Dosen Pembimbing:
Nensy Septiana Kencana Wulan, S. Pd
Disusun oleh:
Nadia Nur Salsabila P1337424619001
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Obstetri.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari ibu Dosen dan teman-teman sekalian agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Obstetri ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap teman-teman pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas obstetri yang diberikan.
2. Untuk mengetahui apa hiperemesisi gravidarum.
3. Untuk mengetahui apa preeklamsia dan eklamsia.
4. Untuk mengetahui apa kelainan dalam lamanya kehamilan.
5. Untuk mengetahui apa perdarahan dalam kehamilan.
6. Untuk mengetahui apa saja penyakit dan kelainan alat kandungan.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada hiperemesisi gravidarum derajat II.
5
BAB II
PEMBAHASAN
9
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang dapat menimbulkan
penyulit yang lebih berat.
10
• Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
• Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
• Haemolysis : kelainan sel darah merah
3. Penyebab plasenta
Kelainan plasenta, sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi
yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, dan plasenta previa Kehamilan kembar. Twin-to-twin
transfusion syndrome.
Tanda dan gejala :
• Gangguan pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas periode4minggu.
• TFU paling sedikit kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap usia
kehamilan dari pengukuran TFU sebelumnya.
• Kekurangan penambahan berat badan ibu.
• Gerakan janin yang kurang.
• Kekurangan volume cairan amnion.
• Lingkaran abdomen kecil (ukuran hepar yang kecil)
• Tungkai yang kurus (masa otot menurun)
• Kulit keriput (lemak subkutis menurun)
4. IUFD
Kematian janin dalam kandungan atau (intrauterine fetal death) adalah kematian
janin ketik masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram kehamilan
20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil
konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang
tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan,seperti
denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot.
Kematian janin dalam kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui
penyebabnya dengan pasti. Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian
janin dalam kandungan, antaralain:
• Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
• Preeklampsi dan eklampsia
• Penyakit-penyakit kelainan darah.
• Penyakit infeksi dan penyakit menular
• Penyakit saluran kencing
11
• Penyakit endokrin : diabetes melitus
• Malnutrisi
5. GEMELI
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Factor yang mempengaruhi adalah factor obat-obat konduksi ovulasi, factor
keturunan, factor yang lain belum diketahui.
Jenis gemelli :
• Gemelli dizigoti
• Gemelli monozigotik
• Conjoined twins
• Superfukundasi
• Superfetasi
Komplikasi yang terjadi pada ibu :
• Dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
• Frekuensi hidramnion bertambah 10 kali lebih besar dari kehamilan biasa.
• Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering.
• Sering terjadi sesak nafas.
• Odema dan varises pada tungkai dan vulva.
• Dapat terjadi: inersia uteri, perdarahan postpartum dan solusio plasenta dan
sesudah anak pertama lahir.
Komplikasi terhadap janin :
• Bayi akan terlahir premature.
• Angka kemungkinan terjadi kelainan/kecacatan pada bayi lebih tinggi.
• Angka kematian tinggi.
12
sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan.
Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta
secara prematur.
1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
A. Gejala dan tanda
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan
terjadi pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
B. Penanganan
Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi
apapun, baik rektal maupun vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram,
maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan
observasi dengan teliti.
2. Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir.
A. Gejala dan tanda
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi
bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan
sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
B. Penanganan
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
perawatan inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan
di rumah sakit.
Karakteristik ibu yang mengalami perdarahan antepartum dan perdarahan post partum
berdasarkan sosiodemografi: umur, pendidikan, pekerjaan, agama. Karakteristik ibu yang
mengalami perdarahan antepartum dan perdarahan post partum berdasarkan mediko
obstetri: paritas, umur kehamilan, dan tindakan persalinan.
13
2.5 Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan
Perineum kaku menghambat persalian kala II yang meningkatkan risiko kematian
janin, menyebabkan kerusakan jalan lahir yang luas dapat diatasi dengan episiotomi. Lebar
perineum 4 cm dari komisura post ke anus akan tetapi kadang ada yang sempit dan adapula
yang lebar.
1. Varises
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat berakibat fatal
dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam
kehamilan maupun setelah lahir.
2. Edema
Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita
mengejan terlampau lama.
3. Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat
infeksi spesifik. Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan
keluhan fluor albus dan disuria. Bayi yang lahir dari ibu penderita gonorea dapat
mengalami blenorea neonatorum. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan
sebaliknya ia dapat menulari pasangan wanita.
Penularan dapat juga terjadi melalui handuk. Metronidazole sejak lama merupakan obat
yang ampuh baik vaginal maupun peroral. Karena trikhomonas vaginalis termasuk
golongan protozoa seperti amoeba dan malaria maka dapat juga diobati dengan derivat
kinin. Kandidiasis disebabkan oleh jamur kandida albicans dengan keluhan utama gatal
di vulva dan introitus vagina dengan atau tanpa disertai fluor albus.
4. Fistula
Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi
kematian jaringan lokal dalam 5-10 hr lepas dan terjadi lubang. Fistula kecil yang tidak
disertai infeksi dapat sembuh dangan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan
kontraindikasi pervaginam.
5. Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller. Letak lateral dalam vagina
bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisium uretra eksternum.
6. Karsinoma Cerviks
Pada toucher teraba tukak atau tumor pada cerviks yang rapuh dan mudah berdarah.
Pada pemeriksaan in speculo tukak atau tumor pada cerviks dapat dilihat dan perlu
dibuat eksisi percobaan untuk diagnosa pasti.
14
7. Kelainan bawaan uterus
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam
pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Uterus subseptus terdiri atas 1
korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 servik, 1 vagina cavum uteri kanan
dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 servik
yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri.
8. Kelainan pertumbuhan uterus
Alat kandungan terbentuk dari saluran Muller kanan dan kiri yang pada ujungnya
bersatu akan membentuk vagina bagian atas dan uterus, sedangkan bagian yang tetap
terpisah akan menjadi tuba. Jika terjadi kehamilan pada salah satu bagian uterus, maka
bagian yang lain akan ikut membesar. Bagian uterus yang ikut membesar itu dapat
menghalangi jalan lahir. Sering ditemukan letak sungsang yang tak dapat diversi.
16
Hiperemesis gravidarum dapat menjadi kasus yang membutuhkan tindakan segera jika
ibu mengalami dehidrasi. Namun, pada kasus Ny “S”, ibu belum mengalami dehidrasi,
sehingga tindakan yang dilakukan disini adalah memasang infus RL 28 tpm pada pukul
12.50 wita. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Selain itu, menganjurkan
ibu agar tetap berdoa kepada Allah SWT dan banyak berdzikir. Ini juga dapat
membantu ibu agar tidak terlalu cemas dalam menghadapi keluhannya.
E. Langkah V : Intervensi
Intervensi yang diberikan adalah menyampaikan hasil pemeriksaan serta memberitahu
ibu dan keluarga bahwa harus dilakukan rawat inap agar ibu mendapatkan perawatan
yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan
janinnya. Kemudian, melakukan pemasangan infus dengan cairan RL 28 tpm untuk
mencegah terjadinya dehidrasi dan membantu mengganti cairan yang hilang. Setelah
dilakukan pemasangan infus dengan cairan RL 28 tpm pada pukul 12.50 wita di RS
TNI-AL Jala Ammari, yaitu di ruangan Mawar, maka selanjutnya memberikan cairan
dan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi dengan dokter, yakni : Mengganti cairan RL
menjadi cairan Ka-en MG 3 40 tpm pada pukul 13.30 wita. Ka-en MG 3 ini
mengandung natrium, kalium, klorida, lactate, dan glukosa. Cairan ini berfungsi untuk
membantu pengobatan ketidakseimbangan karbohidrat dan elektrolit pada keadaan
infusiensi asupan makanan per oral, prosedur pembedahan, dan neonatologi.
Selanjutnya, melakukan injeksi ranitidin 1 amp/ IV/ 8 jam pada pukul 14.00 wita.
Setelah itu, melakukan injeksi ondansetron 1 amp/ IV/ 8 jam pada pukul 14.00 wita.
Lalu, mengganti cairan Ka-en MG 3 menjadi Pan Amin G 500 ml 40 tpm pada pukul
21.30 wita. Selanjutnya, mengganti cairan Pan Amin G menjadi cairan RL dengan drips
Neurobion 1 amp/ 24 jam, 28 tpm pada pukul 05.00 wita. Neurobion merupakan
suplemen vitamin yang mengandung vitamin B kompleks yang tinggi, yaitu vitamin B1,
B6, dan B12. Selain itu, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, makan dengan porsi sedikit tapi sering, makan makanan selingan seperti roti
dan biskuit, banyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengobservasi tanda-tanda
vital, mengobservasi muntah dan urine, menganjurkan ibu untuk berdoa dan berdzikir
kepada Allah SWT serta memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tidak
menjadikan kehamilannya sebagai beban, sehingga tidak memperparah kondisi ibu.
Adapun obat-obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum diantaranya vitamin, antiemetik (anti muntah), dan antihistamin (anti
alergi). Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1, B2 dan B6.
F. Langkah VI : Implementasi
17
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari intervensi atau rencana asuhan yang telah
direncanakan secara menyeluruh pada langkah V. Dalam melakukan asuhan, senantiasa
berdoa kepada Allah, karena atas izin-Nya lah sehingga ibu dapat sembuh.
G. Langkah VII : Evaluasi
Pada kasus Ny “S” dilakukan asuhan selama 3 hari di RS. Kemudian dilanjutkan ketika
ibu sudah pulang ke rumah sebanyak 5 kali kunjungan. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan di RS maupun kunjungan di rumah pasien, tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus, tidak ada kelainan maupun komplikasi dari
hiperemesis gravidarum tingkat II itu sendiri. Ibu sudah tidak mengalami mual dan
muntah lagi, merasa sehat dan sudah mampu melakukan aktifitas sehari-hari seperti
biasanya. Sehingga ibu sudah mulai merasa nyaman dalam menjalani kehamilannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi.
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi
kehamilan banyak poster-poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-
ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan
rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu
yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati
sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam
mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan
18
informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu dan mengerti komplikasi
apa saja yang terjadi pada dan penatalaksanaan yang harus diberikan pada pasien pada saat
praktik.
DAFTAR PUSTAKA