Anda di halaman 1dari 50

DIKTAT KULIAH

TEOLOGI SISTEMATIKA I

Disusun oleh
Dr. Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K., M.Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
2022
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Ajaran tentang Kristus

1. Arti Istilah: Kristos – Logia = Ilmu yang membahas tentang Kristus.


2. Mengapa Kekristenan? Kristus bukan saja tokoh agama dengan pribadi yang
bagus. Seorang penulis yang dipakai Tuhan pernah menulis: “Pribadi Budha
bukan inti ajaran agama Budha, pribadi Muhamad bukan inti ajaran Islam, tetapi
segala sesuatu tentang kekristenan ditentukan oleh pribadi dan pekejaan Kristus.”
(Paul E. Litle, Kutahu yang Kupercaya, Bandung: Kalam Hidup, hlm 41). Maka
mengerti secara baik dan tepat penyataan yang berbunyi “kekristenan ditentukan
oleh pribadi dan pekerjaan Kristus’ hal yang sekecil-kecil apapun ditentukan
Kristus. Jadi, inti kekristenan di tentukan oleh pribadi dan pekerjaan Kristus.
3. Apa Dasar Kehidupan Rohani Orang Kristen? Ajaran kekristenan adalah
mengenai Kristus. Kristuslah asal mula kekristenan, hingga kerohanian (spiritual
life) orang Kristen adalah bersumber dari Kristus.
4. Doktrin Kristologi adalah jawaban atas pertanyaan Yesus sendiri yang tertulis “ .
. . tetapi apa katamu, Siapakah Aku ini? (Mat. 16:15). Jika salah jawabannya,
berarti fatal, untuk menemukan jawaban yang tepat penuh dengan pergumulan dan
bersejarah.

B. Tinjauan Sejarah

Alkitab menyebutkan bahwa Yesus adalah orang Yahudi yang berasal dari sebuah
dusun yang bernama Nazaret (Kis.10:37), yang terletak di propinsi Galilea, tanah Palestina
(Mrk.1:9). Pekerjaan-Nya adalah Tukang kayu (Mrk.6:3). Jika dipergunakan istilah sekarang,
Ia berasal dari kalangan menengah ke bawah. Dengan penampilan-Nya, khususnya dari segi
pengajaran yang diberikan dihadapan orang banyak, mengherankan, sehingga mereka
berkomentar dengan mengatakan, ”Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan
demikian tanpa belajar (Yoh.7:15). Pengetahuan yang dimiliki, membuktikan dan
menjelaskan bahwa masa kanak-kanak, remaja, pemuda-Nya tidak dilalui dengan sia-sia,
tetapi dipakai untuk menuntut ilmu dengan baik.

2
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Pada usianya yang ke-30 (Luk.3:23), Ia memulai pekerjaan dengan pergi ke mana-mana
memberitakan tentang kabar kesukaan (Injil) Kerajaan sorga. Pada umumnya pekerjaan-
pekerjaan Injil ditolak oleh orang-orang Yahudi dengan menuduh-Nya apa yang disampaikan
sebagai hujatan, karena Yesus bertindak sebagai Allah untuk mengampuni dosa (Mrk.2:6-7);
menyamakan diri-Nya dengan Bapa (Yoh .5 18;10:31-33); menyebutkan keberadaan diri-Nya
sebelum Abraham (Yoh.8:58-59) dan lain-lain.
Pada akhirnya dengan tangan Yudas Iskariot, orang Yahudi berhasil menangkap, mengadili,
dan melalui tangan Pilatus sebagai gubernur dan hakim waktu itu, mereka berhasil
menyalibkan Dia. Yesus mati karna disalib, dikuburkan, tetapi pada hari ketiga, bangkit dari
kematian. Setelah bangkit dari kematian, Ia berkali-kali menyatakan diri, baik kepada para
murid, demikian pula kepada para pengikut-Nya (1 Kor.15:4-6).
Pada hari yang keempat puluh, naik ke sorga dengan disaksikan oleh para murid dan para
pengikut-Nya. Dan Ia memberi jani-Nya dan diperkuat pula dengan perkataan yang
diucapkan malaikat dengan menyebutkan, ”...Yesus ini, yang terangkat ke surga
meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia
naik ke sorga”(Kis.1:9-11).
Pada akhir abad 19 Sekolah tinggi teologi liberal banyak bermunculan khususnya di
Jerman. Teologi liberal dikenal dengan kritik tajamnya / kritik tinggi, sebab pandangan
mereka betumpu pada logika/akal dan bukan iman. Dari abad pertama hingga abad ke 19
bahkan sampai di masa kini, usaha pengaburan antara keilahian dan kemanusiaan Yesus terus
dilakukan, bahkan liberal berusaha untuk memisahkan antara keduanya. Bagi kaum liberal
segala sesuatu yang berhubungan dengan keilahian Yesus, adalah sebuah kebohongan atau
mitos. Pekerjaan mujizat juga dianggap sebagai legenda saja.
Ada beberapa agama besar di dunia misalnya; Hindu, Budha, Yahudi, Kristen, Islam
dan beberapa sekte lainya sependapat bahwa Yesus adalah tokoh besar yang pernah ada
dalam sejarah dunia khususnya di bidang keagamaan. Sejarah ini bukan saja disaksikan oleh
ALkitab seperti yang tertulis dalam Lukas pasal 2 dan 3, tetapi para sejarahwan kafirpun turut
meliputnya dalam sejarah yang nyata, misalnya :
• Korespondensi antara Kaisar Trajan (98 – 117 M) dan Poliny sejarahwan yang
memadukan sejarah Perjanjian Baru termasuk penganiayaan orang Kristen di bawah
Kaisar Nero.
• Tacitus dalam Annalis-nya (115 M), menyebut bahwa Kristus disalibkan dibawah
pemerintahan Pontius Pilatus dan memberikan uraian yang rinci tentang penganiayaan
yang dilakukan oleh Nero.

3
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

• Flavius Josephus, sejarahwan Yahudi abad pertama menyebut Yesus dan Yohanes
dalam berbagai tulisannya dan mengakui keberadaan Perjanjian Baru dengan segala
berita yang ada di dalamnya.

Para tokoh Kristen abad pertama juga banyak menyinggung tentang Yesus dalam tulisannya
seperti : Barnabas (70), Hermas (95), Policarpus-seorang murid Yohanes (70-156), Ignatius
(70-110) seorang Bishop Antiokhia, dikutip dari 16 kitab PB, Ireneus seorang Bishop Lyons
abad kedua yang membuat 1.819 rujukan kepada kitab PB, Tertulianus (160-220) yang
mengutip PB sebanyak 7.258 kali, sehingga ia menjadi Bapak Apologis abad pertama dan
kedua yang menulis secara luas tentang Yesus dan kekristenan. Ringkasnya adalah bahwa
Yesus Kristus adalah sosok sejarah dengan segala dokumen pendukung baik secara internal
maupun eksternal. Allah membiarkan tiga unsure penting di bumi menjelaskan hal ini yaitu :
Roh Kudus, Alkitab dan Gereja. 1 Yoh. 5 : 8 berkata ada tiga yang memberi kesaksian di
bumi yaitu : Roh dan Air dan Darah.

Apologis Kristen abad ke tiga yang cukup terkenal Anthanasius, memadukan sebuah
argument yang sederhana, jelas dan tepat dalam mendukung Injil Yesus Kristus. Karyanya :
On the Incarnation adalah merupakan usaha sistematik pertama di tingkat Kristologi,
serangkaian pengajaran pada kelahiran, hidup, kematian, kebangkitan dan pemerintahan
sorgawi dan kedatangan Kristus yang kedua kali.
Setidaknya ada tujuh garis besar dari pengajaran Kristologi sejak Anthanasius antara
lain :
1. Inkarnasi : dua sifat yaitu seratus persen Tuhan dan seratus persen manusia, ini
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sosok Kristus. Sifat
kemanusiaanNya yang penuh didukung oleh beberpa ayat seperti : Yoh. 8:40, 1Tim.
2:5, Ibrani 2:14. – KeilahianNya di dukung oleh : Yoh. 1:1-3, 10, 30, Ibr. 1:10-12,
Rm 9:5, Kol. 2:9. Dll.
2. Kenosis : pada masa penjelmaan Kristus tidak hanya menyediakan tempat bagi Allah
dan posisinya sebagai penguasa, tetapi juga menggunakan atribut keilahianNya.
Yesus memperlihatkan bahwa Ia tidak menggunakan kemahatahuanNya (Mat. 24:36),
Omnipotensi atau kemampuanNya (Mark. 6:5) omnipresensi (Yoh. 4:4), kebenaran
(Ibrn. 4:15, 9:14), keadilan (Yoh. 5:30), dan immoralitas (1 kor. 15:3). Skriptur utama
untuk Kenosis adalah Filipi 2:6,7. Yesus tidak menonjolkan kesamaanNya dengan
Allah, tetapi lebih dari pada mengosongkan diriNya sendiri dari hak-hak

4
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

keilahianNya. Yesus tidak melakukan sesuatu untuk diriNya, tetapi Bapa menyatakan
kepadanya pekerjaanNya (Yoh. 14:28). Yesus telah hidup seperti kita dalam segala
hal. Yesus hidup dalam kehidupan yang suci dan dengan cara yang sama
diberikanNya kepada kita melalui ketergantungan pada Allah dan kuasa Roh Kudus
(Yoh. 14:10-17).
3. Turun : diantara kematian dan kebangkitanNya, Yesus mengunjungi tempat penantian
kematian (Hades, Sheol, atau dunia orang mati). Disana Kristus memproklamirkan
kemenanganNya dan penyelamatan bagi orang-orang yang mati dalam Tuhan di masa
Perjanjian Lama (1 Pet. 4:6). Dia menyatakan penghakiman kepada orang-orang yang
tidak percaya di zaman Nuh (1 ptr. 3:19).
4. KebangkitanNya : Kristus secara badaniah bangkit dari kematian, dibuktikan dengan
kubur yang kosonng
5. Kenaikan : tubuh Kristus yang sudah dibangkitkan secara harafiah naik ke sorga dan
dia duduk disebelah kanan Allah Bapa.
6. Duduk : Kristus duduk di sebelah kanan Allah, menjadi perantara orang percaya dan
memimpin gereja samapai abad ini.
7. KedatanganNya yang kedua kali : Kristus secara fisik akan kembali ke bumi untuk
memerintah, akan turun secara badaniah dari langit (kis. 1:9-11). Dia akan
memerintah orang-orang suci yang sudah dibangkitkan.

Kritik tentang keilahian dan kemanusiaan Yesus bukanlah kritik yang baru muncul,
sejak Yesus ada di dalam dunia kritik ini muncul dari tengah-tengah orang Yahudi yang
menolak Yesus sebagai Allah, bahkan mereka menentang habis-habisan pelayanan yang
dilakukan oleh Yesus. Kristologi adalah teologi yang berhubungan dengan Kristus, Anak
Allah, sebagai pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus. Pada abad pertama hingga abad
ke lima, gereja hampir tak menemukan satu formula yang lengkap tentang sifat Kristus.
Perdebatan ini akhirnya memunculkan bidat-bidat. Ada yang menolak keilahian Kristus dan
menerima kemanusiaanNya, tetapi ada juga yang berpandangan sebaliknya.
Oleh karena perbedaan pendapat yang semakin tajam diantara orang percaya, maka pada
akhirnya dibuat Konsili (sidang sejagad) untuk merumuskan kebenaran iman Kristen sesuai
dengan Alkitab. Sehubungan dengan Kristologi kita mengenal konsili Nicea tahun 325,
Koncili Konstatinopel tahun 397, konsili Chalecedon tahun 451.

5
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

C. Bidat-Bidat Kristologi Dalam Sejarah


Sejak munculnya suatu komunitas yang hingga melembaga itu dan komunitas yang
disebut agama Kristen ini mendominasi dan memiliki fakta-fakta dalam sejarah (Gal. 4:4).
Bermula, meluas dan bertahan dengan secara ajaib pula, (Kisah 2 – 9). Meskipun terjadi
tekanan, hambatan dan penganiaaan kepada para pemeluknya, bukan hanya tetap eksis dan
merambat (meluas), tetapi ajaran kisah kasih yang sangat rahasia ini selalu, setiap saat dan
oleh setiap generasi berusaha menghindari dan mengecap pengaruh-pengaruh ajaran sumbang
yang cenderung merembesinya. Sehingga tetap fundamental, conserpativ dan atau alkitabiah.
Dalam hal mempertahankan ajaran yang alkitabiah itu sejarahnya telah melalui perdebatan-
perdebatan, ini terjadi karena memang doktrin Kristologi mengandung makna-makna ilahi
yang sangat rahasia. Sejarah pergumulan iman mengenai pribadi Kristus, abad I s/d V AD.

Bidat-Bidat Abad Pertama


1. Nomianisme - adalah sekelompok orang Kristen Yahudi yang selalu menerapkan
ajaran-ajaran hukum taurat di dalam kehidupannya. Golongan ini tidak terang-terangan
menyangkal iman dalam Kristus Yesus, namun percaya Kristus saja tidak cukup dan
harus ditambah oleh praktek hukum Taurat.
2. Asketisme - muncul bersamaan dengan nomianisme, berpandangan latihan-latihan untuk
berpantangan dengan makanan dan keinginan, Kristus tanpa pengekangan diri terhadap
makanan dan keinginan menjadi sia-sia.
3. Anti-Resureksionisme – Paham ini menentang kebangkitan dan tidak percaya dengan
kebangkitan Kristus. Rasul Paulus menyebut bidat ini dalam surat pertamanya kepada
jemaat di Korintus dan juga kepada Timotius (1 Kor. 15:12-13).
4. Gnostisisme – akhir dari masa rasul-rasul muncul bidat yang sangat membahayakan isi
iman Kristen pada abad pertama dan kedua bahkan abad ketiga. Kelompok ini sangat
menetang pengajaran rasul Yohanes, bahkan Yohanes menyebut kelompok ini sebagai
antikristus (1 Yoh. 2:18-23). Faham Gnostisisme mengakui Yesus sebagai pernyataan
dari wahyu Allah yang maha tinggi tetapi menolak Yesus sebagai Firman yang menjadi
manusia. Karena bagi mereka dunia materi ini adalah jahat, sebab itu kehadiran Yesus
dalam dunia hanya kayalan saja, bukan benar-benar menjadi manusia sejati. Dengan
pengertian yang lain kelompok ini mengakui Yesus sebagai isu dari iman kepercayaan,
tetapi bukan Yesus dalam sejarah.

6
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Bidat-Bidat Abad Kedua-Ketiga


1. Aliran Ebionisme. Permulaan abad pertama (107 M), aliran Ebionisme yang
menyangkal keilahian Kristus. Mereka menganggap bahwa Kristus adalah manusia biasa,
tetapi memiliki hubungan istimewa dengan Allah, terutama sejak Yesus Kristus di baptis.
Dan mereka percaya bahwa walaupun ia manusia biasa namun yang dipenuhi Roh Kudus.
Golongan ini adalah mereka yang berasal dari Kristen Yahudi, mengangap bahwa
kelahiran adalah penggenapan atas hukum Torat secara demikian sehinnga Allah memilih
Dia untuk menjadi Messias, dilahirkan sebagai putra Yusuf dan Maria. Kelopompok ini
menolak realita sifat ilahi, sifat ilahi Kristus tidak asli, hanya dianggap riil tetapi kurang
sejati.
2. Marsionisme – bidat ini muncul pada pertengahan abad kedua, pimpinannya adalah
Marcion yang cukup terkenal dikalangan gereja abad kedua. Faham ini berkata bahwa
Allah Perjanjian Lama itu kurang sempurna, kurang mulia dan kurang cakap bahkan
cenderung jahat. Ia bermaksud utk memerintah secara adil, tetapi justru itu Ia menjadi
bengis dan keras, hal ini dibuktikan dengan memberi hukum Taurat yang tidak mungkin
dilaksanakan dengan sempurna oleh manusia. Ditengah keadaan demikian Yesus Kristus
datang, diutus oleh Allah yang tidak dikenal (bukan diutus oleh Allah PL), Ia memerintah
dengan lebih indah dan agung Ia memberi keadilan dan keselamatan. Keselamatan
menurut kelompok ini didapat dengan menyangkal Allah PL dan menyerahkan hidup
kepada Allah yang mengutus Yesus Kristus serta hidup menjauhkan diri dari kedagingan,
harus menahan diri dari hawa nafsu, dan minuman keras. Marsionisme menolak tentang
kebangkitan dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
3. Nazarenisme – sebetulnya ini istilah ejekan yang dialamatkan kepada gereja, tetapi justru
dipakai oleh golongan ini sbg nama. Menerima anugerah dan iman dalam Yesus Kristus,
tetapi kemudian harus ditambah dgn hukum taurat khususnya hukum tentang sunat.
Memelihara sabat dan menolak keputusan sidang para rasul dlm KPR 15 :1-21. Walau
mengakui Yesus sgb anak Allah, dilahirkan oleh anak dara, menderita, mati dan
dikuburkan dan bangkit pada hari yg ketiga, tetapi mereka menolak sifat-sifat ilahi Yesus
Kristus. Alkitab yang diterima golongan ini hanya PL dan menolak PB kecuali Injil
Matius. Mereka menitik beratkan tata ibadah yang bersifat tradisi dan lahiriah.

