(SOTERIOLOGI)
Teologia Reformed
PENDAHULUAN:
Kata soteriologi berasal dari bahasa Yunani soteria berarti keselamatan. Kata
soteria berasal dari kata soter yang artinya juruselamat.
Allah yang berdaulat menyelamatkan kita dari dosa, tetapi Ia tidak meniadakan
tanggung jawab manusia. Doktrin pemilihan sejak kekal juga sangat
mempengaruhi soteriologi. Karena itu Grudem membahas pokok itu dalam
rangka soteriologi (Bab 32, hal. 669-691). Tetapi pada umumnya ajaran
pemilihan dibicarakan dalam doktrin Allah.
Doktrin manusia
Menurut Calvin kesadaran atau benih itu tidak bisa memaafkan kita, melainkan
justru mempersalahkan kita (lih. Roma 1:20). Kesadaran atau benih itu tidak
bisa menjadi tempat untuk berpaut bagi anugerah Tuhan. Walaupun gambar/
rupa Allah masih kelihatan sedikit dalam manusia yang berdosa, namun natur
manusia rusak total. Tidak ada sisa yang bisa dipakai Tuhan. Setiap orang harus
dilahirkan kembali sebelum dia masih memperlihatkan gambar/rupa Allah.
Manusia harus diperbaharui secara total.
Menurut Katekismus Heidelberg (minggu ke-3) kita begitu rusak, sehingga kita
sama sekali tidak sanggup berbuat apapun yang baik, dan kita hanya cenderung
pada yang jahat saja, kecuali jika kita dilahirkan kembali oleh Roh Allah.
Memang manusia masih bisa berbuat yang baik, tetapi manusia tidak dapat
mendirikan Firdaus di bumi ini. Walaupun ada keinginan seperti itu, usaha itu
akan tetap gagal. Beruntung manusia masih dapat berbuat yang baik, kalau
tidak kehidupan dibumi ini akan menjadi neraka. Tetapi hal-hal yang baik itu
masih ada bukan karena manusia adalah baik, melainkan karena kebaikan
Tuhan, Dialah yang menahan dosa, sehingga kehidupan manusia tidak menjadi
rusak total, dan masih ada hal-hal yang baik. Kalau Tuhan tidak menahan dosa
tidak mungkin kita dapat hidup lagi.
Dalam buku Grudem Hal. 657-665 dan juga dalam buku tulisan Berkhof hal.
43-76, memakai istilah anugerah umum (common grace). Anugerah umum
adalah anugrah Allah yang dengannya Dia memberikan banyak berkat kepada
manusia yang bagian bagian dari keselamatan common grace mencyangkut
bidang :
1. Fisik (Matius 5:44-45; Lukas 6:35-36; Kejadian 39:5; Mazmur 45:9; 15-16
4. Kreatif
· Kemulian-Nya.
Selain itu, inti dosa adalah tidak mengasihi Tuhan. Walaupun ada hal-hal yang
baik dalam hidup kita, namun tidak pernah kasih kita sempurna kepada Tuhan.
Dari diri kita sendiri tidak bisa mengasihi Tuhan Allah yang kita kenal Yesus
Kristus. Untuk dapat mengasihi Tuhan terlebih dahulu kita harus menjadi
manusia baru. Penyataan ini menunjukkan bahwa kita diselamatkan bukan
karena berbuat baik melainkan hanya karena anugrah Allah.
Kristologi
Pneumatologi.
Eskatologi
Istilah lain yang dipakai untuk bidang dogmatika ini adalah dalam bahasa latin
Ordo salutis yang artinya : urutan keselamatan
o Keselamatan yang Kristus kerjakan bagi kita (Kristus pro nobis bagi kita)
o Kristus membuat kita mengambil bagian dalam keselamatan itu oleh Roh
Kudus (Kristus in nobis, di dalam kita)
Dalam pembahasan ordo salutis dibahas hasil karya Kristus, dan juga apa yang
dikerjakan Roh Kudus di dalam kita. Kita tidak mulai dengan manusia dan
pengalamannya, ataupun dengan kepastian yang dia cari atau peroleh.
Melainkan kita mulai dengan Kristus sebagai juruselamat dan apa yang
dikerjakan-Nya bagi kita, dengan cara apa Kristus memberikan keselamatan itu
kepada kita.
Ordo salutis tidak berarti bahwa adanya urutan kronologis tertentu, atau urutan
satu-satunya dalam penghayatan keselamatan. Kata ordo mengacu kepada
hubungan antara aspek-aspek keselamatan masing-masing dengan Kristus, kita
peroleh semuanya berdasarkan anugerahkan-Nya.
Ordo salutis memang ada tetapi belum adanya urutan yang kronologis. Yang
harus diperhatikan dalam ordo salutis adalah : pengudusan tidak mendahului
pembenaran, melainkan menyusul. Pertobatan terjadi sesudah panggilan.
Ketekunan bukan hal yang pertama melainkan hal yang terakhir. Aspek-aspek
ini tidak boleh dibahas dalam urutan sembarangan, karena ada kaitan teologis.
Ordo salutis ini alkitab tidak mencatat secara eksplisit, namun Alkitab
memberikan kita dasar yang cukup untuk urutan tertentu[2]. Di dalam Roma
8:29,30, juga Kisah Para Rasul 26:17-18. Alkitab tetap melakukan dua hal yang
memungkinkan kita menyusun suatu urutan tertentu[3]
2) Kudus dalam menerapkan karya Kristus bagi orang berdosa secara individu
dan juga Alkitab menjelaskan berkat-berkat keselamatan yang dicurahkan atas
mereka. Banyak istilah yang dipakai Alkitab.
Hoekma menekankan bahwa berbagai fase dari jalan keselamatan itu tidak
boleh dipikirkan sebagai serangkaian langkah-langkah yang bertahap, dimana
langkah yang satu menggantikan langkah sebelumnya, sebaliknya harus
dipikirkan berbagai aspek yang terjadi secara simultan dari suatu proses
keselamatan, yang mana setelah dimulai aspek-aspek tersebut berjalan secara
berdampingan[5]. Lihat bagan pada halaman 30 Tulisan Hoekma.
4) Itu berarti bahwa Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya kehilangan
keselamatan mereka. Karena itu jaminan rohani orang-orang percaya
tergantung terutama kepada pegangan Allah terhadap mereka, dan bukannya
atas pegangan mereka kepada Allah.
5) Dalam penerapan keselamatan memang kehendak dan karya manusia
memainkan peranan, tetapi penerapan itu terutama adalah karya Roh Kudus.
Kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Di dalam
beberapa aspek keselamatan (pertobatan, iman, pengudusan progresif, dan
ketekunan). Allah berkarya dan kita berkarya. Pengudusan kita misalnya pada
saat yang sama adalah seratus persen karya Allah juga seratus persen karya kita
(lih Filipi 2:2:12-13).
Dalam buku Edwin Palmer (5 Pokok Calvinis) dibahas lima pokok yang sangat
penting dalam ajaran Reformed. Dalam bahasa Inggris dipakai Singkatan TULIP
yaitu :
Kelima pokok Calvinis ini akan diberikan keterangan singkat mengenai kelima
pokok ini (lihat tulisan Reymond, hal. 1123-1126)
1) Kerusakan total : oleh karena dosa turunan dan dosa-dosa manusia sendiri
semua manusia kecuali Yesus Kristus adalah mengalami kerusakan total dan
jahat secara total, walaupun mereka, oleh karena anugerah Allah yang bersifat
umum, ditahan sehingga mereka tidak melakukan kejahatan tanpa batas.
Mereka tidak mampu sama sekali untuk menyelamatkan diri sendiri.
4) Anugerah yang tak dapat ditolak : itu berarti bahwa orang yang tidak dipilih
tidak dapat menolak anugerah ini, karena anugerah yang menyelamatkan itu
tidak diberikan kepada mereka (Lih. Kis. 7:51: Hai orang-orang yang keras
kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh
Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu). Tetapi kaum
pilihan tidak dapat menolak anugerah ini terus menerus. Pada waktu yang
ditentukan Allah, orang-orang pilihan akan ditarik kepada Allah, dengan
meninggalkan permusuhan mereka dan membuat mereka bersedia untuk
memeluk Kristus.
Konsep Paradoks
Kalau kita berbicara tentang kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia,
maka menemukan suatu paradoks, yaitu suatu kombinasi dari dua pemikiran
yang tampaknya berkontradiksi satu sama lain. (Hoekma, hlm. 16).
Hoekma (hlm. 17) menunjuk kepada dua nas dimana kedua aspek itu muncul
bersamaan: Lukas 22:22 dan Kisah Para Rasul 2:23
Karena kedua aspek ini diajarkan oleh Alkitab, kita harus menegaskan baik
kedaulatan Allah maupun tanggung jawab manusia; baik anugerah Allah yang
berdaulat maupun partisipasi aktif kita di dalam proses keselamatan (Hoekma,
hal. 19).
Pembahasan Soteriologi
1. Panggilan
Menurut beberapa teolog seperti Van Genderen/ Velema (hlm 527) dan Berkhof
(hlm. 101-105) menyebut panggilan secara umum, atau panggilan realis.
Panggilan datang kepada manusia melalui penyataan umum seperti penciptaan,
pemeliharaan dan pemerintahan dunia ini). Panggilan ini tidak membawa
manusia kepada keselamatan. Allah menyatakan diri kepada semua orang ini
yang disebut penyataan umum, dan juga Allah menyatakan secara khusus hanya
bagi orang yang percaya kepada-Nya sebagai Allah yang penuh anugrah.
Pemeliharaan Allah menciptakan kemungkinan untuk memberikan anugrah-
Nya, dan karya penebusan Kristus membuat dunia ini, menjadi dunia baru
dimana terdapat kebenaran ( 2 Petrus 3:13).
1 Panggilan Injil
Dalam panggilan injil ini semua orang harus mendengar injil yaitu injil Yesus
Kristus bukan kepada sejumlah orang tertentu. Hal ini sesuai dengan amanat
agung : pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku (Matius 28:19). Kita sebagai
pemberita Injil tidak boleh membedakan orang yang satu harus mendengar Injil,
yang lain tidak. Kita berupaya supaya semua orang harus mendengar Injil.
Walaupun Allah telah memilih sejumlah besar dari umat manusia untuk
diselamatkan, namun pemberitaan injil tidak boleh dibatasi kepada sejumlah
orang tertentu. Dalam hal pemberitaan injil kita tidak boleh memandang muka.
Dalam pemberitaan Injil Allah yang mengerjakan pertobatan dan iman, tetapi
kita wajib menjelaskan injil kepada semua orang, mengundang mereka untuk
menerima Yesus, supaya dosa mereka diampuni dan mereka menerima hidup
yang kekal.
Panggilan injil ini bersifat universal, sehingga semua orang yang mendengar injil
sungguh-sungguh diundang untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
Ada 2 nas yang sering disebut tentang ini yakni: Matius 22:1-14 dan Lukas
14:16-24 yaitu perumpamaan tentang perjamuan kamin. Yang diperdebatkan
dalam ke-2 nas ini adalah apakah kedua perumpamaan ini merupakan dua versi
dari satu perumpamaan yang berbeda-beda. Jelas bahwa perbedaan antara
kedua perumpaan ini cukup besar.
Dalam kedua perumpamaan ini, ada orang dipanggil atau diundang datang
tetapi mereka menolak panggilan itu. Kelompok pertama ini menunjuk kepada
orang Yahudi yang menolak Yesus. Kelompok kedua yang diundang adalah
orang-orang yang dianggap rendah (miskin, cacat, buta,lumpuh, semua orang
yang dijumpainya dijalan). Kelompok ketiga hanya disebutkan di Lukas 14:23,
melambangkan orang-orang bukan Yahudi yang akan dijangkau oleh Injil
kemudian mereka berada diluar kota. Sedangkan kelompok kedua berada di
dalam kota). Dari beberapa ayat ini menunjukkan bahwa semua orang dipanggil
walaupun hanya sebagian yang meresponi panggilan itu. Jadi, kalau kita
memberitakan injil, kita memberitakan kepada semua orang yang kita jumpai.
Dan kita betul-betul mempunyai keinginan supaya semua orang yang
mendengarkan injil itu akan bertobat dan percaya kepada Yesus, sehingga
mereka diselamatkan.
Kalau kita kita mencari solusi dari paradoks ini maka kita mengabaikan salah
satu dari kebenaran ini:
Kedua solusi ini tidak bisa diterima, sebab tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
Logika kita harus takluk kepada hikmat Allah dan apa yang tertulis di dalam
Alkitab.
2 Panggilan efektif
Dalam katekismus Heidelberg minggu ke-3 dijelaskan bahwa kita begitu rusak,
sehingga kita sama sekali tidak sanggup untuk berbuat apa pun yang baik, dan
hanya cenderung pada yang jahat saja, kecuali kita dilahirkan kembali oleh Roh
Allah. Roh Kudus harus membuka hati untuk mendengar Injil, hanya dengan
demikian panggilan Injil dapat menjadi efektif atau berhasil.
