Anda di halaman 1dari 44

I.

Pendahuluan

Setelah Adam jatuh dalam dosa, Allah Yehova, yaitu Yesus dalam

Perjanjian Baru memberi firman nubuatan yang melampaui pemahaman kita

terhadap Iblis, yaitu ular (Kej. 3:1) yang telah menggoda Adam dan Hawa

sehingga jatuh ke dalam dosa, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau

dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan

meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej. 3:15).

Menurut nubuatan ini, akan ada peperangan rohani antara Keturunan perempuan

dan keturunan Iblis di masa yang akan datang.

Nubuatan firman ini adalah tulang punggung Alkitab. Sama seperti seluruh

tulang dan urat syarat terhubung dengan tulang punggung, sebagian besar doktrin

dan teologi Kristen terbentuk melalui nubuatan Kejadian 3:15 ini. Dengan

demikian sangatlah penting untuk menafsirkan istilah alkitabiah Keturunan

perempuan dan keturunan Iblis. Umumnya, ada tiga penafsiran tentang Kejadian

3:15, yaitu 1) perspektif soteriologi, 2) perspektif misiologi dan 3) perspektif

sejarah-agama. Dan ada sedikit perbedaan penafsiran tentang Keturunan

perempuan dan keturunan Iblis tergantung pada perspektif yang diambil masing-

masing.

Ketika kita meneliti Kejadian 3:15 dari perspektif soteriologi, nubuatan ini

adalah tentang Rencana Agung Keselamatan Allah yang diungkapkan kepada Iblis

untuk menyelamatkan Adam dan keturunannya yang telah jatuh dalam dosa.

Menurut rencana ini, Tuhan Yesus akan menjelma menjadi Keturunan perempuan

(Yes. 7:14, Mat. 1:18; Gal. 4:4) dan keturunan Iblis menjadi Yudas Iskariot dan
mereka akan berada dalam peperangan rohani. Yesus memilih Yudas Iskariot,

salah satu dari kedua belas murid-Nya, untuk menggenapi nubuatan Kejadian

3:15. Dan Yesus mengatakan kepada kedua belas murid-Nya itu bahwa Yudas

adalah Iblis akan tetapi mereka tidak bisa mengerti arti perkataan tersebut pada

waktu itu.

Untuk menggenapi Rencana Agung Keselamatan Allah, Iblis masuk ke

dalam diri Yudas Iskariot (Yoh. 13:27). Meskipun Yudas telah mengkhianati

Yesus untuk disalibkan di kayu salib dengan menjual-Nya seharga 30 keping

perak (Mat. 26:15), saat ia melihat bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman, Yudas

melemparkan kepingan perak tersebut ke Bait Suci dan pergi menggantung diri

(Mat. 27:5). Nabi Zakharia telah menubuatkan pada tahun sekitar 500 S.M (Za.

11:12-13) bahwa Yudas Iskariot akan bertindak demikian dan hal tersebut

digenapi (Mat. 27:9-10).

Yesus dikhianati oleh Yudas Iskariot dan Ia disalibkan dengan tangan dan

kaki-Nya terpaku pada salib (Mat. 27:35). Nubuatan bahwa tumit Keturunan

perempuan akan diremukkan telah digenapi. Tetapi Keturunan perempuan telah

meremukkan kepala keturunan Iblis yang adalah bagian penting dan mengalahkan

Iblis melalui kebangkitan-Nya (Mat. 28:6; 1 Kor. 15:4).

Penafsiran berikutnya tentang Kejadian 3:15 adalah pendekatan dari

perspektif misiologi, yang memandang Keturunan perempuan sebagai “Yesus dan

saksi-saksi-Nya,” dan keturunan Iblis sebagai “Iblis dan pengikutnya” serta orang

non-Kristen yang melayani mereka. Penafsiran ini dikaitkan dengan Perjanjian

Abrahamik (Kej. 12:2-3) dan Amanat Agung Yesus (Mat. 24:14; 28:19-20; Kis.
1:8). Perjanjian Abrahamik telah dijanjikan kepada Abraham oleh Allah Yehova,

yaitu Yesus dalam Perjanjian Baru, 2000 tahun setelah kejatuhan Adam.

Menurut penafsiran dari perspektif misiologi, ketika Injil Kerajaan telah

diberitakan kepada semua bangsa (Mat. 24:14), Keturunan perempuan yaitu Yesus

dan saksi-saksiNya akan mengalahkan Iblis dan melangkah menuju Langit yang

baru dan Bumi yang baru (Why. 21:1). Namun Iblis dan pengikutnya serta orang

non-Kristen yang melayani mereka akan dilemparkan ke dalam Lautan api yang

menyala-nyala (Neraka, Gehenna: Mat. 10:28; Mrk. 9:43, 48; Why. 20:10, 14;

21:8). Inilah perspektif misiologi tentang kejadian 3:15.

Dan penafsiran yang ketiga tentang Kejadian 3:15 adalah pendekatan dari

perspektif sejarah-agama, yang menganggap Keturunan perempuan sebagai

“Kekristenan yang melayani Yesus” dan keturunan Iblis sebagai “Agama

Babilonia yang melayani Iblis dan para pengikutnya dan semua agama yang

berakar dari Agama Babilonia.” Penulis ingin menguraikan buku ini berdasar

asumsi penafsiran yang ketiga oleh perspektif sejarah-agama. Keturunan Iblis (a

seed of Satan) ditulis dalam bentuk tunggal tetapi jika kita melihat “a (satu)”

sebagai perwakilan kata sandang tak tertentu, hal ini dapat diartikan sebagai

istilah yang mewakili semua keturunan Iblis.

Agama Babilonia sekali lagi adalah sebuah kata benda tunggal tetapi ini

bisa saja mengacu pada semua agama dunia yang berasal dari Agama Babilonia

seperti Mitologi Yunani, Mitologi Roma, Islam, Hinduisme, Budhisme Sikisme,

Zoroastrianisme, Sintoisme, Konfusianisme, Taoisme, Animisme, Samanisme,

Agama-agama suku, Baha’isme, Gerakan Zaman Baru dan Pluralisme Agama.


Umumnya, agama-agama dunia tersebut dapat digabungkan menjadi satu yang

disebut “Babel besar” (Why. 14:8; 16:19; 17:15; 18:2), “Pelacur besar” (Why.

17:1), “Ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi” (Why. 17:5) dan

“Binatang” (Why. 13:1, 11).

Nubuatan Kejadian 3:15 telah nyata dalam sejarah manusia dan manusia

telah melayani Iblis sebagai “Illah zaman ini” (2Kor. 4:4), atau “Penguasa dunia

ini” (Yoh. 12:31). Kemudian ketika waktu yang ditentukan Allah tiba (Why.

12:12), Iblis dan keturunannya serta orang-orang yang telah melayani mereka

akan dilemparkan ke dalam Lautan api dan belerang, yaitu Neraka. Mereka akan

disiksa siang malam sampai selama-lamanya.

Rencana agung dalam Kejadian 3:15 pasti akan digenapi. Allah selalu

menggenapi apa yang telah Ia rencanakan (Ayb. 42:2). Dalam Bab I, kita akan

meneliti motivasi dan proses tentang bagaimana manusia mulai melayani

“keturunan Iblis” dan bagaimana agama-agama dunia ini muncul. Dalam analisa

ini kita akan memastika bahwa asal-usul dari semua agama di dunia dimulai dari

Agama Babilonia yang didalangi oleh keturunan Iblis.

II. Identitas Iblis

Allah yang Mahatahu (Kis. 2:23; Rm. 8:29-30; Gal. 3:8; 1Ptr. 1:2) telah

mengetahui dan menentukan keberadaan Iblis dan semua aktivitasnya. Allah telah

menentukan hal tersebut sebelum kejatuhan Lucifer dan Adam. Selanjutnya

sebelum penciptaan, Allah telah menentukan bahwa Yesus Kristus akan diutus ke
dunia sebagai Juruselamat untuk membebaskan umat Allah setelah kejatuhan

Adam (2Tim. 1:9; 1Ptr. 19-20).

Pengetahuan ini berada dalam ruang lingkup rohani, oleh karenya hal ini

melampaui pemahaman manusia. Rasul Paulus, meskipun ia sendiri adalah

seorang intelektual, tidak bisa mengerti hal ini dengan menggunakan intelek

manusia. Itu sebabnya Allah mengatakan kepadanya bahwa ini adalah “rahasia”

Kristus (Rm. 16:25; 1Kor. 2:7; Ef. 3:4-9; Kol. 1:26-27). Rahasia ini hanya bisa

dimengerti melalui pengurapan (Yes. 6:1; 2Kor. 1:21; 1Yoh. 2:20, 27),

pewahyuan dan pengajaran Roh Kudus (Yoh. 14:26).

