Anda di halaman 1dari 12

GEJALA JIWA KOGNITIF

(PENGAMATAN, TANGGAPAN, FANTASI, PERSEPSI, ASOSIASI, INGATAN)

Disusun Oleh:
Khoirunnisa Nurhanafi (221300296)
Wahid Abdul Aziz (221300307)

Dosen Pengampu:
Ibu Dr. Kana Safrina Rouzi, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum w.r. w.b. 

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmatnya dan

hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah kami yaitu, “Konsep

Dasar Psikologi Umum”

Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar

Muhammad Saw. yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju kebajikan, yakni

addinul Islam. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada : 

1. Bapak Prof. dr. H. Hamam Hadi., M.S., Sp.GK., D.Sc selaku Rektor Universitas

Alma Ata

2. Ibu Dr. Kana Safrina Rouzi, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep
Dasar Psikologi Umum

3. Dosen-dosen dan orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami

4. Teman teman Prodi PGSD yang seperjuangan

Kami menyadari akan segala kekurangan pada penulisan riset ini. Oleh karena itu,

kami mengharapkan segala kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan makalah yang

akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin ya

Rabbal ‘Alamin. 

Wassalamu’alaikum w.r. w.b. 

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................1

KATA PENGANTAR................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah..................................................................................4

2. Rumusan Masalah...........................................................................................4

3. Tujuan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

4. Pengamatan dan Tanggapan……………...…………………………………..5


5. Fantasi………………………………………………………………………....6
6. Persepsi……………………..………………………………………………...6
7. Asosiasi…...…………………………………………………………………..7
8. Ingatan..………………………………………………………………………7
BAB III PENUTUP
6. Kesimpulan…………………………………………………………………..11
7. Saran…………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kognisi yang berasal dari kata “cognitive” yang berarti hal yang berhubungan
dengan pengalaman. Dalam ilmu Psikologi, kognisi merupakan bagian dari gejala
jiwa manusia. Kognisi merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan
pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir, dan
intelegensi.

Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan


pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu, kognisi tidak
dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat
diamati. Misalnya, kemampuan anak untuk mengingat angka 1-20, atau kemampuan
untuk menyelesaikan teka-teki.
Adapun gejala-gejala kognisi diantara lain: pada pengindraan, persepsi
(pengamatan dan tanggapan), fantasi,, ingatan (memori), lupa, berfikir, intelegensi,
dan intuisi. Akan tetapi pada makalah ini kami hanya membahas tentang pengamatan,
tanggapan, persepsi, fantasi, asosisi, ingatan.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengamatan, tanggapan, persepsi, fantasi, asosisi, ingatan
dalam psikologi?

3. Tujuan

Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengamatan, tanggapan,


persepsi, fantasi, asosisi, ingatan serta sebab akibat dari gejala kognitif

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengamatan dan Tanggapan

a. Pengamatan
Pengamatan dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi sama
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Menurut Warsah &
Daheri (2021, hlm. 82 – 83) Pengamatan dalam psikologi berarti dorongan
untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara
batiniah melalui proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera
yang menghasilkan suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian
untuk menyadari adanya rangsangan.
Dunia pengamatan merupakan usaha untuk mengenal dunia nyata, baik
mengenai dirinya sendiri maupun dunia sekitar dimana dia berada dengan cara
melihatnya, mendengarnya, membaunya, merabanya, atau mengecapnya.
Cara-cara mengenal objek tersebut disebut dengan mengamati, sedangkan
melihat, mendengar dan seterusnya itu merupakan modilitas pengamatan.
Dengan kata lain, modalitas pengamatan dibedakan berdasarkan panca indera
yang kita gunakan untuk mengamati.

b. Tanggapan
Proses menganggap atau membayangkan kembali merupakan
representasi, yaitu membayangkan kembali atau menimbulkan kembali
gambaran yang ada pada saat pengamatan. Baik pada pengamatan maupun
dalam tanggapan keduanya dapat membentuk gambaran, tetapi pada umumnya
gambaran yang ada pada pengamatan lebih jelas dan lebih lengkap
dibandingkan gambaran pada tanggapan. Untuk memudahkan kita dalam
memahami perbedaan antara pengamatan dan tanggapan, berikut ini akan
disajikan beberapa perbedaannya:

5
Tabel 1. Perbedaan antara pengamatan dan tanggapan

Pengamatan Tanggapan

1. Cara tersedianya objek 1. Cara tersedianya objek


disebut presentasi disebut representasi
2. Objek yang sesungguhnya 2. Objek yang sesungguhnya
tidak ada.
ada
3. Objek hanya ada pada dan
3. Objek ada bagi setiap orang bagi subjek yang menanggap
4. Terikat pada tempat, 4. Terlepas dari tempat,
keadaan dan waktu keadaan dan waktu

