpendapat
jika kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki potensi untuk menyampaikan pesan,
ide, gagasan, informasi secara utuh dan jelas sehingga menyebabkan pembaca dapat
memahami maksud yang diungkap penulis.kalimat efektif juga di ususn berdasarkan
kaidah-kaidah yang berlaku, sepeti unsure penting yang harus dimiliki oleh setiap kalimat
(subjek dan predikat) serta memperlihatkan ejaan yang disempurnakan serta memiliki
kata diksi yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas
akan mudah dipahami oleh pembaca, sedangkan menurut JS Badudu kalimat efektif ini
merupakan kalimat yang baik karena apa yang dipiirkan oleh pembaca maupun penulis
dapat diterima dan dipahami selain itu kalimat efektif memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagsan pada pikiran

Kalimat efektif bertujuan untuk menyampaikan gagasan dari komunikator kepada


komunikan dengan lugas, tepat tanpa salah tafsir. Komunikator dalam hal ini dapat
diartikan sebagai pembicara atau penulis, sedangkan komunikan adalah penyimak atau
pembaca.

Berikut adalah beberapa tujuan kalimat efektif:

1. Menyampaikan gagasan secara tepat

2. Menyampaikan pesan dengan makna yang diinginkan komunikator

3
3. Pesan yang disampaikan lugas

4. Gagasan atau pesan tidak menimbulkan salah tafsir

Kalimat efektif pun memiliki beberapa manfaat yakni:

- Memudahkan pembaca atau pendengar dapat memahami gagasan yang terungkap


dalam kalimat tersebut sebagaimana gagasan yang dimaksudkan oleh penulis.
- Bahasa yang komunikatif dalam karya ilmiah dapat dengan mudah
dipahami dan dimanfaatkan isinya oleh masyarakat luas.
- Kalimat efektif juga sangat menunjang terciptanya
sebuah karya ilmiah yang baik.

B. Syarat Kalimat Efektif

Dalam sebuah kalimat harus memiliki beberapa syarat seperti kelengkapan struktur
subjek dan predikat, pemutasian subjek dan predikat serta perwujudan makna gramatika
yang berdasarkan struktur kalimatnya. Namun, kalimat efektif juga memiliki syarat-
syarat sebagai berikut.

 Kesatuan
Suatu kalimat efektif diharuskan untuk memiliki struktur yang baik.
Dimana kalimat harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat. Ataupun dapat
ditambahkan objek dan pelengkap sebagai ciri-ciri keutuhan suatu kalimat.

 Kehematan
Pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya sebaiknya dihindari karena
kehematan yang dimaksut menyangkut gramatikal dan makna kata. Namun,
dalam hal ini tidak berarti bahwa kata penambahan kalimat boleh dihilangkan

 Koherensi
Koherensi merupakan hubungan timbal balik dan jelas antara unsur-unsur
kata atau kelompok kata yang membentuk kata itu sendiri.

 Kesejajaran atau Paralelisme


Kejajaran yang dimaksud adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam sebuah kalimat. Apabila telah menggunakan verba maka
bentuk selanjutnya juga menggunakan verba

4
 Variasi
Jika ingin menghindari kebosanan perlu dilakukan variasi kata dalam
sebuah kalimat

 Logis
Kalimat akan dikatakan logis apabila dapat dipahami sesuai dengan nalar.
Hal ini tidak dilihat dari segi strukturnya tetapi gagasan dan hubungan antar
gagasan yang disampaikan masuk akal.

 Penekanan Gagasan Pokok


Hal ini dapat ditekankan oleh pembicara yang dilakukan dengan cara
melirihkan suara, memperlambarkan suara dan lain sebagainya.