A. Kejatuhan Lucifer

Allah menciptakan malaikat pada saat Ia menciptakan langit dan

bumi (Kej. 1:1; Ayb. 38:4-7). Nama tertinggi di antara para malaikat dan

penghulu malaikat adalah “Lucifer” (Yes. 14:12; Yeh. 28:12-14). Nama

“Lucifer” pada dasarnya berarti “Iluminator” sebuah nama yang indah dan

mulia. Lucifer, berada di bawah kasih khusus Allah Pencipta, juga disebut

“Bintang Fajar” (Yes. 14:12). Ia adalah penghulu malaikat kerubim yang

diurapi, makhluk yang mulia, penuh keindahan, hikmat dan kuasa yang

tertinggi dari seluruh malaikat yang diciptakan (Yeh. 28:12-14).

Tetapi Lucifer menjadi sombong sebagaimana ia menikmati segala

kebaikan yang diberikan Allah secara cuma-Cuma. Seharusnya ia

bersyukur dan memuliakan Allah sebagai makhluk ciptaan sesuai Tujuan

Penciptaan, namun ia ingin menjadi makhluk yang setara dengan Allah

dan menerima hormat serta kemuliaan.


Tindakan ini bertentangan dengan Tujuan Penciptaan (Yes. 43:7, 21;

Rm. 9:5; Kol. 1:16), sehingga hukuman Allah turun atas Lucifer. Lucifer

dilemparkan (Yes. 14:12; Yeh. 28:16-17; Why. 12:9) dari Sorga ketiga

(Langit yang mengatasi segala langit atau Firdaus) ke Sorga pertama

(Angkasa atau Atmosfir) dan Sorga kedua (Alam semesta, Langit atau

Cakrawala – lihat grafik 1 “Struktur Sorga”). Pada waktu itu, sekitar

sepertiga dari seluruh malaikat dilemparkan bersama Lucifer (2Ptr. 2:4;

Yud. 1:6; Why. 12:4).

Mungkin ada yang bertanya, Apakah Allah yang Mahatahu (Kis.

2:23; Rm. 8:29-30; Gal. 3:8; 1Ptr. 1:2, 20) sudah mengetahui kejatuhan

Lucifer sebelum penciptaan? Ya, Allah telah mengetahuinya. Kita berpikir

mengapa Allah yang Mahakuasa (Kej. 17:1; Yer. 32:17, 27; Why. 15:3;

19:6) tidak mencegah kejatuhan Lucifer dan membiarkan Lucifer jatuh ke

dalam dosa, mengapa tidak segera menyelamatkannya, atau mengapa tidak

segera menempatkan dia ke dalam Neraka? Jika Allah segera

menempatkan Lucifer dalam Neraka, maka tidak akan ada dosa, Adam

tidak akan jatuh dan tidak perlu kedatangan Yesus ke dunia ini untuk mati

bagi dosa kita.


Grafik 1. Struktur Sorga

Catatan 1. Dari manakah asal-mula nama Lucifer?

Dalam Yesaya 14:12, terdapat sebuah cerita tentang “Putera Fajar”

atau Bintang Timur,” yang saat ini kita sebut: Venus. Istilah asli bahasa

Ibrani “Bintang Fajar” adalah heyleh yang berarti, “seorang yang

membawa terang.” Istilah ini pertama kali diterjemahkan ke Lucifer dalam

Vulgata. Vulgata adalah Alkitab versi bahasa Latin yang diterjemahkan

dari Perjanjian Lama bahasa Ibrani oleh Jerome (347-420 M), seorang

teolog pada abad ke-4 M. Nama Lucifer juga digunakan dalam Alkitab

versi King James yang diselesaikan pada tahun 1611 M, yang pada waktu

itu telah menjadi istilah yang umum.

Dari semula Lucifer tidak diciptakan untuk menjadi Setan. Ia adalah

malaikat yang mulia dan tertinggi, layak seperti namanya yang indah
(Yeh. 28:12-14). Tetapi setelah kejatuhannya, nama Lucifer yang indah

tersebut dicabut darinya. Dan ia diberi nama Setan yang artinya, “Seorang

yang menentang Allah.” Alkitab menjelaskan tentang kejatuhan Lucifer

dalam Yesaya 14:13-15 dan Yehezkiel 28:15-19.

B. Nama Baru Lucifer

Nama Lucifer pada dasarnya berarti “Iluminator.” Ini adalah sebuah

nama yang indah dan mulia (Yes. 14:12; Yeh. 28:12-14). Tetapi setelah

kejatuhan Lucifer, Allah mencabut nama tersebut dan memberinya nama

yang baru, yaitu “Setan.” Setan, dalam bahasa Yunani Satanas berarti

“seorang yang menentang Allah.” Upaya Lucifer untuk menjadi setara

dengan Allah dan menerima penyembahan, pujian dan kemuliaan dari

makhluk ciptaan yang lain adalah suatu tindakan pemberontakan terhadap

Allah. Itulah sebabnya ia diberi nama Setan.

Allah juga memberi nama lain kepada Setan yaitu Iblis, yang dalam

bahasa Yunani adalah Diabolos. Kata ini berarti “Perusak” atau

“Pemisah.” Seperti arti nama tersebut, Lucifer menjadi Setan, dan

merendahkan derajat dirinya menjadi Iblis, perusak semua ciptaan di

Sorga pertama dan kedua.

Selain itu ia menjadi penghalang yang menghalangi semua ciptaan

untuk hidup sesuai dengan tujuan Allah terhadap ciptaan-Nya (Yes.

43:7,21; Rm. 9:5; Kol. 1:16). Ia telah menyebabkan perpecahan dan

pemisahan antara Allah dan ciptaan-Nya. Ia menggoda makhluk ciptaan


Allah untuk tidak melayani Penciptanya serta memikat mereka untuk

melayani dia dan antek-anteknya (berhala), atas nama agama mereka.

Dalam pengertian ini, Setan disebut dengan nama “Pemisah”.

Kenyataannya pendiri Agama Babel adalah keturunan Iblis seperti

dinubuatkan Allah Jehova (Yesus dalam Perjanjian Baru) terhadap Setan.

Dengan alasan ini Alkitab Lucifer yang jatuh sebagai Setan dan Iblis

(Luk. 10:18; Yud. 1:6; Why. 12:9; 20:2). Kedua nama ini mengacu hanya

pada satu pribadi, Lucifer yang jatuh. Namun dalam kondisi tertentu dan

konteks Alkitab, “Iblis” dapat diartikan sebagai Setan atau salah satu dari

pengikut Setan.

Selain itu banyak ungkapan lain yang digunakan dalam Alkitab yang

mengacu pada Lucifer yang jatuh. Ia juga disebut Naga, si Ular tua (Why.

12:9, 20:2), Penguasa dunia ini (Yoh. 12:31), Illah zaman ini (2Kor. 4:4),

Penguasa kerajaan angkasa (Ef. 2:2), Malaikat jurang maut (Why. 9:11),

Abadon (Why. 9:11), Apolion (Why. 9:11), Naga merah padam yang besar

(Why. 12:3), Pendakwa (Why. 12:10), Beelzebul, penghulu setan (Mat.

12:24), Raja Babel (Yes. 14:4), Raja Tirus (Yeh. 28:12), Raja Persia (Dan.

10:13) dan Penyesat seluruh dunia (Why. 12:9).

Alasan mengapa rasul Paulus dalam 2 Korintus 4:4, menyebut Setan

sebagai “Illah zaman ini” adalah karena orang-orang di dunia menyembah

Lucifer yang jatuh dan keturunannya sebagai allah mereka dalam nama

agama mereka. Agama pertama dunia adalah Agama Babilonia. Para dewa

dari agama-agama di seluruh dunia yang berasal dari Agama Babilonia ini
tidak lain dari dewa-dewa mitologi Yunani, dewa-dewa mitologi Romawi,

dewa-dewa dalam Hinduisme, Budha dan Budha-budha kecil dalam

Budhisme, Allah dalam Islam, dewa-dewa dalam Sikhisme, dewa-dewa

adlam Zoroastrianisme, dewa-dewa dalam Sintoisme, dewa-dewa dalam

Baha’isme, roh-roh perdukunan, roh-roh nenek moyang dalam agama-

agama suku dan bahkan dewa-dewa dalam Gerakan Zaman Baru, dan

sebagainya.

