Anda di halaman 1dari 1

Iman

Batasan pembahasan:

a. Apa itu iman ?


b. Dari mana iman berasal ?
c. Apa saja sarana mengenal Allah ?

Secara etimologis kata iman berasal dari kata Yunani πίστις (pistis), yang artinya percaya
atau kepercayaan. Berdasarkan pencarian melalui sistem Alkitab Elektronik, kata-kata πίστις
dimuat 322 ayat. Salah satu contohnya adalah:

Mat 6:30: “Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan
besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang
yang kurang percaya ?

St. Yohanes Paulus II melalui Katekismus Gereja Katolik menjelaskan lebih lengkap.
“Kepercayaan adalah jawaban manusia kepada Allah yang mewahyukan dan memberikan Diri
kepada manusia dan dengan demikian memberikan kepenuhan sinar kepada dia yang sedang
mencari arti terakhir kehidupannya.” Allah mempergunakan dunia dan pribadi manusia itu
sendiri sebagai sarana pewahyuan Diri-Nya (KGK 32). “Dengan wahyu itu Allah yang tidak
kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai
sahabat-sahabat-Nya (lih. Kel 33:11; Yoh 15:14-15), dan bergaul dengan mereka (lih. Bar
3:38), untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut
mereka didalamnya.” (DV 2)
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk religius (KGK 28) karena di dalam diri
manusia tertanam kerinduan akan Allah (KGK 27). Maka tidak mengherankan dalam
perkembangan peradaban dunia, sejarah menunjukkan banyak cara pengungkapan kerinduan
tersebut (doa, upacara korban, meditasi). Cara pengungkapan ini mengantar manusia terhadap
satu realitas, yang adalah sebab pertama dan tujuan akhir dari segala-galanya, dan realitas ini
“dinamakan Allah semua orang.” (St. Thomas Aquinas, S.Th. 1,2,3).

Sejalan dengan penjelasan di atas, Santo Agustinus mengatakan: “Tanyakanlah


keindahan bumi, tanyakanlah keindahan samudera, tanyakanlah keindahan udara yang
menyebarluas … tanyakanlah semua benda. Semuanya akan menjawab kepadamu: Lihatlah
betapa indahnya kami. Keindahan mereka adalah satu pengakuan. Siapakah yang menciptakan
benda-benda yang berubah, kalau bukan Yang Indah, Yang Tidak Dapat Berubah.” (Serm 241,
2)

Uraian di atas menegaskan bahwa, iman pertama-tama merupakan usaha Allah. Usaha
Allah tersebut memerlukan tanggapan dari pihak manusia. Tanggapan ini beritik tolak dari
ciptaan. Ciptaan (dunia dan pribadi manusia) merupakan cerminan kesempurnaan Allah sendiri.

Anda mungkin juga menyukai