Anda di halaman 1dari 60

Berpartisipasi aktif dalam liturgi

Sebagai Pelayan Altar


PERTEMUAN PEMBINA
MISDINAR KEUSKUPAN
MANADO
Lota, 13 Agustus 2022

Oleh. Stenly Vianny Pondaag MSC


Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Manado
PARTISIPASI AKTIF
DALAM LITURGI
▪ S EC A R A L A H I R I A H
▪ S EC A R A BAT I N I A H
PARTISIPASI AKTIF:
Berpartisipasi dalam
TINDAKAN LITURGIS (ACTIO)
TINDAKAN LITURGIS:
▪ Tindakan Pengudusan Allah bagi
manusia.
▪ Tindakan pemuliaan manusia
kepada Tuhan
LITURGI ADALAH SEBUAH TINDAKAN (ACTIO)

Bagaimana mengungkapkan?
Apa yang diungkapkan?
▪ Verbal/Non-Verbal
▪ IMAN ▪ Spasial
▪ Nada/Bunyi
▪ Gerakan
Dalam perayaan liturgi, iman
diungkapkan/diekspresikan dengan
seluruh tindakan manusiawi kita!
Keragaman bentuk Tindakan liturgis

BENTUK-BENTUK BENTUK-BENTUK BENTUK-BENTUK


TINDAKAN VERBAL TINDAKAN BUNYI / TINDAKAN GERAK:
(KATA-KATA): NADA: Gerak tubuh, mimik,
Kata, kalimat, doa, Bunyi alam, suara dari raut wajah, sikap
puisi, madah alat musik, nada dan tubuh, berjalan, tarian,
nyanyian prosesi, ziarah
KESATUAN DARI KETIGA
BENTUK TINDAKAN
LITURGIS:
▪ Ketiga tindakan itu dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan.
▪ Ketiga bentuk itu harus diungkapkan secara seimbang.
▪ Contoh pengungkapan yang tidak seimbang: Ibadat terlalu banyak kata-kata, tetapi
musik kurang atau ala kadarnya.

▪ Memang, dalam bentuk ibadat tertentu satu bentuk tindakan dapat


ditonjolkan.
▪ DALAM IBADAT SABDA: Aspek verbal harus ditekankan
▪ DALAM ADORASI: Aspek musikal/lagu ditonjolkan
▪ DALAM ZIARAH: Aspek gerak ditonjolkan
BERPARTISIPASI
AKTIF DALAM MISA
SEBAGAI MISDINAR
▪ Tugas para misdinar atau pelayan altar sebagai
Konstitusi Liturgi 29 sebuah pelayanan liturgis yang sungguh-sungguh.
▪ Mereka hendaknya menunaikan tugas dengan
saleh, tulus dan saksama, sebagaimana layak
untuk pelayanan seluhur itu, dan sudah
semestinya dituntut dari mereka oleh Umat Allah.
.
Pe ra n K h u s u s M i s d i n a r
dalam misa

Misdinar menjalankan tugas-tugas pelayanan


altar yang sebenarnya berasal dari tugas dari
akolit yang dilantik.

“Kalau akolit yang telah dilantik tidak hadir, pelayan


awam dapat diberi tugas melayani altar dan
membantu imam serta diakon. Mereka dapat
membawa salib, lilin, pedupaan, roti, anggur, dan air.
Mereka dapat juga diberi tugas membagikan komuni
sebagai pelayan tak lazim” (PUMR 100)
PEMBAGIAN

