Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Karya Ilmiah Bidang Kebidanan


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing:
Nensy Septiana Kencana Wulan, S. Pd

Disusun oleh:
Nadia Nur Salsabila P1337424619001

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEBIDANAN BLORA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Obstetri.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari ibu Dosen dan teman-teman sekalian agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Obstetri ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap teman-teman pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ....2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Hiperemesis Gravidarum .............................................................................................. 6
2.2 Preeklamsia dan Eklamsia ............................................................................................ 9
2.3 Kelainan dalam Lamanya Kehamilan........................................................................... 9
2.4 Perdarahan dalam Kehamilan (HAP) ........................................................................... 12
2.5 Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan ....................................................................... 13
2.6 Studi Kasus pada Ny. S dengan Hiperemesis Gravidarum Derajat II .......................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau
dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau
usia kehamilan.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu
langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan
segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak
langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul
sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia,
HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler.
Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi selama kehamilan dan
pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan oleh perdarahan menempati posisi
tertinggi diantara tiga penyebab utama kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis. Ironisnya
semua penyebab utama tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang
sebenarnya dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan
dikelola secara benar (Depkes RI, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu Hiperemesis Gravidarum?
2. Apa itu Pre eklamsia dan Eklamsia?
3. Apa saja Kelainan dalam Lamanya Kehamilan?
4. Apa saja Perdarahan dalam Kehamilan?
5. Apa saja Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan?
6. Bagaimana Penatalaksanaan pada Hiperemesis Gravidarum Derajat II?

