Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AGAMA ISLAM

PENDAMPING MASA KRITIS, MANAJEMEN SAKRATUL


MAUT, LANGKAH SAKRATUL MAUT, DAN ADAB TERHADAP
JENAZAH DAN TATA CARA MENGKAFANI

O
L
E
H

ZIATUL FAUZIAH (21212003)


YULIANA SABU BRINU (21212022)

S1 KEPERAWATAN
STIKES GUNUNG SARI MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien krisis adalah perubahan dalm proses yang mengindikasikan
hasilnya sembuh atau mati,sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau
berpisah.
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem
tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi
dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat
yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Pasien kritis adalah pasien
yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia bisa menemui siapa saja baik tua
maupun muda tanpa bisa dimajukan atau dijadwal mundur. Orang yang masih
muda ataupun mereka yang sudah tua, yang masih dalam keadaan sehat maupun
yang sedang mengalami sakit, semuanya bisa saja menemui kematiannya tanpa
dapat diduga-duga. Kematian tidak lebih dekat kepada orang tua dari pada anak
muda, pun tidak lebih dekat kepada orang yang sakit dari pada orang yang sehat.
Berapa banyak kematian menghampiri seorang anak muda ketika ia sedang
tenggelam di dalam mimpi-mimpinya. Dan berapa banyak pula orang tua yang
sudah begitu renta justru masih panjang masa hidupnya padahal setiap harinya ia
selalu berjaga-jaga jikalau datang ajalnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pendampingan masa kritis ?
2. Apakah langkah-langkah sakratul maut?
3. Apakah yang dimaksud dengan perawatan jenazah ?
4. Apakah adab terhadap jenazah dan tata cara mengkafani ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendampingan Masa Kritis


Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem
tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Karakteristik Situasi Kritis
1. Pasien prioritas 1 Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil, yg
memerlukan perawatan inensif , dg bantuan alat ventilasi, monitoring, dan obat
vasoakif kontinyu. Misalnya pasien bedah kardiotorasik, pasien shock septik.
2. Pasien prioritas 2 Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari icu.
Jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi segera, karenanya pemantauan
intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arteri cateteter sangat menolong.
Misalnya pada pasien penyakit jantung, paru, ginjal, yang telah mengalami
pembedahan mayor. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang
diterimanya.
3. Pasien prioritas 3 Pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik
masing-masing atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan sembuh dan
atau mendapat manfaat dari terapi icu.
Tujuan
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat
dan melakukan tindak lanjut.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
5. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Tugas dan tanggung jawab
1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten.
2. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya.
3. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta diikuti oleh
nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan.
Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin ''palliare'‘ untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan
gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan.
Perawatan paliatif
Menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa
sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”.
Karakteristik Perawatan Paliatif

Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu. Menghargai


kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal. Tidak berusaha
mempercepat atau menunda kematian. Mengintegrasikan aspek psikologis dan
spiritual dalam perawatan pasien. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai
akhir hayat. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan
setelah kematian.
Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan. Meningkatkan
kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi perjalanan penyakit.
Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk
lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

B. Langkah Sakaratul Maut


Manusia yang sedang sakaratul maut harus di damping dan di bimbing untuk
senantiasa selalu berdzikir atau men gingata allah swt. Ada beberapa tuntunan yang di
ajarkan secara syariat bagi yang sedang mendampingi orang yang sedang sakaratul
maut.
Pertama, kita di sunnahkan untuk mengarahkan orang tersebut tertidur di
lambung kanan-Nya kemudian wajahnya di hadapkan ke arah kiblat. Kedua, di
sunnah kan menalqikan orang yang sakaratul maut dengan membaca la illaha illa
allah dengan suara lembut. Ketiga, dengan membaca surat yasin, hal tersebut
sebagaimana yang di riwayatkan mu’qil bun yasar bahwa rasulullah bersabda
;bacalah yasin untuk orang orang yang akan meninggal [ HR. ibnu hibban]
C. Manajemen Sakratul Maut
Setiap orang dianjurkan untuk memperbanyak mengingat mati dan
menyiapkan diri untuk menyambutnya dengan bertobat dan istiqamah dalam
beribadah kepada Allah subhanahu wata‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus kenikmatan (kematian).”
(HR. Ibnu Hiban)
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia bisa menemui siapa saja baik tua maupun
muda tanpa bisa dimajukan atau dijadwal mundur. Orang yang masih muda ataupun
mereka yang sudah tua, yang masih dalam keadaan sehat maupun yang sedang
mengalami sakit, semuanya bisa saja menemui kematiannya tanpa dapat diduga-duga.
Kematian tidak lebih dekat kepada orang tua dari pada anak muda, pun tidak lebih
dekat kepada orang yang sakit dari pada orang yang sehat. Berapa banyak kematian
menghampiri seorang anak muda ketika ia sedang tenggelam di dalam mimpi-
mimpinya. Dan berapa banyak pula orang tua yang sudah begitu renta justru masih
panjang masa hidupnya padahal setiap harinya ia selalu berjaga-jaga jikalau datang
ajalnya.
Orang yang dalam keadaan sakit anjuran untuk mengingat kematian dan
menyiapkan diri untuknya menjadi lebih kuat baginya. Sedangkan bagi keluarga atau
orang yang berada di sekeliling orang yang telah terlihat adanya tanda-tanda
datangnya ajal ada beberapa hal yang mesti dilakukan. Dr. Musthafa Al-Khin dalam
kitabnya Al-Fiqhul Manhajî menyebutkan ada 4 (empat) hal yang semestinya
dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang sedang mengalami naza’ atau
sakaratul maut. Keempat hal itu adalah: Pertama, menidurmiringkan orang tersebut
ke sisi badan sebelah kanan untuk menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Bila hal
ini dirasa susah maka menelentangkannya dengan posisi kepala sedikit diangkat
sehingga wajahnya menghadap ke kiblat. Demikian pula kedua ujung kakinya juga
disunahkan untuk dihadapkan ke arah kiblat. Kedua, disunahkan mengajari (men-
talqin) orang yang sedang sekarat kalimat syahadat yakni lâ ilâha illallâh dengan cara
yang halus dan tidak memaksanya untuk ikut menirukan ucapan syahadat tersebut.
Cukuplah mentalqin dengan mengulang-ulang memperdengarkan kalimat lâ ilâha
illallâh di telinganya tanpa menyuruh untuk mengucapkannya.
Bedasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
“Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian dengan kalimat lâ ilâha
illallâh.” Ketiga, disunahkan membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang
sekarat. Berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban
“Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.”
Keempat, orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-
tanda kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada Allah.
Dalam keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-jauh
bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia dianjurkan untuk
membayangkan bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni semua dosa-
dosanya.
Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim Allah berfirman: “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepadaku.” Para
ulama mengajarkan ketika seseorang dalam keadaan sehat maka rasa takutnya
terhadap siksa Allah (khauf) dan harapannya terhadap rahmat Allah (rajâ) mesti
seimbang ada di dalam dirinya. Ada yang mengatakan rasa takutnya harus lebih
banyak dari pada harapannya. Namun ketika seseorang dalam keadaan sakit dan telah
dekat kematiannya maka harapan pada rahmat Allah mesti harus lebih besar dari rasa
takutnya atau bahkan hanya ada harapan saja di dalam dirinya kepada rahmat Allah.
Ia mesti yakin bahwa Allah akan mengampuninya dan melimpahkan kasih sayang
kepadanya. Wallâhu a’lam. (Yazid Muttaqin)

D. Tata Cara Mengurus Jenazah Menurut Islam

1. Memandikan Jenazah

Berikut adalah langkah-langkah untuk memandikan jenazah:

 Menggunakan sarung tangan sebelum memandikan jenazah.


 Menutup aurat jenazah menggunakan kain.
 Membersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celah jari
tangan, kaki, dan rambut jenazah.
 Bersihkan kotoran jenazah dengan menekan perutnya perlahan agar kotoran
dapat keluar.
 Menyiram seluruh badan jenazah menggunakan air sabun.
 Menyiram jenazah menggunakan air bersih sambil beniat sesuai dengan jenis
kelamin jenazah.
 Niat memandikan untuk jenazah perempuan: Nawaitu ghusla adaa’an
hadzihil mayyitati lillahi ta’aalaa (Aku berniat memandikan untuk memenuhi
kewajiban dari jenazah (perempuan) ini karena Allah Ta’ala).
 Niat memandikan untuk jenazah laki-laki: Nawaitu ghusla adaa’an hadzal
mayyiti lillahi ta’aalaa (Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban
dari jenazah (laki-laki) ini karena Allah Ta’ala).
 Siram dan basuh jenazah dari kepala hingga ujung kaki menggunakan air
bersih, mulai dari sebelah kanan kemudian kiri masing-masing tiga kali.
 Miringkan jenazah ke kiri untuk membasuh bagian lambung kanan sebelah
belakang, kemudian miringkan jenazah ke kanan untuk membasuh bagian
lambung kiri sebelah belakang.
 Siram menggunakan air bersih kemudian siram lagi menggunakan air kapur
barus.
 Wudukan jenazah seperti orang berwudu sebelum salat.
 Buka sanggul rambut perempuan dan biarkan rambut terurai untuk
dibersihkan kemudian keringkan dengan handuk dan kepang.
 Setelah jenazah dimandikan beri wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol sebelum mulai dikafani.

2. Tata Cara Mengurus Jenazah Laki-Laki


Setelah dimandikan, jenazah kemudian harus dikafani, berikut tata cara mengurus
jenazah laki-laki:

 Siapkan tali pengikat kafan secara vertikal di bawah kain kafan lapis pertama
yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama lalu bentangkan kain kafan
lapis kedua.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua lalu bentangkan kaki kafan lapis
ketiga.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga kemudian letakkan jenazah di
tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
 Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri.
 Ikat kain menggunakan tali pengikat yang sudah disediakan.

3. Tata Cara Mengurus Jenazah Perempuan

Mengafani jenazah perempuan cukup berbeda dengan jenazah laki-laki, berikut tata
cara mengurus jenazah perempuan:

 Sediakan 3-5 utas tali pada bagian bawah kain kafan.


 Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong kemudian letakkan
sarung pada badan antara pusar sampai lutut.
 Siapkan baju gamis dan kerudung untuk jenazah.
 Sediakan kapas yang sudah diberikan wangi-wangian dan letakkan di anggota
badan tertentu.
 Baringkan jenazah di atas kain kafan.
 Pakaikan kain sarung, gamis, dan kerudung pada jenazah dan kepang rambut
jenazah.
 Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri dan ikat
menggunakan tali.

4. Menyalatkan Jenazah

Setelah memandikan dan mengafani jenazah, kamu dapat langsung melakukan salat
jenazah. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyalatkan jenazah:

 Berniat di dalam hati.


 Berdiri bagi yang mampu berdiri.
 Melakukan empat kali takbir.
 Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
 Takbir kedua, membaca selawat.
 Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah yaitu:

Allahummagfirla-hu warham-hu wa’aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu wa


wassimadkhola-hu waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal
khothoyaa kamma naqqoitats tsaubal abdyadho minad danaas wa abdil-hu daaron
khoirom min daa-ri wa ahlan khoirom min ahli-hi wa zawjan khoirom min zawji-hi
wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa’adzabin naar

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkan dia (dari
beberapa hal yang tidak disukainya), maafkanlah dia dan tempatkan dia di Surga,
luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari
segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran,
berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), pasangan yang lebih baik
dari pasangannya (di dunia), dan masukanlah dia ke Surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan Neraka” (HR. Muslim no.963)

 Setelah takbir keempat, membaca doa sebagai berikut:

Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu wagfir lanaa wa la-hu
(–haa untuk perempuan) Artinya: “Ya Allah, jangan menghalangi kami untuk tidak
memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalannya, ampunilah kami
dan ampunilah dia.

Mandikan Jenazah Wanita Jadi TSK, ICJR: Sulit Disebut Kasus Penodaan Agama

1. Air putih secukupnya


2. Sabun, wangi-wangian non alkohol, dan air kapur barus
3. Sarung tangan untuk memandikan
4. Kapas
5. Potongan atau gulungan kai  kecil
6. Handuk, kain basahan, dan lain-lain

Doa Memandikan Jenazah Laki-laki

Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.

Artinya: Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini
karena Allah Ta'ala.

Doa Memandikan Jenazah Perempuan

Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.


Artinya: Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan)
ini karena Allah Ta'ala.

Tata Cara Memandikan Jenazah

Berikut ini tata cara memandikan jenazah dalam islam yang perlu kamu tahu.
Pastikan untuk memperlakukan jenazah dengan lembut saat membalik maupun saat
menggosok anggota tubuhnya.

Jangan lupa untuk menggunakan sarung tangan, setelah itu ikuti tata caranya seperti
berikut ini.

1. Membaca niat
2. Berikan kain bersih penutup jenazah agar aurat tidak terlihat
3. Tinggikan kepala jenazah untuk menghindari air mengalir ke bagian kepala.
Lalu, bersihkan seluruh anggota badannya (gigi, lubang hidung, celah ketiak,
lubang telinga, celah jari  tangan, dan rambut)
4. Tekan dengan lembut bagian perutnya untuk mengeluarkan kotoran yang
mungkin masih tersisa, bersihkan sampai bersih bagian qubul dan dubur
5. Siramkan air terlebih dahulu ke bagian anggota tubuh yang sebelah kanan,
lalu ke bagian sebelah kiri
6. Mandikan dengan menggunakan air sabun, jenazah diwudhukan, bersihkan
rambut dengan sampo atau daun bidara
7. Gunakan air yang dicampur wangi-wangian pada bilasan terakhir
8. Setelah selesai dimandikan, keringkan tubuh jenazah dengan kain agar tidak
basah saat dikafani
9. Sebelum dikafani, beri wewangian non alkohol, misalnya kapur barus
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien krisis adalah perubahan dalm proses yang mengindikasikan


hasilnya sembuh atau mati,sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau
berpisah. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi
dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat
yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Pasien kritis adalah pasien
yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.

Manusia yang sedang sakaratul maut harus di damping dan di bimbing


untuk senantiasa selalu berdzikir atau men gingata allah swt. Ada beberapa
tuntunan yang di ajarkan secara syariat bagi yang sedang mendampingi orang
yang sedang sakaratul maut. Pertama, kita di sunnahkan untuk mengarahkan
orang tersebut tertidur di lambung kanan-Nya kemudian wajahnya di hadapkan ke
arah kiblat. Kedua, di sunnah kan menalqikan orang yang sakaratul maut dengan
membaca la illaha illa allah dengan suara lembut. Ketiga, dengan membaca surat
yasin, hal tersebut sebagaimana yang di riwayatkan mu’qil bun yasar bahwa
rasulullah bersabda ;bacalah yasin untuk orang orang yang akan meninggal [ HR.
ibnu hibban]
DAFTAR PUSTAKA

https://www.suara.com/news/2021/02/24/192312/memandikan-jenazah-
dalam-islam-tata-cara-doa-dan-yang-berhak-memandikan?page=all
https://www.99.co/blog/indonesia/tata-cara-mengurus-jenazah-menurut-islam/
https://www.slideshare.net/stikesbykebidanan/pendampingan-klien-kritis

Anda mungkin juga menyukai