Paulus menulis bahwa manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari
Roh Allah ( 1 Kor. 2:14). Manusia itu harus dilahirkan kembali dahulu, sehingga
dia menjadi manusia rohani. Respons terhadap panggilan Injil tidak mungkin
kalau manusia tidak diperbaharui lebih dahulu. Manusia duniawi itu hanya
mengikuti keinginan daging yang adalah seteru Allah (Roma 8:7). Manusia yang
belum dilahirkan kembali itu adalah mati karena palanggaran dan dosa-dosa
(efesus 2:1,5). Sehingga dia mati secara rohani. Kita harus lahir dari atas, atau
dilahirkan dari air dan Roh (Yohanes 3:3,5) dan kita harus ditarik oleh Bapa
(Yohanes 6:44), dan dihidupkan bersama-sama dengan Kristus (Efesus 2:4-5)
oleh kasih karunia Allah.
· 1 Korintus 1:22-24 : Kristus yang disalibkan adalah kekuatan Allah dan hikmat
Allah untuk mereka yang dipanggil. Mereka yang dipanggil itu tidak
menganggap suatu kebodohan. Mereka telah dipanggil secara efektif. Dalam
Matius 22:1-14 kata panggilan Injil yang ditujukan kepada semua orang tetapi
hanya menjadi efektif bagi orang pilihan.
· Roma 8:28-30 : mereka yang dipanggil sesuai rencana Allah (ay. 28) yang
mengasihi Dia. mereka yang dipanggil-Nya dalam ayat 30 menunjuk kepada
panggilan efektif, karena mereka juga dibenarkan-Nya dan dimuliakan-Nya
· Hoekma menyebut beberapa nas Alkitab selain kedua ayat di atas : 1 Korintus
1:9; Roma. 1:7; 9:23-24; Galatia 1:15; Efesus 4:1,4; 1 Petrus 2:9; 2 Petrus 1:10;
Yudas 1;Wahyu 17:14.
Hubungan antara panggilan efektif dan pemilihan menjadi jelas dalam Matius
22:14 “sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih”. Kita sudah
melihat bahwa panggilan yang dimaksudkan dalam nas ini adalah panggilan
yang ditujukan kepada semua orang. banyak orang mendengar pemberitaan
injil, tetapi hanya sebagian yang meresponi secara positif terhadap panggilan
injil itu.
Latar belakang kedua reaksi yang berbeda ini adalah pemilihan Allah. Dalam
kehidupan orang pilihan Allah mengerjakan jawaban positif terhadap panggilan
Injil. Itulah karya Allah semata-mata. Sedangkan penolakan panggilan Injil
disebabkan oleh ketidakpercayaan manusia sendiri. Panggilan efektif
merupakan anugrah Tuhan. Penolakan Injil adalah kesalahan manusia sendiri.
Dalam buku Penginjilan dan Kedaulatan Allah, yang ditulis Packer menjelaskan
bahwa kedaulatan Allah dalam memilih dan memanggil secara efektif tidak
berarti mengabaikan tugas penginjilan. Dalam kedaulatan Allah justru
menentukan bahwa orang yang dipilih akan dipanggil secara efektif melalui
pemberitaan Injil oleh hamba Tuhan dan orang Kristen. Menurut Packer
“kedaulatan Allah justru menjadi dorongan yang kuat untuk memberitakan Injil.
Menurut Hoekma (hlm. 124) tujuan panggilan efektif ini menunjuk kepada apa
yang disebutkan dalam alkitab yakni dipanggil :
7.Dalam panggilan efektif tidak ada kerjasama antara Allah dan manusia.
Apakah panggilan efektif ini memperlakukan kita sebagai robot atau sebagai
pribadi? [11] bukankah manusia terlibat dalam proses keselamatan? Untuk
menjawab menjawab pertanyaan ini, kita harus menyadari ketidakmampuan
rohani dari manusia yang berada dalam dosa yang telah rusak total. Itu berarti
bahwa kebebasan sejati (kehendak bebas) tidak ada lagi. Hoekma membahas
pokok ini dalam bukunya Manusia: Ciptaan menurut gambar Allah hlm.
293-314. kebebasan sejati ini telah hilang ketika manusia jatuh ke dalam dosa.
1. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, dia diciptakan baik, dalam kebenaran
dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:24). Waktu itu manusia berada
dalam kondisi Bisa tidak berdosa. Di sini kebebasan sejati.
2. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka menjadi budak dosa dan
masuk ke dalam kondisi “tidak bisa tidak berdosa”. Hoekema menunjuk kepada
Yohanes 8:34 ‘setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa’ dan roma
6:6,7,19,20 “dahulu kamu memang hamba dosa”
4. Suatu hari kelak, pada saat kita dimuliakan dan disempurnakan, kita akan
bebas secara sempurna. Itulah kondisi “tidak bisa berdosa”. Pada saat itu semua
semua dosa, penyakit, kelemahan, bahkan kematian tidak ada lagi ( 1 Korintus
15:42-43; wahyu 21:14). Situasi itulah yang disebut Paulus ‘kemerdekaan
kemuliaan anak-anak Allah (Roma 8:21), dan pengangkatan sebagai anak yaitu
pembebasan tubuh kita (Roma 8:23).
2. Kelahiran Kembali
Kelahiran kembali yang dimaksud dalam doktrin Soteriologi diberi dua arti yang
berbeda:
Permulaan kehidupan rohani yang baru, yang ditanamkan dalam diri kita oleh
Roh Kudus membuat kita bertobat dan percaya.[13]
Manifestasi pertama dari hidup yang telah ditanamkan[14] atau hasil dari
regenerasi itu (buah Roh).
Dalam pengertian kedua ini, kalahiran kembali bukan saja menunjuk kepada
perkembangan kehidupan yang baru. Kelahiran kembali tidak berbeda jauh
dengan pengudusan, menurut Calvin meliputi konversi. Karena itu Haak
membahas kelahiran kembali dibahas di bawah aspek pengudusan.
Defenisi kelahiran kembali dalam arti yang lebih sempit itu dapat dirumuskan
sebagai berikut: karya Roh Kudus yang mula-mula membawa orang-orang ke
dalam kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati mereka yang
dulunya mati secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak
untuk bertobat dari dosa, mempercayai Injil dan melayani Tuhan. Defenisi ini
menegaskan kita harus bertitik tolak dari situasi kerusakan total manusia yang
telah jatuh ke dalam dosa, dan ketidakmampuannya untuk hidup bergaul
dengan Tuhan. Kebebasan sejati yang telah hilang dipulihkan kembali, sehingga
manusia yang mati dalam dosa, menjadi hidup hidup secara rohani lagi dan
dimampukan lagi untuk mengasihi dan melayani Allah.
