Anda di halaman 1dari 3

Gereja Katolik

Batasan pembahasan:
a. Apa kata Gereja Katolik ada dalam Kitab Suci ?
b. Siapa tokoh yang menggunakan istilah ini pertama kali ? Apa alasannya ?
c. Apa ada penjelasan istilah ini bisa menyebar luas dan tetap bertahan ?

Kitab Suci merupakan catatan sejarah yang paling otentik mengenai Gereja Katolik. Kitab
Suci sebagaimana digunakan sekarang merupakan terjemahan dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Latin oleh St. Hieronimus; 382-405 M. Kata Gereja dapat ditemukan pertama kali pada
Injil Matius 16:18: “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kata
Gereja yang kita gunakan sekarang merupakan terjemahan dari
 ἐκκλησία (Yunani) - Ekklisía
 ekklēsia (Latin)
 igreja (Portugis)
Semua kata tersebut menunjuk pada kata “jemaat” dalam ayat yang dikutip. Artinya, Gereja
merupakan sekumpulan orang beriman, yang dalam hal ini adalah iman kepada Kristus. Sebagai
informasi tambahan, kata gereja menunjuk pada bangunan tempat ibadah. Perbedaannya terletak
pada huruf “G” dan “g.”
Selanjutnya secara etimologis berasal dari kata sifat “καθολικός” (katholikhos) dalam
bahasa Yunani. Kata sifat ini merupakan gabungan dari kata “κατά” (kat-ah) artinya seluruh –
throughout (Inggris) dan kata “ὅλος” (holos) artinya semua atau lengkap – all (Inggris). Jadi
secara singkat, kata katholikos hendak mengungkapkan sifat menyeluruh. Dalam Perjanjian
Baru tepatnya pada Kisah Para Rasul 9:31, kata-kata tersebut (menunjuk pada kata “kat-ah” dan
kata “holos”) dapat kita temukan. Berikut perbandingan antara teks:
a. KJV: “Then had the churches rest throughout all Judaea and Galilee and Samaria,
and were edified; and walking in the fear of the Lord, and in the comfort of the Holy
Ghost, were multiplied.”
b. LAI: ”Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada
dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan.
Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.”

Kendati kedua kata “Gereja” dan “Katolik dapat ditemukan dalam Kitab Suci,
penggunaan frase “Gereja Katolik” berawal dari pembelaan iman (atau sekarang dikenal dengan
nama apologetika) St. Ignatius dari Antiokhia. Peristiwa ini terjadi pada tahun 110 M dalam
suratnya kepada jemaat di Smirna. Dalam suratnya tertulis demikian: "Wherever the bishop shall
appear, there let the multitude [of the people] also be; even as, wherever Jesus Christ is, there is
the Catholic Church." Dengan pernyataan ini, St. Ignatius membedakan kumpulan orang Kristen
dengan pengikut aliran bidaah doketisme (aliran yang menentang kemanusiaan Yesus, dalam
ajarannya disebutkan bahwa tubuh Yesus yang hadir di dunia hanyalah ilusi).
Penggunaan nama Gereja Katolik bertahan sejak saat itu dan diwariskan secara turun
temurun dalam kerangka pemahaman menyeluruh yang menunjuk pada tempat. Pemahaman itu
disempurnakan sekitar abad ke-4 oleh St. Sirilus dari Yerusalem yang mengatakan: “Church is
called Catholic not only 'because it is spread throughout the world', but also 'because it teaches
completely and without defect all the doctrines which ought to come to the knowledge of men.”
Sejalan dengan kerangka di atas, fakta Gereja Katolik sejak awal mula senantiasa
mendapat tantangan dari pihak luar. Perlu diingat pesan Yesus sendiri, yakni: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:18-20). Penyertaan-Nya di
satu sisi ditandai dengan kehadiran para Bapa Gereja. Mereka berusaha mempertahankan ajaran
iman, sedangkan di sisi lain, melalui Kaisar Konstatinus (dalam kolaborasi dengan Liicinius).
Kedua penguasa Romawi Barat dan Timur mengeluarkan “Dekrit Milan” (Februari 313 M).
“When we, Constantine Augustus and Licinius Augustus, met so happily at Milan, and
considered together all that concerned the interest and security of the State, we decided ...
to grant to Christians and to everybody the free power to follow the religion of their
choice, in order that all that is divine in the heavens may be favorable and propitious
towards all who are placed under our authority.”

Dekrit ini memberikan kebebasan beragama dan toleransi penuh kepada Kekristenan pada masa
pemerintahannya. Bahkan, lebih jauh lagi, melalui kaisar Theodosius 1, Gereja Katolik
ditempatkan sebagai agama negara. Pernyataan ini tertuang dalam “Dekrit Tesalonika” (27
Februari 380 M).
“It is our desire that all the various nations which are subject to our clemency and
moderation, should continue the profession of that religion which was delivered to the
Romans by the divine Apostle Peter, as it has been preserved by faithful tradition and
which is now professed by the Pontiff Damasus and by Peter, Bishop of Alexandria, a
man of apostolic holiness. According to the apostolic teaching and the doctrine of the
Gospel, let us believe in the one Deity of the Father, Son and Holy Spirit, in equal
majesty and in a holy Trinity. We authorize the followers of this law to assume the title
Catholic Christians; but as for the others, since in our judgment they are foolish madmen,
we decree that they shall be branded with the ignominious name of heretics, and shall not
presume to give their conventicles the name of churches. They will suffer in the first
place the chastisement of the divine condemnation, and in the second the punishment
which our authority, in accordance with the will of heaven, will decide to inflict.”

Kesimpulan:
1. Gereja Katolik dipahami sebagai: “semua orang beriman, yang tersebar di seluruh dunia,
dalam Roh Kudus berhubungan dengan anggota-anggota lain.” (LG 13)
2. Ketahanan Gereja Katolik selama kurun waktu 2000 tahun berasal dari penyertaan Roh
Kristus sendiri yang diwakili para hamba-Nya.

(disarikan dari berbagai sumber baik online maupun tertulis)

Sumber:
a. Dokumen Konsili Vatikan II
b. J.H. Srawley, The Epistles of St. Ignatius, Bishop of Antioch, vol. II,] pp. 41–42
c. J. H. Srawley (1900). "Ignatius Epistle to the Smyrnaeans".
d. Lactantius, De mortibus persecutorum 34.1–35.1, 48.1–12
e. MacDonald, William Lloyd (1962). Early Christian & Byzantine architecture. New York:
G. Braziller. p. 11 – via the Internet Archive
f. Bettenson, Henry (1967). Documents of the Christian Church. Oxford University Press
US. p. 22. ISBN 9780195012934.

(poin b,c) – St. Ignasius dari Antiokhia

(poin d,e) - Dekrit Milan

(poin f) – Dekrit Tesalonika

Anda mungkin juga menyukai