1. Definisi
Musik Liturgi adalah musik yang digunakan untuk ibadat / liturgi, mempunyai
kedudukan yang integral dalam ibadat, serta mengabdi pada kepentingan
ibadat. Dalam Sacrosanctom Concilium (SC) art. 112 dikatakan: Musik Liturgi
semakin suci, bila semakin erat berhubungan dengan upacara ibadat, entah
dengan mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, entah dengan
memupuk kesatuan hati, entah dengan memperkaya upacara suci dengan
kemeriahan yang lebih semarak.
Musik / nyanyian liturgi mengabdi pada partisipasi umat dalam ibadat, seperti
yang diuraikan dalam SC art. 114: Khazanah musik liturgi hendaknya
dilestarikan dan dikembangkan secermat mungkin. Para uskup dan para
gembala jiwa lainnya hendaknya berusaha dengan tekun, supaya pada setiap
upacara liturgi yang dinyanyikan segenap jemaat beriman dapat ikut serta
secara aktif dengan membawakan bagian yang diperuntukkan bagi mereka.
Musik Rohani adalah musik yang sengaja diciptakan untuk keperluan diluar
ibadat liturgi, misalnya: pertemuan mudika, arisan-arisan, rekreasi, pelatihan,
pentas musik rohani, rekaman, sinetron, nongkrong di caf bahkan sampai
dengan usaha membentuk suasana rohani di rumah (definisi lebih detail
dapat dilihat di bawah: Perbandingan antara musik liturgi, musik pop rohani
dan musik profana).
Musik liturgi memiliki fungsi dan kedudukan yang jelas dalam ibadat,
misalnya:
k. Nyanyian Komuni tujuannya adalah: (1) agar umat secara batin bersatu
dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahiriah dalam
nyanyian bersama, (2) menunjukkan kegembiraan hati, dan (3)
menggarisbawahi corak jemaat dari perarakan komuni. Maka lagu
komuni harus bertemakan komuni / tubuh dan darah Kristus, tidak boleh
menyanyikan lagu untuk orang kudus / Maria, Tanah Air, panggilan
pengutusan, atau yang lain (PUMR no. 86).
Kesimpulannya lagu ini tidak bisa dimasukkan dalam Liturgi, karena tidak
berhubungan erat dengan upacara ibadat, tidak mengungkapkan doa-doa
secara lebih mengena, dengan syair yang sangat individual lagu ini tidak
memupuk kesatuan hati umat beriman yang sedang beribadat. Kesimpulan
ini berlaku bagi semua lagu pop rohani yang beredar di kalangan umat,
karena musik rohani memang tidak liturgis, tidak memiliki fungsi dan
kedudukan yang jelas dalam ibadat. Dengan kata lain semua lagu pop
rohani / musik rohani jelas-jelas bertentangan dengan isi Konstitusi Liturgi
(SC) art. 112.
Siapa yg disuruh ber-Nyanyi oleh kedua ayat itu ?? Jelas, semua warga Gereja.
Jadi Gereja adalah Umat yg ber-Nyanyi, sebab dgn ber-Nyanyi ia saling Belajar
dan Mengajar tentang Iman dlm Kristus.
Ber- Nyanyi adalah Hakikat Gereja.
Dengan prinsip ini, Kita melihat bahwa segala sesuatu yg bersangkutan dgn
Musik Gereja mempunyai Peran dan Fungsi Hakiki sbg pemampu yg
memampukan Umat / Jemaat ber-Nyanyi.
Jadi jika Paduan Suara / Koor ber-Nyanyi maka Peran dan Fungsi Hakikinya
sebenarnya memampukan Umat ber-Nyanyi, dan ini bukan sama sekali bukan
berarti bahwa setelah Paduan Suara / Koor itu ber-Nyanyi maka Umat harus
menyanyikan lagu yg sama tetapi yg dimaksud ad. bahwa tugas Paduan Suara /
Koor bukanlah sekedar menghibur Umat melainkan memberi Contoh, Topangan,
dan Dorongan kpd Umat utk dapat ber-Nyanyi dgn Baik dan Benar.
Mengapa perlu ada Contoh dan Topangan itu ?? Sebab ber-Nyanyi tidaklah
mudah, Kita perlu belajar ber-Nyanyi dan tiap-tiap Orang bisa belajar ber-
Nyanyi. Kalau Gereja tdk belajar ber-Nyanyi maka dlm Ibadah akan tampak
Kelemahan dan Kejanggalan.
Kelemahan pertama ad. bahwa Umat / Jemaat kurang memahami sifat sebuah
Nyanyian padahal tiap Nyanyian mempunyai Karakter, Pesan, dan Makna yg
berbeda. Banyak Orang mengira bahwa semua Nyanyian Gereja ad. Pujian
padahal tdk semua Nyanyian Gereja merupakan Pujian, ada pula Nyanyian yg
bersifat lain seperti, Mis: Penyesalan, Pengakuan Percaya, Penyerahan Diri,
Pengucapan Syukur, Pengakuan Dosa, dll.
Tiap karakter mempunyai cara pengungkapan tersendiri dimana Nyanyian yg
bersifat Pujian cocok diungkapkan dgn Perasaan Gembira, tetapi Penyesalan
atau Permohonan lebih cocok di Nyanyikan dgn Perasaan Syahdu.
Kelemahan lainnya yg sering terjadi ad. menyanyikan sebuah lagu dgn tempo yg
keliru padahal tiap lagu termasuk pada kategori tertentu : Sangat lamban,
Sedang, Agak cepat, Cepat, dsb nya. Kelemahan lain juga ad. Teknik
pengambilan Nafas pada tempat yg keliru.
Itulah sebabnya Kita memerlukan Paduan Suara / Koor, Solois, juga Pengajar
Nyanyian serta Komisi Musik , dll supaya itu semua memampukan Umat / Jemaat
ber-Nyanyi dgn Baik dan Benar. Untuk itu, Paduan Suara / Koor perlu terus
menerus berlatih supaya benar-benar bisa menopang Umat ber- Nyanyi,
memampukan Umat menyanyikan Melodi Nyanyian dgn Indah sambil
menghayati Jiwa Kalimat-kalimat Lagu itu, dan mengucapkan Kata-kata
Nyanyian itu dgn Jelas dan Terang yaitu dgn Artikulasi yg betul sesuai dgn
Aksentuasi Lagu yg bersangkutan.
Mengapa Nyanyian itu begitu penting utk kita ?? Karena Kita ber- Nyanyi utk
Tuhan, sebab Nyanyian ad. ungkapan Lubuk Hati Orang Percaya yg
membumbung keatas kehadapan Hadirat Tuhan. Sama dgn Doa, Nyanyian juga
ad. sebuah Misteri hubungan antara Manusia dgn Tuhan Allah dan Kita tdk
mengerti mengapa Manusia boleh ber- Nyanyi bagi Tuhan ?? Tetapi buktinya Kita
boleh, itu sebabnya Kita ber- Nyanyi.
Gereja yg tidak ber- Nyanyi bukanlah Gereja
Tulis KARL BARTH seorang Teolog besar di abad ke 20, tetapi tentunya bukan
asal ber- Nyanyi melainkan ber- Nyanyi dgn Baik dan Benar.