0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan8 halaman
Elia menerima perintah dari Tuhan untuk bersembunyi di sungai Kerit. Setelah sungai itu kering, Tuhan menyuruhnya pergi ke Sarfat dan bertemu seorang janda. Janda itu awalnya khawatir makanan yang dimilikinya tidak akan cukup, namun atas petunjuk Elia, tepung dan minyaknya tidak pernah habis sampai hujan turun kembali seperti yang diperintahkan Tuhan.
Elia menerima perintah dari Tuhan untuk bersembunyi di sungai Kerit. Setelah sungai itu kering, Tuhan menyuruhnya pergi ke Sarfat dan bertemu seorang janda. Janda itu awalnya khawatir makanan yang dimilikinya tidak akan cukup, namun atas petunjuk Elia, tepung dan minyaknya tidak pernah habis sampai hujan turun kembali seperti yang diperintahkan Tuhan.
Elia menerima perintah dari Tuhan untuk bersembunyi di sungai Kerit. Setelah sungai itu kering, Tuhan menyuruhnya pergi ke Sarfat dan bertemu seorang janda. Janda itu awalnya khawatir makanan yang dimilikinya tidak akan cukup, namun atas petunjuk Elia, tepung dan minyaknya tidak pernah habis sampai hujan turun kembali seperti yang diperintahkan Tuhan.
Rudy Leonard Joi Harianja I. Berani Melakukan Seperti Firman Tuhan (ay.1-5) • Ay.1- Allah menghukum Israel di bawah pemerintahan Raja Ahab, tidak akan ada embun atau hujan..., kecuali kalau kukatakan (selama 3,5 tahun lih.Yak.5:17). Apa kejahatan Raja Ahab? (16:30-33) • Ay.2 – Tuhan berfirman kepada Nabi Elia. Bersembunyi di sungai Kerit “Go foodnya” – burung gagak – telah Kuperintahkan untuk memberi engkau makan • Ay.5 – Ia pergi dan melakukan seperti Firman Tuhan, Tidak ada perbantahan dan keraguan (bd. Nuh – Kej.6:22; 7:5 dan Yosua 11:9) • Ay. 7 – Setelah beberapa waktu sungai Kerit menjadi kering, sesuia dengan firman Tuhan (ay.1) • Ay. 8-9 – Firman Tuhan kepada Elia → Pergi ke Sarfat Kateringnya seorang janda miskin (bd.ay.12) • Ay.10 – Ia bersiap, lalu pergi • Elia menemukan seperti yang Tuhan firmankan. Lagi-lagi tidak ada konfrontasi dan pertanyaan dari Elia, menurut saja. Walaupun secara manusia hal ini membingungkan II. Pertolongan Tuhan Itu Sempurna (ay.6, 10-16) • Ay.6 – pagi dan petang “go food” datang dengan teratur, tidak ada macet • Ay.10 – Elia bertemu sesuai dengan apa yang difirman Tuhan (bd. Persiapan perjamuan malam terakhir) • Ay.10b - 11 – Elia meminta untuk mengambilkan air dan sepotong roti • Janda ini menjawab dengan jujur:”....setelah kami memakannya maka kami akan mati.” (sangat memprihatinkan) Apakah Anda pernah mengalami hal seperti ini? • Pengalaman di asrama beberapa bulan tifsk bayar uang asrama dan uang makan – telur, tahu dan bakso serasa punya duri. Ketika Anda mengalami situasi sulit kepada siapa Anda minta pertolongan? • Ay.13 -14 – Ada firman yang disampaikan oleh Elia kepada janda itu – dalam PL nabi mewakili Tuhan di hadapan jemaat. • Ay.15 – Pergilah perempuan itu dan berbuat seperti apa yang dikatakan Elia. • Perempuan itu, anaknya dan Elia mendapatkan makanan beberapa waktu lamanya – NIV – setiap hari. (sampai berapa lama?) • Tepung dalam tempayan itu tidak berkurang seperti firman Tuhan – bukan karena doa Elia dan perbuatan janda itu Perenungan • Kepada siapa Anda meminta pertolongan ketika sedang mengalami kesulitan? • Kepada siapa Anda lebih taat? Apakah kepada pimpinan, pendeta, ketua majelis – ketua Sinode? Martin Luther: patokan kita yang paling tinggi bukanlah peraturan gereja, melainkan firman Allah. Petrus: “Silahkan kamu putuskan sendiri manakaha yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.” (Kisah. 4:17) • Apakah Anda dan saya sudah melakukan seperti yang Tuhan firmankan atau jangan-jangan Anda dan saya hanya pembaca, peneliti dan pemberita firman saja? • Kesanggupan kita adalah dari Tuhan. Tuhan Yesus memberkati John Stott: ”Jika terjadi proses pembusukan dan penggelapan di mana-mana di dunia ini, jangan bertanya siapa yang salah, yang salah pastilah orang percaya atau gereja, karena itu berarti orang percaya/gereja tidak berfungsi sebagai garam dan terang dunia ini, yang menginfiltrasi dan mengkonfrontasi dunia dengan kebenaran dan kehendak Allah.” • Eka Darmaputera: Kalau gereja sukses dalam memikat banyak anggota, tapi hidup tanpa teologi, tidakkah namanya itu organisasi massa, atau klub rohani, tapi bukan gereja? Kalau gereja sukses dalam mengusahakan keuangan tetapi hidup tanpa teologi, tidakkah lebih tepat namanya CV atau Firma, tapi pasti bukan gereja? Kalau gereja sukses dalam pekerjaan sosial, tetapi hidup tanpa teologi, tidakkah lebih tepat namanya adalah sebuah yayasan sosial, tapi pasti bukan gereja? Gereja semakin menjauh dari teologi. Akibatnya gereja tidak lagi pantas disebut gereja. Tetapi sekaligus dengan itu, teologi juga semakin jauh dari gereja. Akibatnya, teologi tidak pantas juga disebut teologi. Gereja tanpa teologi? Seperti Pak Tani tidak punya cangkul. Teologi tanpa gereja? Seperti pada pameran, ketika sebuah cangkul di kagumi, tetapi bukan untuk dipakai. Jelaslah, betapa yang kita cita-citakan, adalah gereja yang berteologi.”