Kalimat efektif pun memiliki beberapa struktur yang harus diperhatikan. Struktur
tersebut terdiri dari:
1. Pola kalimat
2. Penggunan kata depan dan kata penghubung
3. Penempatan keterangan (oposisi dan aspek)
4. Penggunaan kata yang tidak berlebih-lebihan
5. Variasi Kalimat :
a. Menulis adalah aktivitas yang mengasyikkan (menulis menjadi
penekanan, penulis = subjek)
b. Menulis, baik dalam koridor normatif maupun kreatif, merupakan
aktivitas yang mngasyikkan. (menulis dijelaskan dengan frase)
c. Meskipun banyak aktivitas lain yang menarik, menulis tetap
merupakan aktivitas yang mengasyikkan. (ditulis dalam bentuk kalimat
majemuk)
d. Aktivitas yang mengasyikkan adalah menulis (mengubah possisi
kalimat)

C. Penyebab Kalimat Tidak Efektif

Ada beberapa penyebab mengapa muncul kalimat tdiak efektfi, diantaranya :

5
1. Struktur Kalimat Tidak Kompak.
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan
pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang
menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan
dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek.
Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena
sebelum subjek kalimat tersebut.

Contoh :

 Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.


 Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
 Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.

Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.

2. Kalimat Tidak Paralel.


Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu
tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki
unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan
menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.

Contoh :
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi
yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil
pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memfaralelkan jenis kata menyusun,
dengan kelengkapan, penggambaran, dan simpulan. Kalimat tersebut memfaralelkan
“kegiatan” sebagai verba, maka kata lainnya seharusnya menggunakan verba.
Misalnya, kata menyusun seharusnya berfaralel dengan melampirkan (materi secara
lengkap), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil
pengujian).

3. Kalimat Bertele-tele.
Kalimat efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang
menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang

6
sudah bermakna jamak.

Contoh: Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Kalimat di atas kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi,
yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak
perlu menggunakan kata warna).

4. Kalimat Tidak Berpadu.


Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat
yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata
kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.

5. Kalimat Kurang Logis.


Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran
sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang
salah.

Contoh : Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai


mengerjakan tugas tersebut.
Kalimat di atas memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali
acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.

6. Kontaminasi.
Kontaminasi yang berarti merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh : sangat baik, baik sekali. --- sangat baik sekali (salah)

7. Pleonasme.
Pleonasme artinya berlebihan atau kalimat yang kata-katanya tumpang tindih
Contoh :
 Para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
 Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)

8. Tidak Memiliki Subjek.


Contoh :

7
 Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
 Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)

9. Adanya kata depan tidak perlu.

Contoh : Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.

10. Salah Nalar.


Contoh :
 Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
 Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
 Bola gagal masuk gawang(kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)

D. Unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O). pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat
bahasa Indonesia baku sekurang- kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan
predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat
wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)
Subjek S adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.

8
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh
klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada
kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang
mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap
merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju
batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang
yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun"
yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada
awal kalimat (e) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)... atau apa (yang)... kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak
logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh "kalimat" yang tidak
mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa
yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c),
tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)
Predikat P adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat,

9
situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah
pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu cantik jelita pada kalimat (c)
memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d)
memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri
kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada
kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak
ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan
melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban
atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung
terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak

10
mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b),
(c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)
Objek O adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi
oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
1. Nurul menimang ...
2. Arsitek merancang ...
3. Juru masak menggoreng ...
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga
kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak
diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba
intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut
untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya
bila kalimatnya dipasifkan.
a. Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. Orang itu menipu adik saya (O)
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati
oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,

11
frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan
cnntoh di bawah ini :
a. MPR membacakan Pancasila.

b. Banyak porpospol berlandaskan Pancasila.

