Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

MANAJEMEN MENGHADAPI RESPON SAKIT DAN PENYAKIT

Islam adalah agama rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam. Islam menghendaki
terciptanya hubungan yang baik antar sesama manusia. Islam juga menghendaki kemudahan
dalam hidup, termasuk memberikan perhatian dan kemudahan bagi orang yang sakit. Dan, untuk
mewujudkan hal itu diperlukan rasa kebersamaan (rasa empati, simpati, dan penguatan) terhadap
orang yang sakit.

A. Empati
Empati diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang merasa iba melihat penderitaan orang
lain dan terdorong dengan kemauan sendiri untuk menolongnya tanpa mempersoalkan
perbedaan  latar belakang agama, budaya, bahasa, kebangsaan, etnik, golongan dan sebagainya.
(Abuddin Nata)
Sebagai seorang manusia rasa empati sudah terkandung pada jiwanya. Lalu, bagaimana
seseorang itu mengaplikasikannya. Berkaitan dengan hal itu, Islam telah mengajarkan kepada
kita untuk bersikap empati, seperti harus memiliki rasa sifat pemurah, dermawan, saling
membantu, tolong-menolong dan lainnya.
Hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT, QS Ali Imran [3]: 115).
          
“Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi
(menenerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.”
Kemudian, dalam QS al-Maidah [5]: 2).
     
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.”

B. Simpati
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), simpati diartikan sebagai keikutsertaan
seseorang dalam merasakan perasaan orang lain, seperti senang, sedih, susah, gembira, dan lain
sebagainya.
Timbulnya rasa simpati dapat kita amati seperti dalam hubungan persahabatan, hubungan
antara seorang atasan dan bawahan, kehidupan bertetangga, dan lain sebagainya. Kapan perasaan
simpati itu muncul? Pada umumnya, perasaan simpati bisa muncul dalam diri seseorang ketika ia
melihat sikap maupun penampilan dari orang lain, dan ia menyukainya.
Misalnya, ketika kita mendengar kabar duka bahwa ada salah satu keluarga teman kita
yang meninggal dunia, kita pun akan mengucapkan rasa bela sungkawa kepada teman tersebut.
Ini juga merupakan suatu bentuk rasa simpati.
Dari Aisyah RA ia mengatakan: Telah bersabda Rasulullah SAW

 ‫ق فِي األَ ْم ِر ُكلِّ ِه‬


َ ‫ق ي ُِحبُّ الرِّ ْف‬
ٌ ‫إِ َّن ﷲَ َرفِ ْي‬

 “Sesungguhnya Allah Maha Ramah (rafiq), dan Ia menyukai keramahan dalam segala perkara.”
(HR Bukhari dan Muslim). 
Mengapa kelembutan diperintahkan? Sebab Allah Maha Lembut, dan “rifq” (kelembutan)
adalah kumpulan perasaan halus, sayang dan simpati. Dan Allah sendiri mempunyai sifat ar-
Rafiiq al-A'la (Maha Ramah lagi Maha Tinggi). Lantas Ia menurunkan kepada kita keramahan-
Nya, kelembutan-Nya. Pengawasan-Nya meliputi kita, rasa belas kasih dan simpati-Nya
melingkari kita dalam semua urusan.

Perbedaan Empati dan Simpati


Simpati Empati
1. Memberikan perhatian terhadap 1. Memberikan perhatian yang sama
perasaan sedih saja terhadap perasaan duka dan suka
2. Larut dalam berbagai perasaan duka 2. Tidak terlalu larut dalam perasaan
3. Cenderung memberikan pendapat dukanya
4. Bersifat subjektif 3. Memberikan pendapat dan lebih
memahami keluhan yang berduka
4. Bersifat objektif

C. Penguatan (Motivasi)
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan
mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Ini merupakan kabar gembira bagi orang beriman, bahwasannya setiap kesulitan yang
ditimpakan merupakan kafarat bagi dosa-dosa kita. Dengan kabar seperti itu, sudah semestinya
setiap mukmin bersabar atas penyakit yang dideritanya.
Rasa sakit di dunia ini tidaklah seberapa dibandingkan jika disiksa karena dosa. Siapakah
di dunia ini yang tidak pernah merasakan kesusahan? Setiap orang pasti merasakannya. Tidak
peduli apakah dia miskin ataupun kaya, di kota ataupun di desa, pintar ataupun tidak, semuanya
pasti mendapatkan kesusahan dan di lain waktu mendapatkan kesenangan.
Kabar gembiranya adalah jika kesusahan itu menimpa seorang mukmin, maka mukmin
tersebut mendapati dosa-dosanya gugur. “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih
dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu
kesalahan darinya.” (HR Muslim).
Hanya tertusuk oleh satu duri dapat menghapuskan dosa. Bagaimana lagi dengan
penyakit yang menyulitkannya. Oleh karena itu, bersabarlah. Sebab dibalik bala musibah yang
menimpa seorang muslim selalu ada pahala besar.
Penyakit di dunia ini pasti berakhir. Akan tetapi dengan kesabaran, pahala dari penyakit
itu mudah-mudahan bisa memuliakan diri di akhirat nanti.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu,
kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya
mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS al-An’am [6]: 42).
Musibah adalah takdir dari Allah. Sebagai hamba-Nya wajib bagi kita ridha terhadap
segala ketetapan dari-Nya. Itulah beberapa kalimat indah yang diambil dari Alquran dan sunnah.
Tentunya masih banyak berita gembira lainnya untuk mereka yang sedang ditimpa penyakit.