1 PERAN MISDINAR
DALAM MISA
Pembawa Pedupaan
▪ Dalam prosesi masuk, pembawa pedupaan berjalan paling
depan. Ia berada di depan pembawa salib. Seorang
pembawa navikula dapat mendampinginya, berjalan di
sebelah kirinya.
Pembawa Salib Perarakan
▪ Figur Kristus selalu menghadap ke depan.
▪ Tiang atau tongkat salib dipegang tidak menempel pada bagian badan.
▪ Pembawa salib menempatkan salib perarakan di tempat yang sudah disiapkan di
sekitar panti imam, tetapi tidak menaruhnya bersandar di dinding.
▪ Jika sudah ada salib altar, maka pembawa salib juga tidak menaruh salib
perarakan di samping altar, melainkan di tempat lain di luar panti imam, tetapi
tidak di sakristi.
Dua Orang Pembawa Lilin
▪ Membawa lilin perarakan.
▪ Dalam prosesi masuk: Mengapit pembawa salib perarakan.
▪ mendampingi iman atau diakon di altar dan meja kredens, yakni
hanya meletakkan bahan-bahan persembahan dan perlengkapan
lain di atas altar.
▪ Sebaiknya mereka menempati tempat duduk di dekat meja
kredens.
Pembawa Buku
▪ Pembawa buku memainkan peranan yang sangat penting dalam
seluruh perayaan, terutama di tempat duduk pemimpin atau
katedra uskup.
▪ Buku misa atau buku lain dibawa dengan kedua tangan dalam posisi
rata di depan dada. Jika buku dipegang terbuka, posisinya diatur
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemimpin untuk
membaca teks
Pelayan lain
▪ Pelayan-pelayan lain dapat membantu pada misa meriah atau
bertindak sebagai pembawa obor selama Doa Syukur Agung (hal ini
tidak lagi lazim dibuat).
▪ Hal yang perlu dihindari adalah ada banyak misdinar dalam misa,
tetapi mereka tidak memiliki tugas khusus.
Pembawa Mitra
▪ Seorang pembawa mitra dan pembawa tongkat uskup bertugas dalam
misa meriah yang dipimpin oleh uskup.
▪ Tangan mereka biasanya ditutup dengan vimpa (selendang atau kain
putih yang dikenakan di atas bahu atau pundak akolit/misdinar untuk
memegang mitra atau tongkat uskup).
▪ Bersama-sama dengan pembawa buku, mereka adalah pelayan langsung
dari uskup, berjalan di samping uskup dalam prosesi.
PELAKSANAAN
02 TUGAS MISDINAR
DALAM MISA
PERSIAPAN DI SAKRISTI

▪ Setiap misdinar sudah mengetahui tugasnya dan


perlengkapan yang dibawa.
▪ Sebelum perarakan: Misdinar mempersiapkan diri,
mengenakan busana liturgi dan menjaga keheningan.
▪ Sebelum prosesi: Misdinar membawa tempat dupa
kepada imam, ia membubuhi dan memberkati.
▪ Selama prosesi, misdinar membawa pedupaan
mengepul dan mengayukannya.
.
PERARAKAN MASUK

▪ Misdinar membunyikan lonceng sebagai


tanda dimulainya perarakan masuk.
▪ Para misdinar turut dalam perarakan
masuk sebagai pembawa lilin, pembawa
salib dan ukupan.

.
Urutan Perarakan
Masuk

▪ Paling depan adalah pelayan yang membawa


pedupaan mengepul, jika dibuat pengukupan.
▪ Pelayan yang membawa salib perarakan yang
diapit oleh pembawa lilin.
▪ Pelayan-pelayan lain (kalau ada).
▪ Diakon atau lektor yang membawa
Evangeliarium yang sedikit diangkat (bukan
lectionarium).
▪ Paling belakang: imam (dalam misa
konselebrasi: para imam disusul oleh selebran
utama).
▪ Setibanya di depan altar, misdinar turut
membungkuk khidmat. Namun, jika
tabernakel berada di belakang altar, maka
misdinar dan pelayan lain turut berlutut
bersama imam.
▪ Misdinar yang membawa salib dan lilin
perarakan tidak perlu berlutut, melainkan
membungkuk saja.
Pembawa salib memegang salib erat-erat dan
sedikit diangkat. Figur Kristus yang tersalib selalu
menghadap ke depan. Pembawa salib meletakkan
salib pada tempat yang sudah disediakan, dalam
posisi berdiri. Salib jangan dibiarkan bersandar pada
dinding.
▪ Misdinar dapat meletakkan lilin-lilin perarakan di dekat altar
atau di meja kredens. Lilin tetap bernyala selama perayaan
berlangsung.
▪ Jika diadakan pengukupan, misdinar mendampingi imam
(atau diakon) mempersiapkan dan mengukup altar.
Kete n t u a n Pe n g u ku p a n :

