Anda di halaman 1dari 16

KONVENSI NASKAH DAN PENYUNTINGAN NASKAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KULIAH

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Indra Sahputra,S.pd,M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Rizky Ade Rahman

NIM : 0205202055

Jurusan : Hukum Pidana Islam (1-B) JINAYAH

Program Studi Hukum Pidana Islam

Fakultas Syari’ah dan Hukum

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

1
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur  saya panjatkan  atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
sehingga penulisan makalah Konvesi Naskah Dan Penyuntingan Naskah ini  dapat terselesaikan
dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah dengan judul “Konvesi Naskah Dan Penyuntingan Naskah” ini saya susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Bapak Indra
Sahputra,S.Pd,M.Si .Untuk itu saya menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu
pembaca untuk lebih memahami lagi tentang ragam bahasa ini untuk memperlancar proses
pembelajaran.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah saya ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat.Dengan ini, saya memohon
maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan.Harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Wa’salammu’alaikum.Wr.Wb.

Medan, 26 January 2021

Rizky Ade Rahman

2
DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................................... i

Kata pengantar....................................................................................................... ii

Daftar isi............................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1              Latar belakang........................................................................................... 1

1.2              Rumusan masalah...................................................................................... 1

1.3              Tujuan ....................................................................................................... 1

1.4              Metode ..................................................................................................... .1

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................... 2

2.1   Pengertian konvensi naskah........................................................................... 2

2.2   Ketentuan umum dalam konvensi naskah..................................................... 2

2.3   Syarat formal penulisan naskah..................................................................... 3

2.4   Pengertian penyutingan naskah..................................................................... 4

2.5   Syarat penyutingan naskah............................................................................ 5

2.5   Hal yang perlu diperhatikan dalam penyutingan........................................... 5

BAB III. PENUTUP............................................................................................ 6

3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 6

3.2 Saran................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 7

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Bangsa Indonesia. Sebagai bahasa nasional, Bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu berbagai bahasa daerah di Indonesia. Bahasa tidak
hanya digunakan dalam komunikasi secara lisan, tetapi juga dalam komunikasi secara tertulis.
Begitu halnya dengan Bahasa Indonesia. Dalam penggunaanya, Bahasa Indonesia memiliki
aturan-aturan baku.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa di zaman sekarang sudah banyak sekali penulis yang
terkenal, dengan tulisan-tulisannya telah membuat para pembaca dapat memahami dan mengerti
dengan apa yang ditulis dan apa yang dimaksud dari tulisan tersebut. Maka, penulis harus pandai
memilih kata yang tepat sehingga dapat merangkai kata manjadi kalimat yang ringkas, jelas, dan
juga mudah dipahami. Oleh karena itu, penulis akan mencoba menjelaskan segala ketentuan-
ketentuan dalam penulisan naskah atau disebut juga dengan konvensi naskah. Dengan
mempelajari konvensi naskah, penulis dapat menciptakan tulisan yang indah dalam
menampilkan sebuah tulisan itu sendiri, sehingga pembaca tertarik untuk membaca tulisan
tersebut.

Menyunting dihubungkan dengan kegiatan mempersiapkan sebuah naskah, baik berupa tulisan


pendek ataupun calon buku, dari segi bahasa. Tugas penyunting adalah mengelola bahasa sebuah
naskah, melakukan perbaikan di mana perlu, dengan berpegang pada kaidah bahasa hingga
sesampai di tangan pembaca, naskah itu menjadi lebih tertib secara tata bahasa. Dengan kata
lain, kerja menyunting berurusan dengan bahasa, dan bahasa di sini diperlakukan sebagai sarana
belaka bagi penulis guna menyampaikan ide atau perasaannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Apa yang di maksud dengan konvensi naskah?


2.    Apa ketentuan umum dalam konvensi naskah?
3.    Apa syarat formal penulisan sebuah naskah ?
4.    Apa yang di maksud dengan penyutingan naskah?
5.    Apa syarat penyutingan naskah?
6.    Apa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penyutingan naskah?

4
1.3  Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian konvensi naskah.


2.    Untuk mengetahui ketentuan umum dalam konvensi naskah.
3.    Untuk mengetahui syarat formal penulisan konvensi naskah.
4.    Untuk mengetahui pengertian penyutingan naskah.
5.    Untuk mengetahui syarat penyutingan naskah.
6.    Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penyutingan naskah

1.4 Metode

Literatur yaitu mencari sumber dari internet.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konvensi Naskah

Konvensi naskah ialah penulisan naskah ilmiah yang berdasarkan aturan aturan yang sudah
disepakati. Dari segi persyaratan , dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara formal,
semi-formal, dan non-formal. Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu karya
memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal
yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi.
Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat
formalnya       

Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencangkup aturan pengetikan,


pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan kelengkapan
penulisan lainnya. Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian karangan.
Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan
karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis:
penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format
pengetikan yang sistematis.

2.2 Ketentuan Umum Dalam Konvensi Naskah

Adapun ketentuan-ketentuan dalam penulisan naskah adalah


a.    Naskah ditulis dalam bentuk format yang sudah jadi dan siap di cetak.
b.    Judul ditulis dengan huruf kapital dan cetak tebal
c.    Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan program MSWord huruf Times
New Roman dengan spasi 12 tunggal.
d.   Ukuran kertas A4 dengan margin 4. 4. 3. 3 cm (kiri- atas-kanan-bawah).
e.    Alenia baru mulai pada ketikan keenam dari batas kiri, antar alenia tidak diberi tambahan spasi.
f.     Untuk kata asing maka dipergunakan cetakan huruf miring.
g.    Semua bilangan di tulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang
Dari 10 harus menggunakan ejaan.
h.    Tabel ataupun gambar harus di beri keterangan yang jelas, dan di beri nomor urut.
i.      Identitas penulis harus di cantumkan dibawah judul meliputi nama lengkap (tanpa gelar), institusi,
alamat lengkap dan email.

6
2.3 Syarat Formal Dalam Penulisan Naskah

Pengorganisasian karangan sangat diperlukan dalam menyusun sebuah karangan.


Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan
karangan dengan berdasarkan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis, penguasaan,
wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai dan format pengetikan yang
sistematis. Persyaratan formal yang harus dipenuhi sebuah karya tulis yaitu Bagian pelengkap
pendahuluan, isi karangan, bagian pelengkap penutup.

A.Bagian Pelengkap Pendahuluan

a. Judul Pendahuluan (Judul Sampul)


b. Halaman Judul
c. Halaman Persembahan (kalau ada)
d. Halaman Pengesahan (kalau ada)
e. Kata Pengantar
f. Daftar Isi
g. Daftar Gambar (kalau ada)
h. Daftar Tabel (kalau ada)

B. Bagian Isi Karangan


a. Pendahuluan
b. Tubuh Karangan
c. Kesimpulan

C. Bagian Pelengkap Penutup


a. Daftar Pustaka (Bibliografi)
b. Lampiran (Apendix)
c. Indeks
d. Riwayat Hidup Penulis

A. Bagian Pelengkap Pendahuluan


Bagian pelengkap pendahuluan atau halaman-halaman pendahuluan tidak menyangkut isi karangan.
Bagian ini dipersiapkan sebagai bahan informasi bagi pembaca dan menampilkan karangan tersebut
dalam bentuk yang lebih menarik.

a. Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul


Judul pendahuluan adalah nama karangan. Pada halaman judul pendahuluan tidak megandung apa-apa
kecuali judul karangan. Penulisan judul karangan dengan huruf kapital dan letaknya ditengah sedikit ke
atas. Tetapi variasi format lainnya juga banyak.
Pada makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan, penjelasan tugas, nama
pengarang, kelengkapan indentitas pengarang (NPM, kelas), nama unit studi atau unit kerja, nama
lembaga(jurusan, fakultas, universitas), nama kota dan tahun penulisan.
Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai
berikut:

7
• Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
• Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
• Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
• Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, kelengkapan identitas
pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan
makalah atau skripsi).
• Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan formal),   atau model
lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:
• Judul diketik dengan huruf kapital, misalnya:
UPAYA MENGATASI KEMISKINAN PADA
MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH
DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR
• Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:
Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Ganjil 2011
Atau
Skripsi ini Diajukan untuk Melengkapi Ujian Sarjana Ilmu Komputer pada
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma
• Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa
(NIM), misalnya:
RAKHMAT MALIK IBRAHIM
11122334
• Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak diharuskan
menggunakan logo.
• Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas, nama
kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2011
b. Halaman Persembahan
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-
mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan
biasanya terdiri dari beberapa kata saja, misalnya:
Kutulis novel ini
dengan cahaya cinta
untuk mahar menyunting belahan jiwa,
Muyasaratun Sa’idah binti KH. Muslim Djawahir, alm.
Rabbana hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa
Qurrata a’yuni waj’alnaa lil muttaqiina imaama. Amin.
Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka persembahan ini
ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman
belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.
c. Halaman Pengesahan

8
Halaman pengesahan berfungsi sebagai bukti bahwa karya tulis telah memenuhi persyaratan
administratif sebagai karya ilmiah. Halaman ini biasanya ditanda tangani oleh pembimbing,
penguji dan ketua jurusan. Halaman pengesahan biasanya dilampirkan pada skripsi, tesis,
disertasi. Sedangkan untuk makalah atau karangan lainnya tidak harus mensertakan halaman ini.
Halaman pengesahan ditulis dengan mengikuti persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-
unsur yang tertulis di dalamnya.
Judul karangan ditulis dengan menggunakan huruf kapital seluruhnya dan diletakkan ditengah-
tengah antara margin kiri dan kanan. Nama lengkap dan gelar akademis pembimbing materi,
penguji, ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara simetri kiri-kanan dan
atas-bawah. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
a.       Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
b.      Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
c.       Tulisan melampaui garis tepi.
d.      Menulis nama tidak lengkap.
e.       Menggunakan huruf yang tidak standar.
f.       Tidak mencantumkan gelar akademis.
d. Kata Pengantar
Kata pengantar merupakan bagian dari karangan yang isinya berupa penjelasan mengenai
motivasi menulis sebuah karangan. Kata pengantar berfungsi seperti sebuah surat pengantar.
Setiap karangan ilmiah seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi,makalah harus melampirkan
halaman kata pengantar yang menyajikan informasi sebagai berikut:
• Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan
formal ilmiah).
• Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekolompok orang, atau
organisasi/lembaga.
• Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga yang
membantu.
• Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-
tangan.
• Harapan penulis atas karangan tersebut.
• Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan bagian keseluruhan dari suatu karangan ilmiah yang sifatnya formal
dan ilmiah. Oleh sebab itu dalam penulisannya harus menggunakan kata-kata yang baku, baik
dan benar. Isi dari kata pengantar tidak membahas tentang pendahuluan, isi, penutup. Dan
berlaku sebaliknya, hal-hal yang sudah dibahas dibagian kata pengantar tidak boleh di bahas lagi
dalam isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
• Menguraikan isi karangan.
• Mengungkapkan perasaan berlebihan.
• Menyalahi kaidah bahasa.
• Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
• Kurang meyakinkan.
• Kata pengantar terlalu panjang.
• Menulis kata pengantar semacam sambutan.

9
• Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.

e. Daftar Isi
Daftar isi merupakan pelengkap dari pendahuluan yang isinya memuat garis besar isi karangan
secara lengkap dan menyeluruh dari halaman pertama sampai halaman terakhir. Fungsi dari
halaman ini untuk menyajikan informasi nomor halaman dari judul bab, sub bab, dan unsur-
unsur pelengkap dari buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab,
judul sub-sub bab.

f. Daftar Gambar
Bila suatu karangan memuat suatu gambar-gambar, maka setiap gambar tersebut harus ditulis di
dalam daftar gambar yang menginformasikan judul gambar dan nomor halaman gambar tersebut.

g. Daftar Tabel
Bila suatu karangan memuat suatu tabel-tabel, maka setiap tabel tersebut harus ditulis di dalam
daftar tabel yang menginformasikan nama tabel dan nomor halaman tabel tersebut.

B. Bagian Isi Karangan


Isi karangan merupakan inti dari sebuah karangan. Bagian-bagian isi karangan akan dijelaskan
pada sub-sub bab berikut.

a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab 1 dalam sebuah karangan yang tujuannya adalah menarik perhatian
pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan dan menunjukkan
dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan
pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori dan metode pembahasan. Keseluruhan isi
pendahuluan mengantarkan pembaca pada materi yang akan dibahas, dianalisis, diuraikan dalam
bab 2 sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus
tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1) Latar belakang masalah, menyajikan:
• Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan diuraikan
jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau
ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-
akibat, atau induktif.
• Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan pimpinan
dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan sistem kerja yang akan
datang.
• Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-buku ilmiah,
jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah
mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.
• Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata tanya yang
menuntut adanya analisis, misalnya: bagaimana...., mengapa.....
• Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya
atau tidak.

10
2) Tujuan penulisan berisi:
• Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan hubungan X
terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru;
menguraikan pengaruh X terhadap Y.
• Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data primer tentang kualitas
budaya tradisi penduduk asli Jakarta; membuktikan bahwa pembangunan lingkungan
pemukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan bantuan pemerintah.
• Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah yang akan dibahas.
Jika masalah utama dirinci menjadi dua, tujuan juga dirinci menjadi dua.
3) Ruang lingkup masalah berisi:
• Pembatasan masalah yang akan dibahas.
• Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
• Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variabel. Pendefinisian
merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk mengungkapkan suatu benda, konsep,
proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya dengan kata-kata.

4) Landasan teori menyajikan:


• Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan
pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka
kerja penelitian dan penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
• Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan konsep penulisan,
penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.

5) Sumber data penulisan berisi:


• Sumber data sekunder dan data primer.
• Kriteria penentuan jumlah data.
• Kriteria penentuan mutu data.
• Kriteria penentuan sample.
• Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.

6) Metode dan teknik penulisan berisi:


• Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode kuantitatif, metode
deskripsi, metode komparatif, metode korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
• Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan
kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.

7) Sistematika penulisan berisi:


• Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan.
• Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).

b. Tubuh Karangan

11
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan
masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara
tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang akan dibahas secara sistematis.
Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:

1) Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat karangan, baik
pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data
primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji
kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan
pembenaran.
2) Kejelasan uraian/deskripsi:
• Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu
kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang lebih
rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam
menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan
atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran,
penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
• Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal
itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali
dalam pembuatan karangan fiksi, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul,
menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan
subordinatif secara benar.
Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran,
kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi), dan menggunakan
pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal,
kronologis, spasial).
• Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari
umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk
menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel, diagram, dan foto-
foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
• Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya,
dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji
laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
• Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup,
salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak
konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan
maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang
dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul.
c. Kesimpulan

12
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga
merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup
waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja,
antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan
harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah
yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
• Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen
yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam
tubuh karangan itu.
• Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-
pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.

C. Bagian Pelengkap Penutup


Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.

a. Daftar pustaka (Bibliografi)


Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan
daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan
bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
• Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
• Tahun terbit.
• Judul buku: penulisannya bercetak miring.
• Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
• Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain).
Keterangan:
• Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu dibalik.
• Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk menggantikan nama
pengarang.
• Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan di
belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
• Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
• Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama belakang
pengarang.

b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang
tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang

13
lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran
ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan
sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak
mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.

c. Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis
(urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah
tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam
pembahasan.

d. Riwayat Hidup Penulis


Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar
RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau
pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan,
pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.

2.4 Pengertian Penyuntingan Naskah


Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan
menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata
menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sisematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang
melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan bermakna
proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.
(Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan kesalahan-
kesalahan redaksional sebuah tulisan).
Penyutingan meliputi :
a.    Memperbaiki kesalahan yang kasat mata.
b.    Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
c.    Menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan kebijakan media yang bersangkutan.
d.   Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna
serupa.
e.    Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yang membosankan.
f.     Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul.
g.    Memperbaiki judul supaya menarik.
h.    Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait dengan tulisan yang di suting
i.      Menelaah kembali tulisan yang telah di cetak, mungkin masih terdapat kesalahan secara
redaksional atau subtansial.

14
2.5 Syarat Penyuntingan Naskah
Untuk menjadi penyunting naskah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang.
Persyaratan itu meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia,
ketelitian dan kesabaran, kemampuan menulis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang
keilmuan, pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.

2.6 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyuntingan


1. Penyuntingan Isi (Content editing) yang sering  disebut dengan developmental, substantive, or
structural editing; revising; rewriting
a.    Merevisi atau memindahkan seluruh paragraf atau kalimat
b.    Menambahkan material terbaru untuk mengurangi perbedaan dan menghapus material asli
yang tidak dianggap tidak bermanfaat.
c.    Mengorganisir dan merestrukturisasi isi untuk meningkatkan aliran dan kejelasan bahasa
2. Penataan Salinan (Copyediting)  yang sering disebut dengan line, mechanical, or
stylistic  editing
a.    Memeriksa ejaan, tata bahasa, tanda baca, dan mekanisme
b.    Memeriksa apakah isi sudah mengikuti ketepatan gaya bahasa atau bagian gaya internal
c.    Membuktikan fakta dan menjamin ketepatan/konsistensi bentuk
d.   Mengklarifikasi makna dan meningkatkan keterbacaan dengan mengubah pilihan kata dan
struktur kalimat.
3. Koreksi Cetakan Percobaan (Proofreading)
a.    Membaca sampai selesai naskah copy untuk mengecek kesalahan
b.    Memastikan semua perubahan telah tercantum didalamnya dan tidak ada kesalahan yang
tertinggal selama proses penyuntingan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah
lazim, dan sudah disepakati. Berdasarkan persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya
yang dilakukan secara formal, semi formal, dan non formal. Maksud secara formal adalah bahwa
suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Maksud secara semi
formal adalah bahwa suatu karya tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut
konvensi. Dan maksud secara non formal adalah bahwa suatu karya tidak memenuhi syarat-
syarat formalnya.

Persyaratan formal yang harus dipenuhi sebuah karya tulis yaitu Bagian pelengkap
pendahuluan, isi karangan, bagian pelengkap penutup.

Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan
menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata
menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sisematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Untuk menjadi
penyunting naskah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Persyaratan itu
meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian dan
kesabaran, kemampuan menulis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang keilmuan,
pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.

3.2 Saran

Dalam mempelajari konvensi naskah, diharapkan dapat menciptakan tulisan yang indah


dalam menampilkan sebuah tulisan itu sendiri, sehingga pembaca tertarik untuk membaca tulisan
tersebut. Juga dalam mempelajari penyutingan naskah di harapkan mampu memahami teori
tentang penyutingan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19584/
Konvensi+Naskah.doc

Sumber : http://rakhmatmalik.blogspot.com/2011/12/konvensi-naskah.html

Sumber: http://adtyabisnisonline.blogspot.com/2013/06/penyutingan-naskah.html

16

Anda mungkin juga menyukai