1. Kemampuan manusia menerima stimulus (rangsang) dari luar. Kemampuan ini adalah mengandung kemampuan yang berhubungan dengan pengenalan (Kognisi) 2. Kemampuan dari manusia untuk melahirkan apa yang terjadi di dalam jiwanya. Kemampuan ini adalah berhubungan dengan hasrat, kemauan (Konasi) Pembagian itu ada 3 golongan besar yaitu : 1. Kognisi, yang berhubungan dengan proses pengenalan. 2. Emosi, yang berhubungan dengan perasaan. 3. Konasi, yang berhubungan dengan hasrat dan kemauan. Pembagian itu dinamakan pembagian yang “Trichotomi” 1. Pikiran 2. Rasa
3. Kemauan
Dari apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro ini, maka pandangan yang “Trichotomi” yang lebih dapat diikuti bila dibandingkan dengan pandangan “Dichotomi” Syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya individu dapat menyadari sesuatu 1. Adanya objek (sasaran) yang diamatinya. Objek atau sasaran ini menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai syaraf penerimaan (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor. 2. Alat indera yang cukup baik, sebagai alat untuk menangkap stimulus yang mengenainya. 3. Ada perhatian untuk menyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu. Perhatian adalah merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu objek atau kepada sekumpulan objek- objek. Perhatian juga adalah merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang diterima oleh individu yang bersangkutan Perhatian dapat dijelaskan secara sistematis sebagai berikut : 1. Keadaan atau hal-hal yang betul-betul diperhatikan dan disadari sehingga apa-apa yang diperhatikan betul-betul disadari. 2. Daerah peralihan (intermediate field) yaitu merupakan bagian atau daerah yang hanya samar-samar disadari. 3. Daerah yang lama sekali tidak disadari yaitu merupakan daerah atau bagian yang sama sekali tidak diperhatikan oleh individu. Stimulus yang lebih menguntungkan untuk dapat menarik perhatian individu a. Umumnya stimulus yang lebih kuat lebih menguntungkan di dalam menarik perhatian dibandingkan dengan stimulus yang lemah b. Ukuran stimulus yang lebih besar dari yang biasanya dapat lebih menimbulkan perhatian dibandingkan dengan ukuran kecil. c. Perubahann stimulus dari yang biasanya dapat lebih menimbulkan perhatian. d. Stimulus yang diulangi pada umumnya lebih menarik dari pada tidak diulangi. e. Sesuatu yang bertentangan atau kontras dengan sekitarnya akan lebih menarik perhatian orang. Keadaan ini di sebabkan karena lain dari keadaan pada umumnya. 1. Sifat strukturil individu yaitu keadaan sifat dari individu yang lebih bersifat permanen. Ada individu yang suka memperhatikan sesuatu hal, sekalipun hal itu kecil atau tidak berarti, tetapi sebaliknya ada individu yang mempunyai sifat acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya. 2. Sifat temporer dari individu yaitu sifat individu pada sesuatu waktu. Orang yang sedang marah misalnya akan lebih emosionil dari pada kalau dalam keadaan kondisi yang biasa. 3. Aktivitet yang sedang berjalan pada individu. Hal ini juga akan turut menentukan apakah sesuatu itu akan diperhatikan atau tidak. Suatu hal atau benda pada suatu waktu tidak menarik perhatiannya, tetapi pada waktu yang lain justru sebaliknya, oleh karena pada waktu itu “aktivitet “jiwa adalah yang berhubungan dengan benda tersebut Macam-macam perhatian Ditinjau dari segi timbulnya perhatian dibagi 2 bagian, yaitu : 1.Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. 2.Perhatian yang timbul dengan sengaja, yaitu perhatian yang dengan sengaja ditimbulkan, karena haruslah ada kemauan untuk menimbulkannya. Ditinjau dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu. 1.Perhatian yang sempit yaitu perhatian dimana individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek. 2.Perhatian yang luas yaitu dimana individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek pada saat sekaligus. Sehubungan dengan ini maka perhatian juga dapat dibedakan atas : a.Perhatian yang terpusat ini sejalan dengan perhatian yang sempit. b.Perhatian yang terbagi-bagi yaitu dimana individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek, perhatiannya dapat di bagi-bagi kepada beberapa objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang luas adalah sejalan dengan sifat ini Ditinjau dari Fluktuasinya perhatian 1. Perhatian yang statis yaitu macam perhatian dimana dalam waktu yang tertentu dapat dengan tetap perhatiannya tertuju kepada objek tertentu. Orang yang mempunyai sifat perhatian ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek yang lain 2. Perhatian yang dinamis, yaitu dimana perhatian individu dapat bergerak secara lincah dari satu objek ke objek yang lain. Individu yang mempunyai perhatian macam ini akan mudah memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek yang lain. 1. Test Bourdon yang berujud sekumpulan titik- titik dan testce mendapat tugas untuk mencoret titik-titik yang tertentu jumlahnya. 2. Test Kraepelin yang berujud sederetan angka- angka yang berdekatan. Prinsip kedua test itu adalah untuk mewujudkan dan menjumlahkan angka-angka bersamaan, hanya berbeda dalam bentuk. 1. Pengaruh perhatian terhadap perhatian. 2. Macam perhatian apa yang ada pada individu yang bersangkutan. 3. Ritmenya individu bekerja. 4. Temponya individu bekerja. 5. Ketelitiannya individu bekerja. 1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat kealaman (physik) 2. Stimulus ini kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris. Proses ini merupakan proses physiologis. 3. Kemudian di otak (di pusat susunan syaraf) terjadi sesuatu proses yang akhirnya individu dapat menyadari atau mengamati tentang apa yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses psikologis. 1. Faktor kealaman yaitu illusi terjadi karena faktor alam, misalnya Illusi gema 2. Faktor stimulus di bagi 2 bagian : a. Stimulus yang mempunyai arti yang lebih dari satu dapat menimbulkan illusi. Kadang-kadang ini disebut Osilasi atau bergoyangnya perhatian. b. Stimulus yang tidak dianalisa lebih lanjut, yang memberikan impressi secara total 3. Faktor individu Ini disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set) dari individu. Terjadinya kesalahan disini karena pada individu telah adanya suatu pengharapan yang merupakan kesiapan psikologis dari individu itu. 1. Pada pengamatan di butuhkan adanya objek atau gagasan yang akan menimbulkan stimulus yang nantinya ini akan menimbulkan gambaran pengamatan. Gambaran yang terjadi adalah akan lebih jelas, lebih terang dari pada tanggapan, ini disebutkan karena dalam tanggapan tidak dibutuhkan adanya objek atau sasaran sehingga mau tidak mau gambarannya akan kurang jelas. 2. Karena pengamatan terikat objek, maka pengamatan akan terikat pada waktu dan tempat tertentu. Pada tanggapan tidak terikat objek secara kongkrit. Tanpa adanya objek kita dapat menganggap atau membayangkan apa yang ingin kita bayangkan. 3. Pengamatan berlangsung selama stimulus itu bekerja dan selama perhatian tertuju kepada pembayangan itu. 4. Pada mengamati ini adalah merupakan fungsi yang antara lain bersifat sensoris. Pada tanggapan sendiri bersifat imaginer. 1. Tipe T (tetanoide) Pada tipe ini bayangan lebih menyerupai bayangan pengiring yaitu bayangan yang mengiringi proses pengamatan setelah pengamatan itu berakhir. Sesudah melihat sesuatu benda seakan-akan benda itu masih terlihat dihadapannya. 2. Tipe B (Badedoide) Bayangan pada tipe ini timbul dengan sendirinya dan dapat pula timbul dengan sengaja. Pada umumnya sifat hidup, bergerak dan pada umumnya bayangan ini dengan warna yang asli. 1. Menurut kehendak kita, jika tanggapan atau bayangan-bayangan itu dengan sengaja ditimbulkan. 2. Tidak menurut kehendak atau kemauan kita, yaitu bila bayangan itu dengan sendirinya mendesak atau muncul dalam alam kesadaran. 1. Hukum sama waktu Menurut hukum ini pengamatan yang sama waktu akan serempak menimbulkan bayangan yang sama waktu pula sehingga apabila salah satu bayangan timbul, maka yang lainnya pun akan ikut timbul dalam kesadaran. Misalnya : Benda dengan namanya, benda dengan bahannya, huruf dengan bunyinya dan lain sebagainya. 2. Hukum berturut-turut. Jika dua bayangan atau lebih berturut-turut masuk dalam alam kesadaran, maka terjadilah Assosiasi hingga bila salah satu timbul dalam kesadaran, maka yang lain pun akan timbul dalam alam kesadaran. Misalnya : deret abjad, sajak dan sebagainya. 3. Hukum Persamaan Bayangan yang mempunyai persamaan yang tertentu, bersassosiasi dan berganti reproduksir mereproduksir. Misalnya : melihat harimau maka akan teringat kucing. 4. Hukum Perlawanan Bayangan yang merupakan perlawanan akan berasosiasi dan saling memprodusir satu dengan yang lainnya. Misalnya : Kaya akan mengingatkan miskin 1. Disadari yaitu apabila dalam keadaan ini betul-betul orang menyadarinya. Misalnya : seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisannya dengan kemampuan fantasinya. 2. Tidak disadari yaitu bila dengan tidak secara sadar individu telah dituntun oleh fantasinya. Hal semacam ini banyak kita jumpai dalam dusta anak-anak, dimana anak-anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastik sekalipun tidak ada niat anak-anak untuk berdusta. Contoh lain misalnya : Seorang anak memberi berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sekalipun tidak ada maksud dari anak itu untuk berbohong. 1. Fantasi yang menciptakan yaitu yang merupakan bentuk atau jenis dari Fantasi yang menciptakan sesuatu. Misalnya : seorang pelukis yang sedang mencipta sesuatu atas daya fantasi dan sebaliknya. 2. Fantasi yang dituntun atau dipimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun atau dipimpin oleh fihak atau kekuatan lain; Misalnya : Seseorang mendengarkan sesuatu cerita, maka orang ini dapat mengikuti apa yang di dengarnya menurut fantasinya dengan perantaraan mendengar cerita tersebut. 1. Cara berfantasi dengan mengabstrasikan beberapa bagian, sehingga dengan cara berfantasi ini adanya bagian-bagian yang dihilangkan. 2. Fantasi yang mengdeterminir yaitu cara berfantasi dimana orang mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. 3. Fantasi yang mengkombinir yaitu cara berfantasi dimana orang mengkombinasikan pengertian- pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. Fantasi yang mengkombinir inilah yang banyak dipergunakan orang. 1. Test Binet yaitu yang berwujud gambar-gambar yang belum lengkap dan yang diberi test (teste) disuruh mencari bagian-bagian yang kurang. Dengan demikian, selain dapat dilihat kemampuan untuk berfantasi juga unsur intelegensi ikut ambil bagian dalam hal ini. 2. Test kemustahilan yaitu test yang dapat berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang mustahil terjadi. Dan teste disuruh mencari dimana ketidak mungkinan itu. 3. Heilbroner Wirsma test yaitu test yang berujud duatu seri gambar yang makin lama makin sempurna 4. Test Rorschach yaitu test tinta yang berujud gambar- gambar dan teste disini disuruh menyatakan pendapatnya tentang gambar itu. 1. Dengan cara tidak sengaja. Dengan cara ini apa yang dialami dengan tidak sengaja dimasukkan dalam ingatan. Hal ini terlihat pada anak-anak dimana mereka pada umumnya mendapatkan pengalaman- pengalaman dengan tidak sengaja. 2. Dengan cara sengaja. Dengan cara ini, individu dengan sengaja memasukan pengalaman-pengalaman pengetahuan orang akan memperoleh dengan sengaja 1. Lamanya Interval yaitu menunjukkan tentang lamanya waktu antara pemasukan bahan atau materi (act of learning) sampai ditimbulkannya kembali bahan itu. Hal lamanya interval ini, ada hubungannya dengan kekuatan retensinya, atau dengan kata lain kekuatan retensi menurun. 2. Isinya interval yaitu aktivitet-aktivitet yang terdapat atau mengisi interval itu. Aktivitet-aktivitet yang terdapat atau mengisi interval itu. Aktivitet-aktivitet yang mengisi interval itu akan merusak atau mengganggu memory traces (bekas dalam kita jiwa), sehingga adanya kemungkinan individu mengalami kelupaan. Misalnya : kita menghapal suatu pelajaran kemungkinan kita untuk hapal lebih besar, dibandingkan kita menghapal beberapa pelajaran pada saat yang bersamaan, karena antara waktu memasukkan dan menimbulkan kembali terlalu jauh serta banyaknya materi pelajaran yang kita hapalkan. 1. Theori Athropi Teori ini menitik beratkan pada lamanya interval; Menurut teori ini kelupaan itu terjadi karena bayangan-bayangan atau memory traces itu telah lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Karena telah lama tidak ditimbulkan, makin lama makin mengendap hingga pada akhirnya orang akan lupa. Teori ini sebenarnya bersumber pada soal psykologis yaitu dimana otot-otot yang telah lama tidak digunakan, maka otot itu tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik yang akhirnya akan mengalami kelupaan (lumpuh). 2. Teori Intervensi Theori ini menitik beratkan pada isi interval menurut teori ini kelupaan itu terjadi karena tanggapan-tanggapan atau memori traces yang lainnya. Karena itu teori ini titik beratnya pada isi dari pada interval itu. Jadi kalau menghafalkan sesuatu kemudian menghafalkan yang lainnya lagi, maka bahan yang kedua itu akan merusak atau memberikan interval pada bahan yang pertama hingga mungkin menimbulkan kelupaan. a. Mengingat kembali (recale) Pada mengingat kembali ini, kita dapat menimbulkan kembali apa yang kita ingat tanpa adanya objek sebagai stimulus untuk dapat mengingat kembali. Jadi dalam hal ini kita tak membutuhkan adanya objek. b. Mengenal kembali (recognize) Pada mengenal kembali ini, kita dapat menimbulkan yang kita ingat atau yang kita telah pernah pelajari dengan adanya objek itu. Jadi karena objeknya ada, maka kita dapat mengenal kembali objek itu. Karena pada mengenal kembali itu dibantu oleh adanya objek, maka besar kemungkinan ada yang tidak diingat oleh individu dapat dikenal kembali oleh individu itu, sehingga sering dikemukakan bahwa mengenal kembali. Tetapi ini tidak berarti bahwa mengenal kembali itu akan selalu benar dan tepat. Pada mengenal kembali sering orang mengalami kesalahan- kesalahan ataupun sering halnya dengan mengingat kembali. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa macam sebab, antara lain : Karena memasukkan atau belajar yang kurang tepat Adanya kecerobohan pada waktu mengamati sehingga apa yang diingat / dikenalnya tidak sesuai dengan apa adanya. Relasi yang kurang baik. Gangguan dalam mengeluarkan kembali (recalling) Misalnya : gangguan emosi. 1. Metode mengenal kembali (the method of recognition). Dengan metode ini menyelidiki ingatan individu dengan cara pengalaman pengenalan kembali. Misalnya : dengan menggunakan true false (benar – salah) Jadi kalau kita mengadakan ujian dengan menggunakan metode ini, maka dalam memberikan penilaian atau scoring adalah sebagai berikut. 100 (benar – salah) Score = Total (jumlah) dari test item 2. Metode mengingat kembali (the method of recare) Dengan metode ini misalnya menyelidiki dengan menggunakan essay atau bentuk mengisi dan sebagainya. Sehingga dengan demikian dapat mengetahui sampai sejauh mana kemampuan individu di dalam mengingatnya. 3. Metode mempelajari kembali (re-learning method). Dengan re-learning ternyata bahwa belajar yang pertama kali. Jadi re-learning ini ada waktu yang dihemat atau disimpannya. Karena itu metode ini juga sering disebut dengan Sporing method. 4. Metode rekonstruksi (the method of reconstruction) Dengan metode ini orang disuruh misalnya menyusun kejadian sesuai dengan susunannya sesuai dengan kejadian itu. 1. Pengertian yang tidak disengaja yaitu pengertian pengalaman yang dimaksud pengalaman disini adalah bahwa pada umumnya pengertian itu diperoleh dengan cara tidak sengaja, diperolehnya dengan dengan melalui pengalaman-pengalaman. Misalnya : harimau dianggapnya kucing, hanya beda bentuk dan sebagainya. Kemudian atas daya berkembangnya pikirannya timbul di ferensiasi yaitu proses membedakan yang satu dengan yang lainnya. Pada proses ini anak tidak lagi menyebut harimau itu kucing tetapi anak telah tahu bahwa binatang semacam itu adalah bukan kucing tetapi harimau 2. Pengertian yang diperoleh dengan sengaja yaitu pengertian yang sering disebut pengertian ilmiah. Oleh karena dijalankan dengan sengaja, maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedur di dalam memperolehnya berbeda dengan prosedur yang dibentuk dan ditempuh dalam pengertian yang tidak disengaja 1. Menganalisa Pada taraf ini ialah mengadakan analisa terhadap bermacam-macam gas. Masing-masing gas diselidiki sifat-sifatnya dengan seksama dan semua sifat-sifat tersebut dicatat dengan sebaik-baiknya. 2. Mengadakan komperasi (perbandingan) Setelah sifat-sifat masing-masing gas itu kita dapatkan, maka sifat-sifat tersebut dikomperasikan satu sama lainnya. 3. Mengadakan Abstraksi Pada taraf ini maka sifat-sifat yang tidak sama dikesampingkan dan sifat-sifat yang sama dijadikan satu, sehingga tinggal sifat-sifat yang bersamaan itu. 4. Menarik Kesimpulan Dalam menarik kesimpulan ini memberikan pengertian batasan yang membatasi pengertian itu. Misalnya : gas itu adalah benda yang selalu memenuhi tempatnya (ruangannya). Jadi dalam pengertian itu tercakup sifat-sifat yang tertentu yang membentuk pengertian itu. Sehingga kesimpulan adalah hasil terakhir dari pada semua prosedur di atas 1. Data atau fakta yang diberikan kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data atau fakta yang harus diperoleh. 2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lainnya. Sehingga keadaan ini akan membingungkan dalam proses berpikir. Sifat-sifat dari perasaan : 1. Pada umumnya peristiwa perasaan itu adalah berhubungan dengan peristiwa pengenalan atau pengamatan. Justru oleh karena perasaan itu adalah merupakan suatu reaksi kejiwaan terhadap stimulus mengenainya. 2. Perasaan bersifat Subjektif. Lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan yang lainnya, yaitu sekalipun stimulus itu sama perasaan yang dapat ditimbulkan bermacam-macam sifatnya sesuai dengan keadaan masing-masing individu. 3. Perasaan itu dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, sekalipun tingkatnya berbeda-beda 1. Dimensi pertama, bahwa perasaan itu dapat dalam sebagai perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. 2. Dimensi yang kedua, bahwa perasaan itu dapat dialami oleh individu sebagai suatu yang excited atau sebagai innert feeling 3. Dimensi ketiga, bahwa perasaan itu dapat dialami oleh individu sebagai sesuatu yang masih dalam pengharapan, tetapi ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa atau keadaan yang telah nyata terjadi atau telah releak. 1. Perasaan-perasaan Presens yaitu yang bersangkutan dengan keadaan sekarang yang sedang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktuil 2. Perasaan-perasaan yang menjangkau maju, yaitu merupakan pengambilan bagian yang tidak nyata atau tidak riil, dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan. 3. Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakangan apa yang telah terjadi. Misalnya orang masih merasa sedih karena mengingat pada waktu jaman keemasannya beberapa tahun yang lampau dan sebagainya. 1. Teori Sentral Menurut teori ini bahwa gejala kejasmanian ini merupakan suatu akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu, baru orang kemudian mengalami perobahan- perobahan dalam lapangan kejasmaniannya berdasarkan atas teori ini dapat dikemukakan bahwa gejala-gejala kejasmanian itu merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Salah seorang tokoh dari teori ini adalah Canon 2. Teori Peripir Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian itu bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu itu merupakan suatu akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Tokoh-tokohnya : James dan Lange, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori James – Lange. Teori James – Lange ini lebih menitik beratkan pada yang bersifat peripir daripada yang bersifat sentral, dan teori ini berhubungan erat dengan pandangan yang bersifat biologis. 3. Teori Kepribadian Menurut teori ini ialah bahwa emosi adalah merupakan aktivitet pribadi, dimana pribadi itu tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansii yang terpisah. Karena itu maka emosi meliputi pula perubahan –perubahan kejasmanian. Tokohnya ialah J Linchoten. 1. Perasaan tingkat sensoris (keindraan) Yaitu merupakan perasaan berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian. Misalnya : rasa sakit, panas, dingin dan sebagainya. 2. Perasaan kehidupan vital Perasaan ini bergantung kepada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya. 3. Perasaan Kejiwaan Yaitu perasaan seperti rasa gembira, susah dan sebagainya. 4. Perasaan pribadi Yaitu yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya : perasaan harga diri, perasaan putus asa dan sebagainya 1. Perasaan keinderaan Perasaan ini adalah yang berhubungan dengan alat-alat indera misalnya : perasaan yang berhubungan dengan pengecapan, asin, pahit dan sebagainya, yang berhubungan dengan penciuman dan sebagainya. Juga termasuk dalam hal ini adalah perasaan-perasaan lapar, haus, sakit, lelah dan sebagainya 2. Perasaan Kejiwaan Dalam golongan ini masih dibedakan atas : a. Perasaan intelektuil Ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan intelek, yaitu perasaan yang timbul atau bila orang dapat memecahkan suatu masalah, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasil kerja dari segi inteleknya. b. Perasaan kesusilaan Perasaan ini timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan perasaan yang positif sedangkan hal-hal yang buruk akan menimbulkan perasaan negatif kalau berbuat yang jelek. c. Perasaan Keindahan Perasaan ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek (tak indah) Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan negatif. Perasaan keindahan ini tergantung kepada dasar pendidikannya. d. Perasaan Kemasyarakatan Perasaan ini timbul terhadap orang lain, adanya perasaan yang menyertai kita. Perasaan ini bermacam-macam, misalnya : benci (antifati), senang (simpati) dan sebagainya. Perasaan senang adalah merupakan perasaan kemasyarakatan juga. e. Perasaan harga diri Pernyataan ini adalah menyertai harga diri seseorang. Perasaan ini dapat positif, yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat mengikat kepada perasaan harga diri lebih (super complex). Tetapi juga dapat bersifat negatif, bila orang mendapat kekecewaan. Ini dapat menyebabkan / menimbulkan harga diri kurang (Minder waardigheids complex). Perasaan harga diri ini lebih jauh kemudian dikupas oleh Alfred Adler, sebagai seorang tokoh dalam lapangan psikologi individual. f. Perasaan Ketuhanan Perasaan ini menyertai kepercayaan kepada Tuhan yang mempunyai sifat-sifat yang serba sempurna. Perasaan percaya ini akan membawa untuk berbuat baik, soleh dan sebagainya. Perasaan Ketuhanan ini adalah merupakan / berpusat pada perasaan Ketuhanan in Dalam alam tingginya perasaan ke Tuhanan ini tidak tergantung kepada kepandaian atau kecakapan seseorang Dalama perasaan ke Tuhanan ini segala sesuatu akan tertuju kepada Nya. 1. Perbuatan yang secara reflektif yaitu perbuatan yang terjadi tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan Oleh karena perbuatan ini tidak disadari oleh individu yang bersangkutan, maka sudah barang tentu perbuatan itu sebagai suatu reaksi dari stimulus yang diterimanya tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran. Dengan demikian jalan yang reflektif ialah : Stimulus reseptor efektor response (act) 2. Perbuatan yang disadari yaitu perbuatan individu atas dasar kehendak atau kemauan dari individu yang bersangkutan. Jadi kalau perbuatan itu adalah merupakan response dari sesuatu stimulus yang diterima oleh individu itu, sehingga benar-benar disadari oleh individu itu, sehingga jalan stimulusnya adalah : Stimulus reseptor pusat efektor response Dengan demikian jalan yang ditempuh stimulus sampai reponse pada yang disadari lebih panjang bila dibandingkan dengan yang tidak disadari. 1. Motif biologis yaitu yang merupakan motif untuk kelangsungan hidup manusia sebagai suatu organisme. Misalnya : motif makan, motif minum, motif sex dan sebagainya. Motif biologis ini dapat mengalami perubahan bentuk sesuai dengan keadaan masyarakat dari individu itu. Karena norma yang ada pada masyarakat itu adalah merupakan norma yang terbentuk dari keadaan masyarakat. 2. Motif Sosiologis, yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Motif-motif ini merupakan motif merupakan motif yang dipelajari dan berkembang atas dasar interaksi individu di dalam masyarakat. 3. Motif theogenetis yaitu motif yang mendorong manusia untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan 1. Motif-motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme. Misalnya : motif makan, minum, kebutuhan pernafasan, motif sex dan lain sebagainya. 2. Motif darurat (Emergency motives) yaitu merupakan motif yang membutuhkan tindakan-tindakan dengan segera karena keadaan sekitarnya menuntutnya. Misalnya : motif untuk melepaskan diri bahaya, motif melawan motif untuk bersaing dan sebagainya. 3. Motif objektif (objective motives) yaitu merupakan motif-motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda, misalnya : Motif explorasi, motif manipulasi, minat dan sebagainya. Minat ini merupakan suatu motif yang khusus tertuju kepada sesuatu yang khusus. Bila individu itu telah mempunyai minat, maka perhatian akan dengan sendirinya tertarik kepada objek tersebut, sehingga dengan demikian maka minat itu khusus tertuju kepada suatu objek yang tertentu. 1. Intelegensi mengandung suatu kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang harus dipecahkan