▪ Pedupaan dilaksanakan dengan mengayunkan wiruk ke depan dan ke belakang


ke arah barang atau orang yang didupai.
▪ Ada dua jenis ayunan atau ductus, yakni ayunan ganda dan ayunan tunggal. Untuk
membuat sebuah ayunan ganda, wiruk diayunkan dua kali ke arah barang atau
orang yang didupai, lalu diturunkan lagi. Untuk membuat sebuah ayunan tunggal,
wiruk diayunkan satu kali, lalu diturunkan lagi, kecuali jika mengukupi altar.
.
Cara pedupaan yang paling lazim dipakai oleh
misdinar adalah dengan tiga kali ayunan ganda
(tribus ductibus). Wiruk diayunkan (ke depan dan ke
belakang) dua kali ke arah benda atau orang yang
didupai, lalu diturunkan lagi. Ayunan ganda ini
dibuat sebanyak tiga kali.
Pedupaan dengan tiga kali ayunan ganda (tribus
ductibus) dilakukan untuk penghormatan:
▪ Sakramen mahakudus, relikui salib suci dan
patung Tuhan yang dipajang untuk dihormati
secara publik,
▪ Bahan persembahan,
▪ Salib altar, Kitab Injil, lilin paskah, imam dan umat,
jenazah
Pedupaan dengan dua kali ayunan ganda (duobus
ductibus) dilakukan untuk penghormatan relikui dan
patung orang kudus yang dipajang untuk dihormati
secara publik. Semuanya didupai hanya pada awal
perayaan ekaristi, yakni sesudah pedupaan altar.
Pedupaan terutama digunakan dalam perayaan Ekaristi :
▪ Selama perarakan masuk.
▪ Pada permulaan misa untuk menghormati salib dan altar.
▪ Sesudah roti dan anggur disiapkan di altar, bahan
persembahan, salib, dan altar didupai; juga imam dan
jemaat.
▪ Waktu hosti dan piala diperlihatkan kepada umat sesudah
konsekrasi masing-masing.
Sebelum ada sesudah mengukup,
misdinar harus menunduk
khidmat ke arah barang atau
orang yang didupai
LITURGI SABDA
Pada bagian Liturgi Sabda misdinar
bertugas mendampingi prosesi Injil.
Misdinar membawa lilin dan
ukupan dalam prosesi Injil
LITURGI SABDA

Jika mazmur tanggapan sudah selesai,


dua orang misdinar yang bertugas
membawa ukupan langsung menuju
ke sakristi. Di sana mereka
mempersiapkan ukupan yang akan
dipakai pada pembacaan Injil.
Pada saat pemazmur atau solis
menyanyikan Bait Pengantar Injil, misdinar
pembawa lilin menuju ke meja kredens
untuk mengambil lilin bernyala, sambil
menunggu persiapan pedupaan.
▪ Pada saat Bait Pengantar Injil dinyanyikan,
misdinar pembawa ukupan masuk kembali,
dan bersama pembawa navikula, pergi ke
imam selebran di panti imam.
▪ Imam mengisi pedupaan dan
memberkatinya.
Dalam perayaan meriah dapat dibuat prosesi Injil meriah:
Imam atau diakon mengambil Kitab Injil (Evangeliarium) dari
atas altar. Bersama-sama dengan para misdinar, imam atau
diakon membawanya buku Injil ke mimbar dengan sedikit
diangkat, didahului oleh misdinar yang membawa pedupaan
dan lilin bernyala.
▪ Misdinar hanya menggunakan lilin bernyala
untuk mendampingi pembacaan Injil.
Bacaan-bacaan lain dan doa umat tidak
perlu didampingi dengan lilin bernyala.
▪ Pada saat mendampingi imam atau diakon
yang mewartakan Injil, dua orang misdinar
pembawa lilin berada dalam posisi
menghadap mimbar, dengan lilin yang
dipegang tegak di depan dada.
Sesudah pembacaan Injil, pelayan pembawa lilin dan
pembawa ukupan kembali lagi ke depan altar,
membungkuk dan kembali ke tempatnya masing-
masing.
PERSIAPAN P ERSEMBAHAN

▪ Misdinar membantu imam/diakon


mempersiapkan altar yang merupakan
pusat dari seluruh liturgi Ekaristi.
▪ Misdinar meletakkan korpolare,
purifikatorium, piala, buku Misa di atas
altar atau menyerahkannya kepada
imam/diakon.
▪ Jika ada perarakan bahan
persembahan, dua orang misdinar,
tanpa membawa lilin bernyala, pergi ke
meja tempat di mana bahan
persembahan sudah disiapkan.
▪ Mereka berjalan mendampingi wakil
umat yang membawa bahan
persembahan menuju ke altar, yakni
roti dan anggur, dan bahan
persembahan lainnya.
▪ Misdinar membantu imam/diakon
mengadakan pengukupan bahan
persembahan dan altar. Sesudah itu,
misdinar mengukupi imam dan kemudian
umat beriman dengan tiga kali ayunan
ganda (tribus ductibus).