1.3 Tujuan

4
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas obstetri yang diberikan.
2. Untuk mengetahui apa hiperemesisi gravidarum.
3. Untuk mengetahui apa preeklamsia dan eklamsia.
4. Untuk mengetahui apa kelainan dalam lamanya kehamilan.
5. Untuk mengetahui apa perdarahan dalam kehamilan.
6. Untuk mengetahui apa saja penyakit dan kelainan alat kandungan.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada hiperemesisi gravidarum derajat II.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah sebuah gangguan dalam bentuk mual dan muntah
yang paling parah selama kehamilan. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah yang
parah tersebut dapat berisiko terhadap dirinya dan janin yang dikandung. Gangguan ini
umumnya didiagnosis secara klinis dengan melihat penyebab mual dan muntah tersebut.
Mual dan muntah adalah penyakit dengan kemungkinan tertinggi di antara wanita
hamil. Kondisi tersebut dapat terjadi pada 50-90 persen dari semua wanita. Hal ini adalah
indikasi paling umum untuk rawat inap selama paruh pertama kehamilan.
Pada kenyataannya, hiperemesis gravidarum hanya terjadi sekitar 0,5-2 persen secara
keseluruhan. Namun, jika hal tersebut terjadi, mungkin akan berhubungan dengan
morbiditas ibu dan janin. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan
tersebut adalah terapi yang memadai dan penambahan berat badan. Cara tersebut dapat
mencegah sebagian besar konsekuensi yang dapat terjadi ibu dan janin.
Wanita hamil yang mengidap hiperemesis gravidarum dapat merasakan beban
psikososial yang nyata. Selain itu, kondisi ini dapat diperumit oleh ketidakseimbangan
elektrolit, defisiensi nutrisi, dan ensefalopati Wernicke.
A. Penyebab Hiperemesis Gravidarum
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kadar hormon serum, seperti
HCG (human chorionic gonadotropin) dan estrogen. Mual dan muntah yang ekstrem
selama kehamilan mungkin mengindikasikan kehamilan ganda atau wanita itu
mengandung lebih dari satu bayi, serta pertumbuhan jaringan abnormal yang bukan
kehamilan sejati (mola hidatidosa).
B. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Gangguan yang menyebabkan mual dan muntah yang parah tersebut biasanya
terjadi selama trimester pertama kehamilan. Seorang wanita mungkin mengalami
hiperemesis gravidarum jika ibu hamil tersebut mengalami muntah, seperti:
6
• Lebih dari tiga hingga empat kali sehari.
• Terlalu sering muntah, sehingga berat menurun lebih dari 4 kilogram.
• Selalu merasa pusing.
• Mengalami dehidrasi.
C. Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum
Faktor risiko adalah sesuatu yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena
penyakit atau kondisi. Faktor risiko tidak selalu berarti orang tersebut dipastikan
terkena kondisi tersebut, tetapi kemungkinan terserangnya meningkat. Dalam kasus
hiperemesis gravidarum, faktor risiko yang dapat meningkatkannya adalah:
• Pernah mengalami hiperemesis gravidarum selama kehamilan sebelumnya.
• Kelebihan berat badan.
• Memiliki kehamilan ganda.
• Hamil untuk pertama kali.
• Mengidap trofoblas, penyakit yang melibatkan pertumbuhan sel-sel abnormal di
dalam rahim.
D. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Risiko utama bagi wanita untuk mengidap hiperemesis gravidarum adalah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Wanita hamil yang mengidap gangguan
ini dalam waktu yang lama memiliki risiko lebih besar untuk persalinan prematur dan
preeklamsia.
Komplikasi jangka panjang pada bayi dapat terjadi jika kondisinya dibiarkan dan
tidak diobati. Selain itu, komplikasi juga dapat terjadi pada ibu hamil yang tidak
mendapatkan berat badan yang cukup selama paruh kedua kehamilan, dan jika bayi
menjadi kurang gizi. Komplikasi hiperemesis gravidarum yang lebih jarang tetapi
parah adalah:
• Kerongkongan pecah karena muntah.
• Paru-paru yang kolaps.
• Penyakit pada hati.
• Kebutaan.
• Pembengkakan otak akibat kekurangan gizi.
• Gagal ginjal.
• Gumpalan darah.
• Kejang.
• Koma hingga kematian.
7
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun harus diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan yang dapat diberikan
diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis, serotonin
antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
seperti pyridoxine .
Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Dopamin
antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, promethazine, dan
metocloperamide. Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron.
Odansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak
membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain.
2. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat
muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan penderita terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna
harus digunakan. Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang
diberikan adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat,
rendah protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara,
hindari makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan
muntah.
3. Cairan parenteral
Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam
dehidrasi karena kehilangan cairan . Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi
yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang
efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam basa. Berikan
cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Dibuat daftar kontrol cairan
yang masuk dan yang dikeluarkan.
Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. Adapun poin-poin
gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
8
4. Terapi Alternatif
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid,
karbohidrat dan asam amino. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25
mg per hari tiap 8 jam. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin
rendah sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu
mudah mual dan muntah. Kadar hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga
menghambat kerja enzim kynureninase yang merupakan katalisator perubahan
tryptophan menjadi niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskan
mual dan muntah.

2.2 Pre eklamsia dan Eklamsia


Pre eklamsia adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya.
Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada
waktu antepartum, intrapartum, dan pasca persalinan.
A. Gejala dan tanda
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka, sakit kepala hebat, kenaikan tekanan darah secara mendadak sampai 140/90
mmHg atau lebih, proteinuria sebanyak 0,3 gram/liter dalam air kencing 24 jam.
B. Penanganan umum
Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium,
magnesium, obat anti hipertensi dan dirawat di rumah sakit bila ada kecenderungan
menjadi eklamsia.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. Eklamsia
merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia berat” ditambah dengan kejang atau koma yang
dapat berlangsung mendadak.
A. Gejala dan tanda
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia berat (hipertensi, oedem, dan protein
urine) dan kejang atau koma, kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.
B. Penanganan

9
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang dapat menimbulkan
penyulit yang lebih berat.

2.3 Kelainan dalam Lamanya Kehamilan


A. Premature
Persalinan premature yaitu persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Dan bayi dengan berat badan lahir < 2500gr (WHO 1948).
Faktor yang mempengaruhi prematuritas :
• Umur ibu, suku bangsa, social ekonomi
• Bakteri uria/infeksi saluran kencing
• BB ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil
• Antenatal care
• Anemia, penyakit jantung
• Jarak persalinan yang terlalu dekat
• Pekerjaan yang terlalu berat saat hamil berat
• Kedaan dimana bayi terpaksa dilahirkan premature, misalnya pada plasenta previa,
solusio plasenta atau kehamilan ganda.
B. Post Mature
Post matur yaitu Kehamilan yang berlangsung 42 minggu ( 294 hari ) atau lebih ,
dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
C. IUGR
Pertumbuhan janin terhambat-pjt (intrauterine growth restriction) diartikan sebagai
suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal
pada usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikansebagaikeciluntukmasakehamilan-kmk(smallfor
gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil
ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnyaakanlahirprematur(37minggu).
Penyebab IUGR :
1. Penyebab ibu
• Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
• Penyakit ibu kronik dan gaya hidup
2. Penyebab janin
• Infeksi selama kehamilan

10
• Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
• Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
• Haemolysis : kelainan sel darah merah
3. Penyebab plasenta
Kelainan plasenta, sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi
yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, dan plasenta previa Kehamilan kembar. Twin-to-twin
transfusion syndrome.
Tanda dan gejala :
• Gangguan pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas periode4minggu.
• TFU paling sedikit kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap usia
kehamilan dari pengukuran TFU sebelumnya.
• Kekurangan penambahan berat badan ibu.
• Gerakan janin yang kurang.
• Kekurangan volume cairan amnion.
• Lingkaran abdomen kecil (ukuran hepar yang kecil)
• Tungkai yang kurus (masa otot menurun)
• Kulit keriput (lemak subkutis menurun)
4. IUFD
Kematian janin dalam kandungan atau (intrauterine fetal death) adalah kematian
janin ketik masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram kehamilan
20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil
konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang
tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan,seperti
denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot.
Kematian janin dalam kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui
penyebabnya dengan pasti. Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian
janin dalam kandungan, antaralain:
• Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
• Preeklampsi dan eklampsia
• Penyakit-penyakit kelainan darah.
• Penyakit infeksi dan penyakit menular
• Penyakit saluran kencing

11
• Penyakit endokrin : diabetes melitus
• Malnutrisi
5. GEMELI
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Factor yang mempengaruhi adalah factor obat-obat konduksi ovulasi, factor
keturunan, factor yang lain belum diketahui.
Jenis gemelli :
• Gemelli dizigoti
• Gemelli monozigotik
• Conjoined twins
• Superfukundasi
• Superfetasi
Komplikasi yang terjadi pada ibu :
• Dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
• Frekuensi hidramnion bertambah 10 kali lebih besar dari kehamilan biasa.
• Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering.
• Sering terjadi sesak nafas.
• Odema dan varises pada tungkai dan vulva.
• Dapat terjadi: inersia uteri, perdarahan postpartum dan solusio plasenta dan
sesudah anak pertama lahir.
Komplikasi terhadap janin :
• Bayi akan terlahir premature.
• Angka kemungkinan terjadi kelainan/kecacatan pada bayi lebih tinggi.
• Angka kematian tinggi.

2.4 Perdarahan dalam Kehamilan


Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28
minggu. Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan,
maka umumnya kematian maternal akan terjadi.
Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok
utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum
adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi

12
sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan.
Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta
secara prematur.
1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
A. Gejala dan tanda
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan
terjadi pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
B. Penanganan
Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi
apapun, baik rektal maupun vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram,
maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan
observasi dengan teliti.
2. Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir.
A. Gejala dan tanda
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi
bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan
sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
B. Penanganan
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
perawatan inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan
di rumah sakit.
Karakteristik ibu yang mengalami perdarahan antepartum dan perdarahan post partum
berdasarkan sosiodemografi: umur, pendidikan, pekerjaan, agama. Karakteristik ibu yang
mengalami perdarahan antepartum dan perdarahan post partum berdasarkan mediko
obstetri: paritas, umur kehamilan, dan tindakan persalinan.