D. Positive Thinking Bagi Kesehatan


Positive thinking dalam istilah agamanya lebih kita kenal dengan husnuzhon (berbaik
sangka). Hal ini sangat dianjurkan sebagaimana dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW
bersabda: “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).
Jabir berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda saat tiga hari sebelum beliau
wafat: “Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah.” (HR Muslim).
Berpikir positif dalam setiap keadaan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap para pasien yang sakit dengan menyuruh para
pasien untuk selalu berpikiran positif selama mereka sakit ternyata dapat mengubah respon
emosional pasien tersebut terhadap rasa sakit sehingga mampu mengurangi rasa sakit yang
diderita hingga mencapai 60 persen.
Artinya, rasa sakit yang dialami oleh seseorang yang sedang sakit akan mempengaruhi
bagian otak sehingga memberikan dampak orang tersebut akan menjadi lebih sensitif dan lebih
mudah. Sebaliknya, jika seseorang berpikiran negatif maka penyakit yang dideritanya akan
menjadi susah sembuh atau bahkan bertambah parah.
Maka dari itu, jika sakit biasakanlah untuk selalu berpikiran positif agar proses
penyembuhan menjadi lebih cepat. Selain itu, ada banyak manfaat dari berbaik sangka ini.
1. Memiliki kemampuan menangkal tingkat stres.
Beban pekerjaan dan beban hidup yang kian bertambah mampu meningkatkan stres pada
pikiran anda. Bagi mereka yang berpikiran positif, akan  mengambil setiap hikmah dari
berbagai beban pekerjaan dan beban hidup yang mereka miliki dan mengatasi serta
mencari solusinya bukan hanya meratapinya.
2. Meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Mengisi otak dengan berbagai pikiran yang positif akan mampu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh yang dimiliki. Dengan kekebalan tubuh yang terus meningkat, maka
berbagai penyakit akan sangat sulit untuk menyerang tubuh anda.
3. Meningkatkan kesehatan organ jantung.
Bagi mereka yang selalu berpikiran positif akan selalu bersyukur dan menjaga nikmat
sehat yang mereka miliki. Dengan berusaha untuk bergaya hidup sehat, menjaga
kesehatan seluruh organ termasuk jantung dan tidak meracuni tubuhnya dengan berbagai
makanan yang bisa membahayakan kesehatannya.
4. Tidak pernah berhenti berusaha untuk kesembuhannya.
Bagi mereka yang berpikiran positif tidak akan menyerah dengan penyakit yang
dideritanya. Mereka akan selalu mencari solusi dan mencari kesembuhan atas
penyakitnya. Karena setiap penyakit pasti ada obatnya.
5. Selalu percaya diri atas cacat fisik yang dimilikinya.
Setiap orang dilahirkan berbeda dari fisik maupun sikapnya. Terkadang mereka memiliki
cacat fisik dalam tubuhnya. Namun berusaha bersyukur dan berpikiran positif akan
membuat mereka menemukan kelebihan yang ada pada dirinya yang tidak dimiliki oleh
orang yang sempurna fisiknya.

E. Menjenguk Orang Sakit


Sebagai seorang muslim, kita sangat dianjurkan menjenguk orang yang sakit. Menjenguk
orang sakit sebagai suatu tindakan yang sangat dianjurkan karena dapat menjalin hubungan
silaturrahim. Dan Allah menyukai orang yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
Nabi SAW bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam. Sahabat
bertanya: Apa saja, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Jika engkau berjumpa dengannya
ucapkan salam, jika ia mengundangmu hadirilah, jika ia meminta nasihat nasihatlah, jika ia
bersin dan memuji Allah (mengucapkan – alhamdulillah) jawablah (yarhamukallah), jika ia sakit
jenguklah, dan jika ia meninggal dunia antarkanlah (jenazahnya sampai makam).” (HR Muslim).
Orang yang sakit akan merasakan segala sesuatunya tidak nyaman. Namun hal itu dapat
menyadarkan bahwa nikmatnya dalam keadaan sehat. Ada doa untuk memohon kesembuhan atas
penyakit yang diderita. 

‫ك ِشفَا ًء الَ يُغَا ِد ُر َسقَ ًما‬ َ ْ‫ب ْالبَأ‬


َ ‫س َوا ْشفِهُ وأَ ْنتَ ال َّشافِي الَ ِشفَآ َء إِالَّ ِشفَا ُؤ‬ ِ ‫اس أَ ْذ ِه‬
ِ َّ‫اللَّهُ َّم َربَّ الن‬
“Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah rasa sakit ini, sembuhkanlah. Engkaulah Dzat
Yang Maha Penyembuh. Tiada kesembuhan yang sejati melainkan kesembuhan yang datang dari
Engkau. Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit dan penyakit yang lain.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Tempelkan tanganmu pada yang sakit, lalu ucapkan bismillah (dengan menyebut nama
Allah) dibaca 3 kali, setelah itu baca :

‫أَ ُعو ُذ بِاهللِ َوقُ ْد َرتِ ِه ِم ْن َشرِّ َما أَ ِج ُد َوأُ َحا ِذ ُر‬
“Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku dapatkan
dan yang aku khawatirkan.” (HR Muslim). Dibaca 7 kali.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media
Cipta
Nata, Abuddin. 2004. Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, Jakarta: Fakultas
www.dakwatuna.com
http://intips-kesehatan.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai