Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pistis Vol.

XI Tahun 2013 I 45

KONSEP KESELAMATAN DALAM PERJANJIAN LAMA

Soteriology (doctrine of salvation) is the subject of the most


extensive in the Bible. This is because it covers the whole eternity of
time either in the past or future. Safety relates to the whole of
mankind. Salvation is personal as well as national and world
universe. The theme of salvation contained in the Old Testament and
New Testament

Penulis: Philipus Pada Sulistya, M. Th

• Philipus Pada Sulistya, Adalah Dosen Tetap STTII Yogyakarta, mengajar


Pembimbing Perjanjian Lama, dan Exposisi Torah, S.Th. (STTII
Yogyakarta), M.Th. (STTII Yogyakarta)
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 46
PENDAHULUAN

Ajaran tentang keselamatan sangat penting bagi orang


percaya. Ada pernyataan kutukan kepada Orang Kristen jika tidak
memberitakan Injil Anugerah (Gal.1:6-9). Jika ajaran tentang
keselamatan tidak dimengerti secara jelas, maka dapat mengakibatkan
pemberitaan Injil yang palsu atau menyesatkan dan banyak
pernyataan Injil yang terdengar sekarang bisa terkena kutukan itu.1
Soteriologi (doktrin tentang keselamatan) merupakan pokok
bahasan yang paling luas dalam Alkitab. Hal ini karena mencakup
seluruh waktu baik kekekalan di masa lalu maupun masa yang akan
datang. Keselamatan berhubungan dengan seluruh umat manusia.
Keselamatan bersifat pribadi maupun nasional dan dunia semesta.
Tema keselamatan terdapat dalam PL maupun PB.
Sejarah keselamatan manusia mulai dapat dilihat dalam
Perjanjian Lama. Kitab Kejadian memberikan pengertian akan
bagaimana sejarah hidup manusia sebagai ciptaan Allah yang paling
mulia. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah untuk
mewujudkan rencana Agung Allah( Kej. 1-2). Manusia diberi kuasa
untuk memelihara dan menjadi wakil Allah atas alam semesta.
Manusia diciptakan laki-laki dan perempuan supaya dapat
berhubungan/berkomunikasi satu sama lain. Terlebih dari itu manusia
dapat berhubungan dengan Allah sang pencipta agung. Manusia telah
ditentukan untuk hidup bersama-sama dengan Allah. Sungguh-
sungguh menjadi manusia hanyalah mungkin dalam persekutuan
dengan Allah.2
Pada mulanya hubungan manusia dengan Allah terjalin
dengan baik sampai saat penggoda datang dan menjadikan manusia
merusak hubungan itu dengan tidak mentaati apa yang telah dilarang
oleh Tuhan (melakukan pelanggaran/dosa). Akibat dari peristiwa itu
adalah manusia mati (putus hubungan dengan Allah (Kej.3:1-12 bdk
Yes. 59:1-2). Namun demikian Allah berinisiatif memberikan sebuah
janji yang dapat menyelesaikan hubungan yang terputus itu sehingga

1Charles C.Ryrie, Theologia Dasar 2, Yayasan Andi, Yogyakarta, p.16


2G.C Van Niftrik, B.J .Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BPK, 2001,
p.135
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 47
manusia tetap dapat berkomunikasi dengan Allah (Kej. 3:15). Dari
sinilah konsep ajaran tentang keselamatan manusia dapat ditelusuri.
Sebelum lebih lanjut membahas konsep keselamatan dalam
PL ini, sangat penting untuk memperhatikan hubungan antara
anugerah Allah dan dosa, sebab dua hal ini merupakan sisi theologis
yang sentral dalam keselamatan.3 Anugerah Allah dan dosa perlu
disusun sedemikian rupa sehingga walaupun dosa tetap mendapatkan
perhatian penting dan tekanan kuat tapi tidak memberi kesan
sedikitpun bahwa Allah di pihak yang bereaksi dengan amarahNya
yang meluap-luap. Dosa itu dasyat tetapi anugerah Allah lebih
dahsyat lagi. Dimanapun ada dosa yang tak terlukiskan, disitu pula
ada anugerah Allah yang melimpah.4
Dalam pembahasan paper ini secara khusus menyoroti
istilah-istilah yang dipakai dalam PL yang berhubungan dengan
konsep keselamatan. Aspek-aspek keselamatan yang akan dibahas
meliputi : pertama, pengertian akan keselamatan dilihat dari istilah
yang digunakan dalam PL; kedua, Pribadi penyelamat yaitu yang
menjadi subyek yang bertindak; dan ketiga akibat dari tindakan
penyelamatan yang telah dilakukan.

Pengertian Keselamatan.

Di dalam PL istilah-istilah yang digunakan dengan pengertian


keselamatan adalah: pertama Yasha yang secara harafiah berarti
“kemerdekaan dari larangan-larangan dan ikatan-ikatan; melepaskan
dari kehancuran moral dan memberi kemenangan”5. Kata ini
digunakan 353 kali, misalnya dalam Kel. 14:30; Ul. 33:29; I Sam
17:47. Kata kedua adalah syaloom yang berarti “damai sejahtera dan
tidak ada musuh”, “berkat” dan “sehat”. Kata syaloom ini di gunakan
lebih dari 250 kali, misalnya dalam I Raj. 4:25; 2 Sam. 15:27 dan
dalam PB diterjemahkan sozo6. Selain itu ada kata lain yaitu salem
yang berarti persembahan syukur bagi suatu kebebasan dalam
3Chris Marantika, Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani, Yogyakarta:

Iman Pres, 2002, p.6


4Ibid, p.8
5Lawrence O.Richard, Expository Dictionary of Bible Words, Grand Rapids

Michigan: Zondervan Publishing House, 1985, p. 540


6Ibid,
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 48
perjuangan, korban bakaran kepada Allah dengan pujian dan ucapan
seperti yang terdapat dalam Im.3; 7:12 dan Amos 5:20.
Keselamatan dalam PL mengalami perkembangan dari
menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perorangan terlepas
dari tangan musuh-musuh mereka ke pembebasan umatNya dari
belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur. Dan akhirnya
keselamatan dinyatakan pada keadaan-keadan dan kualitas-kualitas
keterberkatan secara moril dan religius dan meluasnya sampai
melampaui batas-batas kebangsaan.7
Kata yang digunakan untuk keselamatan dalam PL diatas
dipakai untuk anugerah keselamatan dari Allah dan Allah sendiri
sebagai pelaku keselamatan.8 Dari penggunaan kata untuk
keselamatan tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa
keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau hasil dari
pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup
kesehatan, keselamatan dan kemakmuran. Disini ada pergeseran arti
keselamatan dari ikhwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual.

Pelaku Penyelamat/Subyek yang bertindak

Dalam PL Allah/Yahweh sendiri yang mengambil inisiatif


pengadaan jalan keselamatan sebagaimana yang telah dijanjikan
dalam Kej. 3:15 saat setelah manusia jatuh dalam dosa. Kekejaman
dosa disini disinggung karena penting dalam keselamatan. Kehadiran
dosa sangat mempengaruhi secara luar biasa akan kepribadian
manusia dan hubungannya dengan Allah. Dosa membawa akibat
jahat pada manusia sehingga secara sadar dan sukarela manusia
melanggar perintah Allah. Bahkan dosa akhirnya menerobos,
mengembang dan menguasai manusia sehingga manusia menjadi
budak dosa (a willfull sinner , enslaved sinner).
Istilah dosa dalam bahsa Ibrani antara lain hatta’t yang berarti
kehilangan standar,sasaran atau tujuan.; pesa’ berarti pelanggaran
hubungan atau pemberontakan; ‘awon berarti jahat atau melawan;

7G. Walters & B.A Milne, Penj. H.A Oppusunggu, Ensiklopedia Alkitab
Masa Kini 2, Jakarta: OMF, 1997, p.375
8Williem Wilson, Old Testament Word Study, Grand Rapids Michigan:

Kregel Publication, 1980, p.366


Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 49
segagah berarti kesalahan dan ‘amal berarti mengaacau secara
sengaja atau penindasan9. Dari pengertian istilah yang dipakai untuk
dosa ini maka dalam konteks Alkitab dosa mempunyai beberapa
aspek yaitu: ketidaktaatan atau pelanggaran hukum; pelanggaran
dalam hubungannya dengan masyarakat, dan pemberontakan kepada
Allah.
Cengkraman dosa sangat melumpuhkan kepribadian manusia
secara total melingkupi daging, tubuh, jiwa dan roh. Akibatnya
manusia tidak berdaya menyelamatkan diri sendiri. Beberapa ayat
yang menyatakan kelumpuhan itu Ke. 6:5; Yer 17:9. Singkatnya
disini manusia telah mengalami kematian rohani dan akibat fatalnya
manusia menerima hukuman Allah.
Cara pengobatan atau penyelesaian dosa ini hanyalah dari
Allah sendiri dengan Hikmat, kuasa anugerah dan kasih Allah yang
tak terbatas dengan merencanakan dan menyediakan keselamatan
bagi manusia. Aspek anugerah, kesetiaan, kesabaran dan kasih Allah
kepada manusia dinyatakan dalam mengadakan jalan keselamatan.
Sarana-sarana keselamatan langsung atau tidak langsung
disediakan melalui para Bapa lelehur, hakim, pemberi hukum, imam,
raj dan nabi. Hukum baik bersifat ritual maupun moral akibat dosa
manusia tidak mampu memberikan keselamatan yang penuh, tetapi
menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraaan
manusia. Aturan moral tersebut melahirkan legalisme yang bersifat
keterikatan secara lahiriah sehinga kehilangan spiritual yang terdalam
dan pembenaran diri sendiri untuk memperoleh keselamatan.
Pribadi Allah menuntut keselamatan manusia. Satu sifat yang
menonjol dari kepribadian Allah dalam keselamatan adalah anugerah
atau kasih karunia. Kepribadian Allah ini merupakan sifat hakiki
kepercayaan Kristiani.10
Istilah yang dipakai untuk anugerah Allah dalam PL untuk
keselamatan antara lain: Khen yang dalam kata kerja berarti
“membongkok” dan “merendahkan diri” yang meliputi pengertian
menurunkan perhatian dan kasih (Yer.31:31-34; Hak. 6:17).

9Danial
Doriani, Baker Theological Dictionary of the Bible, Grand Rapids
Baker Book House, 1996, p.737
10Marantika, Soteriologi, p.9
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 50
Penggunaan istilah khen yang menggambarkan secara luar biasa kasih
karunia Allah kepada manusia misalnya dalam Kel. 33:13; 3:6-8; Yer.
31:2; Zakh. 12:10; Ay 33:24. Dari penggunaan istilah Khen ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa anugerah/pemberian Cuma-Cuma dari
yang tinggi(Superior) kepada yang rendah (inferior), membicarakan
tentang pembebasan dari kesulitan hidup sehari-hari dan juga
penebusan dari dosa.
Khesed /kasih karunia adalah istilah anugerah Allah dalam PL
lain, yang merupakan istilah yang punya hubungan dengan istilah PB
yaitu Kharis yang berarti anugerah. Dalam pengertian istilah ini
terkandung unsur perasaan yang dalam, hubungan yang intim antara
Allah dan manusia dalam rangka perorangan ataupun kelompok
karena perjanjian unilateral dan juga adanya unsur keteguhan, tahan
uji dan kokoh/kesetiaan.11 Ada beberapa ajaran lain yang melibatkan
istilah khesed dalam PL yaitu: persekutuan dengan Allah(Maz. 5:8);
Perjanjian Daud dan Perjanjian Musa (2 Sam. 7:15; Kel. 20:6);
pelepasan Allah (I Sam. 12:11); penyegaran rohani umat (Maz. 85:7);
pengampunan dosa umat (Bil. 14:29); pengharapan orang-orang
Israel (Maz. 130:7-8); pujian kepada Allah (2 Taw. 5:13) dan
pemeliharaan dunia (Maz. 93:2-3).
Dari pernyataan-pernyataan tentang anugerah Allah tersebut
dapat disimpulkan bahwa anugerah Allah adalah karekter Allah yang
mendasar dan yang ditanam juga dalam karakter manusia. Anugerah
Allah (khen) adalah suatu sikap tanpa pamrih dari yang Superior
(Allah) kepada yang inferior (manusia) dalam hubungan dengan
berkat-berkat pembebasan secara jasmani dan kesulitan hidup.
Anugerah Allah (khesed) adalah kasih setia yang teguh antara dua
kelompok yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan khususnya
dalam perjanjian-perjanjian dimana Allah terlibat dengan umatNya,
dan menjadi jamian kuat.
Pernyataan anugerah Allah dalam PL sangat jelas sebelum
kejatuhan manusia dalam dosa, dan kepada orang-orang beriman pada
masa hukum Taurat. Jadi ada dua macam anugerah yaitu anugerah
umum (Common Grace) yang berhubungan dengan kebutuhan
sehari-hari dan anugerah khusus (Special Grace) yang berhubungan
dengan keselamatan dari dosa.
11C.C Ryrie, The Grace of God, Chicago: Moody Press, 1970, p. 16
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 51
Cara anugerah Allah dalam PL dinyatakan melalui berbagai
pengalaman hidup manusia. Orang-orang yang yang tercatat
mendapatkan anugerah Allah adalah Nuh (Kej.6:8); Abraham (Kej.
18:3); pengalaman Yakub (Kej. 32:10); pengalaman Yusuf (Kej.
39:21; 43:29); Israel sebagai umat (Kel. 15:13) dan pengalaman Musa
(Kel. 33:11-17).
Peranan iman dalam keselamatan dalam PL sangatlah penting.
Manusia(orang berdosa) ternyata tidak berdaya sama sekali dalam
tiap-tiap masa ujian, sehingga untuk diselamatkan ia bergantung
kepada Anugerah Allah. Pengalaman Abraham yang dibenarkan
karena percayanya kepada Tuhan (Kej. 15:6). Juga pengalaman
Daud diselamatkan oleh Allah karena beriman kepada Allah (Maz.
26:1,4; 78:7). Dari bagian-bagian lain dalam PL yang menjadi
sasaran Iman adalah Yahweh (TUHAN) seperti dalam Bilangan
20:12; Ul. 1:342; 2 Raj. 17:14; 2 Taw.20:20 Maz.78:22 dan Yunus
3:5. Akhirnya yang menjadi sarana iman adalah Allah sebagai Juru
Selamat (penebus, go’el) seperti dalam I Sam. 2:1; 2 Sam. 22:3 dan
menjadi satu-satunya sumber penyelamat (Yun 2:9; Yer.17:14).
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 52
AKIBAT TINDAKAN PENYELAMATAN

Akibat atau manfaat dari keselamatan dapat mencakup


beberapa pokok. Dalam hal ini akan disampaikan tiga akibat penting
dari konsep keselamatan dalam PL berhubungan dengan relasi Tuhan
dan manusia. Pertama, akibat tindakan Allah dalam keselamatan
adalah pendamaian. Konsep pendamaian ini mempunyai dua sisi.
Satu sisi menyatakan terjadinya pemindahan permusuhan antara
Allah dan manusia yang diakibatkan oleh dosa. Sedang di sisi lain
menyatakan terjadinya perubahan sikap manusia secara positif
terhadap Allah.
Kata yang dipakai untuk pendamaian ini dalam bahasa Ibrani
adalah gafirat dan kaphar (penutup) yaitu menyelubungi dosa
sehingga tidak kelihatan (Im. 6:30; 8:15; 16:20; Yehz.45:15; 17:20;
Dan. 9:24). Kata inilah yang biasa dipakai orang dalam menutup
kapal kayu dengan pakal (Kej. 6:14), tetapi apabila dalam bentuk
“Piel” diterjemahkan sebagai “memperoleh pengampunan” dan
karena itu berarti memperdamaikan.12 Selain itu ada kata lain seperti
“chata” yang diterjemahkan sebagai pendamaian (2 Taw. 29:24) dan
juga kata “ratsah” dalam I Sam. 29:4 yang diterjemahkan
menyukakan hati. Dalam hubungan dengan korban karena dosa
kedua kata itu masing-masing berarti menanggu kesalahan dan
menyenangkan hati/mendapat perkenan.
Sarana pendamaian antara manusia dan Allah dalam PL pada
umumnya melalui persembahan korban berpa seekor domba untuk
kepentingan korban sebagai pihak yang bersalah. Korban seekor
domba yang dipersembahkan itu haruslah tidak bercacat dan bercela.
Ini hanya digenapi dalam Kristus yang adalah satu-satunya yang
memenuhi kreteria ini (Yoh.1:29; Ibr.9:11-14; 10:5-7).
Dampak dari pendamaian ini adalah adanya kedudukan baru
dimana manusia dimungkinkan memilih persekutuan yang erat
dengan Allah. Juga ada dampak yang lebih dari itu adalah adanya
kemuliaan di hadirat Allah dimana dosa dihapuskan sama sekali.
Akibat kedua dari tindakan keselamatan yang dilakukan Allah
adalah adanya pembenaran. Kata ibrani yang digunakan untuk

12John F. Walvoord, penj. Cahya R, Yesus Kristus Tuhan Kita, Surabaya:


Yakin, 1969, p.166
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 53
pembenaran adalah sadag yang berarti mengumumkan putusan yang
menyenangkan, menyatakan benar. Konsep pembenaran ini
merupakan istilah dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti
memberi putusan benar (Ul. 25:1; 1Raj. 8:32; Ams 17:15). Karena
ide istilah ini berhubung dengan pengadilan maka pembenaran
berhubungan dengan konsep tetntang Allah sebagai Hakim. Abraham
mengakui Allah sebagai hakim segenap bumi yang harus melakukan
yang benar dan adil (Kej.18:25).
Pembenaran berhubungan dengan posisi seseorang secara legal
dihadapan Allah. Unsur yang berhubungan dengan pembenaran
adalah pengampunan dosa; pemindahan atau pengangkatan kesalahan
atau rasa bersalah dan penghukuman karena dosa. Unsur kedua dari
pembenaran adalah pencangkokan/penempatan akan kebenaran Allah
dan penempatan kepada posisi yang menyenangkan hati Allah.
Contoh dalam hal ini adalah pengalaman imam Yosua (Zakh. 3:4).
Dan unsur ketiga dari pembenaran adalah adanya pembebesan dari
kutuk Taurat.
Tindakan keselamatan juga mengakibatkan adanya penyucian.
Penyucian ini adalah akibat yang ketiga yang dapat dijelaskan disini.
Kata Ibrani yang dipakai adalah “qadasy” yang berarti pemisahan
untuk maksud khusus yang meliputi juga penyerahan diri. Pemakaian
kata ini biasa untuk imam-imam; nabi-nabi; raja, hakim-hakim dan
juga Bait Allah, yang dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah.
Pengudusan terjadi bersamaan dengan pelaksanaan upacara
persembahan korban/pendamaian. Pengalaman pengudusan dapat
dilihat dalam kehidupan Yakub (Kej. 35:2); pengalaman Musa dan
Umat Israel (Kel. 14:14). Bagi orang Ibrani “tahir” atau “suci”
terutama berarti memenuhi syarat untuk menghampiri Allah.13

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai konsep keselamatan dalam


PL adalah :Pertama, keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau
hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit,

13Williem
Dyrness, Tema-Tema Teologi Dalam Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 1992, p.132
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 54
mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran dimana ada
pergeseran arti dari ikhwal fisik ke kelepasan moral dan religius.
Keselamatan itu bersifat pribadi maupun nasional dan dunia semesta
berhubungan dengan seluruh umat manusia.
Kedua, konsep keselamatan dalam PL menyatakan bahwa
pribadi penyelamat atau subyek yang bertindak dalam keselamatan
adalah Yahweh sendiri dan atau dengan mempergunakan sarana-
sarana yang dipakaiNya untuk tujuan penyelamatan.
Pribadi Allah yang agung yaitu anugerah Allah diberikan kepada
setiap orang yang percaya kepadaNya yang sesungguhnya tidak layak
menerimanya. Iman yaitu ketergantungan kepada pribadi Allah
inilah yang juga memegang peranan penting dalam keselamatan
seseorang.
Ketiga, akibat tindakan keselamatan yang dilakukan oleh
Allah ini adalah adanya pendamaian yaitu kedudukan baru dimana
manusia dimungkinkan mengalami persekutuan yang erat dengan
Allah dalam kemuliaan dimana dosa dihapus sama sekali. Selain itu
akibat tindakan keselamatan muncul pembenaran dimana orang
berdosa dinyatakan benar sehingga menerima pengampunan dosa,
ditempatkan pada posisi yang menyenangkan hati Allah dan
dilepaskan dari kutuk Taurat. Akhirnya tindakan keselamatan
menghasilkan pengudusan yang mana manusia
dikhususkan/dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah.
Aplikasi yang dapat diambil dari konsep keselamatan dalam
PL adalah bahwa orang Kristen harus sadar dan insaf dimana manusia
mengalami keselamatan dari Allah semata-mata karena anugerah
Allah sehingga dapat berhubungan kembali dengan Allah dalam
posisi yang baru dengan tujuan untuk melayani/memuliakan Allah.
Jurnal Pistis Vol.XI Tahun 2013 I 55

Kepustakaan

Boland, B.J & G.C Van Niftrik. Dogmatika Masa Kini, Jakarta:
BPK, 2001

Doriani, Daniel. Baker Theological Dictionary of the Bible, Grand


Rapids Baker Book House, 1996.

Dyrness, Williem. Tema-Tema Teologi Dalam Perjanjian Lama,


Malang: Gandumg Mas, 1992

Marantika, C. Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani ,


Yogyakara: Iman Pres, 2002

Marsahall & Millard , J.I Packer, DJ Wiseman. New Bible


Dictionary ed 3, London: Intervasity Presss, 1996

Milne,B.A & G Walters, Penj. H.A Oppusunggu. Ensiklopedia


Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997.

Richard, Lawrence.O. Expository Dictionary of Bible Words, Grand


Rapids Michigan: Zondervan Publishing House, 1985

Ryrie,C.C. Theologia Dasar 2, Yogyakarta: Yayasan Andi, tt.

-------------, The Grace of God, Chicago: Moody Press, 1970.

Walvoord. John F. Penj Cahya R. Yesus Kristus Tuhan Kita,


Surabaya: Yakin, 1996.

Wilson, Williem. Old Testament Word Study, Grand Rapids


Michigan: Kregel Publication, 1980.

Anda mungkin juga menyukai