Matius 15:13 “setiap tanaman yang ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan
dicabut dengan akar-akarnya”,
Yohanes 3:3-8 ‘Jika seorang tidak dilahirkan kembali (dari atas’ anothen), ia
tidak mendapat kerajaan Allah. Artinya peristiwa itu adalah tunggal (Aorist),
dan kita bersifat pasif. Dalam kelahiran natural kita secara total pasif. Demikian
juga dengan kelahiran rohani kita. Dalam ayat 5 ‘jika seorang tidak dilahirkan
kembali ia tidak masuk ke dalam kerajaan Allah’. Air merujuk kepada
pemurnian rohani bukan kepada baptisan, seperti dalam PL. Dilahirkan dari
Roh artinya pelaku kelahiran baru ini adalah Roh Kudus. kelahiran kembali
mutlak perlu untuk semua orang. Dalam Titus 3:5 Paulus menggunakan kata
Palingenesia (permandian kelahiran kembali), kata ini merujuk kepada awal
kehidupan rohani baru. Pembaharuan rohani yang dikerjakan Roh Kudus
menjadi nyata dalam proses pengudusan.
Paulus juga memakai istilah-istilah lain untuk kelahiran kembali : Pertama,
Allah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, walaupun kita telah
mati karena dosa (Efesus 2:5; bnd.Kolose 2:13). Kedua, orang-orang yang
percaya kepada Kristus disebut ciptaan baru (2 Korintus 5:17; Galatia 6:15).
Kemudian Petrus dan Yakobus menyatakan Allah yang melahirkan kita kembali,
oleh Firman Allah yang hidup dan yang kekal (1 Petrus 1:23) dan yang
menjadikan kita oleh Firman kebenaran (Yakobus 1:18). Allah telah melahirkan
kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati ( 1 Petrus
1:3).
Dalam surat 1 Yohanes menjadi jelas bahwa kelahiran kembali akan menjadi
nyata dalam kehidupan dan perbuatan-perbuatan kita: berbuat kebenaran (1
Yohanes 2:29), tidak berbuat dosa lagi (1 Yohanes 3:9) yaitu tidak akan terus
menerus hidup dalam dosa, mengasihi saudara (1 Yohanes 4:7), memiliki iman
(1 Yohanes 5:1) dalam arti iman merupakan bukti yang kelihatan dari regenerasi
yaitu percaya bahwa Yesus adalah Kristus, mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4),
kita dilindungi Allah (1 Yohanes 5:18) sehingga kita tidak akan berpaling dari
iman dan dari anugrah.
Menurut Grudem apa persis yang terjadi di dalam kelahiran kembali bersifat
supranatural.[16] Dia menunjuk kepada Yohanes 3:8 “angin bertiup kemana ia
mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia
datang atau kemana ia pergi. Demikian halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir
dari Roh.
Dalam pemberitaan Injil kita tidak menyuruh orang untuk lahir kembali, karena
dalam kelahiran kembali manusia pasif, namun kita tetap memanggil orang
untuk bertobat dan percaya kepaya Yesus. Menurut hoekema kelahiran kembali
dikejarkan langsung Roh Kudus di dalam diri kita tanpa perantara dan juga
tanpa pemberitaan Injil. Yang disebabkan oleh pemberitaan Injil adalah
kelahiran kembali dalam arti luas yaitu manisfestasi pertama dari kehidupan
rohani baru.[19]
Dalam Pasal-pasal ajaran Dodrech III/IV :17, menjelaskan karya Allah yang
supranatural dan ajaib olehnya kita dilahirkan kembali, tetapi tidak mencegah
kita untuk meniadakan pemakaian Injil yang telah ditentukan Allah itu menjadi
benih kelahiran kembali dan makanan bagi jiwa. Jadi, Roh Kudus memakai
Firman Allah untuk mengerjakan kelahiran kembali, dengan kata lain Roh
Kudus memakai Firman sebagai sarana. Hal ini menjadi dorongan yang kuat
untuk tetap memberitakan Injil, walaupun pemberitaan Injil tidak dapat
menuntut kelahiran kembali dari para pendengar, namun harus memangil
pendengar untuk beriman kepada Injil dan bertobat dari dosa, sambil kita
percaya bahwa Allah akan memberikan kepada para pendengar kemampuan
untuk bertobat dan percaya.[20]
Konversi adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang telah
mengalami regenerasi dimana dia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan
dan iman.[22]
Menjauhkan diri dari dosa yaitu iluminasi pada pikiran dimana dosa dikenali
dalam pengertian yang sesungguhnya; penyesalan yang sungguh atas dosa;
pengakuan yang rendah hati akan dosa; membenci dosa, yang mencakup
keputusan yang tegas untuk meninggalkannya.
Mengarahkan diri kepada Allah dalam pelayanan artinya kembali kepada Allah
dengan iman bahwa Dia akan mengampuni dosa kita; sukacita yang penuh di
dalam Allah melalui Kristus; kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta
kesukaan di dalam melayani Allah.
Iman : Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak
mengaruniakannya (Yohanes 6:65); semua orang yang ditentukan Allah untuk
hidup yang kekal, menjadi percaya (Kisah Para Rasul 13:48); tidak ada seorang
pun, yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus (I
Korintus 12:3); sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah (Efesus 2:8); kepada kamu
dikaruniakan... untuk percaya kepada Kristus (Filipi. 1:29); Yesus adalah
pencipta dan penyempurnaan iman kita (Ibrani 12:2); setiap orang yang
percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah ( I Yohanes 5:1). Jadi iman
kita menyatakan bahwa kita telah diperanakan oleh Allah dan masih berada di
dalam kondisi itu.
Iman : supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31)
percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahngmu (Kisah Para Rasul 16:9); sebab jika kamu...percaya dalam hatimu
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan (Rm. 10:9); jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran
oleh Firman Kristus (Rm. 10:17); dan inilah kemenangan yang mengalahkan
dunia : iman kita (I Yohanes 5:4).
Kedua hal ini terdapat suatu paradoks sebab Allah harus membuat kita bertobat
dan percaya dan disisi lain kita juga harus bertobat dan percaya. Para pemberita
Injil harus orang-orang yang mendengarkan pemberitaannya untuk bertobat
dan percaya, dan sekaligus kita harus menyadari bahwa tidak ada seorang pun
yang dapat bertobat dan percaya, kalau Allah tidak mengaruniakannya (Yohanes
6:65).