▪ Misdinar menundukkan kepala sebelum


dan sesudah mendupai objek atau orang
tertentu. Misdinar membantu imam dalam
pembasuhan tangan.
DOA SYUKUR AGUNG

▪ Sesudah Doa Persiapan


Persembahan, misdinar
membunyikan lonceng/gong
sebagai tanda dimulainya Doa
Syukur Agung.
▪ Hanya misdinar pembawa ukupan
dan navikulum menuju ke sakristi
untuk mempersiapkan ukupan.
▪ Pada saat Kudus (Sanctus) dinyanyikan,
mereka menuju ke depan altar, dan
berlutut sesudah Kudus (Sanctus) selesai
dinyanyikan.
▪ Misdinar lain berada di tempatnya masing-
masing. Jika ada gong, seorang misdinar
mengambil posisi berlutut di dekat gong.
▪ Misdinar membunyikan lonceng pada
permulaan kisah institusi/konsekrasi.
▪ Doa Syukur Agung II: Sesudah imam
mengatakan: “(...) agar bagi kami menjadi
Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan
kami, Yesus Kristus”, misdinar membunyikan
lonceng. Sesudah itu itu, imam melanjutkan:
“Ketika akan diserahkan”.
▪ Pada saat Tubuh dan Darah Kristus
diperlihatkan kepada umat, misdinar
mendupainya dengan tiga kali ayunan
ganda (tribus ductibus).
▪ Pada saat yang sama, misdinar juga
boleh mempunyikan gong. Pada saat
selebran berlutut, misdinar
membunyikan lonceng.
Sesudah konsekrasi, atau pada saat
aklamasi anamnesis, misdinar pembawa
ukupan dan navikula kembali ke tempat
duduknya semula. Pada saat doksologi
misdinar tidak perlu mengukup dan tidak
membunyikan lonceng.
.
KOMUNI
▪ Misdinar dengan lilin bernyala
mendampingi imam atau petugas lain
yang membagikan komuni.
▪ Sesudah komuni para misdinar
membantu imam atau diakon
membersihkan piala dan patena di sisi
altar atau di meja kredens.
PERARAKAN KELUAR
▪ Pada akhir perayaan ekaristi, para pelayan
turut serta dalam perarakan keluar. Setelah
imam dan diakon mencium altar, para
pelayan turut serta membungkuk khidmat ke
arah altar
▪ Sesampai di sakristi, para pelayan juga turut
membungkuk hormat bersama imam yang
membungkuk di hadapan salib atau gambar,
atau salib perarakan.
▪ Jika imam membungkuk di hadapan salib perarakan,
maka pembawa salib bersama dengan pembawa lilin
berdiri menghadap imam dan pelayan lainnya.
▪ Pedupaan tidak digunakan pada prosesi keluar.
Terkecuali dalam misa krisma atau kalau prosesi keluar
itu menghantar pada ritus berikutnya yang membutuhkan
penggunaan wiruk.
Aneka Pakaian Misdinar di Keuskupan Manado
PAKAIAN MISDINAR
▪ Misdinar menggunakan jubah
berwarna hitam atau pun merah,
sebuah pakaian luar berlengan
lebar dengan panjang sampai mata
kaki.
▪ Di atas jubah mereka
menggunakan superpli, sebuah
kain lenan berwarna putih yang
menjulur sampai ke lutut, biasanya
dihiasi dengan renda.
▪ Atau, misdinar bisa
menggunakan sebuah
alba (jubah putih
sepanjang mata kaki).
Alba diikat dengan singel
dengan warna yang
sesuai dengan warna
liturgi.
Yang perlu dihindari adalah penggunaan
atribut yang khas bagi
klerus/seminari/biarawan, misalnya
roman collar, alba dengan topi (yang
menyerupai topi rahib), mozetta.
Sed ut perspiciatis unde omnis Sed ut perspiciatis unde omnis
iste natus error sit voluptatem iste natus error sit voluptatem
accusantium doloremque accusantium doloremque
laudantium. laudantium.

Sed ut perspiciatis unde omnis Sed ut perspiciatis unde omnis


iste natus error sit voluptatem iste natus error sit voluptatem
accusantium doloremque accusantium doloremque
laudantium. laudantium.
Pola Standar PakaianMisdinar

Sed ut perspiciatis unde omnis Sed ut perspiciatis unde omnis


iste natus error sit voluptatem iste natus error sit voluptatem
accusantium doloremque accusantium doloremque
laudantium. laudantium.

Sed ut perspiciatis unde omnis Sed ut perspiciatis unde omnis


iste natus error sit voluptatem iste natus error sit voluptatem
accusantium doloremque accusantium doloremque
laudantium. laudantium.
Pakaian Misdinar yang bisa dipakai

Sed ut perspiciatis unde omnis Sed ut perspiciatis unde omnis


iste natus error sit voluptatem iste natus error sit voluptatem
accusantium doloremque accusantium doloremque
laudantium. laudantium.

Sed ut perspiciatis unde omnis Sed ut perspiciatis unde omnis


iste natus error sit voluptatem iste natus error sit voluptatem
accusantium doloremque accusantium doloremque
laudantium. laudantium.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai