Anda di halaman 1dari 4

SEMAKIN SERUPA DENGAN KRISTUS

ROMA 8:28-30

Mengukur kualitas kerohanian seseorang tidak gampang. Hanya Allah yang


mengetahuinya secara pasti. Sebagai manusia kita hanya bisa melihat dari apa yang
terlihat. Itupun tidak selalu tepat.

Sebagian orang melihat dari jabatan dan aktivitas di pelayanan. Ini bisa menipu.
Apa yang terlihat bisa saja sekadar pencitraan. Sebagian lagi melihat dari disiplin
rohani (ibadah dan saat teduh). Ini hanya sekadar sarana pertumbuhan, bukan
ukuran atau tujuan.

Ukuran yang sejati adalah keserupaan dengan Kristus. Segala sesuatu yang
menghalangi keserupaan dengan Kristus adalah sampah dan kerugian. Halangan
ini bisa datang dari jabatan dan aktivitas gerejawi yang mungkin saja
menumbuhkan arogansi. Bahkan disiplin rohani juga bisa menjadi halangan kalau
membuat seseorang merasa diri lebih benar.

Renugan kali ini akan mengajarkan kepada kita sekirannya tiga konsep penting
tentang keserupaan dengan Kristus. Tanpa memahami poin-poin ini kita akan
mengalami keputusasaan yang salah pada saat menjalani prosesnya.
1. Keserupaan dengan Kristus adalah rencana kekal Allah
Pembacaan sekilas sudah cukup untuk menunjukkan bahwa ayat 29-30 hanya
berfungsi sebagai penjelasan. Salah satu petunjuk yang paling jelas adalah kata
sambung “sebab” di awal ayat 29. Jadi, ayat 29-30 merupakan keterangan
tambahan. Ide utama terletak di ayat 28.

Secara lebih khusus, ayat 29-30 menerangkan frasa “terpanggil sesuai dengan
rencana Allah” di ayat 28. Rencana seperti apa yang dimaksud di sini ayat 28?
Jawabannya ada di dua ayat selanjutnya, yaitu rencana keselamatan (ayat 28-29).

Rencana ini bukan hasil pemikiran tiba-tiba. Bukan respons spontan terhadap
kejatuhan manusia ke dalam dosa. Rencana ini sudah ada sejak kekekalan.

Penerjemah LAI.TB secara tepat menambahkan keterangan “dari semula” pada


kata kerja pasif “dipilih” (proegnō) dan “ditentukan” (proōrisen). Tambahan
tersebut didapat dari kata depan pro (lit. “sebelumnya”) yang digabungkan dengan
kata kerja ginōskō (memilih/mengetahui) dan horizō (menentukan).

Yang dimaksud “dari semula” tentu saja adalah “dari kekekalan”. Kata “memilih
sebelumnya” (proginōskō) dan “menentukan sebelumnya” (proorizō) memang
seringkali dikaitkan dengan masa sebelum penciptaan. Yesus Kristus telah dipilih
sebelum dunia dijadikan (1Pet. 1:20). Salib adalah hikmat ilahi yang tersembunyi
sejak dunia belum dijadikan dan disediakan (lit. “ditetapkan”) bagi kita (1Kor.
2:1). Penentuan ilahi atas kita (Ef. 1:5) dilakukan oleh Allah sebelum dunia
dijadikan (Ef. 1:4).

2. Keserupaan dengan Kristus adalah sebuah kepastian


Jika keselamatan sejak kekal merupakan rencana Allah, apakah ini bisa gagal atau
dibatalkan? Tentu saja tidak. Alkitab secara konsisten mengajarkan bahwa rencana
Allah tidak mungkin gagal (Ay. 42:2; Mzm. 33:11; Yes. 14:27).

Paulus tampaknya sangat memahami hal ini. Untuk menegaskan kepastian dari
rencana keselamatan Allah, dia menggunakan 5 (lima) kata kerja bentuk lampau di
Roma 8:29-30, yaitu memilih, menentukan, memanggil, membenarkan, dan
memuliakan. Pilihan bentuk lampau ini cukup menarik. Masih ada orang-orang
pilihan yang sampai sekarang mungkin belum mendengarkan Injil (belum
dipanggil – dibenarkan – dimuliakan), tetapi dari perspektif ilahi nasib mereka
sudah pasti. Siapa saja yang dipilih pasti akan dimuliakan.

Contoh lain adalah kita sendiri. Kalau sekarang kita sudah dibenarkan di dalam
Kristus, itu berarti sebelumnya kita sudah dipilih, ditentukan, dan dipanggil. Nah,
kita yang sudah dibenarkan juga pasti akan dimuliakan, walaupun peristiwa itu
baru akan terjadi nanti di akhir zaman. Namun, di mata Allah, semua proses ini
sudah pasti. Apa yang ada di kekekalan yang satu pasti akan terjadi di kekekalan
yang satunya.

Cara lain yang digunakan oleh Paulus untuk menekankan kepastian keselamatan
adalah objek kata kerja yang konsisten. Yang dipilih adalah yang ditentukan. Yang
ditentukan adalah yang dipanggil. Yang dipanggil adalah yang dibenarkan. Dengan
kata lain, objek semua kata kerja itu adalah sama (identik).
Dalam teks Yunani, kita menemukan kata ganti
penghubung hous (yang dipilih, yang ditentukan, yang dipanggil, yang dibenarkan)
yang digunakan secara konsisten. Penerjemah LAI.TB berusaha mengungkapkan
poin ini melalui penambahan kata “semua” (ayat 28a). Semua yang dipilih adalah
sama dengan yang ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan.
Paulus tidak mengatakan: “sebagian besar dari yang dipilih juga ditentukan” atau
“hampir semua dari yang ditentukan juga dipanggil”.

Cara lain untuk menekankan kepastian keselamatan adalah pemilihan kata


“memilih sebelumnya” (proginōskō). Entah kita menafsirkan kata ini secara
lebih literal (“mengetahui sebelumnya”, KJV.NASB/NIV/ESV) maupun
kontekstual (“memilih sebelumnya”, LAITB), ide tentang kepastian keselamatan
tetap sukar untuk dibantah. Apa yang Allah sudah tahu sebelumnya (terjemahan
literal) tidak mungkin akan berubah. Dia tidak pernah kaget dengan perubahan
karena Dia mengetahui semua perubahan. Apa yang Allah sudah pilih sebelumnya
(terjemahan kontekstual) juga tidak mungkin Dia batalkan. Dia tidak pernah kaget
dengan ketidaksetiaan manusia karena Dia sudah memertimbangkan semua itu
dalam rencana-Nya.

3. Keserupaan dengan Kristus adalah bukti kasih kepada Allah


 Dari dua poin di atas mungkin terkesan bahwa dalam proses menyerupai Kristus
kita hanya bersikap pasif. Semua dilakukan oleh Allah sepenuhnya. Kesan ini
ternyata tidak mewakili keutuhan pemikiran Paulus. Kita juga memainkan peranan
kita. Dan dorongan untuk melakukannya adalah kasih kita kepada Allah.

Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, ayat 29-30 merupakan penjelasan


untuk frasa “mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” di ayat 28. Nah,
di ayat 28 sendiri frasa tersebut menerangkan “mereka yang mengasihi Allah”.
Secara lengkap ayat 28 berbunyi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Dari
struktur kalimat seperti ini terlihat bahwa kasih kita kepada Allah didahului oleh
kasih Allah kepada kita. Allah yang lebih dahulu memilih dan memanggil kita,
sehingga kita bisa mengasihi Dia (bdk. 1Yoh. 4:10).
Dalam ungkapan lain yang lebih spesifik, cinta kita kepada Allah (ayat 28) tidak
dapat dipisahkan dari rencana kekal Allah untuk menentukan kita menjadi serupa
dengan Kristus (ayat 29). Rencana ilahi ini tidak mungkin tercapai apabila kita
tidak memiliki kasih kepada Allah. Kasih harus menjadi dorongan dan kekuatan
dalam proses menyerupai Kristus.

Poin ini juga dipertegas melalui frasa “supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang
sulung di antara banyak saudara” (ayat 29). Kata “sulung” dan “banyak saudara”
menyiratkan sebuah relasi kekeluargaan. Kasih ada di pusat relasi ini. Tidak ada
ketakutan di dalamnya, karena kita bukan lagi sebagai hamba tetapi anak (8:15).

Kristus yang adalah Anak Allah secara hakiki telah menjadi saudara sulung kita.
Sulung bukan secara waktu. Kesulungan-Nya lebih berkaitan dengan posisi Kristus
sebagai pokok atau sumber dari status kita sebagai anak-anak Allah. Tanpa
penebusan-Nya, kita tidak mungkin menjadi anak-anak Allah.

Bagaimana kita bisa mengasihi Allah? Dengan mengingat bahwa Dia lebih dahulu
mengasihi kita. Sebelum kita ada, kita sudah ada di dalam hati-Nya. Allah sudah
merencanakan keselamatan kita dari semula. Dia memilih kita tanpa sebelumnya
memertimbangkan iman atau kebaikan kita. Kita ditentukan menjadi anak-anak
Allah semata-mata berdasarkan kasih dan kebebasan-Nya (Ef. 1:5-6 “Dalam kasih
Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-
Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya
yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya”.

Anda mungkin juga menyukai