Dalam ajaran Dodrech III/IV :12, menekankan karya Allah dalam kelahiran
kembali, juga mengungkapkan aktivitas manusia dalam pertobatan dan iman
mereka: ‘kehendak yang telah diperbaharui tidak hanya digerakkan dan di
dorong Allah karena setelah digerakkan Allah maka kehendak itu sendiri juga
bergerak. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa oleh karunia yang telah
diterimanya, manusia sendiri percaya dan bertobat.
1.Konversi sejati, hanya dapat terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang
misalnya Rasul Paulus.
Konversi kedua, yaitu seseorang percaya sejati yang jatuh dalam dosa tertentu
atau hanya menjadi orang Kristen nominal untuk sementara waktu, yang
kemudian kembali lagi kepada Allah, yang kaya akan rahmat, sesuai dengan
rencana pemilihan yang tidak berubah-rubah, tidak menjauhkan sama sekali
Roh Kudus dari orang-orang milik-Nya, bahkan mereka tidak sampai jatuh ke
dalam dosa yang menyedihkan.
Iman
Dengan iman yang menyelamatkan secara umum kita percaya bahwa apa pun
yang dinyatakan dalam Firman adalah benar (Yohanes 2:22; 4:50; 5:46-47;
12:38; Kisah Para Rasul 24:14). Dengan iman yang menyelamatkan secara
khusus kita menyambut dan meraih Kristus serta bertumpu pada Dia demi
pembenaran, pengudusan, dan kehidupan kekal yang diperoleh melalui
perjanjian anugerah (Yohanes 1:12; Kis. 15:11; 16:31; Galatia 2:20).
Pentingnya iman
Dalam PL ada tiga kata yang paling umum dipakai untuk iman adalah[26]
Batach : yakin, bersandar, mempercayai (Mzm. 25:2; 13:6a; 84:13; Ams. 16:20;
Yes. 26: 3-4)
Menurut Paulus zaman PB dapat di cirikhaskan sebagai zaman dimana iman itu
telah datang (Gal. 3:25). Maksud Paulus bahwa objek dari iman kita adalah
Yesus Kristus, telah menyatakan diri-Nya.
Kata pistis secara umum dipakai dalam arti iman yang dengannya kita
mempercayai (lih. Kis. 11:24; Rm. 3:28; Ef. 2:8). Namun kata pistis kadang-
kadang dapat berarti iman yang diyakini yaitu isi dari apa yang dipercayai (lih.
Yud. 3; Gal. 1:23; 1 Tim. 4:1).
Jadi, iman bukan saja berarti mempercayai kebenaran yang disampaikan oleh
para rasul atau orang lain, melainkan juga suatu kepercayaan pribadi kepada
Kristus sebagai juruselamat.
Iman merupakan inti dari kehidupan umat Allah baik di dalam PL maupun
PB[27] (lih. Kej. 3:15; Ibr. 11:4-7). Abraham adalah bapa semua orang percaya
yang tidak bersunat dan yang bersunat (Rm. 4:11-12), dan mereka yang hidup
dari iman adalah anak-anak Ambraham (Gal. 3:7). Iman juga memainkan peran
yang penting dalam kitab Mazmur dan kitab nabi-nabi. Dalam PL iman adalah
mengucapkan Amin kepada Allah, sedangkan di dalam PB iman adalah
mengucapkan Amin kepada Injil.[28]
Kata Pisteuein hampir 100 kali di dalam Injil Yohanes. Penekanannya lebih
kepada iman yang menyelamatkan (Yoh. 3:16,18,36; 6:47; 7:8; 11:25-26).
Artinya mengakui Yesus Kristus sebagai juruselamat yang diutus oleh Bapa ke
dalam dunia, berserah kepada-Nya dan mempercayai-Nya
Iman dalam Kisah Rasul adalah pertama, penerimaan terhadap kesaksian rasuli
tentang Kristus. Kedua, kepercayaan secara pribadi kepada Kristus untuk
keselamatan.
Bagi Paulus iman adalah : Pertama, kita hanya dibenarkan oleh iman (Rm.
3:28). Kedua, kesatuan kita dengan Kristus dialami dan dipertahankan melalui
iman (Ef. 3:17). Ketiga, iman harus menyatakan dirinya di dalam kasih dan
kehidupan yang benar (Gal. 5:6).Yakobus menekankan “iman tanpa perbuatan
adalah mati” (Yakobus 2:26).
Penulis Ibrani mau menghindari bahwa para pembaca suratnya akan menjadi
murtad dan kembali kepada hukum taurat tanpa Kristus. Teladan-teladan
pahlawan iman merupakan dorongan bagi mereka untuk berlomba dengan
tekun dalam perlombaan yang telah diwajibkan bagi kita (Ibr. 12:1). Di dalam
kitab Ibrani iman digambarkan sebagai dinamika kehidupan Kristen, yang
dengannya kita mampu untuk bertekun sampai akhir.
§ Meminum Kristus (Yoh. 4:14), Kehausan rohani kita telah terpuaskan untuk
selama-lamanya
Dalam beberapa deskrispsi ini, jelas bahwa iman tidak bersifat sementara, dan
melibatkan seluruh kehidupan kita. Ini berarti melebihi intelektual seseorang.
Konsep iman
Aspek-aspek dari iman yang tidak bisa dipisahkan namun dapat dibedakan:
Hal yang harus disadari adalah Allah tidak terbatas, dan karena iman
mempercayai Allah dan karya keselamatan dari-Nya, maka pengetahuan yang
tercakup di dalam iman bukanlah pemahaman secara total, artinya Allah tidak
dapat dipahami sampai tuntas.
§ Kepercayaan (trust). Aspek ini adalah puncak dari iman. Bahwa iman sejati
meliputi kepercayaan adalah hal yang sudah jelas kata-kata yang dipergunakan
untuk iman di dalam Alkitab, dari gambaran-gambaran yang dipergunakan
Alkitab untuk mendeskripsikan iman, dan dari natur tindakan-tindakan yang
terlibat di dalam iman. Iman adalah berpaling dari diri sendiri, dan bersandar
secara penuh kepada Kristus untuk keselamatan.[32] Hal sama dijelaskan dalam
katekismus Heidelberg Minggu ke-7, iman adalah kepercayaan yang teguh yang
dikerjakan dalam hatiku oleh Roh Kudus, melalui Injil. Isinya adalah bahwa
pengampunan dosa dan kebenaran serta keselamatan yang kekal telah
dikeruniakan tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kedaku, oleh
rahmat Tuhan semata-mata, hanya berdasarkan jasa-jasa Kristus saja.
Kepastian keselamatan.
Dalam hal ini Calvin tidak sependapat dengan Katholik Roma yang menyatakan
bahwa orang percaya tidak dapat memiliki kepastian keselamatan kecuali
dengan wahyu khusus. Karena tidak seorang pun yang dapat mengetahui
dengan kepastian iman, yang tidak dapat salah, bahwa dirinya telah
mendapatkan anugerah Allah. Menanggapi hal ini berkouwer menyatakan
penolakan Katolik Roma terhadap kepastian keselamatan adalah konsisten
dengan konsep mereka tentang natur keselamatan yaitu melihat keselamatan
sebagai upaya bersama Allah dengan manusia. Pernyataan ini dikutip dari
tulisan Hoekema (hlm.207).
Pertobatan
Pertobatan adalah tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah
diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu
perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara
berpikir, merasa dan berkehendak yang baru.
Pertobatan sejati sangat perlu sebab tanpa pertobatan dan penyesalan iman kita
bersifat dangkal. Meskipun pertobatan dan penyesalan bukan cara untuk
melunasi dosa sebab yang melanasi dosa adalah tindakan Allah di dalam
Kristus, namun penyesalan itu sangat perlu bagi semua orang berdosa karena
tanpa itu tidak seorang pun dapat mengharapkan pengampunan. Tentang ini
dalam PIW XV:4 : menjelaskan sebagaimana dosa yang paling kecil pun patut di
ganjar dengan hukuman kekal, begitu pula dosa yang paling besar pun tidak
dapat mendatangkan hukuman kematian kekal atas orang-orang yang sungguh-
sungguh menyesal.
Nicham : Menyesal. Kata ini sering dipakai untuk suatu perubahan dalam
rencana-rencana Allah (Kej. 6:6-7; Keluaran 32:12,14; Hab. 2:18 (berbelas
kasihan), tetapi kadang-kadang juga dipakai untuk mendeskripsikan penyesalan
atas dosa di dalam diri manusia; Ayub. 42:6; Yeremia 31:19.
Dalam penjelasan nas ini jelas bahwa dalam pertobatan ini hati kita terlibat,
bnd. Yoel 2:12-13: “berbalik kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan
berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.
· Epistrepho (dari kata epistrophe hanya dipakai satu kali, Kis. 15:3). Strepho
artinya berputar kembali atau berbalik arah (lih. Kis. 15:19; 26:18; 1 Tesalonika
1:9; 1 Ptr. 2:25.
Di samping kedua kata ini masih ada kata lain kadang-kadang digunakan yaitu
metamelomai yang berarti mengubah keputusan (mat. 21:30,32) atau menyesal
yang tidak membawa kepada kehidupan (Ma. 27:3).
4. PEMBENARAN.
Martin Luther sangat bergumul dengan kalimat keadilan Allah, karena dia
berpikir bahwa keadilan itu bersifat penghukuman. Dia tidak percaya bahwa
keadilan itu dapat menyelamatkan orang seperti yang tertulis dalam Mazmur
31:2 “luputkanlah aku oleh karena keadilanmu. Setelah Luther membaca dan
memahami Roma 1:16-17 (sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang
bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis : orang
benar akan hidup oleh iman), ia menjadi sadar bahwa kebenaran Allah bukanlah
keadilan yang menghukum orang-orang berdosa, melainkan suatu kebenaran
yang Allah berikan kepada orang-orang berdosa yang membutuhkannya, dan
yang dapat mereka terima dengan iman.[37]
Istilah Ibrani untuk kata membenarkan adalah hitsdig dari kata tsadag artinya
menjadikan benar atau berbalik kepada kebenaran (Dan. 12:3). Kata ini juga
dipakai dalam pengertian forensik atau legal, yaitu menyatakan atau
mendeklarasikan secara Yudisial bahwa seseorang adalah sesuai dengan hukum
misalnya: Ulangan 25:1 “Apabila ada perselisihan.....maka hakim membenarkan
pihak yang benar dan menyatakan salah pihak yang bersalah.[38]
Dalam PL terdapat juga istilah keadilan Allah. inilah keadilan yang menghukum,
misalnya : Mzm. 7:12; 11:5-7; Dan. 9:14. keadilan Allah juga dipakai dalam doa
sebagai dasar memohon pertolongan dan keselamatan (Mzm. 31:2; 71:2;
143:1,11). Keadilan Allah berarti Tuhan selalu melakukan apa yang dikatakan-
Ny, dan setia terhadap Firman-Nya ( 1 Samuel 15:29; Mzm. 89:35). Jadi apa
yang dikatakan Allah baik hukuman maupun janji-Nya selalu Dia lakukan.
Keadilan Allah, selalu melakukan apa yang Dia katakan atau janjikan.
1 Dasar Alkitab
Pembenaran karena iman dengan jelas diajarkan di dalam PB, tetapi juga
sebelumnya sudah dijelaskan di dalam PL. Di dalam PL ayat yang paling
menonjol adalah dalam Kejadian 15:6 “lalu percayalah Abraham kepada Tuhan,
maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Abraham
dibenarkan karena iman. Memang Abraham belum dapat percaya kepada Yesus
yang telah menjadi manusia, tetapi dia sudah percaya kepada Mesias yang akan
datang. Paulus mengutip Kejadian 15:6 di dalam Roma 4:3,22 dan Galatia 3:6
untuk menunjukkan bahwa Abraham, bapa orang percaya, dibenarkan oleh
iman dan bukan oleh perbuatan. Yakobus juga menggunakan Kejadian 15:6 di
dalam Yakobus 2:23, merujuk kepada pembenaran atas Abraham, meskipun
tujuan Yakobus mengutip bagian ini berbeda dengan tujuan Paulus.
Walaupun pembenaran karena iman belum diajarkan secara jelas dalam PL,
namun pengampunan dosa nyata sekali dalam PL. Misalnya : Mazmur 10 3:8-12,
dikatakan Allah tidak melakukan kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,
tetapi kasih setia-Nya besar sekali, dan Dia menjauhkan pelanggaran kita dari
pada kita. Dalam Mazmur ini, kata pembenaran tidak dipakai, tetapi
pembenaran itu dengan jelas diajarkan dalam Mikha 7:18-19; Yesaya 53:6,11.