Mereka sebenarnya adalah Lucifer dan antek-anteknya. Dengan cara

ini Lucifer telah menipu manusia atas nama agama-agama dunia dan terus

menerus menggoda mereka untuk melayaninya. Dewa-dewa Agama

Babilonia ini telah disesuaikan ke dalam bentuk lain menurut wilayah,

budaya dan suku. Nama-nama dan bentuk ibadah mereka telah menjadi

beragam.

Masing-masing agama telah ada secara independen, tetapi Yesus

telah menubuatkan bahwa akan ada gerakan dimana semua agama tersebut

akan bersatu sebelum kedatangan-Nya yang kedua (Mat. 24:4-5, 23-28;

Why. 6:1-2). Seperti nubuatan yang diberikan kepada rasul Yohanes,

agama yang bersatu ini akan disebut “Babel besar” (Why. 14:18; 18:2),

“Pelacur besar” (Why. 17:1), “Ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari

kekejian bumi” (Why. 17:5), “Binatang” (Why. 13:1, 11). Gerakan untuk

kembali kepada Agama Babilonia akan dipelopori oleh Kekristenan dan

gerakan ini disebut Pluralisme Agama. Istilah ini diciptakan oleh John

Hick (1922-2012 M), seorang teolog Liberal. Sebelum kedatangan Yesus


yang kedua (Why. 19:11-16), “Babel besar” ini akan dihakimi dan

dihancurkan dalam sekejap (Why. 18:10).

C. Godaan Lucifer

Setelah kejatuhan Lucifer (Kej. 1:1-2; Yes. 14:12-20; Yeh. 28:11-

19), Allah menciptakan Adam dan Hawa (Kej. 1:26-27; 2:7,22). Manusia

pertama memiliki hidup kekal, memakan buah dari pohon kehidupan and

buah lainnya yang ada di taman Eden. Tetapi mereka diperbolehkan untuk

memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat.

Mereka telah diberitahu bahwa mereka akan mati jika mereka

memakannya (Kej. 2:17).

Iblis ada di taman Eden (Kej. 3:1). Iblis, Lucifer yang jatuh datang

kepada Adam dan Hawa di taman Eden dan menggoda mereka, “jika kamu

memakan buah dari pohon larangan ini, kamu bisa seperti Allah” (Kej.

3:5). Adam dan Hawa kalah terhadap godaan Iblis dan mereka memakan

buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (Kej. 3:6).

Adam bebuat dosa yang sama seperti yang telah diperbuat Lucifer. Ia

memiliki hasrat untuk menjadi sama seperti Allah dengan memakan buah

larangan dari pohon tersebut dan ia memakan buah tersebut (Kej. 3:5-6).

Hasrat ciptaan untuk menjadi sama seperti Allah dan menerima

penyembahan adalah melanggar Tujuan Penciptaan (Yes. 43:7,21; Rm.

9:5; Kol. 1:16). Ciptaan yang tergoda oleh Iblis melanggar Tujuan

Penciptaan dan sebagai akibatnya membayar harga yang sangat mahal.


Setelah kejatuhannya, Adam dan Hawa diusir dari taman Eden.

Mereka jatuh dari dimensi kekekalan ke dalam dimensi waktu dan tercabut

dari hidup yang kekal (Kej. 2:7). Adam yang dulunya adalah makhluk

kekal, jatuh ke dalam dimensi waktu dan mulai dibatasi oleh umum dan

tubuhnya mulai bertambah tua. Adam meninggal ketika ia berumur 930

tahun (Kej. 5:5). Fakta bahwa ia jatuh ke dalam dimensi waktu adalah

tanda penghukuman. Adam, yang sekarang berada dalam dimensi waktu,

harus mengusahakan tanah yang terkutuk untuk mendapatkan makanan

dengan berpeluh. Allah memberikan hukuman kepada wanita yaitu

kesakitan pada waktu ia melahirkan. Akibatnya semua manusia terkutuk

dan kembali lagi menjadi tanah (Kej. 3:16-19).

Allah menghalangi mereka untuk kembali ke taman Eden dan

memakan buah dari pohon kehidupan segera sesudah mereka jatuh dalam

dosa. Selanjutnya Allah mengusir mereka dari taman Eden. Allah

menempatkan kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-

nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan yang akan menjadikan

mereka hidup selamanya (Kej. 3:22-24). Sebagaimana Allah tidak segera

melepaskan Adam yang telah jatuh dalam dimensi waktu, Ia juga tidak

memperbolehkan Adam untuk masuk kembali ke taman Eden dan

memakan buah dari pohon kehidupan.

Sejak saat itu Iblis (Lucifer) terus menipu ciptaan dengan nama

agama untuk melayaninya. Mengapa Lucifer melakukan tindakan

pemberontakan yang sedemikian terhadap Allah Pencipta? Setelah


kejatuhan Lucifer, ia dilemparkan dari Sorga ketiga (Yes. 14:12; Yeh.

28:16; 2Ptr. 2:4; Why. 12:14) dan ia kehilangan kasih Allah. Ia adalah

malaikat yang sempurna, penuh hikmat dan maha indah, yang tertinggi

dari semua malaikat yang diciptakan (Yeh. 28:12-14). Ia begitu iri

terhadap ciptaan lainnya (iri adalah sifat dasar Iblis) yang Allah kasihi,

sehingga ia menipu mereka agar mereka menyembah dan memuliakan

Iblis bukan Allah.

Jika iblis tidak ditempatkan di taman Eden, maka peristiwa yang

mengerikan ini tidak akan pernah terjadi. Tidak perlu ada Rencana Agung

Keselamatan Allah (Kej. 3:15). Tidak perlu lagi Yesus datang ke dunia ini

untuk mati di kayu salib. Tetapi Allah mengizinkan Iblis berada di taman

Eden (Kej. 3:1) dan melakukan kejahatan yang keji tersebut. Selain itu

Allah telah menentukan semua peristiwa ini sebelum penciptaan (2Tim.

1:9; 2Ptr. 1:19-20) dan menjelaskan bahwa ini adalah “rahasia” Kristus

yang tidak dapat dipahami oleh akal budi manusia (Rm. 16:25; 1Kor. 2:7;

Ef. 3:4-9; Kol. 1:26-27).

D. Mengapa Allah Membiarkan Iblis Berbuat Jahat?

Sekarang mungkin ada yang bertanya mengapa Allah yang

Mahatahu itu (Kis. 2:23; Rm. 8:29-30; Gal. 3:8; 1Ptr. 1:2, 20) menentukan

kejahatan yang sedemikian ini terjadi. Karena Allah adalah Mahakuasa

(Kej. 17:1; 18:14; Yer. 32:17; Mat. 19:26; Why. 15:3), bukanlah Dia bisa

dengan mudah mencegah jatuhnya Lucifer. Ya, ia mampu melakukannya.

Namun mengapa Ia membiarkan hal itu terjadi?


Mungkin ada juga yang bertanya mengapa Allah tidak segera

melemparkan Lucifer ke dalam Neraka. Jika Lucifer dan pengikutnya

segera dilemparkan ke dalam Neraka sesudah kejatuhannya, Sorga

pertama dan Sorga kedua tidak akan dirusak. Dan Adam tidak akan jatuh

dalam dosa, akibatnya Yesus tidak perlu datang ke dunia ini untuk

menyelamatkan Adam dan keturunannya.

Ada alasan dan tujuan yang jelas mengapa Allah membiarkan semua

peristiwa tersebut terjadi. Ini adalah rencana Illahi Allah untuk memakai

Lucifer sebagai alat-Nya untuk mengajar umat pilihan Allah tentang

Tujuan Penciptaan. Tujuan Penciptaan adalah untuk memberi kemuliaan

kepada Allah Sang Pencipta.

Rencana pengajaran ini telah ditentukan sebelum penciptaan.

Rencana pengajaran Allah ini mencakup: 1) Lucifer harus jatuh, 2) Adam

harus jatuh, 3) Lucifer yang jatuh harus mendapatkan kekuasaan sebagai

Illah pada zaman ini (2Kor. 4:4), 4) Lucifer yang jatuh harus menjadi

pemimpin agama-agama dunia dan 5) Yesus harus menjadi manusia untuk

menghancurkan Lucifer. Untuk menggenapi rencana pengajaran Allah ini,

Allah membiarkan iri hati berkembang dalam karakter Lucifer.