13
2.5 Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan
Perineum kaku menghambat persalian kala II yang meningkatkan risiko kematian
janin, menyebabkan kerusakan jalan lahir yang luas dapat diatasi dengan episiotomi. Lebar
perineum 4 cm dari komisura post ke anus akan tetapi kadang ada yang sempit dan adapula
yang lebar.
1. Varises
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat berakibat fatal
dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam
kehamilan maupun setelah lahir.
2. Edema
Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita
mengejan terlampau lama.
3. Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat
infeksi spesifik. Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan
keluhan fluor albus dan disuria. Bayi yang lahir dari ibu penderita gonorea dapat
mengalami blenorea neonatorum. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan
sebaliknya ia dapat menulari pasangan wanita.
Penularan dapat juga terjadi melalui handuk. Metronidazole sejak lama merupakan obat
yang ampuh baik vaginal maupun peroral. Karena trikhomonas vaginalis termasuk
golongan protozoa seperti amoeba dan malaria maka dapat juga diobati dengan derivat
kinin. Kandidiasis disebabkan oleh jamur kandida albicans dengan keluhan utama gatal
di vulva dan introitus vagina dengan atau tanpa disertai fluor albus.
4. Fistula
Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi
kematian jaringan lokal dalam 5-10 hr lepas dan terjadi lubang. Fistula kecil yang tidak
disertai infeksi dapat sembuh dangan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan
kontraindikasi pervaginam.
5. Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller. Letak lateral dalam vagina
bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisium uretra eksternum.
6. Karsinoma Cerviks
Pada toucher teraba tukak atau tumor pada cerviks yang rapuh dan mudah berdarah.
Pada pemeriksaan in speculo tukak atau tumor pada cerviks dapat dilihat dan perlu
dibuat eksisi percobaan untuk diagnosa pasti.
14
7. Kelainan bawaan uterus
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam
pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Uterus subseptus terdiri atas 1
korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 servik, 1 vagina cavum uteri kanan
dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 servik
yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri.
8. Kelainan pertumbuhan uterus
Alat kandungan terbentuk dari saluran Muller kanan dan kiri yang pada ujungnya
bersatu akan membentuk vagina bagian atas dan uterus, sedangkan bagian yang tetap
terpisah akan menjadi tuba. Jika terjadi kehamilan pada salah satu bagian uterus, maka
bagian yang lain akan ikut membesar. Bagian uterus yang ikut membesar itu dapat
menghalangi jalan lahir. Sering ditemukan letak sungsang yang tak dapat diversi.

