Anda di halaman 1dari 20

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA BAYI BARU LAHIR

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah,Tuhan Pencipta Alam
Semesta yang telah menunjukkan kepada kita iman dan islam serta diberikan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan makalah Askeb IV Tentang Deteksi Dini Komplikasi Pada
Bayi Baru Lahir ini dengan baik.
Sholawat, tadzim serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi akhir
zaman, pembawa umat kejalan yang benar Nabi Muhammad SAW karena jasa
perjuangannya mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi insan mukmin dan
bertaqwa.
Makalah ini disusun selain untuk keperluan kuliah dan juga untuk memenuhi tugas
selanjutnya.
Kami menulis makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1. K.H.R. Azaim ibrahimy, selaku pengasuh PonPes SalSyaf Sukorejo Situbondo,
2. K.H. Hasan Basri,Lc., selaku kepala pendidikan tinggi PonPes SalSyaf Sukorejo Situbondo,
3.

Lucky Lutfiana R., S.ST., selaku direktur dan Dosen pembimbing Akademi Kebidanan
Ibrahimy Sukorejo Situbondo,

4.

Hayatul Rohimah, S.ST., selaku Dosen Wali kami yang senantiasa memberikan semangat
kepada kami,

5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.


Dalam makalah ini kami akan mencoba mengupas masalah-masalah yang berkaitan
dengan komplikasi yang terjadi Pada Bayi Baru Lahir. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Pesan dari kami Jangan menunda-nunda sampai besok apa yang anda kerjakan
sekarang. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, kami mengharapkan segala
kritik, masukan membangun dalam perbaikan makalah ini.
Sukorejo, 18 Maret 2013

DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................ i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi................................................................................................... 2
2.2 Tujuan.................................................................................................... 2
2.3 Waktu Pelaksanaan................................................................................ 3
2.4 Prinsip-Prinsip Bayi Baru Lahir............................................................. 3
2.5 Deteksi Dini Komplikasi Pada BBL...................................................... 4
2.6 Komplikasi Pada BBL........................................................................... 5
2.7 Manajemen segera pada BBL.............................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 20
3.2 Saran..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak menunjukkan tandatanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah kematian perinatal dapat di di capai
disamping dengan membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan
mengusahakan agar janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi
bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan
kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur
ataupun bayi yangdilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan

tersebut menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase
berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.
(surasmi,dkk.2003)
Faktor faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain lain. Dua
hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat kekurangan gizi Ibu dan
janin serta pelayanan petugas kesehatan. Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka kematian
perinatal dan pelajaran yang lain
1.2 Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan referensi dan tambahan wawasan
terhadap mahasiswa sekaligus dapat membantu proses pembelajaran matakuliah ASKEB IV
(Patologi) dalam pokok bahasan Deteksi dini komplikasi dan penyulit pada Bayi Baru Lahir.
Selain itu pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
ASKEB IV (Patologi)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di
berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,selama
periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah bayi lahir.
Asuhan BBLN adalah asuhan yang diberikan pada BBL selama jam pertama setelah kelahiran
BBLN. (Sarwono, 2002 : 30 )

Asuhan neonatal asuhan yang diberikan pada bayi yang berusia 0-28 hari (tumbuh kembang
anak :17)
Asuhan neonatal adalah asuhan yang berhubungan dengan 4 minggu pertama setelah
kelahiran. (kamus kedokteran, Dorland :736)
2.2 Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupannya .
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal bertujuan :

Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar.

Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada neonatus.
Kunjungan bayi bertujuan :

Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.


Untuk Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat
pertolongan

ntuk

Pemeliharaan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit

melalui

pemantauan

pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh


kembang.

2.3 Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:

Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi
lahir.

Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai
dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.

Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai
dengan hari ke-28 setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3-5 bulan

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan

Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9-11 bulan

2.4 Prinsip-Prinsip Bayi Baru Lahir


Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam persalinan,
penangan bayi tersebut bergantung pada:
o
o

Apakah bayi mepunyai kondisi atau masalah yang perlu kebutuhan segera ,

apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian atau tidak sama
sekali
seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi dapat meninggal
bila tidak di tangani segera. Nilailah secepat mungkin setiap bayi yang datang dengan tanda
kegawatan, tida tergantung apakah anda di panggil ke ruang bersalin untuk persalinan dengan
penyulit, atau bayi yang di bawa dari ruang bersalin, bangsal bayi atau dar rumah, maupun
bayi yang di rujuk dari rumah sakit lain atau puskesmas. Nilai ulang setiap bayi setelah
pemberian terapi atau jika tiba-tiba keadaannya meburuk.

Penilaian cepat
Letakkan bayi padapermukaan yang hangat, di bawah pemancar dan dengan pencahayan
yang cukup.
o

Periksa bayi dengan segera adakah tanda bahaya di bawah ini :

Megap-megap (merintih) atau tidak bernafas atau frekuensi napas kurang dari 20 kali/ menit

Perdarahan

Syok ( pucat, dingn, denyut jantung > 180 x/menit, tidak sadar atau kesadaran menurun )
2.5 Deteksi Dini Untuk Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus
Deteksi dini untuk komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus dengan melihat
tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:

Tidak mau minum atau menyusu atau memuntahkan semua

Riwayat kejang

Bergerak hanya jika di rangsang (letargis)

Frekuensi nafas <30 kali permenit atau >60 kali permenit

Suhu tubuh <36,5oC atau >37oC

Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat

Merintih

Ada pustule pada kulit

Nanah banyak di mata dan mata cekung

Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

Turgor kulit kembali <1 detik

Timbul kuning atau tinja berwarna pucat

Berat badan menurut umur rendah dan atau masalah dalam pemberian ASI

Bayi berat lahir rendah <2500gram atau >4000gram

Kelaianan congenital seperti ada celah di bibir atau langit-langit

Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di
kamar bersalin) :

Tidak bernafas

Sesak nafas

Sianosis sentral ( kulit biru)

Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram

Letargis

Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5c)

Kejang

Kondisi perlu tindakan awal

Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)

Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)

Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh tenaga di
kamarbersalin):

Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi

Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai


2.6 Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir Dan Neonatus
Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonates,antara lain:

Prematuritas dan BBLR

Asfiksia

Infeksi bakteri

Kejang

Ikterus

Diare

Hipotermi

Tetanus neonatorum

Masalah pemberian ASI

Trauma lahir

Sindroma gangguan pernafasan

Kelainan congenital
Prematuritas Dan BBLR
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan menjadi :

BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah bila lahir berat lahir kurang dari 1.500 gram,

BBLR Bayi Berat Lahir Rendah bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram. Sedangkan bayi
prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari usia kehamilan 37 minggu.
Penyebab BBLR dan kelahiran prematur sangatlah multifaktorial, antara lain asupan
gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin
tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya

Faktor Resiko BBLR

asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit
setelah lahir.

Sindrom Gawat Napas salah satu disebabkan karena faktor paru yang belum matang tau
TRDN sesak sementara pada bayi baru lahir karena cairan paru yang berlebihan.

hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C).


Penanganan umum perawatan

BBLR atau

prematur setelah lahir adalah

mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi.
Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak
di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR
harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya
Upaya yang paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering
memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau
perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung
kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain,
bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu
diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar
panas
Minum sangat diperlukan BBLR dan prematur, selain untuk pertumbuhan juga harus
ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama
adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya.
Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu
memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi
serat elektrolit minimal.
BBLR dan bayi prematur sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir.
Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera
membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila
sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian
imunisasi sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan prematur harus mendapat
asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang
lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat
digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat
mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama.

Asfiksi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul.
Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia neonatorum,
hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada susunan syaraf. Diantara
episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel atau masih normal.
Spasme pada tetanus neonatorum hamper mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut
harus dibedakan karena manajemen keduanya berbeda.
Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-14, tidak
disertai tanda dan gejala ikterus patologis (Muslihatun, 2010).
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan
ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl
(Kosim, 2008).

Hipotermi

Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5 oC pengukuran
dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :

1. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.


2. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin, seperti pada
waktu menimbang bayi.

3. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.


4. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena pintu, jendela
terbuka.
Cara Mengatasi Hipotermi
o

Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering,
memakai topi dan selimut yang hangat.

Bila ada ibu/ pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit.
o

Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal (36,5 -37,5 o C),
berarti usaha meenghangatkan berhasil.

Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras.

Rujuk apabila terdapat salah satu keadaan :


1. Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan suhu (membaik).
2. Bila bayi tidak dapat minum
3. Terdapat gangguaan nafas atau kejang.
4. Bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis atau ada bagian tubuh
bayi yang mengeras.
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak perlu dirujuk. Nasihati ibu cara
merawat bayi lekat/ metode Kanguru dirumah.
Departemen kesehatan RI 2009
Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum Adalah penyakit yang dideritaolehbayibarulahir (neonatus).
Tetanus neonatorum penyebabkejang yang seringdijumpaipada BBL yang bukan karena
trauma Kelahiran atauasfiksia, tetapi disebabkan infeksiselama masa neonatal, yang antara

lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (IlmuKesehatanAnak,
1985)
Sindroma Gangguan Pernafasan Nafas
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari
60 kali per menit ,adanya sianosis, adanya rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal,interkostal,epigastrium

saat

inspirasi.Penyakit

ini

merupakan

penyakit

membrane hialin,dimana terjadi perubahan atau kurangnya komponen surfaktan pulmoner


komponen ini merupakan suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru.
Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Penyakit
ini terjadi pada bayi mengingat produksi surfaktan yang kurang . Pada penyakit ini
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi terganggu dan alveolus akan
kembali kolaps pada setiap akhir ekspirasi dan pada pernafasan selanjutnya dibutuhkan
tekanan negative intra thorak yang lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat .
Keadaan kolapsnya paru dapat menyebabkan gangguan pentilasi yang akan menyebabkan
hipoksia dan asidosis.
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa sebab,apabila
gangguan

pernapasan

tersebut

disertai

dengan

tanda-tanda

hipoksia

(kekurangan

oksigen),maka proknosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Kalau
seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi dan terjadi kelainan neorologis
dikemudian hari.
Penyebab Gangguan Pernafasan
o

penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hialin atelektatis

kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru paru ,hemia diafragmatika

obstruksi jalan nafas , misalnya trakeomalasia , makrolasia .

Penilaian
Tanda tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan cara
menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga serta warna kulit bayi.
Ciri Ciri Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan
a) Nafas bayi berhenti lebih 20 detik
b) Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )

c) Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit


d) Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali /menit , mungkin menunjukan tanda tambahan gangguan
nafas.
Penatalaksanaan
Tindakan Yang Harus Dilakukan Pada Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan
Antara Lain:
1. Beri oksigen dengan kecepatan sedang
2. Jika bayi menglami apnea :
Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi
Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis sentral , nafas megap megap atau
bunyi jantung menetap kurang dari 100 kali /menit,lakukan resusitasi dengan memakai balon
dan sungkup.
3. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Periksa kadar glukosa darah.Bila kadar glukosa kurang dari 40 mg, tangani sebagai
hipoglikemia .
5. Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan gangguan nafas berat manejemen spesifik
menurut jenis gangguan nafasnya
6. Tentukan apakah gangguan nafas berat,sedang atau ringan
Cara Mencegah Terjadinya Gangguan Pernafasan:
Jadi untuk mencegah terjadinya ganguan pernapasan Segera lakukan resusitasi pada bayi
baru lahir, apabila bayi :
- tidak bernapas sama sekali / bernapas dengan megap-megap
- bernapas kurang dari 20 kali per menit.
2.7 Manajemen Segera Pada Tanda Bahaya:
Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah : tidak bernafas atau megap-megap,
sianosis atau sukar bernafas.
Tidak bernafas atau megap-megap
Penanganan umum
Keringkan bayi, ganti kain basah dan bungkus dengan pakaian hangat kering
Jika belum di lakukan, segera klem dan potong tali pusat
Letakkan bayi di tempat yang keras dan hangat untuk resusitasi
Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan perawatan dan resusitasi

Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan.
Indikator terpenting bahwa di perlukan resusitasi ialah kegagalan nafas setelah bayi lahir.
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN PADA RESUSITASI NEONATUS
Ruang yang hangat & terang
Meja / tempat resusitasi
Sumber pemancar panas
Kain : bersih, kering, hanga
Sarung tangan & pelindung lain
Jam
Plester
Perlengkapan Penghisap
Penghisap manual,
Mekanik kateter penghisap: 5F, 8F, 10F, 12F
Pipa lambung no 8F, semprit 20 ml
Penghisap mekonium
PERALATAN BALON & SUNGKUP
Balon resusitasi
Katup pelepas tekanan
Sungkup bayi cukup & kurang bulan
Tabung dan sungkup
Oksigen 90 100%
Sumber oksogen dg flowmeter
TUJUAN RESUSITASI
Agar ventilasi adekuat, O2 dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan O2 ke otak,
jantung dan alat vital lainnya.
PENATALAKSAAN RESUSITASI
PENILAIAN

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada


letak kepala.
Segera setelah bayi lahir:
Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap
megap atau tidak bernapas
Memutuskan bayi perlu resusitasi apabila:
KEPUTUSAN

Bayi tidak bernafas atau bernafas megap megap


Air ketuban bercampur mekonium
Mulai melakukan resusitasi segera bila:
Bayi tidak bernapas atau megap megap:

TINDAKAN

Lakukan tindakan resusitasi BBL


Bila air ketuban bercampur mekonium:
Lakukan resusitasi dengan manajemen air ketuban bercampur
mekonium

Tempat Resusitasi
Tempat rata, keras, bersih dan kering
Meja atau tikar
3 lembar kain hangat, kering & bersih diatas meja
Dipan ibu: 45 cm dari perineum ibu
Cara Membersihkan Jalan Napas
Tergantung:
Ada / tidak ada mekonium
Tingkat keaktifan bayi
Dilakukan pada mulut terlebih dahulu kemudian hidung.
Ada mekonium, tetapi bayi bugar:
Bersihkan sekret dari mulut dan hidung
Kateter penghisap 12 atau 14 F
Tindakan yang dilakukan bila jalan napas sudah bersih,

Untuk:

Merangsang napas
Mencegah kehilangan panas, dengan cara:

Mengeringkan tubuh, singkirkan kain basah, dan reposisi kepala


Rangsangan Yang Dapat Membantu Bayi Bernapas:

Menepuk atau menyentil telapak kaki


Menggosok punggung, perut, dada atau ekstremitas bayi
Rangsangan Yang Berbahaya

TINDAKAN BERBAHAYA
Menepuk punggung

AKIBAT YANG BISA TERJADI


Perlukaan

Menekan rongga dada

Patah tulang, pneumotoraks, distress napas,

Menekan pada keperut

kematian

Dilatasi sfingter ani

Pecahnya hati, limpa

Kompres dingin, panas

Robeknya sfingter ani

Menggoyang goyang tubuh

Hipotermi, hipertermi, luka bakar


Kerusakan otak

Ventilasi Tekanan Positip (Vtp)


Penilaian dan langkah awal 30
Bayi tidak bernapas / megap megap
Frekuensi jantung < 100 ./ menit
( dan warna kulit tetap sianosis)
VTP
Oksigenasi 100%
Resusitasi tidak dimulai, apabila keadaan bayi:
UK < 23 minggu (berat < 400 gram)
Anencepali
Trisomi 13, 18

Resusitasi Dihentikan, apabila:

Setelah semua langkah dilakukan dengan cara yang benar, tetapi:


Bayi tidak ber-respon, setelah resusitasi 10 menit.
ASUHAN PASCA RESUSITASI
Resusitasi bayi baru lahir:
Berhasil

Bayi menangis dan bernapas normal sesudaj langkah atau ventilasi, diperlukan pemantauan
dan dukungan.
Belum / Lurang Berhasil

3X ventilasi tetapi belum bernapas / megap megap, perlu dilakukan rujukan


Tidak Berhasil

Sesudah 10 menit tetapi bayi tidak bernapas


RESUSITASI BERHASIL

KONSELING
Bicara dengan ibu dan keluarga mengenai tindakan resusitasi yang telah dilakaukan dan
ajari ibu dan keluarga yaitu dengan cara: menialai pernafasan, tetap menjaga kehangatan
bayi, serta waspadai tanda bahaya.

ASUHAN

NEONATAL

Minimal 2 jam pertama


a. Pernafasan, warna kulit normal, berikan bayi kepada ibu
b. Pemantauan sekasama 2 jam pertama
c. Jaga bayi tetap hangat dan kering
d. Waspadai apabila Kondisi bayi memburuk
BAYI PERLU RUJUKAN
1. Ventilasi 2 menit tetapi tetap tidak bernapas / megap megap
2. Frekuensi napas < 40 / menit atau > 60 / menit
3. Tarikan dinding dada
4. Merintih (napas bunyi saat ekspirasi) atau megap megap (napas bunyi saat
inspirasi)

5. Tubuh bayi pucat atau kebiruan


6. Bayi lemas
RESUSITASI TIDAK BERHASIL
Ventilasi 10 menit tetapi bayi tidak bernapas makan hentikan resusitasi, berikan:
1. Konseling berupa dukungan moral kepada ibu dan keluarga
2. Asuhan ibu
3. Asuhan tindak lanjut
4. Pencatatan
ASUHAN TINDAK LANJUT PASCA RESUSITASI
TANDA BAHAYA, berupa:
Gangguan napas
Hipotermi
Kemungkinan infeksi bakteri
Ikterus
Gangguan saluran cerna
Sianosis atau sukar bernafas
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi< 30 atau > 60 x per menit, tarikan
dinding dada kedalam atau merintih)
Isap

mulut dan hidung untuk memastikan jalan napasbersih

Beri oksigen
Rujuk

0,5 l/menit lewatkateter hidung atau nasal prong

ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang di tuju.

Jaga bayi tetap hangat.bungkus bayi dengan kaim lunak, kering, selimuti dan pakai topi

untuk mencegah kehilangan panas.


Pemberian oksigen hanya pada sianosis atau sukar bernapas.
Jika terdapat tarikan dinding dada kedalam, atau megap-megap, atau sianosis
menetap, tingkatkan konsentrasi oksigen dengan kateter nasal, nasal prong, atau kap oksigen
oCatatan:
Pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur dapat menimbulkan kebutaan.

Manajemen segera pada tanda bahaya


Perdarahan

Manajemen segera
Hentikan perdarahan yang tampak (misalnya perdarahan dan tali pusat),ulangi penjepitan atau
pengiktan tal pusat, jika perdarahan dari tempat khitan atau sirkumsisi, tekan kompres
perdarahan dengan kompres steril.
Beri vit k1 1 mg IM
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan golongan dan reaksi silang
Lakukan manajemen umum perdarahan dan kemudian lengkapi penilaian lebih lanjut.
Syok
Manajemen segera
Jika perdarahan sebagai penyebab syok :
Beri segera cairan infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan dosis 10 mL/kg BB di
berikan selama 10 menit
Bila tanda syok masih berlanjut ulangi lagi dosis diatas sesudah 20 menit
Beri segera tranfusi darah O, Rhesus negatif (bila tersedia)
Kemudian beri infus glukosa 10% dengan dosis rumatan sesuai dengan umur bayi
Beri oksigen dengan aliran kecepatan maksimal
Hangatkan bayi
Setelah kondisinya stabil, lengkapi penilaian lanjut.
Jika perdarahan bukan penyebab syok :
Naikkan kecepatan infus cairan IV sampai 20 cc/kg BB/jam selama 1 jam pertama
Hangatkan bayi, pastikan lebih hangat
Cari tanda-tandasepsis (misalnya gangguan napas, suhu tubuh tidak normal, muntah)
dan mulai terapi kecurigaan sepsis, jika tanda tersebut ditemukan.
Setelah kondisi stabil,lengkapi penilaian lanjut.
Kejang

Manajemen segera
Atasi kejang dengan fenobarbital
Bila jalur IV sudah terpasang beri injeksi fenobarbital20 mg/kgsecara IV pelan dalam
waktu 5 menit.
Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB dosis tunggal
secara IM
Pasang jalur IV dan beri caiarn IV dengan dosis rumatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
Beri oksigen, bila perlu
Periksa kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah< 45 menit, tangani
untuk hipoglikemi
lakukan manajemen lanjut kejang.
Tidak sadar
Pasang jalur IV, beri cairan IV dengan dosis rumatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka, bila perlu beri oksigen
Lakukan manajemen lanjut tidak sadar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terjadinya kematian bayi baru lahir masih tinggi di indonesia oleh karena itu kita
sebagai petugas kesehatan harus mampu mendeteksi dini adanya komplikasi pada bayi baru
lahir sehingga kita dapat membuat perencanaan dan penatalaksanaan dari komplikasi
tersebutsehingga dapat memberikan pertolongan segera serta dapat mencegah terjadinya
kematian.
3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah penatalaksanaan yang
sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada akhirnya akan dapatmenurunkan angka
kematian Bayi baru lahir.
Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya selama proses pembelajaran di lapangan.
Bagi Institusi
Pendidikan Diharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dalam membimbingmahasiswa
dalam

memberikan

asuhan

kebidanan

bagi

pasien,

sehingga

mahasiswa

dapat

mengevaluasikan teori dan praktek yang telah diperolehnya.


Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan baik
berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya

Anda mungkin juga menyukai