Untuk ini Allah telah mempersiapkan “rencana pelatihan” yang akan

memakan waktu 7000 tahun (dari kejatuhan Adam hingga penghakiman).

Karena kita tidak dapat memahami hal ini dengan akal dan hikmat

manusia, maka kita perlu membutuhkan pertolongan Roh Kudus.


1. Pemulihan Tujuan Penciptaan (Yes. 43:7, 21; Rm. 9:5; Kol. 1:16).

Allah yang Mahatahu telah mengetahui dan menentukan bahwa

Lucifer akan jatuh ke dalam dosa sebelum Ia menciptakan Lucifer.

Meskipun Alalh telah mengetahui bahwa Lucifer akan jatuh dan Adam

akan tergoda olehnya, Allah menempatkan Lucifer di taman Eden yang

muncul dalam bentuk ular (Kej. 3:1) dan membiarkan Adam jatuh ke

dalam dosa yang mengerikan dengan melanggar Tujuan Penciptaan.

Dengan kata lain, Lucifer harus jatuh dan Adam harus jatuh, tergoda oleh

Lucifer.

Allah mengetahui keterbatasan ciptaan-Nya. Ketika ciptaan diberi

hidup kekal secara cuma-cuma, segala kemuliaan, kedudukan yang tinggi

dan kenyamanan, mereka pasti akan kehilangan rasa syukur dan hormat

mereka yang mendalam terhadap Allah Sang Pencipta dan melupakan

Tujuan Penciptaan. Inilah keterbatasan manusia. Kita dengan mudah lupa

untuk bersyukur kepada Sang Pencipta atas pemberian yang cuma-cuma

seperti udara, sinar matahari dan air. Semua ciptaan juga demikian, ketika

mereka menikmati semua kebaikan Allah secara cuma-cuma, mereka

cenderung menjadi sombong dan melupakan tujuan Sang Pencipta

menciptakan mereka.

Allah telah memutuskan untuk mengajar manusia tentang pentingnya

Tujuan Penciptaan melalui proses keselamatan dan pemulihan dari dosa.

Semua manusia telah berdosa (Rm. 3:23) karena dosa Adam, ditentukan

untuk hidup dalam keputusan tanpa pengharapan, jauh dari Sang Pencipta.
Ketika mereka melangkah melalui proses pengampunan dosa melalui

perdamaian darah Yesus yang berharga dan pemulihan adalah hasilnya

(1Ptr. 1:19), mereka secara perlahan mengerti kasih dan kebesaran Allah

Sang Pencipta (1Yoh. 1:4:8, 16; Rm. 11:33) serta Tujuan Penciptaan Allah

(Yes. 43:7, 21; Rm. 9:5; Kol. 1:16).

Adalah kehendak dan sukacita Allah Sang Pencipta agar semua

ciptaan hidup sesuai dengan Tujuan Penciptaan-Nya dan ciptaan

menikmati kebahagiaan yang sejati ketika mereka melakukannya. Anak-

anak Allah yang menyadari hal ini tidak akan memandang remeh Tujuan

Penciptaan dan mereka tidak akan pernah gagal untuk hidup sesuai dengan

Tujuan Penciptaan dalam Kerajaan kekal. Dan mereka akan mampu untuk

sepenuhnya melakukan peran sebagai rekan sekerja Allah (Kej. 1:28) yang

secara khusus telah Allah berikan kepada manusia.

Allah telah memberi manusia hak istimewa di antara semua ciptaan.

Ketika Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan manusia menurut

gambar-Nya. Allah rindu memiliki persekutuan dengan manusia dan Allah

memberikan hak istimewa sebagai rekan sekerja Allah di dalam mengelola

dan memerintah atas seluruh ciptaan (Kej. 1:26-28). Karena itu manusia

harus hidup sesuai dengan Tujuan Penciptaan lebih dari ciptaan lainnya.

Untuk membuat manusia menjadi lebih sempurna, Allah menentukan

rencana khusus untuk memakai Iblis. Rencana khusus ini dicatat dalam

Kejadian 3.15.
2. Rahasia Rencana Allah

Setelah kejatuhan Adam, Allah menyatakan Rencana Agung

Keselamatan dalam Kejadian 3:15. Ini adalah nubuatan dimana Yesus,

Keturunan perempuan akan menjadi daging dan Ia akan menggenapi

rencana tersebut. Iblis dan keturunannya akan menjadi bagian dari rencana

ini.

Rencana tersebut tidak dapat dipahami oleh akal pikiran manusia

karena ini adalah “rahasia” Allah. Pada faktanya hal ini termasuk dalam

kedaulatan Allah. Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya tentang

kedaulatan-Nya: “Tidaklah aku bebas mempergunakan milikku menurut

kehendak hatiku?” (Mat. 20:15). Yesus juga menjelaskan tentang

kedaulatan-Nya kepada Paulus dengan memakai perumpamaan tukang

periuk: “Apakah tukan periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya,

untuk membuat dari gumpalan yang sama suatu benda untuk dipakai guna

tujuan yang mulia (benda-benda belas kasihan) dan suatu benda lain guna

tujuan yang biasa (benda-benda kemurkaan, Rm. 9:21-23)? Paulus harus

berlutut di hadapan kedaulatan Allah.

Alkitab memisahkan manusia kedalam dua kelompok, anak-anak

Allah (Yoh. 1:12; Kis. 18:10; Rm. 9:23 1Yoh. 3:10; Why. 20:12) dan

anak-anak Iblis (Rm. 9:22; 2Ptr. 2:12, 14, 19; 1Yoh. 3:10; Why. 20:12;

21:8). Sebagian besar umat manusia adalah anak-anak Iblis dan hanya

sejumlah kecil orang, yaitu umat pilihan Allah akan menerima

keselamatan (Za. 13:8; Luk. 13:23-24; Why. 20:12). Ini adalah ajaran
Alkitab. Teologi Paulus dan Calvinis (Benjamin B. Warfield,

Perfectinism, in Biblical Doctrines, Baker. Grand Rapids, MI, 1962. pp.

62-64).

Sesuai rencana kedaulatan Allah, Tuhan Yesus datang ke dunia ini

untuk menyelamatkan Adam dan keturunannya. Dan Allah telah berencana

untuk membiarkan Iblis memainkan peran sebagai “Illah zaman ini”

(2Kor. 4:4) hingga semua umat pilihan Allah (Yoh. 6:39; 17:2; Rm. 8:30;

2Tim. 2:10) diselamatkan melalui Tuhan Yesus (Mat. 24:14). Ketika

waktu yang ditentukan tiba (Why. 12:12), Iblis dan para pengikutnya serta

anak-anaknya yang sudah tidak lagi berguna akan dicampakkan ke dalam

Neraka seperti yang telah ditentukan (Why. 20:10).

Rencana ini akan dijalankan dalam kurun waktu 7000 tahun dari

perspektif manusia, dimulai dari kejatuhan Adam (4000 S.M), sampai Nuh

(3000 S.M), Abraham (2000 S.M), Daud (1000 S.M), Yesus (4 S.M),

pemisahan Gereja-gereja Barat dan Timur (1000 M), sekarang (2000 M)

dan akhirnya hingga pada Kerajaan seribu tahun kelak. Keseluruhan

periode ini berkisar 7000 tahun. Setelah 7000 tahun, anak-anak Allah yang

telah diselamatkan akan memasuki Langit yang baru dan Bumi yang baru

(Why. 21:1). Ini adalah pemulihan menuju taman Eden yang baru. Di

taman Eden yang pertama terdapat Iblis tetapi di taman Eden yang baru

tidak akan ada Iblis (Why. 22:1-5). Karena misi Iblis telah berakhir pada

waktu itu, ia akan dilemparkan ke dalam Neraka (Why. 20:10).


Angka 7 dalam Alkitab adalah angka sempurna Allah. Allah

merencanakan 7000 tahun untuk mengajar dan mempersiapkan anak-anak-

Nya yang akan tinggal di dalam taman Eden yang baru selamanya, yang

adalah Langit dan Bumi yang baru (Why. 21:1) sehingga mereka tidak

akan memandang remeh Tujuan Penciptaan tetapi memahami sepenuhnya

pentingnya Tujuan Penciptaan melalui pengalaman serta menaatinya.

Rencana ini dijalankan melalui pengorbanan yang luar biasa, yaitu Allah

Anak sendiri (Tuhan Yesus). Harapan dan kerinduan terbesar Allah agar

ciptaan-Nya menaati Tujuan Penciptaan tercermin dalam rencana ini.

Dari perspektif manusia, 7000 tahun adalah waktu yang sangat lama.

Namun dari perspektif kekekalan itu hanyalah sesaat (Mzm. 90:4; 2Ptr.

3:8) atau setitik waktu.

E. Mengapa Allah Tidak Menyelamatkan Lucifer?

Mengapa Allah tidak menyelamatkan Lucifer setelah kejatuhannya

tapi menyelamatkan Adam yang jatuh? Untuk menjawab pertanyaan ini,

pertama-tama kita harus membandingkan fungsi dan kualifikasi malaikat

dan manusia.

Pertama, malaikat memiliki peran yang berbeda dengan peran Adam

dan keturunannya. Malaikat adalah roh-roh yang melayani, mereka

memiliki tugas untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan,

yaitu anak-anak Allah (lbr. 1:14; Why. 22:8-9). Cara Allah menciptakan

manusia juga berbeda dengan cara Allah menciptakan malaikat. Allah


tidak menciptakan malaikat menurut gambar-Nya. Tidak ada catatan

dalam Alkitab bahwa Allah menghembuskan nafas hidup-Nya kepada

malaikat. Juga Allah tidak memberi ahli waris kepada malaikat seperti

halnya yang Ia berikan kepada anak-anak Allah. Itu sebabnya mengapa

Allah mencampakkan Lucifer dari Kerajaan Sorga ktika ia menjadi

sombong. Hal ini mirip dengan situasi dimana ketika seorang buruh tani

memberontak terhadap tuannya, maka tuan tersebut akan memecatnya.

Sebaliknya Adam diciptakan makhluk yang istimewa dalam

hubungan dengan Allah. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah

menciptakannya menurut gambar-Nya (Kej. 1:26-27), Ia menghembuskan

nafas hidup-Nya ke dalam diri Adam (Kej. 2:7), menjadikan penolong

yang sepadan baginya (Kej. 2:23) dan memberi hak sebagai ahli waris

kepada Adam untuk menjadi anak Allah (Yoh. 1:12; Rm. 8:15). Adam

diberi satus sebagai rekan sekerja Allah, mengasihi Allah dan dikasihi oleh

Allah. Ia diberi tanggung jawab untuk menaklukkan dan berkuasa

atas makhluk ciptaan, yaitu sebagai rekan Allah untuk mengelola,

mengajar dan membimbing semua makhluk sesuai dengan Tujuan

Penciptaan (Kej. 1:28).

Tujuan Penciptaan Adam demikian istimewanya sehingga setelah

Allah menciptakan Adam, Ia bersukacita dan berkata, “Sungguh amat

baik” (Kej. 1:31). Itulah sebabnya mengapa Allah merencanakan peristiwa

Benih perempuan atau Keturunan perempuan dan keturunan Iblis, yaitu

untuk memulihkan hubungan kasih yang terhilang tersebut setelah


kejatuhan Adam dan mengajar Adam dan anak-anaknya tentang Tujuan

Penciptaan. Hal ini telah direncanakan bahwa keturunan Iblis berperan

sebagai pendukung untuk dipakai sebagai alat untuk melatih Adam dan

anak-anaknya agar menjadi ciptaan yang hidup sesuai dengan Tujuan

Penciptaan.

III. Pembentukan Agama-Agama

Allah membiarkan manusia melayani Lucifer serta pengikutnya sebagai

Illah zaman ini (2Kor. 4:4). Demikianlah agama-agama terbentuk di dunia. Untuk

meneliti asal-usul agama-agama, pertama-tama kita perlu belajar lebih dalam

tentang taman Eden (Kej. 2:8), yang merupakan tempat diciptakannya manusia

pertama. Setelah itu kita akan belajar bagaimana manusia mendirikan dan

mengembangkan agama-agama setelah air bah (2548 S.M, Kej. 7:1-24).

A. Tempat Diciptakan Manusia Pertama

Alkitab mencatat tempat diciptakannya manusia pertama adalah

sebagai berikut : “Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi

taman itu dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. Yang

pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah

Hawila, tempat emas ada (dan emas dari negeri itu baik, di sana ada damar

bedolah dan batu krisopras). Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni

yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. Nama sungai yang ketiga

ialah Tigris, yakni yang mengalir dari sebelah Timur Asyur. Dan sungai

yang keempat ialah Efrat. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan

memelihara taman itu” (Kej. 2:10-15).

Dua sungai yang tercatat dalam perikop ini, sungai Efrat dan

sungai Tigris masih ada sampai saat ini tetapi kedua sungai lainnya

tampaknya telah lenyap oleh diastropisme (pencairan es) setelah terjadinya

air bah (2458 S.M, Kej. 7:1-24).

Ada dua teori utama tentang lokasi taman Eden. Teori yang

pertama disebut Teori Utara. Beberapa teolog menyatakan bahwa taman

Eden terletak di sekitar Turki, dekat gunung Ararat. Kejadian 2:10

mencatat bahwa ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi

taman itu. Mereka menyatakan bahwa sumber dari sungai tersebut adalah

gunung Ararat yang di sebelah Utara.

Teori kedua adalah Teori Selatan. Teori ini menyatakan bahwa

taman Eden terletak di wilayah dimana sungai Efrat dan sungai Tigris

membentuk delta, yaitu teluk Persia yang saat ini adalah Irak. Lokasi ini

disebut Mesopotamia atau Babilonia. Kampung halaman Abraham, Ur-

Kasdim dan Babilon, tempat menara Babel dibangun (Kej. 11:9) berada di

wilayah ini. Buku teks sejarah menjelaskan bahwa tempat kelahiran

peradaban manusia pertama adalah wilayah Mesopotamia.


Peta 1. Dua teori tentang lokasi taman Eden

Keempat sungai tersebut timbul dari Eden. Kata Ibrani “timbul”

adalah Yatsa, yang berarti, “(air) melahirkan” atau “(air) bertemu”. Oleh

karena itu lokasi Eden pastilah tempat di mana air dari keempat sungai

tersebut bertemu dan berdasarkan hal ini adalah wajar untuk berpikir

bahwa lokasi Eden terletak di wilayah delta Selatan (lihat Peta I).

Dasar lain yang mendukung Teori Selatan adalah jumlah cadangan

minyak di wilayah ini. Di sekitar taman Eden terdapat populasi manusia

yang besar, sejumlah besar hewan, pegunungan, pohon-pohonan dan

sebagainya. Ketika air bah terjadi, semua makhluk hidup terkubur dengan

tanah yang terbelah oleh gempa bumi (Kej. 7:11). Para sarjana

mengatakan bahwa ketika organisme yang hidup terkubur oleh tekanan


tinggi dan cepat maka akan dapat menghasilkan minyak. Saat ini Arab

Saudi memiliki sejumlah cadangan minyak terbesar di dunia dan cadangan

tersebut terutama berpusat di kawasan teluk Persia. Selain itu Irak yang

terletak di dekat teluk, juga memiliki sejumlah cadangan minyak yang

besar. Melalui pertimbangan ini, pandangan Teori Selatan yang

berpendapat bahwa wilayah teluk Persia sebagai lokasi taman Eden lebih

meyakinkan.

B. Munculnya Nimrod

Setelah air bah pada masa Nuh (2458 S.M, Kej. 7:1-24), agama-

agama mulai terbentuk dalam cara yang kongkrit. Kita melihat dalam

kejadian pasal 10 dimana sekitar 70 orang berasal dari keturunan Nuh. Di

antara ketiga anak Nuh, Sem akhirnya menjadi nenek moyang orang Asia

(Kej. 10:21-31), Yafet menjadi nenek moyang orang Eropa (10:2-5) dan

Ham menjadi nenek moyang orang Afrika (Kej. 10:6-20). Tampaknya ke-

70 keturunan dari ketiga anak Nuh membentuk suku-suku yang tersebar di

sekitar wilayah yang saat ini adalah Timur Tengah (lihat grafik 2).

Jika kita meneliti kembali Kejadian pasal 10, Alkitab memberi

penjelasan khusus dan terperinci tentang seorang tokoh bernama Nimrod

(Kej. 10:8-12). Mengapa Allah secara khusus memberitahu kita tentang

Nimrod, putera Kush yang keenam (anak Ham yang pertama)? Itu karena

Nimrod, cucu Ham menjadi pendiri Agama Babilonia, agama pertama


manusia yang terorganisir. Penjelasan berikut memaparkan bagaimana hal

tersebut bisa terjadi.

Anak Ham yang pertama, yaitu Kush memiliki enam anak laki-laki

(Kej. 10:7-8). Lima dari mereka tinggal dan akhirnya tersebar di wilayah

Arab dan Afrika. Tetapi Nimrod menetap di wilayah yang saat ini adalah

Irak, dekat sungai Tigris dan Efrat. Menurut riwayat, Nimrod secara

khusus akrab dengan pamannya yang paling muda, yakni Kanaan. Kanaan

dan Ham ayahnya, tidak menutupi ketelanjangan kakeknya Nuh ketika

Nuh sedang mabuk oleh anggur dan tertidur dengan telanjang di

kemahnya. Malah Kanaan melakukan kesalahan dengan menceritakan

keadaan Nuh kepada Sem dan Yafet. Oleh karena peristiwa ini, Kanaan

dikutuk oleh kakeknya Nuh (Kej. 9:25).

Setelah itu, Ham memiliki hubungan yang kurang baik dengan

ayahnya Nuh. Terutama ketika Kush, anak pertamanya melahirkan

Nimrod (sebagai anak yang terakhir), tampaknya rasa kurang nyaman

terhadap ayahnya tersebut memuncak. Jadi ia menamai cucunya Nimrod

yang berarti “mari kita memberontak,” nama yang sangat agresif dan

memberontak. (E.A. Speiser, In Search of Nimrod, Eretz Israel 5, 1958.

pp.32-36). Nimrod memiliki karakter pemberontak sejak mudanya. Ia

adalah seorang pemberani dan pahlawan yang gagah perkasa sehingga

tidak ada yang sanggup menghadapinya di wilayah tersebut. Itulah

sebabnya Alkitab menjelaskan bahwa “dialah yang mula-mula sekali

orang yang berkuasa di bumi” (Kej. 10:8).


Pada masa Nimrod hidup, karena pengaruh air bah terjadi banyak

perubahan yang tajam dalam hal kebutuhan-kebutuhan hidup manusia,

yakni makanan, pakaian dan tempat tinggal. Awalnya, manusia diciptakan

untuk memakan hanya buah yang berbiji saja. Ketika Allah menciptakan

manusia, pada mulanya Ia memberikan “segala tumbuh-tumbuhan yang

berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji”

segala makanannya (Kej. 1:29). Setelah kejatuhan Adam, Allah

memperbolehkannya memakan tumbuh-tumbuhan di ladang (Kej. 3:18).

Tetapi sesudah air bah tidak seperti sebelumnya, Allah

mengizinkan manusia memakan daging. “Segala yang bergerak, yang

hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu

kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau” (Kej. 9:3). Selain itu

hewan mulai memakan daging sebagai makanannya sebab buah-buahan

yang berbiji dan tanam-tanaman serta sayur-sayuran semakin jarang

setelah air bah. Hewan seperti harimau atau singa pada awalnya hanya

memakan makanan tersebut, kemudian menjadi hewan pemangsa setelah

air bah dan terkadang bahkan memangsa manusia. Jadi orang-orang pada

waktu itu membutuhkan “pemburu yang gagah berani” yang mampu

berburu binatang dengan tangkas dan menang melawan binatang buas.


Grafik 2. Silsilah Nuh (Kejadian 10)

Kejadian 10:9 memperkenalkan Nimrod sebagai “pemburu yang

gagah perkasa.” Nimrod adalah pemburu terbaik pada zamannya. Ia

berburu binatang dan menyediakan makanan bagi orang-orang (penyedia


pakaian, makanan dan tempat tinggal), serta melindungi mereka dari

serangan binatang buas (penyelamat hidup). Sebagai hasilnya, Nimrod

memperoleh rasa hormat dari orang-orang dan ia secara bertahap

menanjak menjadi seperti Allah di mata mereka.

Dalam Kejadian 10:10-12, wilayah Nimrod tersebar dari Sinear

(sekarang Irak dan wilayah teluk Persia) sampai ke Asyur (sekarang Siria,

Kej. 10:10-12). Ia mendirikan Babel dekat sungai Efrat sebagai ibukota

kerajaannya. Sebagai “orang yang gagah perkasa” dan “pemburu yang

gagah perkasa,” Nimrod ingin menyatukan daerah kekuasaannya untuk

memashyurkan namanya dan memperluas pengaruhnya di seluruh dunia.

Jadi ia mulai mendirikan menara Babel di kota ini yang puncaknya akan

mencapai ke langit (Kej. 11:4).


Grafik 3. Garis waktu dari permulaan hingga Abraham

Babel berarti “pintu gerbang kepada Allah” Hal ini menyiratkan

bahwa Nimrod sendiri berniat untuk duduk di atas menara Babel dan

dipuja sebagai allah oleh orang-orang. Nimrod ingin menjadi allah, dan

orang-orang mulai berkumpul untuk menyembahnya. Inilah permulaan

dari Agama Babilonia (lihat catatan 2 “Siapakah pendiri Agama

Babilonia?”)

Allah Yehova tidak berkenan pada apa yang dilakukan Nimrod

(Kej. 11:4-6). Pada waktu itu, ke-70 suku di Timur Tengah memiliki satu

bahasa (Kej. 11:1) dan mereka diperintah oleh Nimrod yang memiliki

kekuasaan politik dan militer. Tetapi ketika Allah Yehova tiba-tiba

mengacaukan bahasa persatuan mereka ke dalam 70 bahasa yang berbeda,

komunikasi di antara suku-suku tersebut terputus dan mereka tersebar ke

seluruh dunia. Ketika mereka mulai tinggal tersebar di berbagai daerah,

mereka menciptakan berbagai agama berdasarkan Agama Babilonia yang

mereka percayai dan melayani berbagai dewa. Gejala ini terus berlanjut

hingga saat ini.

Apa yang telah kita bahas dalam bab ini dapat diringkas dalam

garis waktu seperti di atas, yang mencakup dari permulaan (Kristus dalam

kekekalan) hingga Abraham. Garis waktu ini akan menolong pembaca

untuk memahami materi ini.


Gbr. 1. “Menara Babel” oleh Peter Bruegel (1525-1569 S.M).

Seorang pelukis Belanda

Pieter Bruegel the Elder. 1563; Kunsthistorisches Museum, Vienna, Austria.

Catatan 2. Siapakah pendiri Agama Babilonia ?

Para sarjana memiliki pendapat yang berbeda tentang apakah

pendiri Agama Babilonia adalah Nimrod atau isterinya Semiramis.

Alexander Hislop (1807-1865 M) menyatakan dalam bukunya The Two

Babylons (1919) bahwa Semirasmislah yang mendirikan menara Babel.

Hislop, seorang pendeta di Free Church Skotlandia, yang memiliki latar

belakang Presbytery mengecam Gereja Katolik Roma sebagai sebuah

kultus misteri Babilonia. Dan dia menunjukkan dalam bukunya bahwa

isteri Nimrod, Semiramislah yang mendirikan menara Babel. Beberapa

teolog mendukung pernyataannya.


Di sisi lain, banyak teolog dan pendeta evangelikal yang

mendukung pernyataan bahwa Nimrodlah pendiri Agama Babilonia.

Contohnya, Harry Ironside (1876-1951 M) adalah salah satu dari banyak

teolog yang mendukung teori ini (Harry A. Ironside. Babylonian Religion,

Wikipedia, the free encyclopedia).

Ironside adalah penginjil internasional yang terkenal, dosen di

Moody Bible Institute dan presiden Africa Inland Mission. Ia menerima

gelar doktor kehormatan dari Wheaton College and Bob Jones University

dan ia adalah salah satu pemimpin World Mission Movement

Kita hanya bisa mengambil kesimpulan berdasarkan Alkitab

tentang siapakah pendiri Agama Babilonia. Seperti yang terlihat dalam

silsilah keturunan Nuh dalam Kejadian pasal 10 bahwa Nimrod ditekankan

secara khusus, penulis merasa yakin secara alkitabiah untuk melihat

Nimrod sebagai pendiri Agama Babilonia (Kej. 10:7-11:9).

IV. Agama Babilonia

Kemunculan Nimrod akhirnya mulai merealisasikan nubuatan Kejadian

3:15. Inilah awal dari agama yang menyembah Iblis. Orang-orang menganggap

Nimrod sebagai pemberi nafkah, pakaian, tempat tinggal dan penyelamat hidup

dan mulai melayaninya sebagai dewa tertinggi Babel (Henry M. Morris. The

Genesis Record, Baker: Grand Rapids, 1993. p.265). Agama Babilonia yang

menyembah Nimrod sebagai “Illah zaman ini” (2Kor. 4:4) dapat dilihat sebagai

agama pertama buatan manusia yang terorganisir.


A. Tiga Dewa dalam Agama Babilonia

Ada tiga dewa utama yang disembah dalam Agama Babilonia,

yaitu : dewa yang bernama Nimrod (suami), dewi Semiramis (isteri) dan

dewa yang bernama Tamus (anak). Semiramis, isteri Nimrod,

melahirkan Tamus setelah suaminya Nimrod meninggal. Semiramis

menyatakan bahwa anaknya Tamus adalah reinkarnasi Nimrod dan ia

mulai mendewakan Nimrod, dirinya sendiri dan Tamus. Dengan

demikian mereka menjadi tiga dewa dalam Agama Babilonia (Alexander

Hislop. The Two Babylons, 1919).

Iblis meniru konsep Kerajaan Allah untuk menipu orang-orang.

Agama Babilonia meniru Kekristenan dalam tiga serangkai seperti

trinitas: Nimrod sebagai bapa, Semiramis sebagai ibu dan Tamus sebagai

anak. Jadi agama tersebut menghiasi dirinya sebagaimana Nimrod

mengambil peran Allah Bapa, isterinya Allah Roh Kudus dan putranya

Allah Anak. Tapi meskipun Agama Babilonia menggunakan angka 3

untuk meniru trinitas dalam Kekristenan, namun isi dan esensi agama

tersebut sama sekali berbeda dengan Kekristenan.

Dalam agama Babilonia, Nimrod dianggap sebagai dewa

matahari, Semiramis dewa bulan dan Tamus dewa bintang. Kudurru,

sebuah batu perbatasan yang digunakan untuk menandai wilayah raja-

raja Babel seringkali ditemukan di situs sejarah Mesopotamia, matahari,

bulan dan bintang terukir dalam batu ini sebagai dewa tertinggi (gbr. 2).

Bila melihat dewa matahari, dewa bulan dan dewa bintang terukir pada
batu tersebut untuk melambangkan kekuasaan mereka yang berdaulat,

maka dapatlah kita yakini pengaruh dan kekuasaan dari ketiga dewa

tersebut.

Pengaruh Agama Babilonia ini begitu kuat sehingga Israel, yang

adalah umat pilihan Allah pun melayani Agama Babilonia. Mereka

menyembah Nimrod sebagai Baal (atau Baar, Hak. 2:13; 2Raj. 17:16;

21:3; Yer. 11:17), matahari di sebelah Timur (Yeh. 8:16) dan dewa

matahari (2Raj. 17:16; 21:3; 23:4-5). Isterinya, dewi Semiramis

disembah sebagai Baarti atau Baalti, Asyera (Hak. 6:25; 1Raj. 14:15;

2Raj. 17:10, 16; 21:3, Yes. 17:8), Asytoret (Hak. 2:13; 10:6; 1Sam.

12:10), dewa bulan (2Raj. 17:16; 21:3; 23:4-5), dan ratu Sorga (Yer.

7:18; 44:17-18). Anaknya Tamus disembah sebagai dewa bintang (2Raj.

17:16; 21:3; 23:4-5; Yeh. 8:14). Akhirnya umat Israel yang menyembah

berhala-berhala tersebut sungguh-sungguh ditindak dengan keras oleh

Allah Pencipta.

Gbr. 2. Dewa matahari, dewa bulan, dan dewa bintang Babel.

Ditemukan pada Kudurru (batu perbatasan) raja Melisipak II


The 12th century B.C., Susa, Iran. Musee du Louvre, Paris

B. Semiramis dan Penyembahan Bulan Sabit

Setelah Nimrod meninggal, sistem kepercayaan Agama

Babilonia mulai terbentuk secara nyata. Orang-orang Babel percaya

bahwa Nimrod yang mereka sembah sebagai dewa, berinkarnasi sebagai

Tamus, anak Nimrod melalui kuasa isterinya Semiramis. Akibatnya

mereka menyebarkan mitos ini dan mulai menghormati kekuasaan

Semiramis.

Kekuasaan Semiramis semakin meningkat secara bertahap.

Akhirnya orang-orang menyembah Semiramis sebagai dewa yang

tertinggi di antara ketiga dewa tersebut – Nimrod, Semiramis dan

Tamus. Mereka mengakui Semiramis sebagai dewi besar yang

menginkarnasikan kembali dewa tertinggi Nimrod, menempatkan

Semiramis mengatasi Nimrod dan Tamus. Jadi dalam berbagai bentuk

patung orang-orang menempatkan Tamus, reinkarnasi dari Nimrod

duduk di pangkuan Semiramis (Gbr.3). Dan ini telah menjadi patung

khas Agama Babilonia dimana dewi ini memangku anaknya Tamus.

Seperti yang dapat kita lihat, kebanyakan patung-patung

Semiramis yang tersebar di banyak tempat menekankan payudaranya.

Sebagai contoh, penduduk Efesus menyebut Semiramis sebagai Artemis

seperti yang dicatat dalam Alkitab (Kis. 19:2-28) dan pada patung dewi
ini biasanya ditemukan memiliki 18 hingg 24 payudara (Gbr.4). Itu

disebabkan Semiramis terus berkembang kelimpahan dan kesuburan.

Pengaruh Semiramis terus berkembang dengan karakteristik seperti,

dewi yang mengandung dan memberi pertumbuhan hidup, dewi

kelimpahan, dewi yang memberi berkat-berkat yang didambakan

seseorang, dewi yang memberi keselamatan dewi yang menjadikan

seseorang kaya dan dewi keberuntungan dan sebagainya. Sebagai

pengaruh dari perkembangannya ialah dewi ini menjadi dasar

kepercayaan dalam Agama Babilonia untuk menyembahnya.

Gbr. 3. Semiramis dan Tamus

Kitto’s Illustrated Commentary, vol.4. p.31;

Alexander Hislop. The Two Babylons, Antioch,

1997.p.29

Gbr. 4. Artemis Efesus

Semiramis disebut Artemis dalam kebudayaan

Yunani. Khususnya, Artemis Efesus, dengan banyak

payudara dan memakai kalung bulan sabit, tersebar

luas dalam kerajaan Roma, dan banyak orang

menyembah dewi ini.


Artemis of Ephesus, the 2nd century A.D., Copy, Villa

Adriana, Italy. Vatican Museums. Licensor.

Wknight94 (CC BY-SA3.).

Gbr. 5. Ishtar Babel

Patung Semiramis dengan bulan sabit di kepala, dan

matanya yang dibuat dari batu delima, dihiasi dengan

anting-anting dan kalung emas. Patung-patung kecil

ini sering dibuat di wilayah Babel sekitar abad 1 SM.

the 2nd century B.C–the 2nd century A.D., Hillah, Iraq,

Musee du Louve, Paris

Kawasan Timur Tengah secara khusus terdiri dari padang pasir

dimana terik matahari begitu panas dan menyengat. Jadi orang-orang

lebih memilih menyembah bulan daripada matahari, yang panasnya

begitu menyengat karena mereka percaya bahwa bulan memberi

kesejukan dan kedamaian. Khususnya pada waktu bulan berbentuk sabit,

di antara banyak bentuk bulan, bentuk bulan sabit mengandung arti

sebuah permulaan baru yang membawa terang ke dalam kegelapan,

bulan sabit dipandang lebih mistik. Jadi orang-orang di kawasan

Babilonia mulai menganggap bulan sabit sebagai Semiramis. Bulan sabit

yang mengusir kegelapan dan membawa terang menjadi simbol dari


dewi Semiramis yang membawa kehidupan, kabar baik, kelimpahan,

keberuntungan, harapan dan berkat.

Hal yang lebih buruk dapat kita baca dalam Alkitab Perjanjian

Lama, dimana orang Israel yang adalah umat Allah juga menyembang

bulan sabit (Zef. 1:5). Umat Israel dan orang-orang yang tinggal di

sekitar lingkungan tersebut mengenakan perhiasan bulan sabit (Hak.

8:21-26; Yes. 3:18). Selain itu sejak bulan baru dimulai yaitu ketika

bulan sabit naik, umat Israel menganggap hari pertama setiap bulan

sebagai hari yang penting sehingga mereka mengadakan perayaan pada

hari pertama dari setiap bulan (1Sam. 20:15:18; Yes. 47:13; Am. 8:5;

Kol. 2:16). Karena perayaan bulan baru adalah sebuah perayaan yang

penting di Israel dan karena mereka mengenakan hiasan bulan sabit,

maka kita dapat memastikan bahwa umat Israel telah terpikat pada

penyembahan dewi bulan Babilonia.