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah
sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak porsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional. Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila
dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S- P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.
1. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
2. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
3. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
4. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
5. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket

12
adalah frasa nonminal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat, Para ahli membagi keterangan
atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini.
Jenis Keterangan Dan Contoh Pemakaiannya
No Jenis Keterangan Posisi/Penghubung Contoh Pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu

13
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

E. Ciri Kalimat Efektif

Agar suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif, maka kalimat tersebut harus
memenuhi beberapa syarat berikut. Syarat ini juga menjadi ciri kalimat efektif yang
membedakannya dengan jenis kalimat lain. Terdapat enam syarat atau ciri kalimat efektif, yakni
kelogisan, koherensi, kesejajaran, kelugasan, ketepatan, dan kehematan.
1. Kelogisan
Kelogisan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa suatu kalimat harus masuk
akal atau dapat dicerna oleh pikiran.
Contoh: Waktu dan tempat kami persilahkan.
Keterangan:
Kalimat tersebut tidak logis dikarenakan pembawa acara sebenarnya meminta
seseorang untuk mengisi kegiatan, namun yang dipersilahkan adalah waktu dan tempat.
Waktu adalah sesuatu yang abstrak sehingga waktu tidak dapat dipersilahkan tau
mengiktui arahan pembawa acara. Sementara tempat adalah ruangan, sehingga tidak
dapat dipersilahkan.
Pola penyusunan kalimat yang logis adalah sebagai berikut: Yang terhormat bapak wali
kota dipersilahkan.

2. Koherensi (Kepaduan/Kejelasan)
Koherensi atau kepaduan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa suatu
kalimat harus memiliki susunan yang benar di antara unsur pembentuk kalimat. Unsur
pembentuk kalimat yang dimaksud adalah subyek, predikat, obyek, pelengkap, dan
keterangan.
Contoh: Di halaman depan, mengejar tikus dan kucing.
Keterangan:
Kalimat tersebut tidak koheren sebab tidak memiliki subyek, sehingga tidak jelas
siapa yang mengejar tikus dan kucing. Agar kalimat tersebut menjadi koheren maka

14
ditambahkan subyek. Pola penyusunan yang benar yakni sebagai berikut: Di halaman
depan, Ubay mengejar tikus dan kucing. (Atau) Ubay mengejar tikus dan kucing di
halaman depan.

3. Kesejajaran (Keparalelan)
Kesejajaran atau keparalelan mensyaratkan bahwa suatu kalimat yang digunakan
harus memiliki kesamaan atau kesejajaran bentuk kata. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan ungkapan nominal, bentuk kedua dan seterusnya hendaknya juga
menggunakan bentuk nominal; kalau yang pertama menggunakan bentuk verbal,
hendaknya yang kedua dan seterusnya juga menggunakan bentuk verbal (Parto, n.d.).
Selain itu, keparalelan juga dapat ditandai dengan penggunaan kata atau frase
imbuhan yang memiliki kesamaan, baik dalam fungsi ataupun bentuknya. Jadi, jika
bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, maka bagian kalimat lainnya
juga harus menggunakan imbuhan di- pula.
Contoh:
a. Semakin berumur, seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan tanggung
jawab.
b. Anak itu ditolong pak Adi dan memapahnya ke pinggir jalan.
Keterangan:
Kalimat (a) tidak paralel sebab bentuk kata tanggung jawab adalah bentuk
nominal sedangkan, yang lainnya yang berbentuk ajektival. Kalimat (b) tidak paralel
sebab kata kerja tolong yang mendapat imbuhan di- tidak diikuti oleh kata
kerja papah yang mendapat imbuhan me-. Penyusunan kalimat yang paralel adalah
sebagai berikut.
a. Semakin berumur, seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan bertanggung
jawab.
b. Anak itu ditolong pak Adi dan dipapahnya ke pinggir jalan.

4. Kelugasan
Kelugasan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan
disampaikan dalam kalimat itu ialah yang pokok-pokok saja (yang perlu atau penting
saja), tidak berbelit-belit, tetapi disampaikan secara padat (Sasangka, 2015:55).
Contoh: Permintaan terhadap produk masker terus meningkat, mau tidak mau memaksa
industri alat kesehatan menambah produksi dan meningkatkan mutu masker itu sendiri.
Keterangan:

15
Penyampaian informasi pada kalimat tersebut tidak lugas disebabkan oleh
penggunaan frasa mau tidak mau dan itu sendiri dalam frasa masker itu sendiri. Agar
kalimat tersebut menjadi lugas, maka penyusunan kalimatnya diubah seperti berikut:
Permintaan terhadap produk masker terus meningkat, memaksa industri alat kesehatan
menambah produksi dan meningkatkan mutu masker.

5. Ketepatan atau Kecermatan


Ketepatan atau kecermatan mensyaratakan adanya ketelitian sehingga tidak
menimbulkan pengertian ganda dan tepat dalam pilihan kata (Parto, n.d.).
Contoh:
a. Ibu lurah pergi ke musala.
b. Saya suka melihat pertunjukan drama.
Keterangan:
Kalimat (a) tidak cermat sebab dapat menimbulkan makna ganda. Dapat berarti
Ibu lurah yang ke musala atau lurah yang ke musala. Adapun kalimat (b) tidak tepat
dalam penggunaan kata melihat. Kata melihat lebih tepat pada aktivitas biasa atau hanya
sekedar memperhatikan suatu kegiatan. Kata melihat dapat diganti dengan
kata menonton sehingga lebih tepat.
Berikut adalah pola penyusunan yang cermat dan tepat:
a. Ibu, lurah pergi ke musala atau Ibu lurah, pergi ke musala.
b. Saya suka menonton pertunjukan drama.

6. Kehematan
Kehematan pada kalimat efektif mensyaratkan penggunaan kata atau frasa yang
efisien. Penggunaan kata atau kalimat tidak boros, sehingga penggunaan kata atau frasa
lain yang masih memiliki kesamaan makna tidak diperlukan.
Contoh:
a. Dia tidak masuk kelas karena dia sakit.
b. Ulfa memakai gamis berwarna hitam.
Keterangan:
Kalimat (a) tidak hemat sebab terdapat dua pengulangan kata dia yang merujuk
pada orang yang sama. Kalimat (b) tidak hemat sebab kata hitam sudah tentu adalah
warna. Pola penyusunan kata yang hemat adalah sebagai berikut.

16
a. Dia tidak masuk kelas karena sakit.
b. Ulfa memakai gamis hitam.

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Suatu kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila memiliki ketentuan yang ada
contoh nya kalimat yang mudah dipahami oleh pembacanya dan juga pula tidak menimbulkan
kesalah fahaman dalam mengartikan makusd penulis kepada pembaca dengan cepat dan tidak
bertele-tele. Kalimat ini juga kalimat yang sesuai dengan kaidah bahsa maknanya jelas dan juga
mudah dpiahami oleh pembaca. Kalimat pendek belum tentu juga mencerminkan kalimat yang
baik atau efektif kalimat yang panjang pun belum tentu selalu tidak efektif, karena yang akan
diungkapkan cukup banyak dan perlu rinci, dapat lebih efektif.

Saran
1. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa
memperhatikan penggunaan kalimat efektif
2. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa menghindari
penggunaan kalimat yang tidak efektif
3. Perguruan tinggi hendaknya dapat membantu meningkatkan wawasan para
mahasiswa khususnya dibidang penulisan karya tulis ilmiah dengan mengadakan
sosialisasi, seminar, workshop, atau kompetisi yang berkaitan dengan penulisan karya
tulis ilmiah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Parto. (n.d). Kalimat Efektif dan Pengajarannya di SMP/MTs pada Era Global. In Parto, Bahasa
dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global. Jember: PS PBSI FKIP Universitas Jember.

Sassangka, S. S. (2015). In Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta: Badan


Pegembangan dan Pembinaan Bahasa.

https://www.academia.edu/30700260/
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_KALIMAT_EFEKTIF_

file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/manfaat-kalimat-efektif-dalam-karya-
ilmiah_compress.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai