Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN MATERI FI’IL MUDHARI’ DI KELAS VII MTs DENGAN

LAGU AMPAR-AMPAR PISANG

Lailatul Fitria, S.Pd


Guru Bahasa Arab di MTs NU Miftahul Huda Turen

Abstrak: Pembelajaran materi fi’il mudhari’ merupakan bagian dari pembelajaran unsur
bahasa. Pembelajaran unsur bahasa dapat menunjang ketercapaian siswa dalam
menguasai empat kecakapan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Di tingkat Madrasah Tsanawiyah materi fi’il mudhari’ mulai dikenalkan di semester
kedua pada tema kehidupan keluarga. Perubahan kata dalam fi’il mudhari’ disesuaikan
dengan enam kata ganti (‫ نحن‬،‫ هي‬،‫ هو‬،ِ‫ أنت‬، َ‫ أنت‬،‫)أنا‬. Perubahan kata tersebut cukup
membuat siswa bingung dan kesulitan memahaminya. Lagu Ampar-Ampar Pisang
merupakan lagu yang sederhana dan bisa menciptakan suasana meriah. Pembelajaran fi’il
mudhori’ dengan lirik lagu Ampar-Ampar Pisang diupayakan untuk mempermudah siswa
dalam memahami perbedaan-perbedaan dalam perubahan kata tersebut.

Kata kunci: pembelajaran, fi’il mudhari’, lagu Ampar Ampar Pisang

Pendahuluan
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan
untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif.
Kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan
memahami bacaan. Kemampuan produktif adalah kemampuan menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis (KMA, 2014: 58).
Sedangkan tujuan pengajaran bahasa Arab dalam KMA No.165 tahun `2014
adalah sebagai berikut:
a. mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun
tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’),
berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b. menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa
asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber
ajaran islam.
c. mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya
serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapakan
memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
Dalam hal ini penguasaan empat kecakapan berbahasa merupakan tujuan
pertama yang ingin dicapai dalam kurikulum pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran
empat kecakapan berbahasa tidak bisa berjalan dengan baik tanpa adanya pembelajaran
unsur-unsur bahasa. Dalam unsur bahasa terdapat tata bunyi (‘ilmu al ashwat), tata tulis
(ortografi), tata kata (al sharf), tata kalimat (al nahwu), dan kosa kata (al mufradat).
Pembelajaran unsur bahasa menjadi bagian yang penting dalam pembelajaran
bahasa Arab. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis bermaksud menyampaikan
pengalaman tentang pembelajaran tata bahasa di Madrasah Tsanawiyah, khususnya
pada materi fi’il mudhari’. Namun sebelum itu terlebih dahulu penulis suguhkan kajian
tentang teknik pembelajaran tata bahasa, materi Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah,
dan problematika pembelajaran tata bahasa secara umum dan solusinya.

308
1. Teknik Pembelajaran Tata Bahasa atau Struktur
Dalam pengajaran bahasa modern, pengajaran tata bahasa berfungsi sebagai
penunjang tercapainya kemahiran berbahasa. Tata bahasa bukan tujuan, melainkan
sarana untuk dapat menggunakan bahasa dengan benar dalam komunikasi (Effendy,
2005: 85).
Tata bahasa Arab (Nahwu) merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir karena
adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu sesungguhnya
nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa
dan mampu memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan (membaca dan
menulis dengan benar) maupun dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar). Jadi, dalam
pembelajarannya siswa tidak cukup dengan menghafal kaidah-kaidah Nahwu kemudian
selesai, melainkan setelah itu siswa harus mampu menerapkan kaidaah itu dalam
membaca dan menulis teks bahasa Arab (Mustofa & Hamid, 2011: 71-72).
Dalam bukunya Effendy, (2005: 85) menjelaskan bahwa pada dasarnya,
kegiatan pengajaran tata bahasa terdiri dari dua bagian, (a) pengenalan kaidah-kaidah
bahasa dan (b) pemberian latihan atau drill. Kedua kegiatan tersebut dapat dilaksanakan
dengan dua cara, deduktif dan induktif.
Cara deduktif, dimulai dengan pemberian kaidah yang harus difahami dan
dihafalkan, kemudian diberikan contoh-conntoh. Setelah itu siswa diberi kesempatan
untuk melakukan latihan-latihan untuk menerapkan kaidah atau rumus yang telah
diberikan.
Cara ini mungkin lebih disenangi oleh sebagian pembelajar bahasa yang telah
dewasa, karena dalam waktu singkat mereka telah dapat mengetahui kaidah-kaidah
bahasa, dan dengan daya nalarnya mereka dapat mengaplikasikan kaidah-kaidah itu
setiap kali diperlukan.
Cara induktif, dilaksanakan dengan cara guru pertama-tama menyajikan
contoh-contoh. Setelah mempelajari contoh-contoh yang diberikan, siswa dengan
bimbingan guru menarik kesimpulan sendiri kaidah bahasa berdasarkan contoh-contoh
tersebut.
Dengan cara ini siswa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
yakni dalam menyimpulkan kaidah-kaidah. Karena penyimpulan ini diberikan setelah
siswa mendapat latihan yang cukup, maka pengetahuan tentang kaidah itu benar-benar
berfungsi sebagai penunjang keterampilan berbahasa.

2. Materi Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah (MTs)


Ruang lingkup materi pelajaran Bahasa Arab di MTs meliputi tema-tema yang
berupa wacana lisan dan tulisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang
identitas diri, kehidupan madrasah, kehidupan keluarga, rumah, hobi, profesi, kegiatan
keagamaan, dan lingkungan (KMA, 2014: 73).
Dalam kurikulum 2013 (K13) materi fi’il mudhari’ mulai diajarkan di kelas VII
pada akhir semester. Tepatnya pada tema kehidupan keluarga. Dalam tema ini siswa
mulai dikenalkan dengan dua belas kata kerja dalam bentuk fi’il mudhari’. Dua belas
kata kerja tersebut adalah ،‫ أسكن‬،‫ أساعذ‬،‫ أغسل‬،ّ‫ أ ِعذ‬،‫ أطثخ‬،‫ أششب‬،‫ آكل‬،‫ أقشأ‬،‫ أكتة‬،‫ أجلس‬،‫أدسس‬
‫أعمل‬.
Dalam pengenalan fi’il mudhari’ ini, siswa harus mampu memahami adanya
perubahan kata dalam fi’il mudhori’ sesuai dengan enam kata ganti berupa ،ِ‫ أنت‬، َ‫ أنت‬،‫أنا‬
‫ نحن‬،‫ هي‬،‫ هو‬. Lihat tabel berikut:

309
َّ ‫ال‬
‫ض َمائِر‬
‫ا ْل َم ْعنَى‬ ‫الر ْقم‬
َّ
َُ‫نَحْ ن‬ َ‫ِه َى‬ َ‫ه َُو‬ ِ ‫أ ْن‬
َ‫ت‬ ََ‫أ ْنت‬ ‫أَنَا‬
Bekerja ‫نَ ْع َمل‬ ‫ت َ ْع َمل‬ ‫َي ْع َمل‬ َ‫ت َ ْع َم ِليْن‬ ‫ت َ ْع َمل‬ ‫أ َ ْع َمل‬ ٔ
Menulis ‫نَ ْكتة‬ ‫ت َ ْكتة‬ ‫يَ ْكتة‬ َ‫ت َ ْكت ِثيْن‬ ‫ت َ ْكتة‬ ‫أ َ ْكتة‬ ٕ
Membaca ‫نَ ْق َشأ‬ ‫ت َ ْق َشأ‬ ‫يَ ْق َشأ‬ َ‫ت َ ْق َشئِيْن‬ ‫ت َ ْق َشأ‬ ‫أ َ ْق َشأ‬ ٖ
Makan ‫نَأ ْكل‬ ‫ت َأْكل‬ ‫يَأْكل‬ َ‫ت َأْك ِليْن‬ ‫ت َأْكل‬ ‫آكل‬ ٗ
Minum ‫نَ ْش َشب‬ ‫ت َ ْش َشب‬ ‫يَ ْش َشب‬ َ‫ت َ ْش َشتِيْن‬ ‫ت َ ْش َشب‬ ‫أ َ ْش َشب‬ ٘
Duduk ‫نَـجْ ِلس‬ ‫ت َـجْ ِلس‬ ‫َيـجْ ِلس‬ َ‫ت َـجْ ِل ِسيْن‬ ‫ت َـجْ ِلس‬ ‫أ َجْ ِلس‬ ٙ
Belajar ‫نَذْسس‬ ‫ت َذْسس‬ ‫يَذْسس‬ َ‫ت َذْس ِسيْن‬ ‫ت َذْسس‬ ‫أ َدْسس‬ 7
Menyiapkan ‫ن ِعذ‬ ‫ت ِعذ‬ ‫ي ِعذ‬ َ‫ت ِع ِذّيْن‬ ‫ت ِعذ‬ ‫أ ِعذ‬ 8
Membantu ‫سا ِعذ‬ َ ‫ن‬ ‫سا ِعذ‬ َ ‫ت‬ ‫سا ِعذ‬ َ ‫ي‬ َ‫سا ِع ِذيْن‬ َ ‫ت‬ ‫سا ِعذ‬ َ ‫ت‬ ‫سا ِعذ‬ َ ‫أ‬ 9
Memasak ‫نَطثَخ‬ ْ ‫ت َطثَخ‬ْ ‫يَطثَخ‬ ْ َ‫ت َطثَ ِخيْن‬ ْ ْ
‫ت َطثَخ‬ ْ
‫أ َطثَخ‬ ٔٓ
Tinggal ‫نَسْكن‬ ‫ت َسْكن‬ ‫َيسْكن‬ َ‫ت َسْك ِنيْن‬ ‫ت َسْكن‬ ‫أ َسْكن‬ ٔٔ
Mencuci ‫نَ ْغ ِسل‬ ‫ت َ ْغ ِسل‬ ‫يَ ْغ ِسل‬ َ‫ت َ ْغ ِس ِليْن‬ ‫ت َ ْغ ِسل‬ ‫أ َ ْغسِل‬ ٕٔ

3. Problematika Pembelajaran Tata Bahasa


Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan struktur antar
satu bahasa dengan bahasa yang lain. Problema dalam pembelajaran bahasa Arab
merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses
belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problema tersebut muncul dari bahasa
Arab itu sendiri (problematika linguistik) dan non linguistik atau di kalangan pengajar
dan siswa (Hidayat, 2012: 84).
Tata bahasa Arab yang terkait dengan pembentukan kata (sharfiyyah) maupun
susunan kalimat (nahwiyyah) sering dianggap sebagai kendala besar bagi pelajar bahasa
Arab. Apapun anggapan kita terhadap kesulitan tata bahasa tidak akan mengubah
eksistensinya. Sebab guru pada akhirnya tetap dituntut memahami apa yang dirasakan
sulit oleh pelajar bahasa Arab, lalu menawarkan cara mudah untuk menguasai bahasa
Arab dalam kurun waktu yang relatif singkat (Fahrurrozi, 2014: 164).
Secara umum, penerapan metode pembelajaran bahasa Arab yang
dikembangkan di pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan masih menitikberatkan
pada metode gramatika terjemah. Pemberian keterangan kaidah-kaidah tata bahasa oleh
guru dan penghapalan kaidah-kaidah oleh siswa menjadi salah satu indikasinya (Izzan,
2011: 112).
Pemberian keterangan kaidah-kaidah tata bahasa oleh guru dan penghapalan
kaidah-kaidah oleh siswa ini perlu diterapkan dengan berbagai teknik yang menarik dan
menyenangkan. Sehingga tidak menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa.
Diantaranya guru bisa memodifikasi materinya dalam kemasan lagu sebagaimana dalam
paparan di sub bab selanjutnya.

Pembelajaran Fi’il Mudhari’ di kelas VII MTs NU Miftahul Huda Turen


1. Karakteristik Siswa
Madrasah Tsanawiyah NU Miftahul Huda Turen adalah madrasah yang terletak
di Jl. Mayor Damar no. 32 Pagedangan Turen. Madrasah ini termasuk lembaga
pendidikan menengah tertua di wilayah Turen. Lima tahun terakhir madrasah ini
menerima siswa baru sebanyak 5 kelas. Masing-masing kelas terdapat 33-37 siswa.
Semua siswa yang masuk mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Adakalanya

310
dari lulusan MI (Madrasah Ibtidaiyah)/ SDI (sekolah dasar Islam), ada pula dari SDN
yang tidak mengajarkan mata pelajaran bahasa Arab.
Siswa lulusan MI dan SDI cenderung mempunyai kemampuan bahasa Arab
yang lebih dari pada siswa lulusan SDN. Hal ini tercermin dalam bentuk tulisan
Arabnya yang cukup rapi, kemampuannya membaca tulisan Arab dan penguasaan
beberapa kosa kata. Karena siswa lulusan MI dan SDI sudah mempunyai pengalaman
belajar bahasa Arab sebelumnya. Sedangkan siswa lulusan SDN tidak pernah
mengalami belajar bahasa Arab disekolahnya. Bahkan ada beberapa siswa yang belum
bisa membaca tulisan Arab.
Namun demikian tidak semua siswa lulusan SDN mempunyai kemampuan
bahasa Arab yang lebih rendah dari siswa lulusan MI/SDI. Siswa lulusan SDN yang
mempunyai kemampuan membaca Alquran yang baik juga cenderung lebih cepat dalam
menguasai materi bahasa Arab. Sehingga kemampuannya bisa menyamai siswa lulusan
MI/SDI atau bahkan lebih.
Berbedanya latar belakang siswa ini sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran bahasa Arab. Khususnya dalam pembelajaran tata bahasa (Nahwu).
Dalam hal ini guru perlu memilih teknik pembelajaran yang tepat yang disesuaikan
dengan hasil identifikasi problematika pembelajaran. Sehingga semua siswa bisa
mengikuti pembelajaran dengan baik dan penuh semangat.

2. Problematika pembelajaran bahasa Arab


Proses mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi orang Indonesia
merupakan usaha-usaha yang khusus untuk membentuk dan membina kebiasaan baru
yang dilakukan secara sadar. Sedangkan ketika mempelajari bahasa ibu proses
pembelajaran itu berlangsung tanpa sadar. Seorang pelajar sudah pernah mendapatkan
pengetahuan tentang gramatika bahasanya sendiri, ia akan berusaha pula untuk
mendapatkan hal yang sama ketika ia mempelajari bahasa Asing (Izzan, 2011: 63).
Dalam pengajaran bahasa asing ada sebuah prinsip yang harus selalu menjadi
rujukan. Prinsip tersebut yaitu bahwa persamaan-persamaan antara bahasa pelajar dan
bahasa asing yang dipelajari dapat menimbulkan kemudahan, sedangkan perbedaan-
perbedaan yang ada dapat menimbulkan berbagai kesulitan (Izzan, 2011: 63).
Melihat karakteristik siswa tersebut di atas, merupakan hal yang biasa jika
terjadi adanya kesalahan-kesalahan berikut ini:
 di awal pertemuan pelajaran bahasa Arab sering terjadi kesalahan menulis dari
sebelah kiri.
 menyusun kalimat bahasa Arab disamakan dengan cara menyusun kalimat dalam
bahasa Indonesia. Contoh: ‫انا طالة‬ditulis ‫طالة أنا‬
 tidak memberikan titik pada huruf yang seharusnya ada titiknya. Contoh: ‫هزا‬
ditulis ‫هذا‬
 tidak bisa membedakan tulisan huruf yang seharusnya berbeda sehingga terlihat
sama. Contoh: huruf ‫ ر‬dan ‫ص‬.
 Menulis fi’il mudhari’ tidak sesuai dengan kata gantinya. Contoh: kalimat ”
ahmad bekerja” ditulis ‫أحمذ أعمل‬.
Kesalahan-kesalahan tersebut bermuara dari karakteristik bahasa Arab sebagai
bahasa Asing yang memang beda dengan bahasa sehar-hari siswa. Hal ini akan
berdampak pada motivasi belajar siswa jika tidak dicarikan solusi yang tepat oleh guru.
Sehingga dalam menghadapi kesalahan-kesalahan tersebut guru harus teliti dan gigih

311
dalam membantu siswa untuk mengatasi kesulitan mereka. Supaya siswa tidak merasa
berat dalam belajar bahasa Arab.

3. Upaya mengatasi problematika pembelajaran bahasa Arab


Pemilihan teknik pembelajaran bahasa Arab yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa akan memberikan pengalaman belajar yang lebih berarti bagi
siswa. Namun hal tersebut bukanlah upaya yang sangat mudah bagi guru. Teknik
pembelajaran yang dipilih harus dapat memadukan kemampuan siswa yang sudah
punya pengalaman belajar bahasa Arab dan siswa yang belum punya pengalaman
belajar bahasa Arab sebelumnya. Menurut penulis apapun teknik Pembelajaran yang
dipilih harus bisa menyenangkan semua siswa. Hal inilah yang menjadi keinginan
penulis.
Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selalu menjadi
impian penulis. Sangat merasa bersalah ketika ada materi yang tersampaikan sulit
diterima dan dipahami oleh siswa. Hal ini terjadi di tahun pertama mengajar. Penulis
mendapati kesulitan dalam menjelaskan perubahan kata dalam fi’il mudhari’. Banyak
siswa yang kesulitan memahaminya. Adanya macam-macam tanda dalam perubahan
kata dalam fi’il mudhari’ bukanlah hal mudah untuk cepat dipahami dan diingat oleh
siswa.
‫التَّ ْر َج َمة‬ َ ‫اْ ِإلش‬
‫َارة‬ ِ ‫الفعلَا ْل ُمض‬
‫َارع‬ ‫الض َِّميْر‬ ‫الر ْقم‬
َّ
Dia (lk) 1 sedang
... ‫َيـ‬ ‫َي ْفعل‬ ‫ه َو‬ ٔ
bekerja
Dia (pr) 1 sedang
... ‫تَـ‬ ‫ت َ ْفعل‬ ‫ِي‬
َ ‫ه‬ ٕ
bekerja
Kamu (lk) 1 sedang
... ‫تَـ‬ ‫ت َ ْفعل‬ َ‫أَ ْنت‬ ٖ
bekerja
Kamu (pr) 1 sedang
َ‫ يْن‬... ‫ت َـ‬ َ‫ت َ ْفع ِليْن‬ ِ ‫أَ ْن‬
‫ت‬ ٗ
bekerja
Saya sedang bekerja ... َ ‫أ‬ ‫أ َ ْفعل‬ ‫أنا‬ ٘
Kita / kami sedang
... ‫نَـ‬ ‫نَ ْفعل‬ ‫نَحْ ن‬ ٙ
bekerja

Uraian tentang perubahan fi’il mudhari’ di atas cukup menyulitkan siswa.


Penjelasan guru saja tidak cukup membuat mereka cepat faham dan mudah
mengingat perubahannya yang bermacam-macam itu. Bagaimanapun juga itu sudah
menjadi karakteristik bahasa Arab yang tidak bisa dirubah. Mau tidak mau guru
harus mencarikan solusi supaya kesulitan itu bisa teratasi. Sehingga siswa bisa
belajar dengan senang dan tidak semakin berat dalam menerima materi berikutnya.
Pada tahun ke dua, penulis mempunyai ide untuk membuat materi fi’il
mudhari’ dalam kemasan lagu. Hal ini terinspirasi dari pengalaman di pesantren
ketika lalaran amtsilatu al tashrifiyyah pada tashrif lughawiy. Dalam lalaran itu kata
ganti dan fi’il mudhari’nya tidak terbaca dalam satu kesatuan. Lagu yang dipakai
dalam lalaran itu untuk semua jumlah kata ganti yang ada 14 kata. Menurut penulis
yang demikian ini tidak mungkin diterapkan dalam pembelajaran di MTs. Karena
dalam tahap pengenalan kata kerja fi’il mudhori’ ini, siswa mulai dikenalkan dengan
perubahannya sesuai 6 kata ganti saja.

312
Penulis berusaha menyusun 6 kata ganti berikut fi’il mudhari’nya. Kemudian
memilih lagu pelangi-pelangi dan mengganti liriknya dengan fi’il mudhari’ tersebut.
Siswa tampak lebih antusias dan semangat dibandingkan dengan siswa tahun lalu,
yang memahami fi’il mudhari’ hanya dengan penjelasan guru tanpa dikemas dalam
bentuk lagu. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Tabel Fi’il mudhori’ dalam lagu Pelangi-Pelangi:


Pelangi- pelangi ‫ت‬
ِ ‫أنا ـ أنتَ ـ أن‬
Alangkah indahmu ‫هو ـ هي ـ نحن‬
Merah kuning hijau ‫أنا أعمل‬
Di langit yang biru ‫أنت تعمل‬
Pelukismu agung ‫أنت تعملين‬
Siapa gerangan ‫هو يعمل‬
Pelangi-pelangi ‫هي تعمل‬
Ciptaan Tuhan ‫نحن نعمل‬
Di tahun-tahun berikutnya penulis terapkan lagi lagu pelangi-pelangi ini
dalam pembelajaran fi’il mudhari’. Karena belum menemukan lagu lain yang lebih
tepat. Lama-lama lagu Pelangi-Pelangi kurang diminati oleh siswa karena kurang
meriah dan terkesan anak-anak. Kemudian penulis berusaha mencari lagu yang lebih
meriah dari lagu pelangi-pelangi. Akhirnya menemukan lagu yang lebih meriah
iramanya dan dapat menarik semangat belajar siswa, yaitu Lagu Ampar-Ampar
Pisang. Lagu ini menjadi lagu andalan hingga saat ini. Namun penulis juga memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencari lagu yang lebih disukainya. Harapannya
bisa membuat siswa lebih semangat dan meningkat hasil belajarnya.

4. Lagu Ampar-Ampar Pisang dan penggunaannya dalam pembelajaran materi


Fi’il Mudhari’
a. Keistimewaan lagu Ampar-Ampar Pisang
Dari Wikibuku Indonesia penulis dapatkan bahwa lagu ampar-ampar pisang
adalah lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan. Lagu ini ciptaan Hamiedan
AC. Menurut hemat penulis lagu ini cukup sederhana dan mencerminkan suasana
ceria. Sehingga mudah dipahami oleh siswa dan dapat menggugah semangat belajar
siswa. Disamping itu lagu ini juga dapat menarik perhatian siswa yang sudah lelah
dengan materi-materi pada jam pelajaran sebelum pelajaran bahasa Arab.
Dalam pembelajaran fi’il mudhari’ dengan lagu ini tidak memanfaatkan
keseluruhan lirik lagunya. Hanya sebagian saja. Lihat tabel di bawah ini:
Tabel Fi’il Mudhari’ dalam lagu Ampar-Ampar Pisang
Ampar-ampar pisang ‫ت‬
ِ ‫أنا أنتَ أن‬
Pisangku belum masak ‫هو هي نحن‬
Masak sabigi ‫أنا أعمل‬
Dihurung bari-bari ‫أنتَ تعمل‬
Mangalepak manggalepok ‫ت تعملين‬
ِ ‫أن‬
Batang kayu bengkok ‫هو يعمل‬
Bengkok dimakan api ‫هي تعمل‬
Apinya kakurupan ‫نـحن نعمل‬

313
b. Langkah-langkah pembelajaran materi Fi’il Mudhari’ dengan lagu Ampar-
Ampar Pisang
Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran materi fi’il mudhari’ dengan
lagu Ampar-Ampar Pisang yang telah penulis lakukan.
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari adalah fi’il mudhari’ dan
menjelaskan pengertiannya.
 Guru mereview pengetahuan siswa tentang 5 kata ganti (‫ هي‬،‫ هو‬،ِ‫ أنت‬، َ‫ أنت‬،‫ )أنا‬yang
telah mereka pelajari di bab awal (‫)تعاسف‬. Kemudian guru mengenalkan kata ganti
‫نحن‬. Sebelum guru melanjutkan penjelasannya ke materi fi’il mudhari’, sebaiknya
guru memastikan siswanya sudah memahami makna dan fungsi kata ganti
tersebut.
 Guru menuliskan contoh fi’il mudhari’ dan pelakunya di papan tulis dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Arti ‫نحن‬ ‫هي‬ ‫هو‬ َ‫ت‬
ِ ‫أن‬ ََ‫أنت‬ ‫أنا‬
Bekerja ‫نعمل‬ ‫تعمل‬ ‫تعملين يعمل‬ ‫تعمل‬ ‫أعمل‬
 Guru meminta siswa untuk memperhatikan.
 Guru memberikan contoh cara membaca fi’il mudhari’dengan lirik lagu Ampar-
Ampar Pisang.
 Guru mengulang-ulang contoh tersebut hingga siswa faham dan bisa
mengikutinya. Dalam hal ini bisa dilakukan berbagai variasi untuk membantu
siswa mudah memahami perubahan fi’il mudhari’. Tidak harus selalu melagukan
bersama-sama. Setelah beberapa kali dilakukan bersama-sama guru bisa
menunjuk kelompok laki-laki dan kelompok perempuan saling begantian.
Misalnya kelompok laki-laki yang membaca fi’il mudhari’ dengan pelaku ‫أنا‬
sedangkan kelompok perempuan yang membaca fi’il mudhari’ dengan pelaku
َ‫ أنت‬begitu seterusnya hingga lagunya selesai. Setelah itu guru juga bisa
melakukan hal yang serupa dengan menunjuk siswa satu persatu (acak) dengan
kata ganti yang berbeda.
 Guru mengajak siswa mengamati adanya perbedaan pelaku dan perubahan fi’il
mudhari’.
 Setelah itu siswa diminta untuk mencatat contoh tersebut di buku catatannya.
 Guru memberikan satu atau dua fi’il mudhari’ baru dan meletakkannya dibawah
contoh tadi dan siswa diminta untuk bersama-sama melagukannya seperti
contoh.

Arti ‫نحن‬ ‫هي‬ ‫هو‬ َِ ‫أن‬


‫ت‬ ‫أنا‬ ََ‫أنت‬
Bekerja ‫نعمل‬ ‫تعمل‬ ‫يعمل‬ ‫تعملين‬ ‫أعمل‬ ‫تعمل‬
‫أجلس‬
‫أكتة‬
 Siswa diminta melengkapi kolom-kolom diatas dengan memperhatikan contoh.
 Guru mengamati dan memberikan apresiasi kepada siswa yang berhasil
mengerjakan dengan baik dan benar.
 Jika masih ada siswa yang mengalami kesalahan dalam menulis jawabannya
sebaiknya guru memberikan tanda pada tulisan yang salah dan meminta siswa
tersebut untuk memperbaikinya dengan tidak menghapus jawaban yang salah.

314
Sehingga dari kesalahan tersebut siswa bisa membandingkan mana yang salah dan
mana yang benar.
Dalam hal ini guru harus sabar dan teliti dalam memberikan koreksi atas jawaban
atau hasil pekerjaan siswa. Karena pemahaman siswa terhadap kata kerja ini
menjadi dasar pengetahuan baginya di jenjang berikutnya.
Langkah-langkah tersebut di atas dilakukan dengan cara induktif. Bagi guru bisa
memodifikasinya dengan cara deduktif.

Penutup
Demikian paparan tentang pembelajaran materi fi’il mudhari’ dengan lagu Ampar-
Ampar Pisang. Upaya membuat materi pembelajaran fi’il mudhari’ dalam kemasan
lagu cukup memberikan dampak positif terhadap pengalaman belajar siswa. Kegiatan
seperti ini membuat suasana belajar terlepas dari ketegangan sehingga anak dapat
memperoleh materi tanpa sadar dan dengan perasaan terbuka karena merasa senang.

Daftar Rujukan
Effendy, A. Fuad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Fahrurrozi, Aziz. 2014. Pembelajaran Bahasa Arab: Problematika dan Solusinya. :
Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, (online): 164,
(http://www.academia.edu), diakses 4 Agustus 2017.
Hidayat, Nandang Sarip. 2012. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal
Pemikiran Islam, 37 (1): 84.
Izzan, Ahmad. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum
Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah.
Mustofa, Bisri, & Hamid, Abdul. 2011. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: UIN Press.

315

Anda mungkin juga menyukai