Dalam PB pembenaran karena iman jelas sekali diajarkan Paulus dalam Roma
3:21-28. tentang ini Hoekema menyimpulkan sebagai berikut:[39]
Pembenaran berakar di dalam PL (21) : yang disaksikan dalam kitab Taurat dan
kitab para nabi. Maksud Paulus adalah alkitab PL.
Dasar bagi pembenaran adalah karya pendamaian Yesus Kristus. Ada dua kata
yang perlu perhatian khusus yakni (1) pertama, apolutrosis artinya penebusan
(ay. 24), yang diartikan membeli kembali budak dan memberikannya
kemerdekaan melalui pembayaran sejumlah tebusan. Gambaran ini yang
diterapkan kepada karya Kristus. (2) hilasterion diterjemahkan pendamaian
artinya Kritus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena
iman, dalam darah-Nya (ay.25) keadilan dari pembenaran kita.
Keadilan Allah tidak dikorbankan. Allah melakukan segala sesuatu dengan adil
dan benar. Tidak ada pertentangan dengan anugerah-Nya. Allah menyediakan
korban oleh anugerah-Nya dan Kristus menanggung hukuman atas dosa-dosa
kita . ayat 25 menjelaskan dosa-dosa orang percaya pada zaman PL dapat secara
adil dibiarkan (tidak dihukum) dengan memandang kepada pengorbanan yang
akan dilakukan Kristus. Ayat 26, menjelaskan saat ini Allah dapat secara adil
membenarkan orang berdosa karena Kristus telah secara sempurna memenuhi
tuntutan keadilan Allah bagi umat-Nya.
Kedua, iman menurut Paulus adalah penerimaan Injil dan penyerahan pribadi
kepada Dia yang diberitakan. Sedangkan perbuatan baginya adalah perbuatan-
perbuatan untuk melakukan hukum taurat yang menjadi dasar kemegahan
terhadap hasil pekerjaan yang baik. Sedangkan iman menurut Yakobus adalah
ketika mengutip Kejadian 5:16 adalah iman yang disempurnakan, sedangkan
perbuatan yang ia maksud adalah perbuatan mengasihi sebagai seorang Kristen
atau perbuatan yang menggenapi hukum utama yaitu tentang mengasihi
sesama. Ketika Yakobus berkata bahwa seseorang tidak dapat dibenarkan oleh
iman yang tidak memiliki perbuatan, maka dia sebenarnya tidak menyatakan
sesuatu yang berbeda dari Paulus karena Paulus sendiri menyatakan
pemikirannya di banyak bagian lain misalnya Galatia 5:6. Maksud yang
disampaikan Yakobus
Baik Paulus maupun Yakobus pasti akan menyetujui pendapat Calvin “hanya
iman saja yang membenarkan, akan tetapi iman yang membenarkan itu
bukanlah iman yang tanpa perbuatan.[40]
Anugerah pembenaran ini masih dapat hilang. Yang menyebabkan bisa hilang
bukan hanya karena ketidak percayaan, tetapi juga oleh setiap dosa maut (dosa
yang sangat parah melanggar perintah Allah dan yang disengaja). Dengan
melakukan dosa seperti ini , maka orang tersebut telah mati dari kedudukannya
sebagai anak Allah karena kasih Allah telah dipadamkan olehnya.
3. Konsep Pembenaran.
Pembenaran merupakan suatu tindakan deklaratif dan yudisial Allah dan bukan
merupakan suatu proses. Dengan deklarasi ini kita diselamatkan dari murka
Allah, dan diperdamaikan dengan-Nya (Kolose 1:21-22).
Pembenaran diterima hanya oleh iman, dan tidak pernah merupakan pahala
bagi perbuatan kita (Roma 3:28). Walaupun masih ada dosa dan kecenderungan
untuk berdosa, namun kepastian akan pembenaran kita tidak ditiadakan. Dan
pembenaran yang telah kita terima dengan iman mempunyai implikasi bahwa
kita tidak mengalaminya secara aktual, (Pendapat Hendrikus Berkhof dalam
tulisan Hoekema hlm. 242), tetapi yang diperhitungkan kepada kita kebenaran
secara sempurna, akan dialami di saat kita membiarkan diri kita diberitahu
yaitu sebagai suatu perasaan yang terbebaskan, sukacita dan jaminan,
walaupaun kita belum benar secara sempurna.
Dasar Alkitab bagi doktrin adopsi ini : Efesus 1:5-6; Yohanes 1:12; Roma 8:14-17;
9:8; Galatia 3:26; 1 Yohanes 3:1-2 Melalui adopsi orang tebusan diangkat
menjadi anak-anak Tuhan Allah yang Mahakuasa.[44] Mereka diperkenalkan
sebagai keluarga Allah dan mendapat bagian di dalamnya. Ayat yang
menyatakan secara tegas sifat khusus dari adopsi ini adalah Yohanes 1:12,
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
Kita memiliki hak untuk datang menghadap takhta anugerah dengan keberanian
(Ibrani 4:16; 1 Yoh. 5:14)
kesulitan-kesulitan yang masih kita lalui bukan lagi merupkan hukuman atas
dosa-dosa kita, melainkan disiplin dari Bapa (Ibrani 12:5-11)
Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus dan dengan demikian kita dijaga oleh kuasa
Allah ( 2 Korintus 1:22; Efesus 1:13; 4:30)
6.PENGUDUSAN
Pengudusan adalah sebagai karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang
melibatkan tanggungjawab kita untuk berpartisipasi, yang dengan Roh Kudus
melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita
menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan
yang diperkenan oleh Allah.[45]
Melalui Roma 6:2 dapat kita defeniskan pengudusan defenitif yaitu : seseorang
yang telah berada di dalam Kristus telah membuat suatu pemutusan hubungan
terhadap wilayah dimana dosa berkuasa dan tidak dapat ditarik kembali, sebab
jika kita berada di dalam Kristus manusia lama kita telah disalibkan bersama
dengan-Nya, sehingga dosa tidak berkuasa atas diri kita, karena kita sekarang
berada di bawah tahta anugerah
Dalam doktrin pengudusan ini ada tiga tahap yang perlu diperhatikan yaitu :
b. Pengudusan progresif. Tahap kedua ini adalah proses yang tidak pernah
selesai sebelum berpaling dari tubuh ini. Sebab dosa masih ada dalam hidup
orang percaya (Roma 3:22-23; Mazmur. 19:12; 143:2; Yesaya 64:6; Yakobus 3:2;
1 Yohanes 1:8), karena itu kita harus mematikan dalam diri kita segala sesuatu
yang duniawi.
c. Pengudusan diselesaikan pada saat meninggalkan tubuh yang fana ini. Atau
pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali.
a. Persekutuan dengan Kristus (Roma 6:1-11; Kolose 3:1; Efesus 15-16; dll)
Dalam PL kita melihat apa yang diajarkan mengenai kekudusan. Kata utama
kudus dalam bahasa Ibrani adalah qadosh. Pengertian mendasar dari kata ini
adalah memisahkan dari hal-hal lainnya, yaitu menempatkan sesuatu atau
seseorang dalam lingkungan atau kategori yang terpisah dari yang biasa atau
duniawi.
Pada kitab Mazmur dan kitab nabi-nabi mendeskripsikan kekudusan umat Allah
terutama di dalam pengertian etis, seperti melakukan hal yang benar, berbicara
yang benar, bertindak secara adil,mencintai kemurahan, dan hidup dalam
kerendahan hati bersama Allah. (Mazmur. 15:1-2; Mik. 6:8). Jadi yang
terkandung dalam kata qadosh adalah bahwa umat Allah dipisahkan untuk
melayani Allah dan bahwa mereka harus menghindari segala sesuatu yang tidak
berkenan kepada Allah.
Dalam PB kata kudus dalam bahasa Yunani adalah hagios. Kata ini sering
dipakai untuk mendeskripsikan pengudusan orang-orang percaya, seperti di
Efesus 5:25-26 “Kristus telah mengasihi jemaat dan menyerahkan diri-Nya bagi-
Nya untuk menguduskan-Nya. Dalam pengertian ini kekudusan memiliki dua
arti : pertama, pemisahan dari perbuatan-perbuatan dosa dari dunia saat ini.
Kedua, pengudusan bagi pelayanan kepada Allah.
suatu karya personal dan defenitif dari anugerah pengudusan Allah yang
dengannya perang di dalam diri seseorang akan berhenti dan hatinya akan
sepenuhnya terlepas dari pemberontakan menjadi kasih yang sepenuh hati
kepada Allah dan sesama. Kemudian terjadi kematian total terhadap dosa dan
pembaharuan menyeluruh di dalam gambar Allah.
Meliputi penghancuran natur berdosa kita. Semua dosa dalam batin kita
disingkirkan (John Wesley). Kita dijadikan bebas dari dosa asal .
Dosa- yang tidak ada lagi dalam kehidupan seseorang yang telah dikuduskan
secara total adalah pelanggaran-pelanggaran yang disengaja terhadap hukum
taurat yang diketahui (John Wesley). Implikasinya adalah hanya jika kita
mengenali sesuatu sebagai dosa maka itu dosa, dan jika kita melakukan dosa
tanpa sadar itu bukanlah dosa.
1 Yohanes 3:9; 5:18 “tidak berbuat dosa lagi. Maksud ayat ini dia tidak hidup lagi
di dalam dosa, atau menggambarkan suatu ideal (bukan suatu fakta), atau tidak
memberontak terhadap Allah.
Matius 5:48 : “haruslah kamu sempurna”, Kolose 1:28 “ untuk memimpin tiap-
tiap orang kepada kesempurnaan “. Maksud dalam Matius 5:48 sempurna dalam
arti matang, untuk menunjukkan keserupaan kita dengan Allah. Di sini Yesus
menunjukkan suatu kematangan Kristen yang ideal di dalam kasih bahkan
kepada musuh.
Melemahkan defenisi mengenai dosa. Dosa adalah setiap hal yang tidak sesuai
dengan pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Sedangkan pandangan Wesleyan,
dosa adalah suatu pelanggaran secara sengaja terhadap hukum taurat yang
diketahui. Defenisi ini bertentangan dengan ajaran Alkitab seperti dalam
Mazmur 19:13 “siapa yang mengetahui kesesatan”, 1 Korintus 4:4 “sebab
memang aku tidak sadar akan sesuatu” jadi dosa yang disengaja dengan yang
tidak disengaja adalah tetap dosa.
Tidak seorang pun bisa mengklaim dirinya bebas dari dosa )1 Raja-raja 8:46;
Mzm. 103:3; Amsal 20:9; Roma 3;23; Yakobus 1:8.)
di dalam diri orang percaya tetap ada pergumulan antara keinginan daging
dengan keinginan roh (Galatia 5:16-17,24; Roma 6:12.
Akan tetapi dalam pengertian lain orang-orang percaya tidak dibebaskan dari
hukum Taurat. Mereka harus secara mendalam memperhatikan ketaatan
terhadap hukum Taurat sebagai perwujudan rasa syukur mereka kepada Allah
karena karunia keselamatan yang telah diberikan-Nya (Kel. 20:2); kemudian
Mazmur mengungkapkan kesukaan orang-orang percaya yaitu hukum Taurat (
1;2; 19:8-9; 119:35), dalam Mazmur ini Taurat berarti memberi bimbingan bagi
kehidupan orang percaya. Hal yang sama ditekankan dalam PB misalnya Matius
5:19 “siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam kerajaan sorga.
Kemudian Roma 8:3-4 “hukum Taurat masih berlaku untuk orang-orang
Kristen dan Roma 13:8-10 “kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Namun doktrin ketekunan orang kudus jangan disalah mengeri bahwa setiap
orang yang mengaku beriman di dalam Kristus dan menerima-Nya sebagai
orang percaya di dalam persekutuan orang kudus, dijamin di dalam kekekalan
mendapatkan jaminan keselamatan yang kekal. Sebab Alkitab sendiri telah
memberikan peringatan akan bahaya kemurtadan. “Sebab mereka yang pernah
diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari
Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi,
tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab
mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di
muka umum.” (Ibrani 6:4-6) Mereka dapat dipersamakan seperti perumpamaan
benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yaitu orang yang menerima firman
dengan sukacita dan masih terus bersukacita untuk waktu tertentu. Namun
sesungguhnya imannya tidak pernah berakar di dalam Kristus. Imannya hanya
sampai pada taraf persetujuan pemikiran. Ia setuju pada fakta bahwa Yesus
adalah Tuhan dan Juruselamat, namun imannya tidak sampai bersandar
sepenuhnya kepada Kristus.
DAFTAR PUSTAKA
[3] Berkhof Lois, Teologi Sistimatika 4, (Jakarta : LRII, 1997) hal. 9-10
[10] Packer, J.I Penginjilan dan Kedaulatan Allah, (Surabaya: Momentum 2003)
hlm. 73-103
[30] Ibid
[35] Ibid
[48] Edwin Palmer, Lima Pokok Calvinisme (Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesia, 1996), hal. 107.