Islam adalah agama rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam. Islam menghendaki
terciptanya hubungan yang baik antar sesama manusia. Islam juga menghendaki kemudahan
dalam hidup, termasuk memberikan perhatian dan kemudahan bagi orang yang sakit. Dan, untuk
mewujudkan hal itu diperlukan rasa kebersamaan (rasa empati, simpati, dan penguatan) terhadap
orang yang sakit.
A. Empati
Empati diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang merasa iba melihat penderitaan orang
lain dan terdorong dengan kemauan sendiri untuk menolongnya tanpa mempersoalkan
perbedaan latar belakang agama, budaya, bahasa, kebangsaan, etnik, golongan dan sebagainya.
(Abuddin Nata)
Sebagai seorang manusia rasa empati sudah terkandung pada jiwanya. Lalu, bagaimana
seseorang itu mengaplikasikannya. Berkaitan dengan hal itu, Islam telah mengajarkan kepada
kita untuk bersikap empati, seperti harus memiliki rasa sifat pemurah, dermawan, saling
membantu, tolong-menolong dan lainnya.
Hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT, QS Ali Imran [3]: 115).
“Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi
(menenerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.”
Kemudian, dalam QS al-Maidah [5]: 2).
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.”
B. Simpati
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), simpati diartikan sebagai keikutsertaan
seseorang dalam merasakan perasaan orang lain, seperti senang, sedih, susah, gembira, dan lain
sebagainya.
Timbulnya rasa simpati dapat kita amati seperti dalam hubungan persahabatan, hubungan
antara seorang atasan dan bawahan, kehidupan bertetangga, dan lain sebagainya. Kapan perasaan
simpati itu muncul? Pada umumnya, perasaan simpati bisa muncul dalam diri seseorang ketika ia
melihat sikap maupun penampilan dari orang lain, dan ia menyukainya.
Misalnya, ketika kita mendengar kabar duka bahwa ada salah satu keluarga teman kita
yang meninggal dunia, kita pun akan mengucapkan rasa bela sungkawa kepada teman tersebut.
Ini juga merupakan suatu bentuk rasa simpati.
Dari Aisyah RA ia mengatakan: Telah bersabda Rasulullah SAW
“Sesungguhnya Allah Maha Ramah (rafiq), dan Ia menyukai keramahan dalam segala perkara.”
(HR Bukhari dan Muslim).
Mengapa kelembutan diperintahkan? Sebab Allah Maha Lembut, dan “rifq” (kelembutan)
adalah kumpulan perasaan halus, sayang dan simpati. Dan Allah sendiri mempunyai sifat ar-
Rafiiq al-A'la (Maha Ramah lagi Maha Tinggi). Lantas Ia menurunkan kepada kita keramahan-
Nya, kelembutan-Nya. Pengawasan-Nya meliputi kita, rasa belas kasih dan simpati-Nya
melingkari kita dalam semua urusan.
C. Penguatan (Motivasi)
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan
mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Ini merupakan kabar gembira bagi orang beriman, bahwasannya setiap kesulitan yang
ditimpakan merupakan kafarat bagi dosa-dosa kita. Dengan kabar seperti itu, sudah semestinya
setiap mukmin bersabar atas penyakit yang dideritanya.
Rasa sakit di dunia ini tidaklah seberapa dibandingkan jika disiksa karena dosa. Siapakah
di dunia ini yang tidak pernah merasakan kesusahan? Setiap orang pasti merasakannya. Tidak
peduli apakah dia miskin ataupun kaya, di kota ataupun di desa, pintar ataupun tidak, semuanya
pasti mendapatkan kesusahan dan di lain waktu mendapatkan kesenangan.
Kabar gembiranya adalah jika kesusahan itu menimpa seorang mukmin, maka mukmin
tersebut mendapati dosa-dosanya gugur. “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih
dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu
kesalahan darinya.” (HR Muslim).
Hanya tertusuk oleh satu duri dapat menghapuskan dosa. Bagaimana lagi dengan
penyakit yang menyulitkannya. Oleh karena itu, bersabarlah. Sebab dibalik bala musibah yang
menimpa seorang muslim selalu ada pahala besar.
Penyakit di dunia ini pasti berakhir. Akan tetapi dengan kesabaran, pahala dari penyakit
itu mudah-mudahan bisa memuliakan diri di akhirat nanti.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu,
kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya
mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS al-An’am [6]: 42).
Musibah adalah takdir dari Allah. Sebagai hamba-Nya wajib bagi kita ridha terhadap
segala ketetapan dari-Nya. Itulah beberapa kalimat indah yang diambil dari Alquran dan sunnah.
Tentunya masih banyak berita gembira lainnya untuk mereka yang sedang ditimpa penyakit.
أَ ُعو ُذ بِاهللِ َوقُ ْد َرتِ ِه ِم ْن َشرِّ َما أَ ِج ُد َوأُ َحا ِذ ُر
“Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku dapatkan
dan yang aku khawatirkan.” (HR Muslim). Dibaca 7 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media
Cipta
Nata, Abuddin. 2004. Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, Jakarta: Fakultas
www.dakwatuna.com
http://intips-kesehatan.blogspot.com