Bidat-Bidat Abad Keempat –Kelima


1. Arianisme: (Sidang Nicea 325 AD). Yaitu golongan yang berpendapat bahwa sifat ilahi
Yesus Kristus tidak sempurna atau komplit atau utuh. Mereka berpendapat bahwa Kristus

7
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

merupakan manusia biasa sampai saat pembaptisanNya. Sesudah itu baru ada padanya
sifat Ilahi sampai Ia disalibkan. Pembaptisan – Golgota. Yang lahir di Betlehem seorang
manusia biasa yang terpilih. Disaat itu jiwa logos datang keatasnya, tapi sebelumnya sifat
itu tidak ada. Menjelang penyalibanNya, jiwa Ilahi meninggalkan Dia. Yang terpaku
hanya manusia biasa. Jadi sifat Ilahi hanya antara jangka waktu pembaptisan dan
penyaliban. Ini adalah pengaruh ajaran Unitarianisme, oleh seorang tokoh yang bernama
Arius. Kristus memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada Bapa. Kristus tidak setara
dengan Bapa. Ini juga artinya Yesus diciptakan dan dan Bapa Pencipta. Kristus diciptakan
lebih tinggi daripada semua ciptaan lain. Kekekalan Yesus tidak berada dengan
sendirinya.
2. Appolinarians: Sifat manusianya yang ada pada Yesus itu kurang sempurna hal ini
cenderung pada penjelasan bahwa sifat manusia merupakan pengaruh manusia saja.
Misalnya unsur ingatan dan cara berpikir hampir sama dengan manusia, tapi tidak
komplit karena yang ada hanyalah unsur-unsur atau pengaruh-pengaruh manusia saja.
Golongan ini dikutuk pada tahun 381 AD pada Sidang Konstamtinopel, karena sangat
dipengaruhi oleh Filsafat Yunani. Appolinarius mengajarkan bahwa “Kristus mempunyai
tubuh dan jiwa yang sebenarnya dan bahwa di dalam Dia, tempat yang tersedia untuk
pikiran atau roh manusia itu ditempat oleh wujud illahi-Nya.” Tetapi, jika sendainya ini
benar maka ini berarti Yesus tidak sepenuhnya manusia, maka ia tidak dicobai dalam
segala segi sebagaimana yang kita alami.
3. Nestorians: Pada abad ke V teori Nestorius begitu menekankan perbedaan antara kedua
tabiat Kristus. Pendapatnya bahwa kedua sifat itu (Allah-manusia) tidak disatukan.
Seoloh-olah dua orang dalam satu orang. Dalam Yesus Kristus menurut Nestorius jiwa
Yesus = jiwa manusia dan Kristus = jiwa Allah. Jadi dua jiwa komplit tapi tak disatukan.
Ia beranggapan bahwa persatuan ini hanya bersifat moral dan bukan persatuan yang
bersifat organis. Aliran ini percaya bahwa di dalam satu satu tubuh terdapat dua tabiat dan
dua pribadi, bukan dua tabiat di dalam pribadi. (Baca Runtut Pijar pen. BPK hal 47, oleh:
Tony Lane).
4. Docetisme : Yaitu golongan yang berpendapat bahwa tubuh jasmani Yesus tidak riil.
Tubuh Yesus hanya suatu anggapan saja. Mereka menolak kenyataan bahwa Yesus
mempunyai tubuh manusia. Daging, tulang dan darahNya tak sama dalam kwalitas dan
unsur-unsurnya dengan tubuh manusia. Ia tidak merasa lapar dan haus. Kesimpulan
mereka Yesus tidak menderita dan mati. Kehidupan Yesus di dunia ini hanya suatu ilusi.

8
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Jelas-jelas ini pandangan gnostik, yang sifatnya spiritual atau yang baik tidak mungkin
bersatu dengan yang jahat (iblis). Docetic = bhs Yun. doceo “seem (kelihatannya)”
5. Eutychians - Golongan lain yang berpendapat bahwa pada Yesus ada dua sifat yang
sejati dan komplit tapi sudah dicampurkan sampai sudah mengurangi tiap-tiap sifat yang
asli, yaitu bahwa mutunya hilang dari keduanya atau salah satu. Pendapat ini oleh seorang
tokoh sejarah bernama Eutychus, menolak perbedaan dan konsistensi. Tabiat illahi dan
insali melebur (bercampur) menjadi satu menghasilkan tabiat ketiga yang lain yang chas
ada pada Kristus. Pada Sidang Kalsedon 457, aliran kelompok ini dianggap bidat dan
sesat.

A. Orthodox: Teori yang dianggap benar satu oknum dua sifat.


• Paham Christologia Orthodox. Kristus adalah satu oknum dengan 2 sifat.

Dua sifat pada teori Orthodox bukan dua jiwa, tapi jiwa itu bersifat dua. Satu oknum –
satu jiwa – dua sifat. Dalam faham Hinduisme, jiwa dan tubuh tak terikat erat. Tubuh hanya
satu pinjaman dalam proses reinkarnasi.

A. Dua Konsili penting. (1) Nicea 325 – AD, (2) Chalecedonia – 451 A.D.
a. Dalam konsili Nicea, Kaisar Constantine hadir dan berceramah berlangsung dua
bulan. Lebih dari dua ribu orang Kristen ikut dalamnya. Lebih dari tiga ratus
Uskup. Arianisme ditolaknya dan diputuskan teori Orthodox dianggap benar:
Bahwa Kristus adalah sungguh-sungguh Allah, sehakekat dengan Bapa, dan
sungguh-sungguh manusia yang dilahirkan dari anak dara Maria, dan sungguh-
sungguh menderita sengsara dan mati, serta yang bangkit dari antara orang mati.
b. Konsili Khalsedon, diadakan 126 tahun kemudian dari Nicea (451 A.D). Dalam
konsili ini, diputuskan bahwa, Yesus Kristus adalah benar-benar Allah dan benar-
benar manusia. Ke-Alahan-Nya sehakekat dengan Bapa dan kemanusiaan-Nya
sehakekat dengan kita, Ke-Allahan dan kemanusiaanynya tidak tercampur dan tidak
terubah, tidak terbagi dan tidak terpisah. Masing-masing dalam kesatuannya itu
tetap memiliki keistimewaannya sendiri.
c. Rumusan Ortodox selengkapnya (451). Konsili Khalsedon 451, telah menetapkan
pandangan gereja yang resmi rumusan dua sifat Kristus.
sbb: Yesus Kristus adalah satu, tetapi meiliki dua sifat, yaitu yang illahi dan
manusiawi. Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati, terdiri atas tubuh dan jiwa

9
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

yang rasional. Ia sehakekat dengan Bapa dalam ke-Allahan-Nya dan sehakekat


dengan manusia dalam kemanusiaan-Nya, kecuali dosa. Dalam ke-Alahan-Nya Ia
sudah ada bersama-sama dengan Bapa sebelum dunia dijadikan, dan dalam
kemanusiaan-Nya Ia lahir dari perawan Maria. Perbedaan antara dua tabiat tersebut
tidak berkurang ketika dipersatukan, namun keistimewaan masing-masing kedua
tabiat itu tetap terpelihara sekalipun disatukan di dalam diri Yesus Kristus. Yesus
tidak terbagi menjadi dua pribadi; Ia adalah satu pribadi yaitu Anak Allah.
(Thiessen, Systematic Theology).
d. Konsili Kalsedon (451). Tritunggal yaitu Allah Bapa bersifat tiga oknum, ajaran yang
sifatnya menyangkal Tritunggal adalah bidat atau sesat sebab mereka menganggap
Alkitab adalah buku biasa saja. “Penjelasan Tritunggal memang sulit dijabarakan,
tetapi menolak kebenaran ini berarti bersalah dalam segala sesuatu dalam teologia.”

Dampak Apologi
Dalam runtut sejarah menemukan rumusan doktrin Kristus (Kristologi) dalam agama
Kristen. Hal ini jelas pada rumusan Pengakuan Iman Rasuli (Kredo). “Kredo ini mungkin
sudah ada sejak abad ke- 2. Sepanjang sejarah perkembangannya berkali-kali ia ditambah
dengan bagian-bagian baru dan susunan kalimatnya diubah sedikit-sedikit. Versi zaman kita
ini berasal dari abad ke-6, atau ke-7. . .” (Lane, Tony. Runtut Pijar, hlm. 53)
Kutipan Teks Pengakuan Iman Rasuli:
Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik laggit dan bumi. Dan kepada
Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh
Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius
Pilatus, disalipkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari
yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan
Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana, untuk menghakimi orang
yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus; gereja yang kudus dan am;
persekutuan orang-orang kudus; pengampunan dosa; kebangkitan daging; dan hidup
yang kekal.
Jika diperhatikan seluruh rumusan Pengakuan Iman Rasuli tersebut kurang lebih 2/3
berkenaan dengan pribadi Tuhan Yesus.

10
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Kesimpulan:
1. Doktrin, kehidupan rohani dan semua jawaban kekristenan berpusat dan ditentukan
oleh Kristus.
2. Pembahasan Kristologi tidak lepas dari pembahasan Soteriology dan Tritunggal, maka
pemahaman secara teologis keseluruhan harus tuntas pula.
3. Jika menyentuh teologi, pembahasan Kristologi tidak boleh dimengerti sebagai suatu
ilmu sitematika dalam teori semata, tetapi haruslah pula menerimanya dengan iman
dan akal budi yang telah diterangi Allah di dalam Yesus Kristus.
4. Kebenaran tentang Kristus, telah terbukti dan teruji oleh sejarah. Dan pembahasan
ilmiah berdasarkan Alkitab diperlukan tetapi tidak menentukan apa benar atau
tidaknya tujuan Kristus oleh Allah bagi dunia.
5. Hingga saat ini rumusan Ortodox bukan hanya tetap bertahan, tetapi para
pengikutnya memiliki sikap fundamentalis sebab keyakinan ini. Dan ia tetap
merambat baik secara dahsyat maupun secara perlahan.

11
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

BAB II
KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Keilahian Kristus, membicarakan pokok-pokok yang berkaitan dengan ke-Allahan-


Nya. Pokok-pokok tersebut masing-masing: Pra-Eksistensi dan Pra-Inkarnasi, sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki Kristus dan menonjolkan keilahian, Pekerjaan Allah yang
dilakukan-Nya, nama-nama yang disandang berhubungan dengan keilahian, dan
Inkarnasi.

A. Pra-Eksistensi Kristus
Pra-eksistensi Kristus artinya bahwa Ia telah ada sebelum dilahirkan dan sebelum
segala sesuatunya.
1. Ia telah ada sebelum penciptaan dan sebelum adanya waktu.
2. Sebelum segala sesuatu ada (awal dari ruang) yang ada dahulu disebut Pra-
Eksistensi.
3. Dia yang tanpa awal dan akhir disebut Pra-Eksistensi.

1. Dalam arti sempit, Pra-eksistensi tidak sama dengan kekekalan. Dalam arti luas
konsep keduanya (kekalan dan pra-eksistensi adalah sama.
2. Pentingnya Pra-Eksistensi, berikut ini pernyataan seorang teolog terkenal:
a. Berkaitan dengan kelahiran-Nya. Jika Kristus menjadi ada ketika dilahirkan,
maka tak ada Tritunggal yang kekal.
b. Berkaitan dengan Ke-Allahan-Nya. Jika Kristus tidak pernah ada sebelumnya,
maka Ia bukanlah Allah, padahal salah satu gelar-Nya ialah “Allah adalah
kekal” adanya.
c. Suatu kebohongan. Jika Kristus tidak pernah ada sebelumnya, maka Ia
berbohong.

B. Penjelasan Pra-Eksistensi Kristus


a. Yohanes 1:1 Istilah Pada mulanya (bhs Yun. anarche), tanpa artikel karena
ditafsirkan tidak ada suatu titik tertentu sebagai permulaan logos logos. Jadi
akal kita tidak mungkin meraih alam itu dikekekalan masa lampu. Ternyata
logos ini lebih tua dari dunia, tetapi juga tidak perpangkal/awal. Bandingkan
Kej. 1:1, “Pada mulanya Allah . . . .”

12
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

b. Adalah (bhs. Yun en) kata kerja perpect to be. Hal ini menunjukkan keberadaan
di masa lampau tetapi tak terhenti pada suatu titik. Melainkan merupakan
eksistensi yang kontinyu (kontinued excistenze). Karena itu eksistensi logos itu
bukan saja tidak ada titik mula, tetapi juga tidak ada titik akhir.
c. “Bersama dengan Allah” (pros) kata ini dalam bahasa Yun. Seharusnya
diterjemahkan berhadap-hadapan (face to fase) atau muka bertatap muka yang
menunjukkan adanya persatuan antara kedua pribadi itu dan bukannya sekedar
persahabatan. Communion adalah bukannya companionship. Tetapi theos dan
logos di sini memakai artikel, (the word was God) Jadi kebersatuan itu memiliki
kepribadian yang definitif.
d. Kata teos dalam ayat pertama bagian kedua, tidak memiliki artikel, maka artinya
bahwa Firman dan Allah itu satu zat, keilahian-Nya satu dan sama. Firman itu
Allah adanya.
e. Injil Yohanes 8:58, ayat ini sebagai puncak dari penyataan Yesus perihal diri-
Nya yang dimulai dari Yoh. 8:12. Ada pengulangan “I am” atau Akulah – Aku
ada, yang dalam bahasa Yunaninya yaitu eimi. Pemakaian ini selain
menyatakan bahwa Yesus selalu ada dan tidak pernah tidak ada (kekal), Ia juga
menunjukkan hubungan Yesus Kristus dengan Allah dalam Perjanjian Lama
atau Yahweh ( YHW).
f. Kolose 1: 15 – 17. Istilah “buah sulung” (prototokos), berarti yang utama dalam
kedudukan-Nya, dibandingkan dengan segala yang lain yang diciptakan-Nya.
Berarti hal ini ada hubungan dengan kelahiran-Nya. Kol. 1:15, untuk
menyatakan adanya hubungan kekal (eternal relationship); Kol. 1:18, dan Wah.
1:15, menunjukkan keutamaan-Nya; Roma 8:29, menunjukkan hubungan-Nya
dengan Gereja.
g. Berdasarkan penjelasan di atas Pra-eksistensi adalah Kristus sudah ada di
kekekalan masa lampau sebelum Ia dilahirkan sebab istilah yang dipakai bagi
nubuatan kelahiran Ia adalah Bapa yang kekal , Allah Yang Perkasa, (Mikha
5:1; Yes. 9:5), pemahaman bahwa sebelum berinkasnasi memang Dia adalah
Allah. Pada mulanya menunjuk kekekalan di masa lampau, kata bersama-sama
dengan Allah (Yoh. 1:1) menjelaskan Ia kekal sama dengan Allah, maka itu Ia
adalah Allah. Kata eimi (selalu ada) (Yoh. 5:8) menjelaskan bahwa Yesus tidak
pernah tidak ada.

13
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

C. Pra-Inkarnasi Kristus
1. Mika 5:1, Nubuatan kelahiran Mesias di Betlehem. Nabi Mikha menekankan bahwa
bayi itu permulaan-Nya sudah ada “sejak purbakala” (whose going forth have been
from of old), dan “sejak dahulu kala” (from everlasting). Ungkapan ini
mengandung pengertian waktu yang tak terbatas. Pengulangan penekanan
menekankan kebenaran waktu tak terbatas (from everlasting), (bdgk Hab. 1:12).

2. Yes. 9:5.
a. “Bapa yang kekal”, banyak penafsir melihat ini menunjuk pada Kristus selalu
sebagai Bapa atas umat-Nya. Nats yang merupakan suatu nubuatan yang luar
biasa tentang inkarnasi Allah.
b. “Ajaib” (wonder) berasal dari istilah “peleh” yang berarti suatu rahasia
besar.“Penasihat” (Counselor), dari kata “YOETZ” yang artinya seseorang yang
memiliki hikmat dan kemampuan dan kemampuan ilahi untuk menilai dan
meneropong, menembusi peristiwa-peristiwa yang ada sehingga melihat
kehendak Allah dan penerapannya.
c. “Allah yang perkasa” (Mighty God) berasal dari kata “El-Gibbor”. El: berasal
dari kata elohim dan menujukkan hakekat pribadiNya (sifat-sifat ilahiNya) dan
selalu dipakai sebagai nama Allah. Ia Mesias yang akan datang dianggap
sebagai Allah manusia yang perkasa. (081353038461 / 08127045817
d. “Bapa yang kekal” (Everlasting Father). Istilah Ibraninya ABI – AD.
Seharusnya lebih tepat dikatakan Bapa, pemilik kekekalan. Namun yang
dibicarakan disini adalah Mesias yang akan datang yaitu pribadi kedua
Tritunggal. Ia menguasai jaman. DaripadaNya waktu menjadi kenyataan.
e. “Raja Damai” (Prince of Peace). Bahasa Ibraninya SHALOM. Istilah ini juga
dipakai dalam, Zach. 9:10; kol. 1:20; Ef.2:14. Hal ini menyatakan bahwa
Mesias yang akan datang itu ialah raja Damai.

3. Ia terlibat dalam penciptaan segala sesuatu, (Yoh. 1:3; Kol. 1:16; Ibr. 1:2),
menyatakan kuasa-Nya mampu menciptakan segala sesuatu dan Ia Pencipta.
Tujuannya: semua diciptakan untuk-Nya, (Kol. 1:16) berarti untuk mencapai tujuan
akhir-Nya dalam penciptaan, untuk mencapai maksud-masud-Nya. Kontinyuitas.
(Kol. 1:17) Kini Ia memeliharan ciptaan-Nya, karena segala sesuatu ada di dalam Dia.
Maka hal ini menyatakan kehadiran-Nya (terus menerus memelihara ciptaan-Nya).

14
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

4. Jati Diri selaku Malaekat Tuhan. Pekerjaannya dalam Perjanjian Lama pemakaian
istilah “Malaekat Tuhan”, terjemahan dari Yahweh. Maka Malaekat Tuhan (Yahweh)
adalah suatu penyataan diri Yahweh sendiri, karena Ia berbicara selaku Allah,
menyamakan diri-Nya sendiri dengan Allah dan menyatakan milik, hak istimwa
Allah.
5. Bukti-bukti dari Alkitab penampakan Yesus dalam PL atau disebut Antropomorfe) –
Malaikat Tuhan (Yahwe) : Kej. 16:7-14; 18: 2, 8, 10, 33., Kej. 19:1., 21:17-18;
22:11-18; 31:11-13, Kel. 3:2, Hak. 2:1-4; 5:23; 6:11-22; 13:3-22; 2 Sam. 24:16; Zak.
1:12; 3:1; 12:8).

a. Namun demikian Ia dibedakan dari Yahweh (Kej. 24:7; Zak. 1: 12-13).


b. Bahwa Ia adalah salah satu dari pribadi Tritunggal, dinyatakan oleh fakta bahwa
penampilan-penampilan Malaekat Yahweh menemani Israel ketika mereka
meninggalkan Mesir (Kel. 14:19; bdgk 23:20), dan pernyataan Perjanjian Baru
bahwa Batu Karang yang mengikuti Israel adalah Kristus, (1 Kor. 10:4).
c. Pra-Inkarnasi: Pelayanan Kristus selaku Malaekat Tuhan (Yahweh)
- Dia seringkali bertindak sebagai utusan kepada berbagai orang, (Kej. 16:7-14;
22:11-18; 31:11-13) Abraham Ishak Yakub.
- Dia memimpin dan melindungi umat Israel, (Kel. 14:19; 23:20; 2 Raj. 19:35.
- Dia bertindak sebagai pelaksana hukuman atas Israel pada waktu Allah
mengirimkan penyakit sampar kepada bangsa itu, (1 Taw. 21:1-7).
- Sebagai utusan yang dikirim untuk memberi makanan dan minuman kepada
Elia, (1 Raja 19:5-7).

Kesimpulan
1. Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru demikian membuktikan
sebelum berinkarnasi Yesus terlibat dalam penciptaan.
2. Ia sudah melayani umat-Nya sebagai Malaekat Tuhan.
3. Pra-Eksistensi menunjukkan bahwa sebelum alam semesta dan manusia ada, Yesus
Kristus sudah ada. Berada di atas segala sesuatu, Ia tidak dibatasi oleh materi, dan
segala sesuatu adalah berasal dari pada-Nya. Manusiapun diciptakan-Nya.
Eksistensinya melampaui manusia. Ia adalah awal di kekekalan masa lampau tanpa
awal, seksistensi-Nya teus-menerus ada dan atau tidak pernah tidak ada.
4. Pra-Inkarnasi, adalah Kristus muncul dalam Perjanjian Lama dengan nama Malaekat
Tuhan (YHWH) melayani umat-Nya, khususnya nabi-nabi, raja-raja Israel serta umat-

15
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Nya. Ini juga membuktikan bahwa Ia adalah Allah, maka Ia ada dalam kekekalan
tidak terbatas oleh ruang dan waktu sebagaimana adanya Allah, sebab Ia adalah Allah.

D. Kristus Memiliki Sifat-sifat Allah


Sifat-Sifat Allah yang ada pada Krsistus yang tidak dapat disangkal adalah bukti ke-
Ilahian Kristus, yaitu kekekalan, kemahakuasaan, kematahuan, kemahahadiran, dan
ketaberubahan-Nya.

1. Kekal adanya
a. Kekekalan (kekal) telah di bahas pada bagian Pra-Eksistensi dan Pra-Inkarnai,
(Yoh. 1:1).
b. Arti kekal: “Kekekalan tak hanya berarti bahwa Kristus sudah ada sebelum
kelahiran-Nya atau bahkan sebelum penciptaan, tetapi bahwa Ia selalu ada,
selama-lamanya atau tidak berkesudahan.
c. Penting memahami kekekalan Kristus karena, menyangkal kekekalan-Nya
berarti juga menolak Tritunggal.
d. Hubungan-Nya dengan Allah sehahekat menunjukkan kekekalan karena Allah
kekal adanya.
e. Ibrani 1:3, kata “gambar” dalam bahasa Yunani menunjuk arti “karakter” yang
menunjuk bahwa Kristus adalah wujud atau inti sifat Allah yang persis sama.
f. Kekekalan Yesus Kristus adalah tidak berawal dan tidak berakhir. Alfa dan
Omega. (Wahyu 1:8).
g. Ia memberi jaminan Hidup Kekal dan Keselamatan kekal:
i. Mat. 4:4; Luk. 4:4, hidup ada di dalam Yesus Kristus.
ii. Yoh. 6:51, Yesus Roti Hidup dari sorga, yang makan dari roti itu akan
hidup selama-lamanya.
iii. Yoh. 11:25, Yesus adalah kebangkitan dan hidup.
iv. Yoh. 14:6, Yesus jalan, kebenaran dan hidup. Kata hidup menunjuk
kehidupan yang disediakan oleh Bapa. Yesus Bukan sekedar jalan kepada
Bapa, tetapi Ia juga adalah sumber hidup itu.
v. Rom. 6:8-9 setelah Ia bangkit tidak mati lagi, maut tidak berkuasa lagi atas
Dia.
vi. Wahyu 1:18, Yesus hidup selama-lama-Nya.

16
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

h. Kesimpulan:
i. Pra-Eksistensi dan Pra-Inkarnasi-Nya, pernyataan-Nya sendiri, Ia bangkit
dari orang mati untuk hidup dan selamanya maka Ia adalah Allah. dan hidup
yang kekal itu ada dalam Dia.
ii. Dengan Kristus sanggup memberikan hidup yang kekal dan bangkit dari
antara orang mati, kemudian hidup untuk selama-lamanya maka Ia adalah
kekal adanya sama dengan Bapa.
iii. Kekekalan-Nya adalah hidup, dan hidup-Nya adalah kekal.
iv. Tidak perlulah orang-orang percaya meragukan hidup kekal yang dijanjilkan
Yesus karena Ia adalah kekal dan hidup. Meragukan hidup kekal yang
dijanjikan-Nya sama dengan menyangkal kekekalannya. Menyangkal
kekekalann\-Nya sama dengan menyangkal Tritunggal. Menyangkal
Tritunggal sia-sialah kepercayaan kepada-Nya.

2. Mahakuasa.
a. Berkuasa mengampuni dosa. (Mat. 9:6), suatu demonstrasi kuasa Tuhan yang
meliputi sekaligus penyembuhan dari kelumpuhan rohani atau dosa, selain
kesembuhan secara tubuh jasmani (Mat. 9:7-8).
b. Kedua perkara itu dengan dilakukan hanya sepatah kata saja, ini hanya dilakukan
Allah saja yang biasa melakukannya.
c. Yesus Kristus berkuasa atas dosa dan penyakit, bahkan atas maut
(Membangkitkan orang mati), yaitu maut tunduk atas perintahnya, (Luk. 7:14, 15;
8: 54-55; Yoh. 5:25.
d. Ia juga berkuasa atas Iblis atau setan-setan, mereka tunduk atas perintah-Nya,
(Mat. 8:16; Luk. 4:35, 41.
e. Berkuasa atas alam semesta, Mat.8:26,27).
f. Dia berkuasa atas segala penguasa yang manapun (Ef. 1:20-21).
g. Refferensi ayat-ayat : Mrk. 1: 29-34; Luk. 8:25; Yoh. 10:18; 17:2; Ef. 5:7; Fil.
3:21; 2 Tim. 1:2; Ibr. 7:25; Yud. 25.
h. Kesimpulan: Mengampuni dosa dan menyembuhkan sakit-penyakit hanya dapat
dilakukan oleh Allah, jadi Yesus adalah Allah. Menyembuhkan sakit penyakit
rohani dan jasmani, berkuasa atas setan-setan (iblis), atas alam semesta dan
bahkan atas semua penguasa manapun. hingga kuasa-Nya itu adalah jaminan
pelayanan kita hamba-hamba-Nya, (Mati. 28: 18:20). Istilah “segala kuasa”

17
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

dijelaskan untuk menjelaskan suatu kenyataan yang pasti dan tak mungkin
dibantah.

3. Maha Tahu.
a. Yesus Kristus tidak saja Mahakuasa, bahkan Mahatahu. Ke-Mahatahuan Kristus
adalah menunjukan Dia memiliki pengetahua yang mutlak dan luas dan sempurna
dan kekal. Kemahatahuan Yesus, atas hal-ahal yang abstrak, nyata, yang lampau
dan yang akan datang. Kemahatahuan Kristus langsung, lengkap, tidak butuh
panca indra apapun, tidan berdasarkan penelitian dan penafsiran. Segala Objek
pengetahuan menjadi nyata di hadapan-Nya. Maz. 139:1-24 merupakan suatu
penjelasan ke-Mahatahuan Allah yang sangat baik.

b. Ayat-ayat yang mendukung/membuktikan ke-Mahatahuan Yesus Kristus :

i. Yohanes 2:24-25, meskipun masih anak, di Bait Allah Ia telah mengetahui.


Bukan saja Kristus mengetahui segala manusia, tetapi juga apa yang ada di
dalam manusia itu sendiri.
ii. Yohanes 4:16-19, Yesus Kristus mengetahui segala rahasia. Hanya Allah yang
dapat menilik hati manusia. Yesus mengetahui isi hati manusia, ini
membuktikan bahwa Ia adalah Tuhan.
iii. Yohanes 1:48, Yesus mengetahui hal-hal yang terjadi berada di tempat jauh,
Natanael yang berada di bawah pohon, (Yoh. 1:48); keledai di kampung
Betfage, (Matius 21:2); Hanya Allah yang dapat menilik segala
penjuru/pelosok bumi dan mengetahu segala sesuatu yang terjadi di segala
tempat. Yesus mengetahui hal-hal tersebut, itu karena Ia adalah Tuhan.
iv. Yohanes 6:64, Kristus mengetahui hal-hal yang akan datang dan siapapun
yang akan menghianati-Nya. Akan memperoleh ikan, (Luk. 5:4-6); Ia akan
disalip, (Mat. 26:21); Akan dibunuh, (Mat. 16:2). Hanya Allah yang dapat
mengetahui hal-hal ang akan datang, sebab pengetahuan Allah atas segala
sesuatu tidak dibatasi oleh waktu. Maka tidak mungkin ke-Tuhanan Kristus
dapat disangkal.
v. Yohanes 3:12-15, Yesus mengetahui hal-hal yang di sorga. Ada tempat
kediaman, (Yoh. 14:1-2), Iblis jatuh seperti kilat dari langit, (Luk. 10:18);
neraka dan firdaus (Luk. 16:19:31); dua belas takhta (Mat. 19:28). Hanya

18
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Allah saja yang tahu hal-hal di sorga, itulah yang menyebabkan Yesus Kristus
mengetahu hal-hal di sana.
vi. Yohanes 16:30; 21:17; Kol. 2:3; Kis. 1:24, Yesus mengetahui segala hal, ini
tak mungkin menyangkal bahwa Yesus adalah Allah.

4. Mahahadir
a. Pengertian Maha Hadir, tidak sama dengan ada di mana-mana. Kemahahadiran
Kristus tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Sedangkan kekekalan-Nya tidak
berawal dan berakhir, selama-lamanya atau terus menerus (everlasting eternal).

b. Bukti Ayat-ayat Alkitab:


1 Janji penyertaan-Nya, (Mat. 28:20). Tidak mungkin dilaksanakan tanpa
kemahahadiran-Nya. Lihat juga Yoh. 14:14-23).
2 Pengalaman Natanael menguatkan kenyataan ini, (Yoh. 1:48;
bandingkan dengan Maz. 139:7-10).
3 Janjinya untuk memenuhi orang-orang percaya, (Yoh. 14:18, 20, 23).
4 Matius 18:20, Di mana saja ada dua atau tiga orang berkumpul demi
nama Yesus, di situ Dia ada.
5 Efesus 1:23, Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang
memenuhi semua dan segala sesuatu.
6 Matius 1:23, IMMANUEL, yang brarti Allah beserta kita.

c. Kemahahadiran Allah merupakan totalitas dari seluruh sifat Allah, sebab menurut
keutuhan sifat yang tidak bertambah dan tidak berkurang. Kemahahadiran-Nya
lengkap untuk memenuhi setiap manusia meskipun berbeda tempat dan waktu
berdiam disetiap mereka.
d. Yesus hadir dalam setiap ibadah di tempat/waktu yang berbeda. Hanya Allah yang
Mahahadir maka Yesus adalah Tuhan.
e. Hamba-hamba-Nya tersebar di seluruh dunia, dapat membuktikan Yesus Maha
hadir, dapat dipercaya dan dengan demikian Yesus adalah Tuhan. (Lihat Kis.
18:9-10; dan 2 Tim 4:17).
f. Yesus berada dalam setiap jemaat-Nya (Wah. 1:11; 2:1; 1 Kor 1:2)

5. Maha Kasih

19
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

a. Pengertian maha kasih. Kerelaan mencintai dengan rela berkorban bagi orang
lain tanpa mengharapkan balas jasa yang didasari oleh totalitas kasih karunia.
Penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salip, meskipun dilakukan-Nya
sebagai ketaatan kepada Bapa yang mengutus, namun dilakukannya dengan
kerelaan dan kesadaran dengan sikap kasih pribadi-Nya juga dalam Tritunggal,
(Yoh. 3:16; Fil. 2:6).
b. Dosa yang begitu menjadi pemisah antara Allah dan manusia, sehingga hakekat
Allah menjadi sekutu manusia menjadi terbatas, disebabkan kesucian-Nya.
c. Kasih itu bermuara dari kasih karunia, pengampunan dosa hanya didasari
anugerah berkelimpahan, cukup serta sempurna.
d. Hanya dengan itu satu-satunya mampu memulihkan persekutuan Allah dengan
manunia, (2 Tim. 2:5,6; Ibr. 7:24;25 status manusia dibenarkan, diangkat anak
Allah. Bdg Mikha 7:18; Maz. 103:10-12); Yoh. 1:12, 14-19)
e. Roma 5:8,10, Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita karena Kristus
telah mati, ketika kita masih berdosa. Kerelaan berkorban Kristus di kayu salip,
mendemonstrasikan kasih Allah jalan pengampunan dosa manusia. “Tidak ada
kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya
untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13), namun Yesus Kristus tidak saja
menyerahkan nyawaNya bagi sahabat-sahabat-Nya, yaitu orang-orang yang
menghargai apa yang telah dilakukan-Nya untuk mereka, menyerahkan nyawa-
Nya untuk musuh-musuhnya yang menolak dan membenciNya, sekalipun Dia
tidak memperoleh apa-apa dari mereka.
f. Mungkin banyak orang rela mati berkorban untuk atasannya, tetapi itu sumpah
jabatan dan bukan karena kasih.
g. Dan barangkali ada orang rela mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan
atau melindungi orang banyak dari malapetaka kematian, tetapi tidak memberi
pengampunan dosa, maka ini kasih biasa dan maha kasih.
h. Kasih Kristus sempurna, tidak memerlukan bantuan atau tambahan bahkan
melimpah dan kekal, tidak dapat dikurangi serta tidak perlu ditambah, (bdgk Ef.
2:8).

i. Kesimpulan:
(1) Kristus memiliki sifat kasih yang tidak sama dengan kasih siapapun,
sebab kasih-Nya rela menderita, berkorban dengan mati di salib tanpa

20
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

pamrih melainkan dengan dasar anugerah luar biasa, wujud dari totalitas
moral ilahi-Nya. (Yoh. 3:16 bdgk Rom. 5:7-8).
(2) Pengorbanan Yesus Kristus di Kayu Salip memulihkan keadaan “Allah
adalah sekutu manusia” Bdgk Kej. 1:26; Kol. 3:10; 1 Yoh, 1:9; 2 Tim.
(3) Sebagai bukti kasih Allah. juga membuktikan Kristus memliki sifat
maha kasih, ini juga membuktikan keilahian Yesus Kristus.
(4) Allah nyata dalam hidup orang Kristen karena Kristus realita Kasih-Nya
(Tit. 2:13).

6. Kristus Melakukan Pekerjaan Allah


a. Kristus adalah Pencipta

1. Ayat-ayat yang mendudung, Yoh. 1:3; Ef. 3:9; Kol. 1:16-17; Ibr. 1:2, 10; 3:4;
Wah. 3:14; 4:11 dan 1 Kor 8:6). Dalam karya penciptaan-Nya ada pekerjaan
khusus Kristus secara pribadi. Inipun mewahyukan kehendak dan kuasa-Nya (Ibr.
1:10) menunjukkan otoritas penciptaan-Nya dan tugas-Nya yang kudus. Kol. 1:16
–menyatakan Kristus adalah pencipta segala sesuatu dan segala yang ada (all
created things and all beings), maka ini meliputi: di langit, di bumi, yang terlihat,
yang tidak terlihat, yang berkedudukan, yang memerintah, perintah, dan penguasa.
Jelas ini menunjuk Kristus melampaui segala sesuatu. Ia adalah Pencipta dari
segala sesuatu dan Ia adalah kepada Gereja.
2. Ahli bangunan segala sesuatu adalah Allah. Yesus adalah Pencipta segala
sesuatu, maka Ia adalah Tuhan (Ibr 3:4). Kehendak untuk menciptakan
segala sesuatu adalah Allah, Yesus mempunyai kehendak untuk mencipta
maka Ia adalah Tuhan (Why. 4:11) Pencipta adalah kepala dari ciptaaan;
ini terbukti Ia adalah pencipta dan Allah sejati.

a. Kristus adalah penopang segala sesuatu.


2. Ia adalah terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di
dalam Dia, (Kol. 1:17). Ia bekerja hingga saat ini. Ini mempunyai
pengertian bahwa Ia sebagai penopang segala sesuatu, (Yoh. 5: 17-18). Di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, (Kis. 17:28). Ia menopang
segala yang ada dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibr. 1:3).
3. Keberadaan alam semesta ini tidak terjadi secara kebetulan atau
kemauannya sendiri, melainkan ditopang oleh Kristus. Segala ketertiban

21
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

tata-surya dan alam semesta ini semuanya di bawah perintah Kristus


sehingga berjalan dengan teratur.
4. Dapatlah kita simpulkan bahwa yang menopang alam semesta ini pastilah
lebih besar dari alam semesta ini dan ia yang dapat memerintah dan
mengatur ketertiban kosmos ini pasti tidak yang lain ialah Allah. Kristus
penopang alam semesta dan memerintah atasnya, maka jelas Kristus
adalah Allah.

b. Kristus berkuasa mengampuni dosa


(1) Bukti pernyataan-pernyataan seperti: “Dosamu telah diampuni” (Mark
2:5,9 bdg Luk. 5:20; 7:48) ini suatu perintah pengampunan dosa dari
Tuhan Yesus. Di dunia ini Anak memiliki kuasa untuk mengampuni
dosa, (Mark. 2:9-10). Ia memberi anugerah pengampunan dosa, (Kis.
5:31). Pengampunan yang dilakukan di hadapan Kristus Yesus, (2
Kor.10). Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuatlah
juga demikian, (Kol. 3:13). Hanya Allah yang mempunyaimkuasa untuk
mengampuni dosa, (Mark. 2:7 bdg Maz. 103-104; Yes. 43:25).
(2) Berdosanya manusia karena bersalah kepada Allah, (Maz. 51:4; Roma
3:23). mendukakan hati Tuhan, (Kej. 6:6). Karena itu hanya Tuhan yang
berkuasa mengampuni dosa manusia, pengampunan dosa hanya
berdasarkan kemurahan, belas kasihan, serta anugerah Tuhan. Ketika di
dalam dunia, Tuhan Yesus berulang kali mengampuni dosa manusia;
memproklamirkan kuasa pengampunan dosa dari-Nya, khusus dosa
orang lumpuh dalam Mark. 2:5-10 yakni : Dalam hal ini mengampuni
orang lumpuh, yang lebih melibatkan pertentangan orang Farisi;
sebenarnya pertentangan mereka ini muncul karena hanya tidak
mengenal bahwa Kristus adalah allah, yang memiliki kuasa mengampuni
dosa.
(3) Jadi jika pemilik piutang mempunyai kuasa untuk menghapus hutang,
orang yang disalahi untuk mengampuni kesalahan orang. Yesus
mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa manusia karena kuasa ilahi
Allah. Pengampunan dosa dasarnya kasih dan anugerah, terlebih lagi
membutuhkan kasih dan anugerah yang berkelimpahan, itu hanya sifat
dan dilakukan oleh Allah Allah (Mikha 7:18; Maz. 103:10-12). Kristus

22
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

dapat mengampuni dosa menusia (Yoh. 1:14-19), pasti Ia memiliki kasih


karunia dan anugerah yang berkelimpahan, maka tak diragukan bahwa Ia
adalah Tuhan.
(4) Kesimpulan: Kristus melakukan pekerjaan yang Allah lakukan yakni
dengan menciptakan alam semesta dan segala sesuatunya, menopang,
mengatur dan memelihara ciptaan-Nya itu serta mengampuni dosa.
Pekerjaan-pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh siapapun keculai
Allah, karena Kristus juga melakukannya, bagaimana mungkin kita
membantah keilahian Kristus.

7. Kristus, Setara dengan Allah

a. Dalam hal kedudukan, sifat, kehormatan, pekerjaan mulia Yesus Kristus setara
dengan Allah. Nama dan pekerjaan-Nya menunjukkan pekerjaan dan nama
Allah. Hal percaya, Yoh. 14:1; hidup kekal, (Yoh. 17:3;), satu oknum, (1 Kor.
12:4-6); kemuliaan, (Tit.2:13); benar, 2 Pet. 1:1). Semuanya itu membuktikan
bahwa Yesus adalah Allah.
b. Yoh. 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu” kesetaraan dan sederajat. Fil. 2:6,
“kesetaraan dengan Allah” itu ungkapan Paulus mengenai hakekat sederajat
Kristus dengan Allah

E. Gelar-gelar Kristus
1. Gelar sebagai Tuhan.
a. Dari semua gelar Yesus Kristus, sebutan Tuhan adalah yang paling sering dan luar
biasa digunakan. Dalam Injil Markus terdapat dua kali. Lukas kurang lebih tujuh belas
kali. Surat-surat Paulus paling sedikit 200 kali. Kata Tuhan terjemahan dari kurios
(Yun), yang menunjuk suatu otoritas kekuasaan, tetapi apabila menunjuk kepada yang
ilahi, otoritas dan kuasa tersebut menjadi otoritas dan kuasa yang tidak terbatas.
Sebutan atau gelar Tuhan yang dipakai menunjuk makna teologis penuh, maka
menunjuk ke-Allahan Kristus. Maka karena itu Yesus adalah Allah, (Luk. 2:11).
b. Mat. 22: 43-45, Ia sendiri menyatakan “Daud menyebut Yesus Tuhan.” Mat. 26:22,
murid-murid berkata tentang Dia. Mark. 2:28, “Anak manusia Tuhan atas hari sabat.”
Lihat juga Luk. 6:46; 24:34; Yoh. 13:13; Kis.4:33; 9:17; 10:36; 26:15).

23
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

c. Bukan sekedar sebutan, tetapi juga Tuhan atas segala yang dipertuan, (2 Tim. 6:15;
Why. 19:6).
d. Dalam Perjanjian Lama Yahweh (YHWH) diterjemahkan Tuhan ini mengacu pada
Yesus.
e. Secara umum sebutan “Tuhan” mengacu kepada dia yang mampu melakukan
perbuatan supra alami baik melindungi atau membuat celaka yang tak mungkin dibuat
manusia biasa, bisa melalui media atau perantara tertentu.
f. Sebutan Tuhan bagi Yesus adalah menunjuk pada Allah yang memiliki kuasa tak
terbatas, dalam ketinggian, kemuliaan dan hormat.

2. Kurios.
a. Sebutan bagi penggunaan umum sekuler dan moral tinggi, untuk menunjuk manusia
semurni-murninya. Pengguinaan dalam perumpamaan-perumpamaan di Perjanjian
Baru istilah kemanusiaan yang biasa tidak berhubungan dengan keilahian, (Mat.
13:27; Mat. 18:25; 27, 31, 32, 34; Hamba yang setia, (Mat. 24:45, 46, 48);
perumpamaan Talenta, (Mat. 25:18-21)); perumpamaan perjamuan kawin, (Luk. 21-
23). Berkaitan dengan keilahian kurang lebih 150 kali dipakai untuk Allah, seperti
kemuliaan-Nya, (Luk. 2:9); Roh Allah, (Luk. 4:18); Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru selalu menggunakan kurios untuk menunjuk Tuhan.
b. Makna istilah ini, secara umum adalah pengertian kekuasaan: Penguasa dalam
keluarga, bisa berarti tuan lawan dari istilah budak, menunjuk pemilik sejumlah harta
kekayaan yang tidak dapat diganggu gugat, penguasa untuk memberi keputusan,
panglima perang, hakim memiliki keputusan untuk memutuskan perkara. Juga bisa
menunjuk kpada suatu ketentuan/peraturan yang tidak dapat disalahkan.
c. Selain itu, juga menunjuk penguasa atas nilai-nilai yang luhur. Istilah ini digunakan
untuk melukiskan orang-orang yang kehidupan moralnya luhur, dan tidak
membolehkan nilai-nilai moral yang rendah memasuki kehidupannya.
d. Sebutan mengandung arti penghormatan dan kasih: Sama dengan “Sir” amenyambut
orang-orang yang kita hormati atau kasihi, seperti “sahaya tuan (Kurios). (Matius
21:30).
e. Suatu istilah bagi Kaisar Romawi. Kaisar Romawi dipanggil Kurios atau Tuhan.
Dipandang dengan konsep demokrasi ini tidak mungkin, tetapi sebutan ini bagi Kaisar
Romawi dipandang sebagai suatu pengagungan bagi yang mulia oleh seluruh wilayah
ke kaisaran.

24
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

f. Beberapa orang yang dipanggil kurios oleh orang Yahudi, seperti Pilatus, (Mat.
27:63); Pilipus, (Yoh. 12:21); Maryam, (Yoh. 20:15).
g. Bisa menunjuk kepada dewa/dewi yang yang dipercayai sebagai pelindung. Zeus, di
Timur dianggap dewa/dewi memberikan keselamatan dari bahaya.
h. Dalam Siptuaginta Kurios terjemahan dari istilah Yehovah atau Yahweh, nama yang
suci. Jadi bagi orang-orang Yahudi berbahasa Yunani, istilah Kurios selalu dipakai
untuk nama Allah.
i. Pemakaian Kurios bagi Tuhan Yesus baik semasa hidupnya dalam daging arti yang
melebihi pengertian biasa ucapan dari Perempuan samaria, (Yoh. 4:19); ucapan
Petrus Yoh. 6:8; 69.
j. Pemakaian kurios sesudah kebangkitan. Menunjuk kebesaran kuasa dan keajaiban-
Nya benar-benar tidak dapat diragukan. Ia yang bangkit dan hidup selama-lama-Nya,
Menunjuk jabatan Yesus Messias Allah, Dia raja dan atau besar Dia yang diurapi,
(Luk. 2:11; Kis 2:26)
k. Dipakai dalam suasana kebaktian doa, (1 Kor. 8:5,6 konseksnya berkaitan dengan hal
berbakti; 1 Kor, 10:21, meja Tuhan merupakan sentral kebaktian; 2 Kor. 12:7,8
Paulus sujud memohon kepada Tuhan agar duri yang menusuk dalam dagingnya
dicabut; Ef.5:19; Sidang yang berkumpul memuji, doa dan ibadah.
l. Dogma gereja mula-mula: Rom 10:9, tanda keselamatan adalah pengakuan bahwa
Kristus Tuhan; 1 Kor. 12:3, Roh Kudus menyatakan di hati orang nbahwa Yesus itu
Tuhan; 2 Kor. 8:6, tekanan kotbah-khotbah Rasul Paulus, periksa Fi. 2:1; 1. 8:6).
m. Sejarah membuktikan bahwa mati syahidnya orang-orang Kristen mula-mula adalah
karena pengakuan pengajaran bahwa “Kristus Yesus Tuhan.” Jika menyangkal
bahwa “Kristus Tuhan” bebaslah dari api, singa atau salip serta aniaya-aniaya lainnya.
n. Kesimpulan : Jadi, melihat beberapa pengertian yang diwakili kata kurios dengan
menunjuk kepada kuasa atau otoritas, penghormatan, kemuliaan, pengatur/pemutusan
dan terlebih bagi Yesus Kristus dipergunakan kata itu yang mengacu pada kuasa yaitu
Kristus adalah Mesias Allah dan yang Hidup selama-lamanya.

3. Anak Allah
a. Yesus Kristus “Anak Allah” adalah sebutan yang paling sering oleh orang-orang
Kristen, pertanyaannya apakah jelas dimengerti.
b. Suatu pengakuan iman: Mengaku Yesus Anak Allah berarti Allah tinggal di dalam
orang itu, (Yoh. 4:15); Orang yang menang ialah yang mengaku Yesus Anak Allah,

25
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

(Yoh. 5:5) Orang Kristen mengaku Yesus Anak Allah, berarti ia mengetahui telah
memiliki hidup yang kekal. (Yoh. 5:15).
c. Sederajat dengan Allah, maka Yesus ditentang dan hendak dibunuh: Yoh. 5:17-18;
Mat. 6:63:64 karena menyatakan Allah, adalah Bapa-Nya; Mar. 14:61, 62 Messias
adalah Anak allah itu; Mat. 27:42-43 Anak Allah maha Kuasa satu dengan Bapa-Nya
bdgk Yoh. 19:17).
d. Bukti Surat-surat dalam Perjanjian Baru sangat penting: Rom 1:3, 4, Yesus
ditetapkan sebagai Anak Allah. 2 Kor 1:19, Bagi Anak Allah itulah Paulus, Timotius
dan Silvanus hidup. Ef. 4:3, Iman Kristen yang dewasa ialah pengetahuan bahwa
Yesus Anak Allah. Ibr. 4:14, Inti perbedaan Yesus dengan para nabi, ialah bahwa
Yesus Anak Allah, walaupun mereka sama-sama membawa wahyu Allah. Ibrani 6:8,
penyangkalan iman Kristen adalah penyaliban Anak Allah yang kedua kali. Yoh, 3:8,
5:20, tugas Anak Allah ialah membinasakan kuasa Iblis, dan membuat nyata Sang
Bapa.
e. Untuk menjelaskan Allah biasanya digunakan pengertian Bapa dari Tuhan Yesus
Kristus. (Ro. 15:6; 2 Kor. 1:3; 2:30, Ef 1:3, Kol. 1:3, 1 Pet. 1:3, Wah. 1:6). Konsep
Yesus sebagai Anak Allah merupakan paham teologi, bahan renungan dan doktrin
gereja yang mula-mula.
f. Manifestasi khusus tentang konsep ini kita temukan dalam Injil keempat. Keberadaan
(Yesus) sendiri di sini yang menuntut Dirinya disebut Anak Allah, yaitu yang
menunjuk hubungan dan jabatan-Nya. Bdgk. Yoh. 3:35-36; 5:22-23; 6:40; 2:16; 5:43;
8:39; 10:37; 14:2, 23; 20:17. Yesus memanggil Allah berulang-ulang sebagai Bapa-
Nya. Hal ini menunjuk hubungan yang istimewa antara Yesus dan Allah sebagai
Anak Bapa.
g. Dalam Injil Matius, Markus dan Lukas, Yesus ketika usia 12 tahun, waktu dibaptis,
digodai; terutama atas keraguan orang-orang terhadap diri-Nya Anak Allah. Waktu, Ia
dipermuliakan di gunung, prumpamaan penyewa kebun anggur, doa-Nya di taman
Getsemani; di depan imm besar; olok-olokan orang pada diri-Nya waktu di salib.
h. Sejarah istilah: Dalam Perjanjian Lama malaekat-malaekat diebut Anak Allah. Kej.
6:2; Ayub 1:6; 38:7; Ibr. 1:5. Bangsa Israel sering disebut Anak Allah, (Kel. 4:22;
Hosea 11:1). Silsilah Tuhan Yesus (Luk. 3:38 ) “anak Adam, Anak Allah.” Dalam
Injil Matius orang yang mendamaikan orang disebut Anak Allah, (Mat. 5:9).

Kesimpulan-kesimpulan:

26
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

1) Allah sendiri yang menyatakan Yesus Anak Allah ketika pembaptisan, pemuliaan di
gunung. Iblis juga mengetahui Yesus Anak Allah, ketika di godai di atas bukit, (Mark.
5:7). Kristus sendiri terus-menerus menyatakan diri-Nya Anak Allah dan tradisi
sebutan Anak Allah itu sudah biasa.
2) Arti pemakaian istilah ini bagi Yesus: menyatakan hubungan yang dalam/intim dan
tidak ada hubungan lain yang demikian (Yoh. 10:30). Kedudukan antara kedua
pribadi yang sehakekat; yaitu Anak dan Bapa, (Yoh. 14:28, Mat. 24:36), sudah tentu
menjelaskan bahwa Bapa melebihi Anak.
3) Hubungan dengan Kristus mewarisi segala sesuatu dari Bapa, (Yoh. 3:16; Mat. 11:27,
Luk. 10:11). Segala sesuatu diserahkan-Nya kepada-Nya (Mat. 11:27), Segala kuasa,
(Yoh. 3:35), di ambang salib Yesus tetap sadar hal itu, (Yoh. 13:2, 3; 16:15), kuasa
pengadilan (Yoh. 5:55).
4) Berkaitan dengan kedudukan Yesus sebagai Mesias (Anak Allah yang di Urapi
sebagai Raja (Yo. 1:45, 49, pengakuan Petrus, bdgk Mark. 8:28; Luk. 9:20).
Pertanyaan Imam Besar, (Mrk. 14:61, Mat. 16:16).
5) Adanya pengertian yang penuh akan Allah. Yang paling tahu Bapa adalah Anak dan
yang paling jelas mengerti Anak adalah Bapa, (Yoh. 10:15; 8:38; Mat. 11:27).
6) Menunjuk bahwa satu-satu-Nya jalan keselamatan ialah Anak Allah, (Yoh. 14:6;
8:40; 1 Yoh. 2:22, 23).

4. Firman atau Logos.


a. Pengertian Yunani istilah Firman: Logos mengandung dua arti yaitu akal dan
bicara.
b. Paham logos masuk ke alam pikiran Yunani sekitar abad VI BC dari Herachlitus
di Efesus, di mana Yohanes bekerja dihari tuannya. Rupanya paham Herachlitus
memperhatikan adanya dua prinsip :

(1) Adanya hidup yang berubah-ubah (ini prinsip I) Artinya tidak hal yang
tetap. Umpamanya orang tidak dapat berpijak ke air sungai dua kali, sebab
di antara waktu injakan pertama sebelum injakan kedua airnya sudah
mengalir dan hilang.
(2) Perinsip kedua, bahwa perubahan itu bergerak beraturan. Aksi yang sama
menghasilkan aksi yang sama juga. Sebab yang sama membawa akibat

27
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

yang sama. Benih yang sama menghasilkan buah yang sama. Musim-
musim berganti beraturan.
(3) Pasti ada suatu kekuatan/poros dibalik kegiatan-kegiatan alam ini. Ia itu
adalah Logos. Logos adalah akal, sebab-sebab sumber dimana kekuatan
alam ini bergantung.
c. Golongan Stoa, mereka memegang dua pengertian dasar tentang paham Logos.

(1) Stoa memegang paham Pantheisme (segala sesuatu adalah Allah).


(2) Mereka menerima paham bahwa adanya suatu akal di balik semua
aktivitas alam semesta dan manusia, yang menyebabkan semuanya
begitu rumit, namun tidak kacau. Akal itulah akal Allah atau Logos.
(3) Seorang bernama Philo lahir th. 20 BC. Ia seorang dianggap tokoh
pemersatu pikiran Yudaisme dan Hellenisme. Sebagai penulis ia
mempergunakan 20 kali kata Logos dalam sebuah bukunya. Baginya
konsep tentang Logos ialah:
(1) Sebagai image of Allah.
(2) Dalam pengertian yang unik sebagai jembatan antara Allah dan manusia.
(3) Logos adalah alat Allah dalam penciptaan, sehingga dapat mengemudikan,
menggenggam, mengikat bumi atau alam semesta sehingga merupakan
suatu kesatuan.
(4) Logos adalah imam agung di mana melalui Logos Allah berkomunikasi
dengan manusia.

a. Arti penggunaan Logos bagi Yesus.

(1) Digunakan oleh Yohanes dalam Injilnya.


(2) Menunjuk Yesus adalah Firman Allah. Suatu komunikasi antara Allah dan
dengan manusia, yang telah berwujud suatu pribadi. Totalita (keseluruhan)
sabda Allah, yang sudah, yang sedang dan yang akan, diwujudkan manusia
bernama Yesus.
(3) Yesus adalah akal pikiran Allah. Di dalam Dia “ditempa” (totalitas)
hikmat Allah. Akal pikiran hikmat Allah itu suatu yang diwujudkan suatu
bentuk manusia yaitu Yesus. Mereka mengagumi hal itu dan Ia sudah
datang dia di antara mereka. Perasaan Allah, pikiran Allah, kehendak

28
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Allah, hati Allah sudah menjelma menjadi satu oknum dan rupanya intinya
ialah kasih.
(4) Injil Yohanes pasal 1.
(a) Yoh. 1:1a. “pada mulanya” = pembukaan kitab Kejadian. Waktunya
tidak terbatas/tertentu. Usia bumi milyar-milyar tahun dan “pada
mulanya” sudah ada Firman.
(b) 1:1b, kata “adalah” (to be), dalam dua ayat pertama terdapat empat
kali dengan bentuk imperfek, artinya aksi (action) tidak
berkesudahan. Jadi Firman itu kekal dan tidak pernah tidak ada.
(c) Kedudukan Firman, (1:1c ) “bersama dengan Allah”, istilah bersama
= setara dengan
(d) 1:1d, 2, 18, menyatakan hubungan dengan Allah Firman itu Allah.
(e) 1:3, menyatakan hubungan-Nya dengan diri-Nya Pencipta.
(f) 1:4, 5, 14, menyatakan hubungan-Nya dengan kemanusiaan (hidup,
terang, penebus).

Kesimpulan
(1) Pengertian inti Yesus Logos ialah bahwa Dia adalah suatu oknum,
penguasa, pencipta, pemelihara/pengatur alam semesta.
(2) Yesus Kristus Logos, mewakili Allah dengan mengambil suatu bentuk,
sebagai perantara, menjadi manusia.
(3) Meliputi hikmat Allah.

d. Nama-nama yang dipakai bagi keilahian Yesus. (Peter Wongso, ttg Kristologi)
1. Ia adalah awal dan akhir, (Why. 1:17;Yes. 41:4; 44:6; 48:12).
2. Ia adalah Alfa dan Omega (Why. 1:8; 22:13, 16).
3. Ia adalah yang benar, (1 Yoh. 2:1; Kis. 2:72).
4. Ia adalah yang mahakuasa (Why. 1:8).
5. Ia adalah Amin, (Why. 3:14).
6. Ia adalah rasul dan Imam Besar, (Ib3:1).
7. Ia adalah Rori Hidup, (Yoh. 6:35, 48).
8. Ia adalah panglima keselamatan, (Ibr. 2:10).
9. Ia adalah Batu Penjuru (Maz. 118:22; Mat. 21:42).
10. Ia adalah Penasehat, (Yes. 9:6).

29
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

11. Ia adalah Pencipta, (Yoh. 1:3).


12. Ia adalah Terang Fajar, (Luk. 1:78).
13. Ia adalah Penyelamat, (Roma 11:26).
14. Ia adalah yang Perkasa, (Yes. 9:6).
15. Ia Ia adalah Saksi yang Setia,(Why. 1:5).
16. Ia adalah Perintis, (Ibr. 6:20).
17. Ia adalah Imam Besar yang kekal, (Ibr. 6:20)
18. Ia adalah Hamba yang Kudus (Kis. 3:4).
19. Ia adalah yang kudus dan maha adil, (Kis. 3:14).
20. Ia adalah yang kudus dari Allah, (Mrk. 1:24).
21. Ia adalah tanduk keselamatan, (Luk. 1:68).
22. Ia adalah “Aku adalah Aku” (Yoh. 5:8; 14:6)
23. Ia adalah Gambaran Allah, (2 Kor. 4:4).
24. Ia adalah Imanuel, (Yes. 7:14; Mat. 1:23).
25. Ia adalah Gembala yang Baik, (Yoh. 10:11)
26. Ia adalah raja segala zaman, (1 Tim. 1:17; 1 Petr. 5:4).
27. Ia adalah Raja di atas segala raja, (1 Tim. 6:15).
28. Ia adalah Anak domba Allah, (Yoh. 1:29).
29. Ia adalah Hidup, (Yoh. 14:6).
30. Ia adalah Terang dunia, (Yoh. 8:12).
31. Ia adalah Singa dari Yehuda, (Why. 5:5).
32. DLL…….

Nama-nama ini adalah jelas menunjuk sifat keilahian-Nya. Karena Ia adalah Allah, maka ia
memiliki nama-nama ini. Jadi Tuhan Yesus menyandang nama-nama ilahi ini, membuktikan
Ia adalah Allah.

A. Inkarnasi Kristus
1. Pengertian Inkarnasi
a. Arti Istilah: Dalam bahasa Yunani artinya “menjadi daging. Anak Allah telah
menjadi daging (Yoh. 1:14) untuk menyelamatkan manusia dosa.
b. Istilah lain untuk inkarnasi dalam pengertian umum (incarnate) adalah
menjelma, namun istilah ini datang atau muncul menyerupai. Jadi jika ini
dipakai untuk inkarnasi Kristus, maka Kristus itu tidak sungguh-sungguh

30
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

manusia, tetapi hanya seolah-olah kelihatannya manusia tetapi sebenarnya


bukan bukan.

2. Kenosis dan Teori teori


a. Ayat-ayat Alkitab yang mempergunakan istilah ini, Filipi 2:6-9; 2 Kor. 8:9;
dan Yoh. 17:5.
b. Istilah ini dari kata kenos, arti literalnya adalah kosong, apabila kata kerjanya
kenoo maka diterjemahkan “mengosongkan to make emty”. New King Jame
Vertion Bible menerjemahkannya “made Himself of no reputation”, New
American Standart menerjemahkannya “emtied Himself” dan New
Internasional Version Bible menerjemahkannya “made Himself nothing”.
Alkitab bahasa Indonesia (EYD) menerjemahkan “mengosongkan diri”
c. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Luis Berkhof “teori ini berusaha
memberikan keadilan sepenuhnya pada kenyataan dan integritas kemanusiaan
Kristus, dan menekankan betapa besarnya penyangkalan diri dan pengorbanan
diri Kristus.” Luis Berkhof, Teologia Sistematika (Kristology).
d. Teori Thomasius, Delitz dan Crosby. Mereka membedakan antara atribut
Allah yang mutlak dan esensial, seperti kekuasaan yang mutlak, kesucian,
kebenaran dan kasih dengan atribut atribut yang relatif, yang tidak esensial
dari keilahian seperti mahakuasa, mahahadir dan mahatahu; dan mereka
berpendapat bahwa Logos, kedatipun tetap memiliki kesadaran diri ilahi, mau
menyingkirkan semua ini dengan tujuan agar Ia dapat mengenakan natur
manusiawi-Nya.
e. Teori Gess dan H.W.Beecher. Mereka menjelaskan bahwa “inkarnasi melalui
bunuh diri Ilahi.” Logos sedemikian rupa membuang semua potensi diri-Nya
dari segala atribut Ilahi, sampai Ia secara harafial berhenti dari fungsi kosmik-
Nya dan dari kesadaran kekekalan selama masa hidup-Nya di dunia.
Kesadaran-Nya sepenuhnya menjadi kesadaran jiwa manusia dalam diri
Kristus. Dengan demikian kemanusiaan Kristus yang sejati, bahkan sampai
keberadaan-Nya yang tak bisa jatuh dalam dosa, tetap terjaga. Teori Gess
lebih lengkap dan jelas daripada Thomasius.
f. Teori Ebrard. Ia menyetujui teori Gess dalam hal menjadikan Logos yang
berinkarnasi mengambil tempat jiwa manusia. Menurut dia Putra yang kekal
berhenti dari bentuk kekekalan dan dalam pembatasan diri yang sepenuhnya

31
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

mengambil bentuk eksistensi dari pusat kehidupan manusia. Tetapi menurut


Ebard, pengurangan diri sendiri ini tidak sampai membuang semua potensi diri
Logos. Sifat-sifat Ilahi masih ada, tetapi dimiliki oleh manusia Ilahi dalam
bentuk waktu yang sesuai dengan cara eksistensi manusia.
g. Teori Martensen dan Gore. Menurut dia eksistensi kehudupan ganda dalam
diri Logos berinkarnasi dari dua pusat kehidupan yang tidak saling
berkomunikasi. Ketika berada di pangkuan Bapa Ia tetap berfungsi dalam
hidup Tritunggal dan dalam hubungan-hubungan kosmis dengan dunia sebagai
pencipta dan penunjang hidup, tetapi pada saat yang sama Ia, sebagai Logos
yang menyingkirkansemua potensi-Nya yang disatukan dengan natur manusia,
tidak tahu apa-apa tentang ke-Tritunggalan-Nya serta fungsi kosmik-Nya, dan
hanya mengetahui dirinya sebagai Tuhan dalam pengertian bahwa
pengetahuan itu mungkin dalam sifat-sifat kemanusiaan.

3. Teori Inkarnasi bertingkat.


a. Seorang bernama Domer yang paling awal menentang dan keberatan terhadap
teori Kenosis. Kemudian ia menyusun teori lain untuk menolak teori Kenosis.
Dan berusaha seadil mungkin terhadap kemanusiaan Kristus, hingga ia
mengemukakan teori yang disebut Inkarnasi bertingkat dan progresif.
Menurutnya, inkarnasi bukanlah suatu tindakan yang digenapi pada saat Maria
mengandung bayi Yesus, akan tetapi merupakan proses yang berkelanjutan di
mana Logos menggabungkan diridalam suatu jumlah yang terus-menerus
bertambah dari manusia yang unik dan representatif (jelas merupakan ciptaan
yang baru), yaitu Yesus Kristus sampai suatu persatuan yang penuh akhirnya
dicapai pada saat kebangkitan Yesus.

b. Menurutnya Persatuan itu menghasilkan Manusia-Allah dengan satu keadaan


dan satu kehendak tunggal. Dalam diri dunia Allah-Manusia ini Logor tidak
mempunyai kepribadian, tetapi memberikan kualitas Ilahi kepada-Nya. Luis
Berkhof mengomentari teori ini, “bahwa teori ini sama sekali tidak sesuai
dengan Alkitab, yang selalu mengatakan bahwa inkarnasi adalah fakta
momentari dan bukan merupakan proses.” (Ibid hlm 60).

32
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

c. Jelalah pandangan Domer ini menyeret ke ke arah pandangan Nestorianisme


tentang dua pribadi yang ada dalam diri Kristus Sang pengatara. Rupanya
seorang bernama Rothe dan Bovon sangat mendukung teori Domer ini.

4. Pengertian Inkarnasi dengan dasar Alkitabiah. (Sumber: Luis Berkhof ).


a. Teori doktrin Kenosis mencari dukungan Alkiab Filipi 2:6-8; 2 Kor. 8:8, dan
Yoh. 17:5. Istilah “kenosis” berasal dari kata kerja dalam Fil. 2:7, ekenosein.
Dalam American Standar Version diterjemahkan “emptiet Himself” .
sebagaimana dikuti oleh L. Berkhof, Dr. Warfiel mengatakan “bahwa
terjemahan ini keliru”. (Luis Berkhof, Sistematika Teologi tentang Kristus hlm.
56). Kata kerja itu hanya terdapat pada empat ayat lain dalam Alkitab Perjanjian
Baru, masing-maisng Roma 4:14; 1 Kor. 1:17; 9:15; 2 Kor. 9:3. Dalam
keseluruhan ayat ini, kata itu dipakai secara kiasa dan berarti “menjadikan
kosong”; “tidak ada akibatnya”; “tidak ada penjelasan”; “batal”. Apabila arti
kata itu sedemikian, kata itu sekedar berarti bahwa Kristus “menjadikan diri-
Nya sendiri tidak berarti, tidak berpengaruh, tidak menekankan prerogatif Ilahi-
Nya, tetapi mengambil rupa seorang hamba.
b. Akan tetapi kedatipun kita mengambil makna harafiahnya sekalipun, tetapi tetap
tidak menunjang teori kenosis. Seandainya kita memahami apa yang Ia
singkirkan adalah morphe theou (rupa Allah), dan kemudian menganggap
bahwa morphe sebagai sifat esensial atau khusus dari keilahian, maka
pengertiannya bisa demikian, akat tetapi kata kerja ekenosen tidaklah mengacu
pada morphe theou, tetapi kepada einai isa theoi (bentuk datif), yaitu
keberadaan-Nya yang sama dengan Allah.
c. Kenyataan bahwa Kristus mengambil rupa seorang hamba tidak mencakup
penyingkiran bentuk Allah-Nya. Tidak ada pertukaran dari yang satu pada yang
lain. Walaupun ejak praeksistensi Ia adalah Allah, Kristus tidak meperhitungkan
keberadaan yang setara dengan Allah itu sebagai suatu harga yang tidak boleh
diabaikan, akan tetapi Ia mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang
hamba.
d. Sekarang, keberadaan-Nya yang mengambil rupa seorang hamba itu mencakup
apa saja? Keadaan yang rela menempatkan diri untuk senantiasa taat. Dan lawan
dari itu adalah suatu keadaan berdaulat di mana seseorang berhak memerintah.

33
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Keberadaan Kristus yang setara dengan Allah, mengandung arti mode


kebenaran, tetapi suatu keadaan yang ditukar oleh Kristus dengan keadaan lain.

34
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

BAB III
KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

Pendahuluan
Doktrin keilahian Kristus penting sekali dalam studi Kristologi, tetapi kemanusiaan-
Nya juga sangat penting.
Menolak kemanusia sejati Kristus seperti halnya aliran “Christian Saince Modern” sama
dengan menolak seluruh keyakinan dasar kekristenan, sama halnya menolak keilahian
Kristus. Alkitab berbicara banyak tentang kemanusiaan Kristus, jika menolakkemanusiaan
sejati Yesus sama halnya dengan menolak kebenaran Alkitab. Padahal Alkitab menjadi satu-
satunya pedoman kehidupan orang beriman.
Pentingnya doktrin kemanusian Yesus Kristus karena padanya tergantung realita
kematian-Nya di salib; pernyataan bahwa Ia Messias Israel; kenyataan bahwa Ia memenuhi
janji Allah kepada Daud, yaitu bahwa Kristus akan duduk pada takhta Daud, dan jabatan-Nya
sebagai nabi dan Imam. Yesus Kristus Dilahirkan dan Memiliki Tubuh/pisik, Jiwa dan Roh
Tubuh/pisik tersebut terdiri dari darah dan daging seperti tubuh-tubuh yang dilahirkan seperti
manusia normalnya, kecuali kenyataan bahwa itu tanpa dosa. Alkitab menjelaskan bahwa
Kristus menjadi manusia dan mengambil bagi diri-Nya daging dan darah, (Yoh. 1:14; Ibr.
2:14). Seperti ditulis Yohanes, penolakan kemanusiaan Kristus adalah anti Kristus (1 Yoh.
4:2-3).
Lahir dari seorang perawan (Gal. 4:4). Dalam hal ini Yesus Kristus menempuh proses
kemanusiaan, (Luk. 2:7; ). Ini penggenapan nubuatan dalam Perjanjian Lama yaitu dari
“benih Daud.” (Kis. 2:30; 13:23; Ro. 1:3). Ia bertumbuh menjadi besar menurut hukum
alamiah, (Luk. 2:25). Normal sebagaimana anak-anak lainnya. Demikian juga gerakan-
gerakan motorik-Nya. Bertumbuh ke arah kedewasaan (Luk. 2:40). Ia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, (Luk. 2:46), sebagai bukti pikirannya berfungsi normal dalam usaha
menjangkau hal-hal baru. Ada kuasa akal berkembang dan keinginan memiliki pengetahuan.
Ia belajar ketaatan. Walaupun Ia Anak Allah namun sebagai manusia Ia bertumbuh di dalam
ketaatan atau patuh pada orang tua, agama dan negara. Mengenal penderitaan melalui
pengalaman pribadi. Berkomunikasi, menolong mereka yang membutuhkan pertolongan.
Perkembangan itu menunjukkan kepada penambahan unsur-unsur kedewasaan yang
sempurna ke dalam diri manusia-Nya. Dan bukanlah pengertian bahwa karena berdosa
sehingga perlu penanggalan dosa itu dan perkembangan ke arah kesucian sejati.

35
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Ia dapat dilihat dan dijamah/raba (1 Yoh. 1:1-2; Mat. 26:12). Kalau dewa-dewa
Yunani, ilah-ilah misteri agama, dan filsapat Gnostik dan atau tokoh-tokoh pewayangan
bukanlah sungguh-sungguh pribadi sempurna yang pernah ada dalam sejarah manusia,
namun Yesus adalah pribadi yang sempurna yang benar-benar pernah hidup dalam wujud
insani nyata. Ia bukan arwah yang bergentayangan hanya bayangannya dapat dilihat.
Kesempurnaan dan kesucian Yesus yang menyebabkan orang sukar percaya kalau-kalau Ia
betul insan seperti itu dalam sejarah manusia. Murid-murid-Nya adalah saksi-saksi yang
pernah mendengar suara-Nya, melihat Dia dengan mata kepala sendiri. Yesus Kristus tidak
berdosa atau tidak pernah jatuh dalam dosa. (Ibrani 4:15). (Impeccability Of Christ).
Arti istilah: Impeccability adalah paham yang menganut bahwa “Yesus tidak dapat
berdosa.” Sedangan istilah Peccanility adalah paham yang memegang “bahwa Yesus dapat
berdosa.” Teori konsep Peccability: Pencobaan selalu berhubungan dengan kemungkinan
jatuh. Dalam Ibr. 4:15 Yesus dicobai. Jadi, Ia mesti dapat berbuat dosa, sebab pencobaan itu
real, contoh kasus pencobaan 40 hari di padang; pergumulan di Getsemani. Pencobaan Yesus
real seperti pencobaan manusia lain-Nya. Teori Impeccability: Meskipun pencobaan real
(Mat. 4 dan pergumulan di Getsemani, Yesus tidak memiliki dosa asal adam. Tidak ada
konsflik, (Rom pasal 7). Yesus memiliki sifat ilahi, (Ia adalah Allah), Yak. 1:3). Mungkin
dicobai, tapi tak mungkin jatuh. (Absen personal konflik, (Yoh. 8:46; 1 Yoh. 3:5). Ia = Allah
tidak berubah dan tak terubah, (Ibr. 13:8; Maz. 102:27). Ia Mahakuasa, sedangkan istilah
Peccability mengandung arti lemah. Kuasa-Nya tidak terbatas untuk menolak dosa yang
mencobai sifat kemanusian-Nya. Ia Mahatahu, maka Ia telah mengetahui semuanya sebelum
Iblis bergerak dan mengambil tindakan apapun. Pikiran-Nya, perasaan-Nya, dan kemauan-
nya tidak bisa diutak atik dan dipermainkan Iblis.

Paham Ortodoks: Mereka yakin bahwa Yesus Kristus tidak berddosa. Sejalan dengan
keilahian-Nya dan sebagai suatu persyaratan awal bagi pekerjaan penebusan/pengganti.
Sedikitpun kegagalan moral akan meruntuhkan nilai kedua aspek penting itu. Namun
perbedaan yang sangat penting ialah “apakah Anak Allah dapat berdosa” dikala dicobai
karena sifat kemanusiaan-Nya?

Ia memiliki jiwa : Jiwa-Nya dapat berdukacita, (Mat. 26:38).


Hati-Nya sangat sedih seperti mau mati rasanya, (Mat. 26:36; Mrk. 14:34;)
Ia juga memiliki Roh: Ketika di Kayu salib sebelum benar-benar mati Ia berkata,Ya Bapa, ke
dalam tanganMu Kuserahkan nyawa-Ku = (terjemahan lain RohKu). Menyatakan Roh-Nya

36
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

tertekan, (Yoh. 13:21). Allah yang mengaruniakan Roh tidak terbatas kepada-Nya, (Yoh.
3:34). Jiwa dan roh manusia merupakan bagian manusia seutuhnya dalam tubuh yang hidup.
Kristus sebagai Firman yang menjadi manusia sejati ia memiliki tubuh jasmani, jiwa dan roh
sama dengan manusia normal.

Terbatas sebagaimana kemanusiaan.


Ia bergerak melakukan kegiatan oleh insting manusia normal, dan Ia menggunakan
daya aktifitas seperti dimiliki manusia biasa.
Yesus merasa lapar, (Mat. 4:2), Ia merasa haus, (Yoh. 19 : 28), Ia merasa lelah, (Yoh. 4:6),
saat Yesus mempersatukan diri-Nya dengan sifat kemanusiaa, sifat kemanusiaan itu tidak
diubah menjadi saifat ilahi. Maka banyaknya kegiatan melelahkan tubuh-Nya. Kenyataan
tubuhNya menjadi lelah membuktikan ia manusia. Ia juga menangis, (Yoh. 11:33, 35),
Keadaan teman dekat-Nya di Betani mengasihi saudaranya laki-laki yang telah mati
menyebabkan air mata simpati-Nya keluar.
Ia dapat dicobai, (Ibr 4:15). Allah Bapa tidak dapat dicobai, karena ia tidak memiliki daging
manusia, tetapi Yesus dicobai karena kenyataan-Nya Ia adalah manusia sejati.

E. Memiliki Nama-nama Sebagai Manusia.


Yesus = Allah beserta kita dan juga berarti Juruselamat, (Luk. 1:31; 2:21).
Kristus = Juruselamat, Yang diurapi (Luk. 2:11).
Anak Manusia (Mat. 19:28; Luk. 19:10) nama ini menunjuk Ia adalah sungguh-sungguh
manusia sejati dan manusia ideal yang memiliki hubungan universal dengan umat manusia. Ia
juga dipanggil manusia, (bdgk. 1 Tim. 2:5; Yes. 53:3, hal ini menunjuk fingsinya sebagai
perantara antara manusia dan Allah di mana Ia juga sungguh-sungguh mengalami
kesengsaraan, sebab Ia juga manusia.
Anak Daud (Mat. 1:1; 9:27; Mrk. 10:47;2 Tim 2:8), menunjuk Yesus memiliki silsilah nenek
moyang.
Lihat daftar nama-nama Kristus berkaitan dengan kemanusiaan-Nya manusia dalam buku
(Kristologi, oleh Peter Wongso, hlm. 77-78).

37
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Perpaduan Keilahian dan Kemanusiaan Kristus.


Apabila kedua sifat Kristus yaitu Allah sejati dan manusia sejati secara sempurna,
pertanyaannya adalah bagaimana kedua sifat yang sempurna itu berbaur secara sempurna
pula?

Penjelasan H. C. Thiessen
Perpaduan sifat ilahi dengan dengan sipat kemanusiaan di dalam Kristus tidak dapat
dibandingkan dengan hubungan pernikahan, karena keduabelah pihak tetapi merupakan dua
pribadi yang berbeda walaupun sudah menikah. Hubungan kedua sifat itu tidak sama seperti
hubungan orang-orang-orang percaya dengan Kristus. Juga tidak tepat untuk beranggapan
bahwa sifat ilahi itu tinggal di dalam Kristus sebagai Kriostus tinggal di dalam orang percaya,
karena itu berarti Kristus hanya seorang manusia yang didiami oleh dan Ia sendiri bukan
Allah. Gagasan yang beranggapan bahwa Kristus mempunyai kepribadian rangkap tidak
Alkitabiah. Tidak disebutkan di dalam Alkitab bahwa Logos mengampil tempat dalam
pikiran dan roh manusiawi di dalam Kristus, karena dalam hal demikian Kristus bersatu
dengan kemanusiaan yang tidak sempurna. Demikian pula kedua sifat itu tidak bersatu untuk
membentuk sifat ketiga, Sebab dalam hal itu Kristus bukanlah manusia sejati. Juga tidak
dapat dikatakan bahwa Kristus secara berangsur-angsur menerima sifat ilahi, karena dalam
hal demikian keilahian-Nya bukan sesuatu kenyataan hakiki sebab harus diterima secara
sadar oleh kemanusiaan Kristus.
Bila pengertian-pengertian itu salah semua bagaimanakah kita dapat menerangkan
perpaduan kedua sifat tersebut di dalam Kristus sehingga menghasilkan suatu pribadi, namun
dengan dua kesadaran dan dua kehendak? Sekalipun ada dua sifat, tetapi ada satu pribadi
saja. Dan sekalipun ciri-cirichas dari sifat yang satu tidak dapat dikatakan merupakan chiri
chas dari sifat lainnya, namun kedua sifat itu berada dalam satu oknum, Yaitu Kristus.
Tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa Kristus adalah yang Ilahi, yang memiliki sifat
manusiawi, atau Ia adalah manusia yang didiami oleh Yang ilahi. Dalam hal yang pertama,
maka sifat manusia tidak akan memperoleh tempat dan peranan yang semestinya, dan dalam
hal yang kedua, sifat ilahi itulah yang tak tak akan memperoleh tempat dan peranan yang
semestinya. Oknum kedua dari Tritunggal Allah menerima keadaan manusia dengan dengan
semua ciri chasnya. Dengan demikian kepribadian Kristus berdiam di dalam sifat ilahiNya,
karena Allah Anak tidak bersatu dengan sorang manusia tetapi dengan sifat manusia.
Terpisah dari penjelmaan sifat manusia Kristus tak bersifat pribdi; akan tetapi hal ini tidak
benar tentang sifat ilahi-Nya. Begitu sempurnanya penyatuan menjadi satu pribadi ini

38
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

hingga sehingga, sebagaimana dikatan oleh Walvoord, “Kristus pada saat yang sama
memiliki sifat-sifat yang nampaknya bertolak belakang. Ia biasa lemah dan mahakuasa,
bertambah dengan pengetahuan namun mahatahu, terbatas dan tidak terbatas,” dan kita dapat
menambahkan, bahwa Ia bisa berada disatu tempat namun Ia mahahadir.
Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai satu pribadi yang utuh dan tunggal; Ia sama
sekali tidak menunjukkan adanya gejala-gejala keterbelahan keprinadian. Selanjutnya, orang-
orang yang berhubungan dengan Dia menganggap Dia sebagai seorang dengan kepribadian
yang yang tunggal dan tidak terbelah. Bagaimana dengan kesadaran-Nya? Jelaslah bahwa
dalam kesadaran diri yang ilahi Yesus senantiasa sadar akan keilahian-Nya. Kesadaran diri
yang ilahi itu senantiasa beroperasi penuh, bahkan pada masa kanak-kanak. “Namun ada
bukti bahwa dengan perkembangannya sifat manusiawi itu mulai aktif.”

39
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

BAB IV
JABATAN YESUS KRISTUS

Menurut Alkitab, jabatan Yesus Kristus dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu jabatan
sebagai nabi, pekerjaan sebagai imam, dan pekerjaan sebagai Raja. Seseorang berkata,
"Yesus Kristus harus menjadi nabi untuk menyadarkan kita akan dosa-dosa kita; menjadi
Imam untuk melepaskan kita dari hukuman dosa; menjadi Raja untuk melepaskan kita dari
kuasa dosa." Dalam Perjanjian Lama, Samuel ialah seorang nabi dan imam; Daud adalah
seorang nabi dan raja; Melkisedek ialah imam dan raja. Hanya dalam Yesus Kristus ketiga
jabatan itu dipersatukan dan digenapkan.

A. Yesus Kristus Sebagai Nabi


Kata Nabi dalam PL diungkapkan dengan istilah yaitu “Nabhi”, “Roeh” dan
“Chozeh”. Menurut penjelasan dan pengertian yang terdapat dalam Kelu 7:1 dan Ulangan
18:18, Nabhi adalah orang yang menyampaikan berita Allah kewpada umat manusia,
sedangan arti kata Roeh dan Chozen menunjukkan orang yang mendapatkan wahyu Allah
atau orang yang mendapatkan penglihatan khusus wahyu Allah. Adakalanya ketiga istilah ini
digunakan dalam pengertian yang sama. Ada kalanya kata nabi disebut juga “Manusia dari
Allah” (Man Of God), “Utusan Allah” (Messenger Of God) dan “Pengawas” (Watch Man).
Bahasa Yunani, kata nabi adalah prophetes yang terdiri dari dua kata pro yang berarti
“terbuka” atau “keluar) dan phemi yang berarti “berkata”. Dari pengertian itu maka nabi
bukan saja orang yang menyampaikan berarti, tetapi juga mempunyai pengertian
“memproklamasikan” berita dari Allah, hal-hal yang sudah dan sekarang terjadi.

Pekerjaan Tuhan Yesus Sebagai Nabi


Pekerjaan Tuhan Yesus sebagai Nabi (di dunia) dimulai di Sungai Yordan pada waktu
Ia dibaptiskan dengan Roh Kudus, dan diakhiri di Kalvari ketika Ia mengorbankan diri-Nya
karena dosa. (Matius 4:23-25, Lukas 4:14-27; Kisah 2:22,23; Ibrani 9:26-28).
Pekerjaan seorang nabi ada dua macam. Pekerjaan seorang nabi yang terutama yaitu
menyatakan kebenaran dan kehendak Allah. Kedua, bernubuat, yaitu memberitahukan apa-
apa yang akan terjadi. Pekerjaannya ialah menjadi penyelidik dan peninjau. Seorang nabi
juga mempunyai pengertian atas hal-hal yang sudah jadi, seperti Musa telah menulis dari hal
penciptaan alam ini (Kejadian 1:1-2:25). Sebutan yang mula-mula diberikan kepada seorang
nabi yaitu peninjau, yaitu yang dapat melihat dari jauh. Juga nabi adalah orang yang dapat

40
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

melihat hal-hal yang tidak kelihatan kepada orang-orang lain. Jadi seorang nabi ialah orang
yang berkata kepada orang banyak sebagai pengantara Allah. Pekerjaan seorang nabi
diterangkan dalam Keluaran 4:10-17.

Cara Bekerja Seorang Nabi


Dalam Perjanjian Lama seorang nabi menggenapkan pekerjaannya dengan tiga cara,
yaitu dengan mengajar (Matius 5:1-7:29), dengan bernubuat (Matius 24:1-51), dan dengan
mujizat atau menyembuhkan orang, (Matius 8:1-9:38). Tuhan kita telah melakukan ketiga hal
itu. Tuhan Yesus telah menggenapkan pekerjaan-Nya sebagai Nabi dengan cara yang berikut:
1. Melalui perkataan-Nya yang penuh hikmat: Matius 5:2; 7:28,29; Yohanes 6:63;
Wahyu 1:10,11.
2. Melalui perbuatan-Nya yang ajaib, Yohanes 5:36; 10:25; 15:24; Kisah 2:22.
3. Melalui teladan yang sempurna, Yohanes 13:15; 1Petrus 2:21-23.
4. Dengan tidak membuka mulut-Nya ketika Ia dituduh. Matius 27:13,14, 1Petrus 2:23.
5. Mencurahkan Roh Kudus ke atas orang-orang percaya. Yohanes 14:26; 15:26;
1Petrus 1:10,11; 1Yohanes 2:20-27.

B. Yesus Sebagai Imam


Dalam Perjanjian Lama, Imam: “Kohen” dipakai sekaligus dalam bidang keagamaan
dan politik (1 Raj 4:5; 2 Sam 8:18; 20:26). Dalam PB, imam adalah “hiereus” yang memiliki
wewenang dan kemudian mempunyai pengertian “orang suci” yang mempersembahkan
hidupnya bagi Tuhan.
Dalam Mazmur 110:4 terdapat nubuat bahwa Yesus Kristus akan menjadi seorang imam,
Ibrani 5:6; 6:20; 7:21. Kristus adalah seorang imam, tetapi Ia bukan keturunan Harun. Ia
adalah imam "menurut peraturan Melkisedek," itu berarti bahwa pekerjaan imamat-Nya
dikerjakan di dalam sorga, bukan di atas bumi saja, dan pekerjaan itu tidak berubah,
melainkan kekal.

Bidang Pekerjaan Kristus Sebagai Imam


Pekerjaan Tuhan Yesus sebagai Imam telah dimulai pada waktu Ia menyerahkan diri-
Nya di kayu salib sebagai korban karena dosa dan akan selesai pada waktu Ia kembali ke
dunia untuk menduduki takhta-Nya (Ibrani 8:1-9:28).

41
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Cara kerja Kristus sebagai Imam


Imam ialah seorang pengantara, yaitu seorang yang berdoa kepada Allah yang adil
bagi manusia yang berdosa, Imamat 4:16-18. Tidak berapa lama sesudah peristiwa air bah
yang besar itu, beberapa orang dipilih dan di khususkan untuk jabatan imam. Kepada mereka
diwajibkan mengadakan korban dosa serta berdoa kepada Allah untuk orang-orang berdosa
yang tidak ada hak menghampiri Allah. Oleh sebab itu seorang imam harus
mempersembahkan korban darah karena dosa. Tetapi hak itu hanya diberikan kepada imam.
Mereka menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yang oleh korbannya dan doanya dosa
diampuni. Itu adalah jabatan imam dalam Perjanjian Lama, dan di antara bangsa Israel
jabatan itu diserahkan kepada keturunan Harun.

Dalam Perjanjian Lama tugas imam ada tiga macam, yaitu:


1. Mempersembahkan korban karena dosa dihadapan orang banyak
2. Memasuki tempat kudus serta mendoakan orang banyak
3. Keluar dari tempat itu serta memberkati orang banyak

Tuhan Yesus sebagai Imam Besar telah melakukan ketiga tugas itu. Yang pertama,
korban karena dosa telah dipersembahkan-Nya pada waktu Ia datang ke dunia ini serta
menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib sebagai korban karena dosa. Yang kedua,
mendoakan orang-orang. Sampai sekarang Ia masih berbuat hal itu di dalam sorga di antara
waktu kedatangan-Nya yang pertama dan yang kedua. Yang ketiga, memberi berkat (nikmat);
Ia akan menggenapkan hal itu pada waktu Ia kembali ke dunia ini. Ibrani 9:27,28 1Petrus
1:18-20; 2:24; Roma 8:34; Ibrani 7:25; 2Tesalonika 1:10, 1Petrus 1:4,5; Wahyu 11:15; 20:4.
Imam-imam dalam Perjanjian Lama boleh masuk ke dalam "Tempat Kudus" pada kemah dan
kaabah, tetapi hanyalah Imam Besar yang boleh masuk ke dalam tempat "mahakudus"
setahun sekali pada "hari pendamaian," Ibrani 9:6,7. Para ahli berpendapat bahwa kata-kata
berkat yang diucapkan sesudah Imam Besar keluar dari tempat "mahakudus" terdapat dalam
Bilangan 6:22-27.
Sekarang Yesus Kristus melakukan pekerjaan sebagai Imam di sebelah kanan Allah
Bapa dalam sorga. Di situ Tuhan Yesus mendoakan kita dihadapan Bapa-Nya. Ini adalah
pekerjaan yang penting sekali dan kita akan menyelidikinya dalam pelajaran tentang
Kenaikan dan Kemuliaan Kristus.

42
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

C. Yesus Kristus Sebagai Raja


Di dalam PL dengan nyata disebutkan bahwa Kristus adalah Raja dan Raja di atas
segala raja (Maz 93:1; 97:1). Di dalam PB, Mikha menyatakan Tetapi engkau, hai Betlehem
Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku
seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak
dahulu kala (Mikha 5:1; Mat 2:6). Tatkala Yesus mau naik ke Surga, Yesus menyatakan
“KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi” (Mat 28:18). Dalam
penglihatan Yohanes di pulau Patmos mengatakan “ Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis
suatu nama, yaitu : Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (Wah 19:16). Topik Kristus
sebagai Raja akan dibahas secara luas pada mata kuliah Eskatologi (Akhir Zaman).

43
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

BAB V
KARYA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN
YESUS KRISTUS

A. Pentingnya Kematian Tuhan Yesus


Kematian Yesus Kristus disebut dalam Perjanjian Baru lebih dari 175 kali. Selain itu
sering juga disebut dalam ibarat dan nubuat dalam Perjanjian Lama. Ibrani 2:14 dikatakan
bahwa Yesus Kristus telah menjadi sama dengan manusia dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut.
Yesus Kristus menjelma menjadi manusia supaya Ia mati menggantikan kita. Yesus Kristus
datang ke dalam dunia ini, untuk menjadi penebus kita, (Matius 20:28). Kematian Yesus
Kristus menjadi pokok yang dibicarakan oleh Musa dan Elia dan Yesus waktu mereka itu ada
di dalam kemuliaan di atas gunung, Lukas 9:30,31. Yesus Kristus telah disalibkan supaya
dengan darah-Nya Ia menebus orang-orang, dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan
bangsa, supaya mereka itu menjadi suatu kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah,
Wahyu 5:8- 12. Pentingnya kematian Yesus Kristus dinyatakan dalam kebangkitan-Nya, dan
hal itu sesuai dengan nubuat, menurut 1Korintus 15:1-4.

Tujuan Kematian Yesus Kristus


Yesus Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, yaitu dosa yang menyebabkan
dan yang menuntut kematian-Nya, Yesaya 53:5,8,11,12 1Petrus 3:18; Roma 4:25; 1Korintus
15:3; 1Petrus 2:24. Bukan dosa-dosa-Nya sendiri yang ditanggung-Nya, melainkan dosa-dosa
orang lain, sebab Ia sendiri tidak berdosa. Kematian-Nya adalah untuk menggantikan
manusia berdosa, yaitu seorang yang benar yang wajib hidup, telah mati karena kita yang
seharusnya mati terhukum karena dosa. Tuhan Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya sebagai
tebusan, yaitu tebusan untuk melepaskan kita dari kematian, (Matius 20:28).
Nyawa Yesus Kristus telah menjadi korban karena dosa, dan oleh sebab kematian-
Nya pengampunan diberikan kepada orang-orang berdosa yang bertobat dan percaya, Yesaya
53:10. Darah Yesus Kristus telah menjadi korban pendamaian karena dosa-dosa kita. Oleh
karena kematian-Nya dan oleh karena darah-Nya yang tertumpah itu maka murka Allah
kepada kita telah dihapuskan, 1Yohanes 4:10, Roma 3:25. Allah itu suci, Ia harus membenci
dosa. Kesucian Allah dan kebencian-Nya akan dosa harus dinyatakan. Murka-Nya kepada
dosa harus dinyatakan atas orang berdosa atau atas seorang penggantinya. "Kita sekalian

44
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah
menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian," Yesaya 53:6. Ia telah mati, "Karena
pemberontakan umat-Nya, Ia kena tulah," Yesaya 53:8. Siksaan atas dosa kita telah jatuh
atas Kristus dan kesucian Allah menuntut supaya Dia mati ganti kita, sebab kita sendiri tidak
dapat menjadi korban karena dosa-dosa kita. Yesus Kristus mati untuk menebus kita dari
laknat Taurat, yaitu dalam hal Ia terlaknat ganti kita, Galatia 3:10,13. Yesus Kristus mati
menjadi domba Paskah kita, yaitu supaya darah-Nya menyebabkan Allah melalui kita,
1Korintus 5:7, Keluaran 12:13,23. Yesus Kristus mati untuk menebus orang yang di bawah
Taurat supaya kita pun beroleh hak anak angkat, yaitu supaya kita dilepaskan daripada
Taurat, dan menjadi anak-anak Allah, Galatia 4:4,5. Yesus Kristus mati untuk melepaskan
kita daripada zaman yang jahat ini. Kita telah dikuasai oleh zaman ini oleh sebab dosa-dosa
kita. Tetapi sekarang kita telah menjadi anak-anak Allah dan tanah air kita ada di sorga,
Galatia 1:4.
Tuhan Yesus mati supaya kita dapat dibawa oleh-Nya kepada Allah, 1Petrus 3:18.
Perhatikanlah Yohanes 14:6. Kematian Kristus telah menghilangkan jurang pemisah antara
Allah yang suci dan manusia yang berdosa. Tuhan Yesus mati supaya Ia berbuah banyak,
Yohanes 12:24. Tuhan Yesus mati dan bangkit lagi supaya Ia menjadi Tuhan bagi orang yang
mati dan orang yang hidup, Roma 14:9. Tuhan Yesus telah mati karena orang yang lemah,
Roma 14:15, 1Korintus 8:11. Kristus tidak hanya mati karena orang-orang Kristen yang kuat,
yang maju kerohaniannya, melainkan juga karena saudara-saudara seiman yang lemah
imannya. Kalau kita ingat hal ini tentu kita akan lebih sabar menghadapi orang Kristen yang
lemah, walaupun ia tidak maju sebagaimana yang kita kehendaki. Ingatlah bahwa ia saudara
kita yang lemah, yang karenanya Kristus mati.
Yesus Kristus mati karena orang banyak, bukan karena beberapa orang saja, Matius
20:28. Tuhan Yesus mati karena orang-orang berdosa dari tiap-tiap suku dan bahasa, dan
kaum dan bangsa di dunia ini, Wahyu 5:9. Inilah alasan pekerjaan pemberitaan Injil, yaitu
supaya kita pergi mencari dan mendapatkan orang-orang dari segala bangsa yang karena
mereka Tuhan Yesus telah mati. Tuhan Yesus mati karena segenap dunia, Yohanes 1:29.
Oleh sebab kematian-Nya Allah dapat dan boleh memberikan rahmat-Nya kepada segenap
dunia. Kematian Kristus cukup untuk semua manusia, asal mereka bertobat dan percaya
kepada-Nya. Tuhan Yesus telah menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan semua orang,
1Timotius 2:6. Perhatikanlah, Tuhan Yesus mati karena semua manusia. Tebusan untuk
segenap manusia sudah diadakan. Keselamatan tersedia bagi semua orang, sehingga rahmat
Allah boleh diberitakan kepada segenap manusia. Tebusan karena dosa-dosa orang seisi

45
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

dunia telah digenapkan. Pengampunan dosa sudah tersedia, yang perlu adalah orang datang
dan menerima pengampunan itu dalam iman kepada Yesus Kristus. Tuhan Yesus telah
merasai maut karena tiap-tiap orang, Ibrani 2:9. Tuhan Yesus mati karena tiap-tiap orang.
Bukan hanya karena seluruh umat manusia, melainkan karena tiap-tiap orang. Allah Bapa
dapat memberikan rahmat kepada tiap-tiap orang dan memberikan keselamatan oleh sebab
kematian Kristus.
Tuhan Yesus mati karena orang yang tidak benar, 1Petrus 3:18. Tuhan Yesus mati
karena orang berdosa, Roma 5:8. Tuhan Yesus mati karena orang fasik, Roma 5:6. Adakah
orang yang tidak termasuk dalam kelompok-kelompok itu? "Tidak". Oleh sebab itu pelajaran
mengenai pilihan, yaitu kita dipilih Allah sebelum dunia ini dijadikan, patut diajarkan kepada
orang Kristen, bukan kepada orang yang belum percaya. Kepada orang yang belum percaya
kita patut mengabarkan bahwa Kristus mati karena orang sekalian. Kita dapat melihatnya dari
ayat-ayat yang berikut: Yohanes 3:16, "setiap orang," Wahyu 22:17 "barang siapa," 2 Petrus
3:9 "jangan ada yang binasa".

A. Kebangkitan Yesus Kristus

Ada banyak tanda yang membuktikan kebangkitan Yesus Kristus (Kisah 1:3).
Kesaksian para rasul dan orang-orang yang mula-mula percaya adalah sangat berharga oleh
sebab itu janganlah meremehkan peristiwa kebangkitan-Nya. Tuhan Yesus telah disalibkan,
mati dan dikuburkan; lalu pada hari yang ketiga tubuh-Nya tidak berada lagi di dalam kubur
itu walaupun kubur itu dimeteraikan dan dijaga oleh tentara-tentara Roma. Seorang malaikat
telah memberitahukan kepada perempuan-perempuan yang pergi ke kubur itu pada dini hari,
bahwa Yesus telah bangkit dan sudah mendahuluinya pergi ke Galilea, Matius 28:1-7. Kain
kafan Tuhan telah terletak ditanah, dan dari kain kapan itu terbukti bahwa tubuh-Nya telah
menerobos ke luar tanpa membuka atau mengoyakkan kain kapan itu, hanya kempis saja.
Tuhan Yesus telah menampakkan diri dalam "tubuh jasmani" kepada rasul-rasul-Nya dan
meyakinkan bahwa tubuh-Nya itulah tubuh yang telah disalibkan. Di samping itu, rasul-rasul-
Nya juga menyadari bahwa Tuhan Yesus telah mendapat kuasa yang baru dan ajaib, yang
lebih besar daripada yang dinyatakan-Nya sebelum Ia disalibkan. Selama empat puluh hari,
dari kebangkitan-Nya sampai kenaikan-Nya ke sorga, Ia menyatakan diri sebagai berikut:
Kepada Maria Magdalena (Yohanes 20:15,16 dan Markus 16:9); kepada perempuan-
perempuan yang lain (Matius 28:9,10); kepada Petrus (Lukas 24:34); kepada dua murid yang
pergi ke Emaus (Lukas 24:13-35); kepada sepuluh orang rasul, Tomas tidak hadir (Yohanes

46
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

20:19); kepada sebelas rasul, Tomas hadir (Yohanes 20:26-29); kepada rasul-rasul waktu
mereka mencari ikan di danau Tiberias (Yohanes 21:1-14); kepada orang banyak di atas
gunung (Matius 28:16); kepada Yakobus (1Korintus 15:7); kepada lima ratus orang pada satu
saat (1Korintus 15:6); kepada rasul-rasul dan yang lain-lain pada waktu Ia naik ke sorga
(Lukas 24:50,51); dan terakhir sekali, tetapi bukan dalam empat puluh hari itu, Ia kelihatan
kepada Rasul Paulus (1Korintus 15:8). Tidak jelas waktunya kapan Tuhan Yesus kelihatan
kepada rasul-rasul dan orang banyak di atas gunung di Galilea. Boleh jadi waktu itulah Ia
kelihatan kepada 500 orang lebih yang dikatakan oleh Rasul Paulus.
Satu bukti lagi dari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang tidak dapat ditolak, yaitu
perubahan besar dan nyata yang terjadi dalam hati rasul-rasul. Sesudah Tuhan dikuburkan
mereka menjadi takut, kecewa, tidak percaya dan muram; tetapi sesudah kebangkitan Tuhan
Yesus mereka tiba-tiba berubah, menjadi orang-orang yang percaya dan bersukacita. Bukti
yang terbesar atas Kebangkitan Tuhan Yesus yaitu, karunia Roh Kudus kepada rasul-rasul
dan murid-murid, dan oleh karunia itu mereka menjadi penginjil-penginjil yang giat dan
berani, memiliki kuasa yang besar dalam memberitakan Firman Tuhan. (Kisah 4:33; 5:32;
10:4; Ibrani 2:4). Satu bukti lain mengenai kebangkitan Tuhan Yesus terdapat dalam Matius
27:52,53. Diterangkan bahwa sesudah Tuhan Yesus bangkit maka banyak kubur orang saleh
terbuka dan mereka dibangkitkan serta kelihatan kepada banyak orang. Hal itu membuktikan
dan menggenapkan perkataan Tuhan Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup." Itu adalah
gambaran kebangkitan besar yang nanti akan terjadi.

Kebangkitan Kristus adalah Kebangkitan Tubuh


Kebangkitan Kristus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, bukan hanya satu
kebangkitan roh atau rohani. Kalau kebangkitan Tuhan Yesus hanya kebangkitan rohani saja,
tentu mayat-Nya akan ketinggalan dalam kubur itu. Tetapi ada bukti bahwa kubur itu
kosong (Matius 28:6; Markus 16:6, Lukas 24:3,12; Yohanes 20:1,2). Kubur yang kosong itu
disaksikan oleh sahabat-sahabat dan musuh-musuh-Nya; yaitu perempuan-perempuan, rasul-
rasul, malaikat-malaikat dan prajurit-prajurit Romawi. Dalam Matius 28:11-15 dikatakan
bahwa mayat itu tidak dicuri orang, sebab serdadu-serdadu Romawi diberi uang supaya
mereka berkata bahwa mayat-Nya dicuri. Serdadu-serdadu itu pasti tidak membiarkan mayat
Yesus dicuri sebab kalau begitu mereka harus dibunuh. Dan kalau mereka sungguh-sungguh
tertidur bagaimanakah mereka tahu apa yang terjadi? Tentu kesaksian mereka tidak akan
diterima oleh hakim yang benar. Lagipula kalau mayat Tuhan Yesus dicuri tentu kain

47
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

kapannya tidak ditinggalkan seperti yang diterangkan di Alkitab, yaitu teratur baik. Pencuri
tidak meninggalkan barang-barang dalam keadaan teratur.
Ada kebangkitan-kebangkitan lain dalam Alkitab yang sungguh-sungguh merupakan
kebangkitan tubuh (Matius 9:18-26; Lukas 7:11-18; Yohanes 11:1-44). Kejadian-kejadian ini
juga menunjukkan cara kebangkitan Tuhan Yesus, yaitu secara tubuh. Mengapa orang-orang
Yahudi berkata, "Perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau
tidak murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia," Kalau mereka itu tidak
berbicara dari hal tubuh-Nya? Tentu mereka tidak dapat mencuri jiwa-Nya.
Orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya mengenal Dia serta
mengakui bahwa Dia mempunyai tubuh yang mereka kenal, yaitu tubuh-Nya yang dahulu.
Lubang bekas paku-Nya masih ada (Yohanes 20:27, Lukas 24:37-39). Memang ada saat-saat
di mana Tuhan Yesus tidak dikenal oleh orang-orang, tetapi hal itu disebabkan Tuhan tidak
kenal oleh orang-orang, tetapi hal itu disebabkan Tuhan tidak mau menyatakan diri-Nya pada
waktu itu; hal itu terjadi karena pekerjaan Tuhan. Tomas telah mengenal Dia oleh sebab
bekas luka-Nya, dan masih ada bekas luka-Nya sampai sekarang.
Sudah tentu rasul-rasul percaya bahwa kebangkitan Tuhan adalah kebangkitan tubuh.
Paulus menulis pasal 1Korintus 15:1-58 untuk membuktikan hal itu. Yesus sendiri
menyaksikannya juga sebelum dan sesudah kebangkitan-Nya (Matius 17:23; Lukas 24:39;
Wahyu 1:18). Petrus menengok ke kubur yang kosong, dan setelah ia melihat letak kain
kapan yang dipakai oleh Yesus, ia percaya. Kita patut menerima kesaksiannya itu. Setiap kali
Tuhan Yesus menyatakan diri sesudah kebangkitan-Nya. Ia menyatakan bahwa Ia bukan
hantu, atau roh, melainkan seorang manusia yang sungguh-sungguh mempunyai tubuh
kebangkitan. Mereka telah melihat Dia, menjamah Dia, memegang Dia, mengenal Dia, dan Ia
telah makan dan minum beserta dengan mereka.

Kebangkitan Tuhan Yesus adalah Dasar Agama Kristen


Dari semua agama, hanya agama Kristen yang menuntut agar setiap orang menerima
ajaran-Nya, sebab Kristus, "Pendiri" agama itu, dibangkitkan dari antara orang-orang mati.
Tidak ada pendiri lain yang dibangkitkan dari antara orang mati.
Dijelaskan dalam 1Korintus 15:1-58, bahwa agama Kristen itu mutlak bergantung
pada kebangkitan Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus tidak bangkit dari antara orang mati,
maka sia-sialah agama Kristen, tetapi sebab Ia sudah bangkit maka benarlah agama itu. Rasul
Paulus berkata, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami,
dan sia-sialah kepercayaan kamu" (1Korintus 15:14). "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan,

48
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

maka... kamu masih hidup dalam dosamu" (1Korintus 15:17). "Demikianlah binasa juga
orang-orang yang mati dalam Kristus" (1Korintus 15:18). "Tetapi sesungguhnya Kristus
sudah dibangkitkan dari antara orang mati" (1Korintus 15:20). Kalau kebangkitan Tuhan
Yesus dicabut dari Injil, maka Injil itu sia-sia belaka. Kebangkitan Tuhan Yesus adalah inti
Injil. Rasul-rasul mengutamakan hal kebangkitan itu dan senantiasa memberitakannya, hal
ini menunjukkan pentingnya asas pengajaran tentang kebangkitan itu (Kisah 2:24,32; 3:15;
4:10; 5:30; 10:40; 13:30,34; 17:31 1Korintus 15:1-58; Filipi 3:21; 1Petrus 1:21,23).
Jemaat Kristus dibentuk atas kepercayaan kepada kebangkitan Kristus (Kisah 4:33).
Pada waktu itu orang-orang yang percaya serta menyaksikan kebenaran ini menderita banyak
aniaya. Walaupun demikian, pada waktu jemaat Kristus mulai berdiri, tidak ada orang yang
dapat membuktikan bahwa Tuhan Yesus tidak bangkit, meskipun bukti-bukti itu dicari.
Sebetulnya kehormatan Tuhan Yesus ditegakkan atas kebangkitan-Nya. Sesudah bangkit
Tuhan Yesus tinggal empat puluh hari lamanya di atas bumi ini, supaya kebangkitan-Nya
dibuktikan oleh banyak orang dan tak dapat ditolak lagi. Tuhan Yesus telah membuktikan
kebenaran perkataan-Nya dalam hal Ia bangkit dari antara orang-orang mati (Matius
12:39,40; Yohanes 2:20-22).
Orang-orang Kristen mengaku bahwa kebangkitan Kristus adalah dasar agama
Kristen; musuh agama Kristen juga mengakui hal itu dan mereka mencoba hendak
meniadakan kebangkitan itu. Musuh menolak segala bukti; sedangkan orang Kristen juga
mengakui bahwa kalau Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, agama Kristen sia-
sia belaka. Paulus telah menerangkan bahwa kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka
perubahan hati orang Kristen hanya dibuat-buat saja, dan pengikut-pengikut Kristus telah
ditipu. Kalau Tuhan Yesus tidak dibangkitkan maka perbuatan-perbuatan-Nya yang suci dan
mulia di dunia ini hanya beralaskan suatu dusta. Kita tahu bahwa hal itu mustahil, dan kita
sudah mendapat banyak bukti bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit. Kebangkitan Kristus
disebutkan lebih dari seratus kali dalam Alkitab.

49
Diktat Teol. Sistematika I – Oleh : Otniel O. Harefa.

Dafatar Kepustakaan :

________, Alkitab : Lembaga Alkitab Indonesia


Ryrie Charles C. Teologi Dasar I (Yoyagkarta : Yayasan Andi), 2012
Marantika, Chris. Kristologi (Yogyakarta : Iman Press), 2008
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika Vol. IV Doktrin Kristologi, (Surabaya: Lembaga
Reformed Injili Indonesia), 2003
Berkhof H. dan Enklaar, IH. Sejarah Gereja (Jakarta : BPK. Gunung Mulia), 2006.
Abineno, J.L.Ch. (1989). Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. 1989
Milne, B. (1993). Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Niextrik, G.C & B.J. Bolan. (1958). Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sudarmo, R. (1989). Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

50

Anda mungkin juga menyukai