2.6 Studi Kasus Ny. S dengan Hiperemesis Gravidarum


Asuhan kebidanan antenatal pada Ny ”S” dengan hiperemesis gravidaru tingkat II.
7 langkah Varney:
A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan data subjektif dan objektif. Studi kasus ini
dilakukan pada Ny “S”. Dari hasil anamnesis, ibu mengatakan bahwa ia mengalami
mual dan muntah sejak 2 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa sebelumnya ia sudah
pernah dirawat di RS TNI-AL Jala Ammari dengan keluhan yang sama, yaitu pada
tanggal 24-27 April 2018.
Akan tetapi, waktu itu ibu belum mengetahui bahwa dirinya sedang hamil. Ibu
mengatakan ini merupakan kehamilan yang tidak direncanakan. Ibu mengatakan bahwa
ia muntah sekitar ±5-6 kali dalam sehari. Namun, keluhan ibu terus bertambah hingga
mual dan muntah tersebut mencapai ±10 kali dalam sehari dan hal itu mengganggu
aktifitas ibu sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga merasa pusing, lemas, dan nyeri ulu hati.
Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa ibu memang pernah mengalami hiperemesis
gravidarum pada kehamilan sebelumnya. Saat ini ibu memasuki usia 37 tahun, ibu
mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa yang mengerjakan pekerjaan
sehari-hari sendiri. Setelah dilakukan anamnesis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
fisik.. Keadaan umum ibu tampak lemah, kesadaran apatis (acuh tak acuh), turgor kulit
kurang baik, BB ibu 52 kg, tekanan darah 80/60 mmHg, mata tampak cekung, sklera
sedikit icterus. Konjungtiva tampak pucat, bibir kering, dan lidah tampak kotor. Pada
pemeriksaan abdomen, TFU 3 jari di atas simphysis, teraba ballottement (+), dan tidak
15
ada nyeri tekan. Berdasarkan rumus Naegle, usia kehamilan ibu dari hari pertama haid
terakhir tanggal 20-02 2018 sampai tanggal pengkajian 27-05- 2018 adalah 13 minggu 5
hari.
B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
Diagnosis didasarkan pada tanda dan gejala yang dialami ibu. Untuk mendiagnosis
hiperemesis gravidarum (HEG) tidak sukar. Karena didasarkan pada kondisi mual dan
muntah secara terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
aktifitas sehari-hari ibu hamil. Sebagai bidan, kita harus mampu mengenali tanda dan
gejala HEG sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan deteksi dini serta
melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan keluhan ibu (Irianti, Erda, dkk. 2013: 70).
Teori di atas sesuai dengan kasus yang dialami oleh Ny “S”, di mana ibu mengalami
mual muntah dengan frekuensi yang sangat sering hingga mencapai ± 10 kali dalam 24
jam. Hal tersebut mengganggu aktifitas ibu dan mempengaruhi keadaan umumnya.
Sehingga ibu dan keluarga memutuskan untuk ke RS agar diberikan penanganan yang
tepat, karena ibu sudah sangat lemas. Selain itu, ibu juga merasa pusing dan nyeri ulu
hati. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : tekanan darah ibu 80/60
mmHg, BB ibu 52 kg (BB sebelumnya 55 kg), mata tampak cekung, konjungtiva pucat,
sklera sedikit ikterus, bibir kering, dan lidah tampak kotor. Berdasarkan data tersebut,
Ny “S” didiagnosa mengalami hiperemesis gravidarum tingkat II.
C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan dehidrasi, turgor kulit berkurang,
hiponatremia dan selanjutnya terjadi hemokosentrasi hingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini bisa diatasi dengan cara menghilangkan rasa takut karena kehamilan,
mengurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang dapat menjadi
latar belakang penyakit ini, karena hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan perkembangan janin (Aquari Bina, 2017). Mual dan muntah pada
kehamilan berlebih atau hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan ibu
hamil, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, bayi
berat lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir. Kejadian
pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine Growth Retardation/IUGR) meningkat pada
wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum (Ardani, 2013). Hiperemesis gravidarum
yang terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera dilakukan.
D. Langkah IV : Tindakan Emergency atau Kolaborasi

16
Hiperemesis gravidarum dapat menjadi kasus yang membutuhkan tindakan segera jika
ibu mengalami dehidrasi. Namun, pada kasus Ny “S”, ibu belum mengalami dehidrasi,
sehingga tindakan yang dilakukan disini adalah memasang infus RL 28 tpm pada pukul
12.50 wita. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Selain itu, menganjurkan
ibu agar tetap berdoa kepada Allah SWT dan banyak berdzikir. Ini juga dapat
membantu ibu agar tidak terlalu cemas dalam menghadapi keluhannya.
E. Langkah V : Intervensi
Intervensi yang diberikan adalah menyampaikan hasil pemeriksaan serta memberitahu
ibu dan keluarga bahwa harus dilakukan rawat inap agar ibu mendapatkan perawatan
yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan
janinnya. Kemudian, melakukan pemasangan infus dengan cairan RL 28 tpm untuk
mencegah terjadinya dehidrasi dan membantu mengganti cairan yang hilang. Setelah
dilakukan pemasangan infus dengan cairan RL 28 tpm pada pukul 12.50 wita di RS
TNI-AL Jala Ammari, yaitu di ruangan Mawar, maka selanjutnya memberikan cairan
dan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi dengan dokter, yakni : Mengganti cairan RL
menjadi cairan Ka-en MG 3 40 tpm pada pukul 13.30 wita. Ka-en MG 3 ini
mengandung natrium, kalium, klorida, lactate, dan glukosa. Cairan ini berfungsi untuk
membantu pengobatan ketidakseimbangan karbohidrat dan elektrolit pada keadaan
infusiensi asupan makanan per oral, prosedur pembedahan, dan neonatologi.
Selanjutnya, melakukan injeksi ranitidin 1 amp/ IV/ 8 jam pada pukul 14.00 wita.
Setelah itu, melakukan injeksi ondansetron 1 amp/ IV/ 8 jam pada pukul 14.00 wita.
Lalu, mengganti cairan Ka-en MG 3 menjadi Pan Amin G 500 ml 40 tpm pada pukul
21.30 wita. Selanjutnya, mengganti cairan Pan Amin G menjadi cairan RL dengan drips
Neurobion 1 amp/ 24 jam, 28 tpm pada pukul 05.00 wita. Neurobion merupakan
suplemen vitamin yang mengandung vitamin B kompleks yang tinggi, yaitu vitamin B1,
B6, dan B12. Selain itu, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, makan dengan porsi sedikit tapi sering, makan makanan selingan seperti roti
dan biskuit, banyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengobservasi tanda-tanda
vital, mengobservasi muntah dan urine, menganjurkan ibu untuk berdoa dan berdzikir
kepada Allah SWT serta memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tidak
menjadikan kehamilannya sebagai beban, sehingga tidak memperparah kondisi ibu.
Adapun obat-obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum diantaranya vitamin, antiemetik (anti muntah), dan antihistamin (anti
alergi). Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1, B2 dan B6.
F. Langkah VI : Implementasi
17
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari intervensi atau rencana asuhan yang telah
direncanakan secara menyeluruh pada langkah V. Dalam melakukan asuhan, senantiasa
berdoa kepada Allah, karena atas izin-Nya lah sehingga ibu dapat sembuh.
G. Langkah VII : Evaluasi
Pada kasus Ny “S” dilakukan asuhan selama 3 hari di RS. Kemudian dilanjutkan ketika
ibu sudah pulang ke rumah sebanyak 5 kali kunjungan. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan di RS maupun kunjungan di rumah pasien, tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus, tidak ada kelainan maupun komplikasi dari
hiperemesis gravidarum tingkat II itu sendiri. Ibu sudah tidak mengalami mual dan
muntah lagi, merasa sehat dan sudah mampu melakukan aktifitas sehari-hari seperti
biasanya. Sehingga ibu sudah mulai merasa nyaman dalam menjalani kehamilannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi.
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi
kehamilan banyak poster-poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-
ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan
rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu
yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati
sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam
mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan

18
informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu dan mengerti komplikasi
apa saja yang terjadi pada dan penatalaksanaan yang harus diberikan pada pasien pada saat
praktik.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/hiperemesis-gravidarum (Di akses pada tanggal 11 Agustus 2020


pukul 19.00).
Londok, T. H. M., Lengkong, R. A., & Suparman, E. (2013). Karakteristik Perdarahan
Antepartum dan Perdarahan Postpartum. Jurnal E-Biomedik.
https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.4608.
Makalah Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan – KTI – Kebidanan. (Di akses pada 11
Agustus 2020 pukul 20.00)
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan – Google Books.
Muliasari Rita. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum. Kebidanan
DIII UMP.
19
20

Anda mungkin juga menyukai