B. Fantasi
Fantasi atau biasa yang orang sebut dengan hayalan adalah sebuah gejala atau
sebuah kondisi yang biasanya terdapat di dalam jiwa manusia, dalam berfantasi
juga dapat menimbulkan khayalan yang melihat suatu kemungkinan yang belum
ada atau bisa juga sesuatu yang baru.  Fantasi menurut Julianto Simanjutnak
(2007) merupakan sebuah kemampuan dari fungsi jiwa dalam psikologi yang
dapat membentuk suatu tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama.
Fantasi dapat berlangsung dengan disadari maupun tidak disadari. Secara
disadari apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya, sedangkan secara
tidak disadari apabila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya.
Fantasi yang disadari sering dibedakan antara fantasi menciptakan dan fantasi
yang dipimpin.
Fantasi bersifat mengombinasikan jika menggabungkan bagian dari tanggapan
yang satu dengan tanggapan yang lain. Misalnya berfantasi tentang ikan duyung
dengan menggabungkan kepala seorang wanita dengan badan seekor ikan.

C. Persepsi
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula
individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu
pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini
berkaitan dengan persepsi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan proses pengindraan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau
juga disebut proses sensoris. Karena persepsi merupakan aktivitas yang intregated
dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam
persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi akan dikemukakan
karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak

6
sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan
berbeda antara individu satu dengan individu yang lain, karena persepsi bersifat
individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1956)

D. Asosiasi

Menurut Wahyuni Ismail (2007), asosiasi adalah hubungan antara


tanggapan yang satu degan tanggapan yang lain. Asosiasi ialah hubungan antara
tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain dan saling mereproduksi.
Artinya, apabila yang satu disadari, maka yang lain ikut disadari pula. Sedang
reproduksi atau mereproduksi itu sendiri mempunyai pengertian kemampuan jiwa
untuk mengeluarkan kembali tanggapan dalam kesadaran, yang berarti muncul
dari tanggapan dari keadaan dibawah kesadaran ke dalam keadaan disadari/sadar.
Asosiasi dipengaruhi oleh:
1.     Keadaan jasmani seseorang
2.      Tipe-tipe seseorang
3.      Keperkuan bereaksi terhadap rangsangan.
Pada proses asosiasi, bisa berlangsung hambatan emosional, berupa: rasa
malu, kecemasan, minder, rasa takut, yang menghambat kelancaran proses
reproduksi dan asosiasi. Ada orang-orang tertentu yang selalu mengasosiasikan
kata-kata benda dengan kata sifat. Ini merupakan asosiasi atributif. Contohnya:
rumah, buku, air, udara selalu dikaitkan dengan besar, kecil, murah , jernih, biru,
dan lain-lain. Biasanya, individu yang bersangkutan suka mengait-ngaitkan
tanggapan-tangapannya dengan aku-nya (diri sendiri).

E. Ingatan
Secara etimologi, ingatan atau memory, adalah keberadaan tentang
pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat
yang dapat menyimpan dan merekam informasi. Ingatan adalah yaitu fungsi yang
terlibat dalam proses mengenang masa lalu, keseluruhan pengalaman masa lalu
yang diingat kembali, dan pengalaman khas yang paling diingat (Chaplin, 2002).
Memori sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan
kembali informasi (retrieval) oleh manusia dan organisme lainnya. Pengkodean
berkaitan dengan persepsi awal dan pengenalan.

7
Menurut perspektif psikologi kognitif bahwa memory atau ingatan ialah
kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.
Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan yaitu : menerima kesan-kesan,
menyimpan dan mereproduksikan.
a. Jenis Ingatan atau memory
1. INGATAN JANGKA PENDEK
a. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)
Untuk dapat menyimpan informasi ke dalam ingatan jangka
pendek, harus memperhatikan informasi tersebut. Karena kita
sangat selektif tentang apa yang kita perhatikan, ingatan jangka
pendek kita hanya berisi apa yang dipilih. Hal ini berarti bahwa
sebagian besar dari apa yang telah terlihat oleh kita tidak
pernah memasuki ingatan jangka pendek dan tentu saja tidak
akan mungkin dapat digunakan untuk pengingat kembali di
kemudian hari.
b. Penyimpanan (storage)
Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan
pendek ialah bahwa ingatan ini mempunyai kapasitas yang
terbatas. Batas rata-ratanya adalah 7 butir lebih atau kurang dua
(7 ± 2). Sebagian orang dapat menyimpan paling sedikit 5 butir,
yang lainnya dapat menyimpan 9. Jumlah tertinggi merupakan
rentang ingatan subjek (subject’s memory span) Dengan
adanya kapasitas yang begitu pasti kita cenderung memandang
ingatan jangka pendek sebagai sebuah kotak mental yang
mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang memasuki
ingatan jangka pendek masuk ke dalam masing-masing slot.
Selama jumlah butir tidak melebihi jumlah slot kita akan dapat
mengingat butir-butir dengan sempurna. Ketika semua slot
sudah terisi dan sebuah butir baru akan masuk, salah satu butir
lama harus pergi. Butir yang baru menggantikan butir yang
lama.
c. Pengingatan Kembali (retrieval)
Pengingatan kembali disusun dalam tiga tahapan:

8
1. Subjek memasukkan stimulus probe ke dalam suatu bentuk
yang dapat dibandingkan dengan butir-burit yang sudah
tersimpan dalam ingatan jangka pendek.
2. Subjek membandingkan kede yang berurutan dengan setiap
butir yang ada dalam ingatan pendek.
3. Subjek mulai dengan memberikan sebuah respon yang
berakibat pada ditekannya tombol “ya” atau “tidak”.
2. INGATAN JANGKA PANJANG
Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan
dalam ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang
hidup.
a. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)
Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang
dominan tidak bersifat akustik atau visual, melainkan
tampaknya didasarkan pada pegertian akan butirbutir
tersebut. Jika kita menghafal suatu kata yang panjang dan
mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit
kemudian, kita pasti akan membuat kekeliruan. Sebagian
kata-kata yang keliru itu mempunyai pengertian yang sama
dengan kata-kata yang benar. Misalnya jika kata “lekas”
dalam daftar mungkin kita akan keliru ingat dengan kata
“cepat”. Pengkodean melalui pengertian, tampaknya
menghasilkan ingatan yang terbaik. Dan semakin
mendalam atau lengkap seorang menyerap pengertian,
semakin baik ingatan yang terjadi. Maka, kalau kita harus
mengingat satu hal dalam sebuah buku teks kita akan
mengingatnya lebih baik, jika kita memusatkan pikiran
pada pengertiannya dan bukan pada kata-kata yang
tercantum dan semakin mendalam dan menyeluruh kita
menghayati maknanya semakin baik kita mengingatnya.
b. Penyimpanan dan pengingatan kembali (storage and
retrieval)
Banyak kasus mengenai proses lupa dari ingatan jangka
panjang ini tampaknya merupakan akibat dari tidak adanya

9
cara untuk mencapai informasi itu bukan karena tidak
adanya informasi itu sendiri. Maka, ingatan yang lemah
dapat mencerminkan kegagalan pengingatan kembali dan
bukan merupakan kegagalan penyimpanan informasi. Oleh
karena itu penting diketahui faktor yang meningkatkan dan
menurunkan pengingatan kembali.
1. Faktor yang meningkatkan pengingatan kembali ialah
mengorganisasi dalam penyimpanan dan memastikan
bahwa konteks informasi yang diingat kembali sama
dengan konteks informasi di mana kita memasukkan
pesan dalam ingat
2. Faktor yang menurunkan pengingat kembali ialah
interferensi.

10
KESIMPULAN
Gejala jiwa kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan
pengamatan, tanggapan, asosiasi, fantasi, persepsi, ingatan, reproduksi. Jadi, gejala kognisi
atau kognitif ini adalah gejala bagaimana manusia memberi arti pada rangsangan. Pandangan
teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-
elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi).
Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk
kedalam kognisi manusia.

SARAN
Sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan mental. Hindari hal-hal yang
membuat diri kita jatuh, karena itu akan membuat mental kita menjadi terganggu. Semoga
kita terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Aini, NY. 2013. “Makalah gejala-gejala pengenalan (kognisi) Psikologi”
YULIA NUR AINI (A510120071): Makalah Gejala- gejala pengenalan (kognisi)Psikologi

Asta, Derina. 2018. “Macam-macam Fantasi dalam psikologi”


Macam- Macam Fantasi Dalam Psikologi - DosenPsikologi.com

Suryani. 2013. “Mengenal gejala dan penyebab gangguan jiawa”. Makalah. Bandung:
Universitas Padjajaran.

Warsah, I., Daheri, M. 2021. Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang

Press.

12

Anda mungkin juga menyukai