C. Penyembuhan Dewi dan Perluasannya

Ketika Agama Babilonia tersebar dari kawasan Timur Tengah

ke daerah-daerah sekitarnya, penyembahan dewi juga ikut tersebar.

Secara khusus penyembahan terhadap Semiramis yang oleh

penduduknya memiliki nama setempat yang berbeda di setiap daerah.

Penduduk Babilonia menyebut Semiramis, Inanna (ratu Sorga) atau

Ishtar. Di Poenikia (sekarang Libanon dari Siria bagian Timur) dewi ini

disebut Astarte. Jika nama ini diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani,


dewi ini disebut Asyera (Kel. 34:11-13; U1. 7:5, Gbr.6) atau Asytoret

(Hak. 2:12-13; 1Raj. 11:5; 2Raj. 23:13) di Kanaan dan daerah-daerah

sekitarnya. Sedangkan penduduk Persia menyebutnya dewi Anahita dan

di Mesir disebut Isis (Gbr.7).

Selanjutnya ketika Agama Babilonia tersebar ke Eropa, orang

Yunani mendirikan banyak dewi berdasarkan setiap ciri Semiramis.

Yang khas adalah Hera (isteri Zeus), Atena (dewi hikmat dan strategi),

Aprodite (dewi kasih dan keindahan) dan Demeter (dewi pertanian).

Secara khusus dewi bulan disebut Artemis. Alkitab memberitahu kita

bahwa penduduk Efesus menyebut tempat pemujaan Artemis “kuil dewi

Artemis yang besar” (Kis. 19:24 – Lihat Grafik 5 “dewa Yunani dan

mitologi Roma”).

Penduduk Roma menyebut dewi ini Diana (Gbr.8) dan Mea

Domina, artinya “Gadisku” dalam bahasa Latin dan Madonna dalam

bahasa Italia. Penduduk Jerman menyebutkan Herta dan orang Skandivia

menyebutnya Disa.

Gbr. 6. Asyera Yudea

Ribuan patung Asera ditemukan di Kanaan,

sebagian besar dengan rambut pendekt, keriting dan

dengan tangan di payudara. Judean Pillar-figurine,

Iron Age.

Gbr. 7. Isis Mesir


Isis memangku anaknya Horus, mengenakan

mahkota yang dililiti seekor ular Kobra.

The 7th century C., Egypt. Walter’s Art Museum,

Baltimore Licensor. Jeff Kubina (CC BY-SA 2.0)

Gbr. 8. Diana, Roma

Diana dengan hiasan bulan sabit di kepalanya. Ia dikenal sebagai dewi bulan dan

perburuan. Sebuah dekorasi yang terukir di sisi depan Amalienburg

Nymphenburg, istana terbesar di Jerman.

Amalienburg, Nymphenburger Park, Germany Licensor : Usien (CC BY-SA 3.0)

Gbr. 9. Obor Olimpik, 2010

Olimpiade Yunani

Singapore 2010 Summer Youth Olympics, the

torch-relay, Olympia, Greece.

Licensor. Rosso Robot (CC BY-SA 3.0)

Gbr. 10. Obor Olimpik, 1988

Seoul, Korea
Seoul 1988 Summer Olympics, the Ceremonial

Torch, Kore

Orang-oarng sangat memuja dewi ini sehingga akar dari

penyembahan dewi ini masih tetap bertahan pada zaman modern.

Olimpiade modern berasal dari upacara panen Yunani kuno yang

dipersembahkan kepada dewi besar Artemis. Obor Olimpiade adalah

bentuk ekspresi dari penyembahan dewi utama (Gbr.9,10). Ketika

pertandingan Olimpiade diadakan dan pada saat media memperlihatkan

orang-orang dari segala bangsa berkumpul dan bersorak-sorak, kita

sekali lagi memastikan bahwa akar dari Agama Babilonia terus berlanjut

kuat hingga saat ini.

Berkaitan dengan hal ini, kita juga dapat menemukan jejak

pemujaan dewi bulan pada patung Liberty di New York, Amerika

Serikat (Gbr.12). Filsafat Yunani, yang melahirkan humanisme,

tercermin dalam pahatan patung Liberty. Seperti yang kita lihat pada

gambar di bawah, patung Liberty mirip dengan patung Atena Yunani.

Keduanya begitu identik dalam bentuk mahkota yang mereka kenakan,

bentuk pakaian serta citra perempuan yang cerdas dan kuat. Atena, dewi

hikmat dan perang adalah dewi pelindung Atena, Yunani (Gbr.11) dan

dewi ini memainkan peran penting dalam ide-ide dan filsafat Yunani.

Dewi ini dibangkitkan kembali dalam patung Liberty, dimana di satu


tangan memegang obor, yang mencerminkan pencerahan dan akal budi

manusia dan di tangan yang lain memegang Deklarasi Kemerdekaan.

Gbr. 11. Atena Yunani Gbr. 12. Patung Liberti New York
Parthenon Copy, Athens, Patung Liberti menggantikan dewi Atena.
Greece Licensor. 1886 A.D., Liberty Island, New York, U.S
William Neuheisel (CC BY 2.0) Licensor : Elcobbola (CC BY-SA 3.0)
Grafik 4. Nama lain Semiramis menurut wilayah

D. Penyembahan Dewi Bintang

Agama-agama dunia yang dipengaruhi oleh Agama Babilonia

tidak hanya melayani dewi Semiramis tetapi juga Tamus, dewa bintang.

Astrologi (atau horoskop) dimulai di Babel. Pada waktu itu, Babel

dikuasai oleh orang Kasdim (Kasdim adalah kampung halaman

Abraham). Pengaruh astrologi Babel ini begitu kuat sehingga sekitar

2000 tahun kemudian ketika astrologi tersebar ke Yunani dan Roma

serta tempat-tempat lainnya, kata Kasdim menjadi istilah yang umum

untuk seorang ahli nujum.

Gbr. 13. Holom Horoskop, Chicago Sun-Times, USA


Kolom-kolom ramalan berdasarkan tanggal lahir seseorang dan tanda

zodiaknya muncul secara teratur.

Chicago Sun-Times, April 30, 2011.p.32

Kitab Daniel dalam Alkitab, mencatat tentang orang-orang

Kasdim (Dan.2:4-5, 10; 4:7; 5:7,11). Kitab Daniel adalah sebuah cerita

tentang nabi Daniel, seorang tawanan di kerajaan Babel. Jadi kita bisa

memastikan bahwa istilah Kasdim digunakan untuk menandai seorang

ahli nujum selama periode antara 586 sampai dengan 516 S.M ketika

kerajaan Babel menguasai seluruh wilayah Timur Tengah.

Astrologi adalah seni magis yang meramalkan masa depan

bangsa, masyarakat, atau individu dengan mengamati pergerakan dan

perubahan bintang-bintang di langit. Astrologi adalah semacam

penyembahan berhala yang khas karena tidak didasarkan pada iman

kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, melainkan bergantung

pada penyembahan benda-benda di angkasa yang diciptakan oleh Allah.

Pada waktu itu wilayah Kasdim adalah pusat peradaban manusia dimana

ilmu pengetahuan humanistik dan matematika berkembang pesat. Ilmu

pengetahuan ini digunakan untuk mengembangkan astrologi, hikmat

yang berasal dari Iblis.

Pengaruh astrologi begitu kuat, bahkan Israel umat pilihan

Allah pun menyembah bintang, sehingga Allah berkali-kali telah

menghukum mereka, seperti yang tercatat dalam Alkitab (UI. 17:3; 2Raj.

17:16; 21:3; 23:4-5; 2Taw. 33:3-5; Yer. 19:13; Zef. 1:5). Bangsa Israel
menangisi dewa Tamus dan menyembah dewa bintang Tamus (Yeh.

8:14). Karena itu Allah memperingatkan mereka dengan sungguh-

sungguh.

Astrologi (atau horoskop) yang dimulai di Babel masih populer

di seluruh dunia bagian Timur dan Barat hingga saat ini. Khususnya di

dunia Barat (Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa), surat

kabar utama memuat kolom horoskop yang memberitahu keberuntungan

orang-orang setiap hari. Bukan hanya di dunia Barat, di dunia Timur

juga kolom horoskop muncul secara teratur di koran-koran dan majalah-

majalah. Hal ini dengan jelas menunjukkan seberapa jauh penyembahan

Tamus mendominasi kehidupan umat manusia di dunia sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai