Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KATEKESE PADA MASA AWAL GEREJA:


DI DALAM AJARAN KEDUABELAS RASUL YANG BIASA
DISEBUT DIDACHE

Dalam rangka memperoleh gambaran tentang kegiatan katekese pada masa awal
Gereja pada bagian ini disampaikan dua hal pokok, pertama teks Didache dan kedua konteks
hidup jemaat serta komentar singkat terhadap latarbelakang dan isi teks.

A. TEKS

I. Ajaran Allah kepada mereka yang belum percaya oleh keduabelas rasul: Ada dua
jalan yakni kehidupan dan kematian. Di antara keduanya terdapat perbedaan besar.
Inilah jalan kehidupan: “Pertama kamu harus mengasihi Tuhan yang
menciptakanmu dan yang kedua mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri”
(Mat:22:37-39; Im.19:18). Dan apapun yang kamu tidak mau orang lakukan padamu
jangan kamu lakukan kepada mereka” (Mat. 7:12).
Nasihat-nasihat tersebut mengajarkan hal berikut ini: “Berkatilah orang yang
menghujat kamu dan berdoalah bagi orang yang memusuhi kamu”. Juga berpuasalah
bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena “Apa nilainya mencintai orang yang
mencintaimu? Bukankah demikian orang kafir bertindak”? Tetapi “Kamu harus
mencintai orang yang membencimu”, (Mat. 5:44.46, Luk. 6:27-28.32.33) dan dengan
demikian “kamu tidak mempunyai musuh”, “Berpantanglah dari nafsu duniawi” (1Ptr
2:11). “Jika seseorang menamparmu pada pipi kanan, berikan juga pipi yang lain, maka
kamu akan sempurna” (Mat. 39:46; Luk. 6:29). Jika seseorang memaksamu berjalan
satu mil dengannya, iringi dia sejauh dua mil; jika seseorang merampas mantelmu,
berikan juga bajumu (Mat 5:40, 41). Jika seseorang merampas hartamu, jangan
memintanya kembali” (Luk 6:30). (Kamu toh tak akan mendapatkannya kembali!)
“Berilah setiap orang yang meminta kepadamu, dan jangan minta dikembalikan” (Mat.
5:40-41). Karena Bapa menginginkan pemberianNya dinikmati bersama secara umum.
Berbahagialah orang yang memberi sesuai dengan perintah Allah, karena dia tak
bersalah! Tetapi celakalah orang yang menerima! Jika ia menerima karena ia kekurangan
maka ia tidak bersalah! Tetapi jika ia tidak berkekurangan maka ia akan diadili untuk
menetapkan mengapa ia menerima dan untuk keperluan apa. Ia akan dijebloskan ke
dalam penjara dan ia akan diperiksa; dan “Ia tidak akan bebas sampai ia mengembalikan
semua sampai sen terakhir” (Mat 5:26) Sesungguhnya, ada perkataan lain yang
berhubungan dengan ini: ”Biarkan pemberianmu berkeringat di tanganmu sampai kamu
tahu kepada siapa pemberianmu itu ditujukan” (anonim).

II. Perintah kedua dari ajaran itu: “Jangan membunuh; jangan berzinah; jangan
merusak anak laki-laki; jangan bercabul; jangan mencuri; jangan melakukan sihir; jangan
menghadiri sihir; jangan membunuh anak dengan menggugurkan atau membunuh bayi
yang baru lahir”. Jangan menginginkan milik tetangga; jangan bersumpah palsu; jangan
bersaksi dusta (Kel 20:13-17, Mat. 19:18; 5:33). Jangan memfitnah; jangan menaruh
dendam. Jangan berpikiran cabang atau bercabang lidah, karena lidah adalah jerat yang
mematikan (Ams 21:6). Janganlah kata-katamu tidak jujur atau kosong, tetapi dibuktikan
dengan perbuatan. Jangan rakus atau memaksa atau munafik atau jahat atau angkuh.
Jangan berkomplot melawan tetangga. Jangan membenci siapapun; tetapi tegurlah
sesama dan berdoalah bagi yang lain lagi, cintailah yang lain lagi lebih dari hidupmu
sendiri.
Anakku, tinggalkanlah semua kejahatan dan semua yang sejenis. Jangan mudah marah
sebab kemarahan membawa kepada pembunuhan. Jangan iri atau bersaing atau tergesa-
gesa, karena semuanya melahirkan pembunuhan.

III. Anakku, jangan bernafsu, karena nafsu membawa kepada zinah. Jangan memaki
atau melirik, karena semua ini membawa kepada perzinahan.
Anakku, jangan menjadi tukang ramal, karena itu membawa kepada penyembahan
berhala. Jangan menjadi penyihir atau penujum atau pesulap. Tambahan pula, jangan
ingin menonton atau memperhatikan praktek-praktek itu, sebab semuanya melahirkan
berhala.
Anakku, jangan menjadi penipu, karena penipu membawa kepada pencurian.
Jangan tamak akan harta atau sombong, karena semuanya melahirkan pencurian.

2
Anakku jangan menggerutu, karena menggerutu membawa kepada penghojatan.
Jangan keras kepala atau berpikiran jahat, karena semua ini membawa kepada
penghojatan.
Tetapi bersikaplah rendah hati karena “yang rendah hati mewarisi negeri” (Mzm
37:11; Mat 5:5). Bersabarlah, berbelas kasihilah dan jangan membahayakan, berdiam
dirilah dan menjadi baiklah; dan berusahalah selalu menghormati ajaran yang diberikan
kepadamu (Yes 66:2). Jangan menyombongkan diri atau terlalu memberanikan diri.
Jangan menggabungkan diri kepada petinggi atau penguasa; tetapi berada bersama yang
jujur dan rendah hati. Terimalah apa yang terjadi padamu sebagai kebaikan, dengan
kesadaran bahwa tak sesuatupun terjadi terlepas dari Tuhan.

IV. Anakku, siang malam: “Kamu harus mengingat dia yang mengajarkan sabda Tuhan
kepadamu” (Ibr 13:7). “Dan hormati dia sebagaimana menghormati Allah”. Karena di
mana sifat Allah dibahas, di situ Allah hadir. Setiap hari kamu harus berkawan dengan
orang suci untuk menikmati percakapan yang menyegarkan. Kamu jangan membuat
perpecahan tetapi mendamaikan mereka yang berselisih. Penilaianmu harus adil (Ul
1:16- 17; Ams 31:9). Kamu tidak boleh pilih kasih dalam menegur pelanggar. Kamu
tidak boleh berpikiran mendua tentang keputusanmu.
Janganlah menjadi orang yang membuka tangan untuk menerima, tetapi menutupnya
dalam hal memberi. Jika kerjamu membawa upah, bayarlah denda untuk dosamu. Jangan
ragu memberi tetapi jangan memberi dengan niat buruk; karena kamu akan mengetahui
siapa Dia yang membalas dengan rahmat yang baik. Jangan menolak orang yang
berkekurangan, tetapi berbagilah dengan saudaramu dan jangan menyebut apapun
sebagai milikmu sendiri. Karena jika kamu memiliki bersama apa yang kekal, berapa
banyak yang harus kamu miliki dari yang sementara!
Janganlah mengabaikan tanggungjawab kepada anakmu laki-laki dan perempuan,
tetapi sejak masa muda kamu harus mengajar mereka untuk menghormati Tuhan.
Jangan kejam dalam memerintah para hambamu laki-laki dan perempuan. Mereka
berharap kepada Tuhan sama seperti kamu, dan akibatnya mereka berhenti menghormati
Tuhan melebihimu. Karena ketika Dia datang memanggil kita, Dia tidak memperhatikan
kedudukan kita, tetapi akan memanggil mereka yang disiapkan oleh Roh. Kamu para

3
hamba, kewajibanmu adalah mematuhi tuanmu dengan hormat dan takut seolah-olah
mereka mewakili Tuhan.
Kamu harus membenci semua kemunafikan dan segala sesuatu yang tidak
menyenangkan Allah. Janganlah meninggalkan perintah-perintah Allah, tetapi patuhilah
perintah-perintah yang diberikan kepadamu, tanpa menambah dan mengurangi apapun
(Ul 4:2; 12:32). Pada sidang Gereja kamu harus mengakui dosa-dosamu, dan jangan
mulai berdoa dengan batin yang buruk. Itulah jalan kehidupan.

V. Tetapi inilah jalan kematian: Pertama-tama, sungguh jahat dan sungguh


merupakan penghojatan: pembunuhan, perzinahan, nafsu, percabulan, pencurian,
penyembahan berhala, kekuatan gaib, sihir perampokan, saksi dusta, kemunafikan,
pemalsuan, kebohongan, keangkuhan, niat jahat, keras kepala, ketamakan, kata-kata
cabul/makian, iri hati, keberanian yang berlebihan, tinggi hati dan bualan (Mat 15:19;
Mrk 7:21; Rom 1:29-31; Gal 5:19-21).
Mereka yang menganiaya orang baik, yang membenci kebenaran, yang mencintai
kebohongan, yang tidak tahu balas budi bagi kesalehan, tidak tinggal dalam kebaikan
(Rom 12:9) atau keadilan, dan waspada bukan untuk kebaikan tetapi kejahatan;
kelembutan dan kesabaran jauh dari mereka. “Mereka mencintai hal-hal yang sia-sia”
(Mzm 4:2) dan “mencari keuntungan sendiri” (Yes 1:23), tetapi tidak mengasihi kaum
miskin, tidak berusaha menolong mereka yang tertindas, mengabaikan Penciptanya,
membunuh anak-anak (Keb 12:6), merusak citra Tuhan, mengabaikan orang yang
berkekurangan, menekan orang yang menderita, membela kaum kaya secara tidak adil,
menghukum kaum miskin, dan mereka sungguh-sungguh jahat. Anak-anakku semoga
kamu luput dari semua ini!

VI. Perhatikan agar tak seorang pun menyesatkanmu (Mat 24:4) dari jalan ajaran ini,
karena ajaran semacam itu bukan dari Tuhan. Jika kamu dapat menanggung seluruh
perintah Allah (yang mengikat), kamu akan sempurna. Tetapi jika kamu tidak dapat,
lakukanlah apa yang dapat.
Kini tentang makanan: tanggunglah apa yang kamu dapat. Tetapi jauhilah dari apa
yang disajikan kepada patung berhala, karena itu menyiratkan memuja dewa-dewi mati.

4
VII. Kini tentang Pembaptisan: Inilah cara membaptis, berikan arahan umum tentang
butir-butir ini, dan kemudian baptislah dalam air mengalir: “Dalam nama Bapa, Putera
dan Roh Kudus” (Mat 29:19). Jika kamu tidak mempunyai air mengalir, baptislah
dengan cara yang lain. Jika tidak tersedia air dingin, maka baptislah dengan air hangat.
Jika kedua-duanya tidak ada, maka tuangkan air di kepala tiga kali: “dalam nama Bapa,
Putera, dan Roh Kudus” (Mat 24:4). Tambahan lagi, sebelum pembaptisan, si pembaptis
dan yang akan dibaptis harus berpuasa, dan orang lain yang dapat. Dan kamu harus
memberitahu orang yang hendak dibaptis untuk berpuasa selama satu hari atau dua hari
sebelumnya.

VIII. Puasamu hendaknya tidak seperti orang munafik (Mat 6:16). Mereka
berpuasa pada hari Senin dan Kamis; tetapi hendaklah kamu berpuasa pada hari Rabu
dan Jumat.
Kamu hendaknya tidak berdoa seperti kaum munafik (Mat 6:5), tetapi berdoalah
sebagai berikut (Mat 6:9:13) sebagaimana Allah memerintahkan dalam InjilNya.
Bapa Kami di surga, terpujilah namaMu, datanglah kerajaanMu; kehendakMu
jadilah di bumi seperti di surga; berikan kami ini roti untuk pagi; ampuni kami atas
kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan jangan
membawa kami kepada godaan, tetapi selamatkan kami dari yang jahat, karena
milikMulah kekuasaan dan kemuliaan untuk selama-lamanya. Kamu harus berdoa
dengan cara ini tiga kali sehari.

IX. Kini tentang Ekaristi: inilah cara untuk menyatakan syukur: pertama yang
berhubungan dengan cawan:
“Kami berterimakasih kepadaMu, Bapa kami, atas anggur suci dari Daud,
anakMu yang telah Kaunyatakan lewat Yesus, puteraMu. BagiMu kemuliaan
selamanya”.
Lalu yang berhubungan dengan potongan (pecahan dari roti): “Kami
berterimakasih kepadaMu, Bapa kami, atas kehidupan dan pengetahuan yang Kau
ungkapkan lewat Yesus, puteraMu. BagiMu kemuliaan selamanya”.

5
“Sebagaimana potongan (roti) diedarkan ke seluruh bukit dan kemudian
dikumpulkan dan disatukan, begitulah hendaknya Gerejamu dihimpun dari ujung-
ujung bumi ke dalam kerajaanMu. Karena milikMulah kemuliaan dan kekuasaan
melalui Yesus Kristus selamanya”.
Kamu tidak boleh membiarkan seorangpun makan dan minum dari ekaristimu
kecuali mereka yang telah dibaptis dalam nama Tuhan. Karena dalam kaitan dengan
hal ini Tuhan bersabda: “Jangan memberikan yang suci ini kepada anjing “(Mat 7:6).

X. Setelah kamu selesai makan, berdoalah dengan cara ini: “Kami berterimakasih
kepadaMu Bapa yang suci, karena namaMu yang suci yang telah ditempatkan di dalam
hati kami, dan demi pengetahuan dan iman dan keabadian yang telah Engkau
ungkapkan lewat Yesus puteraMu. BagiMu kemuliaan selamanya”.
Tuhan yang Maha Kuasa, Kau telah menciptakan segala sesuatu (Keb1:14; Sir
18:1; Why 4:11) demi namaMu dan telah memberi manusia makanan dan minuman
untuk dinikmati agar mereka dapat berterimakasih kepadaMu. Tetapi kepada kami
Kau telah memberikan makanan dan minuman rohani dan kehidupan kekal melalui
Yesus puteraMu.
Di atas segalanya, kami berterimakasih kepadaMu karena kuasaMu. BagiMu
kemuliaan selamanya.
Ingatlah ya Tuhan, selamatkanlah dari segala yang jahat dan buatlah ia
sempurna dengan cintaMu. Buatlah ia kudus, dan himpunlah bersama dari keempat
penjuru angin (Mat. 24:31) ke dalam Kerajaan yang telah Engkau siapkan untuk itu.
Karena milikMulah kekuasaan dan kemuliaan selamanya.
”Biarkan rahmat (panggilan untuk Kristus) datang dan biarkan dunia
berlalu.”
“Hosana (Terpujilah) bagi Tuhannya Daud”! (Mat 21:9.15).
“Jika ada orang yang suci biarkan ia datang. Jika tidak, biarkan dia bertobat”
(pengharapan untuk berubah).
Datanglah Allah kami! (1Kor 16:22). Amin.
Namun menyangkut nabi-nabi, kamu harus membiarkan mereka
mengucapkan syukur menurut cara mereka sendiri.

6
XI. Jadi kamu harus menyambut siapapun yang datang kepadamu dan mengajarkan
kepada kamu semua yang kami katakan. Tetapi bila guru itu terbukti seorang yang
murtad (pengkhianat) dan mengajarkan hal yang bertentangan, dengan semua ini,
jangan pedulikan dia. Tetapi jika ajarannya meneruskan keadilan dan pengetahuan
Tuhan, sambutlah dia seperti menyambut Tuhan.
Kini tentang rasul-rasul dan nabi-nabi: “Bertindaklah sesuai dengan semboyan Injil
(Mat 10:40.41). Sambutlah setiap rasul ketika datang, seolah-olah ia Tuhan. Tetapi ia
tidak boleh tinggal lebih dari satu hari. Namun, bila perlu hari yang berikut juga. Jika
ia tinggal tiga hari, maka ia nabi palsu. Waktu berangkat, seorang rasul tidak boleh
menerima apa pun kecuali makanan secukupnya untuk dibawa sampai tempat
menginap berikut. Jika ia minta uang, ia adalah nabi palsu.
Sementara seorang nabi mengucapkan kata-kata penuh kegembiraan (berbicara di
dalam Roh dengan bahasa Roh), kamu tidak boleh menguji atau memeriksanya.
Karena setiap dosa akan diampuni, kecuali dosa ini tidak akan diampuni. Namun tidak
semua orang yang mengucapkan kata-kata penuh kegembiraan adalah seorang nabi,
tetapi hanya bila ia bertindak seperti Tuhan. Melalui tingkah lakunya seorang nabi
palsu dan nabi sejati dapat dibedakan. Misalnya, jika seorang nabi menandai sebuah
meja dalam roh, ia tidak boleh makan darinya. Jika ia makan, ia nabi palsu. Juga
setiap nabi yang mengajarkan kebenaran tetapi tidak menjalankan apa yang
dikhotbahkan maka ia adalah nabi palsu. Tetapi setiap nabi yang teruji dan asli yang
bertindak dalam suatu pandangan untuk melambangkan sutau rahasia Gereja, dan
tidak mengajarkan kepadamu apa yang ia buat, ia tidak boleh diadili olehmu.
Penilaiannya diserahkan kepada Tuhan. Karena nabi-nabi kuno pun bertindak seperti
ini. Tetapi jika seorang berkata dalam Roh, “Berikan aku uang atau sesuatu yang lain”,
Kamu tidak perlu mempedulikannya. Namun, jika ia menyuruhmu memberi kepada
orang lain yang kekurangan, tak seorangpun boleh menyalahkannya.

XII. Setiap orang yang datang kepadamu dalam nama Allah (Mat 21:9; Mzm
118:26; Yoh 5:43) harus disambut, kemudian setelah kamu mengujinya, kamu akan
mengenalnya, karena kamu mempunyai kemampuan untuk mengetahui yang benar dan

7
salah. Jika seorang pejalan (pengembara) datang, bantulah ia semampumu. Tetapi ia
tidak boleh tinggal denganmu lebih dari dua hari, atau bila perlu tiga hari. Jika ia ingin
menetap denganmu dan ia punya kepandaian, ia harus bekerja untuk nafkahnya.
Namun jika ia tidak mempunyai keahlian, gunakan pertimbanganmu untuk mengambil
langkah baginya untuk tinggal denganmu sebagai orang Kristen tanpa bermalas-malas.
Jika ia menolak melakukan ini, ia hanya memanfaatkan Kristus. Kamu harus berhati-
hati terhadap orang seperti itu.

XIII. Setiap nabi sejati yang ingin tingal bersamamu, mempunyai hak atas nafkah
(bantuan). Demikian pula seorang guru sejati, sama halnya dengan seorang pekerja,
berhak atas nafkah (Mat 10:10). Jadi ambilah semua buah panen pertama dari kebun
anggur, dari hewan dan domba, dan berikan hasil pertama itu kepada para nabi. Karena
mereka adalah imam besarmu. Namun jika kamu tidak mempunyai nabi berikanlah
kepada kaum miskin. Jika kamu membuat roti, ambilah dari hasil yang pertama dan
berikanlah sesuai dengan petunjuk (Ul 18:3-5). Sama halnya, jika kamu membuka
sekendi anggur atau sebuli minyak, ambilah hasil pertama dan berikanlah kepada para
nabi. Sesungguhnya, sehubungan dengan uang, pakaian dan semua hartamu, ambilah
hasil pertama yang kamu anggap benar, dan berikanlah sesuai petunjuk.

XIV. Pada setiap hari Tuhan -- harinya yang khusus -- (Literatur, pada hari Tuhan)
berhimpun dan pecahkanlah roti dan ucapkan syukur, pertama-tama akuilah dosamu
agar korbanmu menjadi murni. Semua orang yang berselisih dengan tetangganya tidak
boleh bergabung denganmu, sampai mereka berdamai, agar korbanmu tidak tercemari.
Karena mengenai korban ini Tuhan bersabda, “Selalu dan di manapun disajikan
kepadaKu korban murni; karena Aku adalah seorang raja yang besar, kata Allah, dan
namaKu dikagumi oleh bangsa-bangsa” (Mal 1:11.14).

XV. Kemudian kamu harus memilih bagimu, uskup-uskup dan diakon-diakon yang
merupakan pemberian Allah yaitu orang laki-laki yang lembut, murah hati, setia dan
benar-benar teruji. Karena pelayanan mereka kepadamu sama dengan pelayanan para

8
nabi dan guru. Jadi, kamu tidak boleh meremehkan mereka karena bersama dengan
para nabi dan guru mereka mendapatkan tempat terhormat di antara kamu.
Lebih lanjut jangan menyalahkan satu sama lain dengan amarah tetapi dengan
diam-diam seperti yang kamu temukan di dalam Injil. Tambahan pula, jika seorang
bersalah kepada tetangganya, tak seorang pun boleh berbicara dengannya, dan ia tidak
boleh mendengar satu patah kata pun darimu sampai ia bertobat. Berdoalah,
berdermalah, dan berbuatlah segala sesuatu, seperti yang kamu jumpai di dalam Injil
Allah.

XVI. Berjaga-jagalah demi hidupmu. Jangan biarkan lampumu padam dan jangan
biarkan pinggangmu tidak berikat; tetapi bersiaplah karena kamu tidak tahu jam saat
Allah kita datang” (Mat 24:42.44; Luk 12:35). Seringlah berhimpun dalam
pencarianmu akan apa yang baik bagi jiwamu karena iman tidak akan
menguntungkan dirimu (Barn 4:9) kecuali kamu membuktikan dirimu sempurna
sampai akhir. Karena pada hari-hari terakhir banyak nabi palsu dan pembujuk akan
muncul. Domba akan berubah menjadi serigala dan cinta menjadi kebencian. Karena
dengan meningkatnya ketidakadilan, manusia satu sama yang lain akan saling
membenci, menganiaya, dan mengkhianati. Maka penipu dunia akan muncul dan
menyamar, seperti putera Tuhan. Ia akan membuat tanda-tanda dan keajaiban-
keajaiban (Mat.24:24) dan dunia akan jatuh ke dalam tangannya dan ia akan
melakukan hal-hal yang memalukan seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada saat itu manusia akan menjalani pengadilan dengan api dan banyak yang jatuh
dan akan binasa. (Mat 24:10). Tetapi mereka yang bertahan (Mat 10:22; Luk 12 :35)
dalam imannya akan diselamatkan oleh yang dijadikan “Terkutuk”. Kemudian akan
muncul tanda-tanda tentang Kebenaran (Mat 24:30): pertama tanda (tangan-tangan)
yang merentang di langit, lalu tanda bunyi terompet (Mat 24:31), dan ketiga
bangkitnya orang mati, tetapi seperti yang telah dikatakan: “Tuhan akan datang dan
semua orang kudusNya besertaNya. Maka dunia akan melihat Allah datang di atas
awan-awan di langit” (Zak 14:1; Tes 3:13; Mat 24:30).

9
B. Konteks Hidup Jemaat dan Komentar Singkat Terhadap DIDACHE
Sebelum menyampaikan komentar singkat terhadap teks Didache, terlebih dahulu kami
kemukakan gambaran keadaan hidup jemaat Kristen pada abad kedua sampai keempat
sebagai konteksnya.

1. Gambaran Kehidupan Jemaat Kristen dalam Hubungannya dengna Yudaisme


dan dengan Kekaisaran Romawi

Meskipun jumlah pemeluk terus berkembang, pada saat Didache ditulis dan telah
digunakan, jemaat Kristen menghadapi keadaan hidup yang tidak mudah. Pada mulanya
jemaat Kristen dipandang oleh orang-orang Roma sebagai salah satu sekte Yudaisme
sehingga menikmati berbagai kemudahan karena adanya saling pengertian antara kaisar
dengan Yudaisme sehubungan dengan kehidupan beragama. Tetapi sesudah jemaat Kristen
memisahkan diri dari Yudaisme, mulailah masa penganiayaan. Penganiayaan, sebetulnya,
telah lama diderita oleh jemaat Kristen karena para pemimpin agama Yahudi tidak menerima
keberadaan mereka. Setelah terusir dari kota-kota di Yahudi, mereka tersebar di daerah dan
kota-kota di sekitar Asia Kecil seperti Samaria, Fenisia, Antiokia, Galatia, Korintus,
Tesalonika, Efesus, Filipi dan bahkan sebagian sampai Roma (lih. Kisah Para Rasul dan
Surat-surat Paulus).
Di daerah dan kota-kota tersebut, jemaat Kristen yang berasal dari suku bangsa Yahudi
(menjadi orang Yahudi diaspora) telah terpengaruh oleh cara hidup dan kebudayaan Yunani
atau bahkan Romawi. Akibatnya, meskipun termasuk orang Yahudi, mereka sudah tidak
lancar berbahasa Ibrani, sehingga kalau membaca Kitab Suci mereka memakai Kitab yang
berbahasa Yunani (Septuaginta). Situasi hidup jemaat yang semacam itu berlainan dengan
jemaat Kristen Yahudi yang tetap tinggal di Yerusalem dan sekitar Yudea. Mereka ini tetap
setia kepada peraturan dan hidup keagamaan orang Yahudi. Tetapi perlu ditegaskan, melalui
orang Kristen Yahudilah warta Injil semakin tersebar kepada bangsa-bangsa yang bukan
Yahudi. Penyebaran warta Injil kepada orang-orang bukan Yahudi dipahami oleh Gereja
sesuai dengan rencana Allah yang menghendaki supaya semua bangsa menikmati karya
penyelamatan Allah.
Dan di kota-kota dan daerah tersebut, meskipun berhadapan dengan berbagai macam
kesulitan para murid Kristus tidak kenal lelah mewartakan Injil Yesus Kristus kepada orang-

10
orang yang mereka jumpai. Para rasul, penatua, diakon atau pemimpin jemaat juga sering
datang berkunjung untuk meneguhkan, menghibur, menyemangati dan membantu
memperkembangkan iman mereka melalui pewartaan sabda, perjamuan kudus, atau pun
bentuk pelayanan penggembalaan lainnya.
Di dalam perkembangannya jumlah orang Kristen yang bukan Yahudi semakin besar,
bahkan menjadi mayoritas. Sebagai akibatnya, warna keyahudian di dalam hidup orang-
orang Kristen semakin menurun. Tetapi perubahan corak hidup beriman semacam itu justru
merupakan perkembangan yang penting, karena agama Kristen tidak lagi dipahami sebagai
yang identik atau sama dengan kebudayaan bangsa Yahudi tetapi justru terbuka untuk semua
bangsa dan kebudayaan mana pun juga. Agama Kristen mewujudkan dirinya sebagai agama
yang bersifat universal karena karya keselamatan Allah juga ditujukan untuk semua bangsa
dan seluruh umat manusia. Warga bangsa manapun dapat menjadi Kristen tanpa harus
meninggalkan kebudayaannya sendiri karena memeluk kebudayaan pewartanya. Yang
menyatukan para pemeluk Kristen bukan kebudayaan tertentu melainkan iman kepada Yesus
Kristus dan baptisan yang satu serta sama.
Setelah menderita karena penolakan dan penganiayaan oleh para pemimpin keagamaan
Yahudi dan sesudah memisahkan diri dari keyahudian, jemaat Kristen menghadapi ancaman
dan tindakan kekerasan baru yang berasal dari para penguasa Roma. Mereka harus
menanggung pengejaran dan penganiayaan yang dilakukan oleh kaisar-kaisar Roma dan
salah satu kaisar yang terkenal kejam adalah Nero yang menuduh orang-orang Kristen pada
tahun 64 membakar kota Roma dan menyalahkan mereka sebagai kelompok yang membenci
nilai-nilai kemanusiaan dan tidak beragama. Penganiayaan menjadi lebih berat dan
dilakukan secara sistematis di bawah kaisar Domitianus (dari th. 81-96 SM). Tuduhan yang
kerap dilontarkan kepada jemaat Kristen:
· Jemaat Kristen dituduh menolak menyembah kaisar seperti yang telah diperintahkan oleh
kaisar Agustus. Karena itu, mereka dipandang sebagai kelompok pembrontak. Mereka
juga dituduh ateis. Tuduhan ini dikategorikan berat karena jemaat Kristen dinilai tidak
taat bahkan melawan perintah kaisar. Orang Roma memandang agama mereka yang
politeistis sebagai yang suci dan berguna untuk menjaga kewibawaan negara,
keteraturan, dan kedamaian umum.

11
· Mereka dinilai sebagai kelompok tertutup, yang aneh karena tidak bergaul dengan
kelompok masyarakat lainnya. Ini terjadi karena jemaat Kristen mempunyai peraturan
moral sendiri yang ketat yang berlawanan dengan kebudayaan populer masyarakat.
Jemaat Kristen tidak mendatangi tontonan-tontonan di ampiteatrum dan koloseum yang
amat disukai oleh warga Romawi pada umumnya. Kecuali itu, sejak mulai berkembang
dari Yerusalem, menyebar ke Antiokhia dan sampai di Roma jemaat memang memiliki
cara hidup yang amat menekankan kebersamaan dan persaudaraan. Mereka hidup
dengan saling berbagi (bdk. Kis 2:44).
· Di kota Roma jemaat Kristen meskipun setia sebagai warga negara tetap dipandang oleh
kaisar sebagai kelompok yang mendatangkan berbagai masalah. Bahkan sebagian
kelompok masyarakat menuduh jemaat Kristen di dalam peribadatannya melakukan
tindakan kanibalis dan menjalankan berbagai tindakan yang bertentangan dengan norma
susila.
Di dalam Didache dan tulisan para tokoh Kristen awal ditegaskan agar semua anggota
jemaat memiliki kualitas hidup yang tinggi tanpa harus menjadi kelompok tertutup dan
menarik perhatian di mata kaisar. Di samping penangkapan, penganiayaan, dan
pembunuhan oleh penguasa Roma, jemaat juga menghadapi berbagai kesulitan misal dari
agama Mitraisme, pemikiran seperti Neo-platonisme, kebudayaan dan cara hidup orang-
orang Yunani dan Romawi. Aliran gnostisisme, yang menjunjung tinggi peranan
pengetahuan untuk memperoleh keselamatan, juga mempertanyakan pandangan hidup
Gereja yang terlalu menekankan penghayatan iman di dalam hidup sehari-hari. Berbagai
kesulitan tersebut mendorong Gereja untuk merumuskan secara tertulis pengakuan imannya,
melalukan institusionalisasi kepemimpinan dan kehidupan bersama, serta melakukan
adaptasi pada cara hidup yang berlaku di tengah masyarakat.
Di tengah-tengah tekanan muncullah tokoh-tokoh Kristen yang dengan penuh
ketekunan menyemangati jemaat agar sabar dan tetap setia kepada imannya. Karena
didorong oleh imannya dan dilandasi oleh keahliannya mereka juga berusaha dengan keras
mempertahankan kesejatian iman Kristen seperti tercermin dalam hidup dan pemikiran
Tertulianus, seorang teolog dari Afrika Utara. Ia menegaskan jemaat Kristen harus setia
hanya menggunakan sumber-sumber Kristen dan setia terhadap cara hidup Kristen. Berbeda
dengan Tertulianus, Basilius, seorang teolog lainnya dari Kappadokia (sekarang Turki),

12
berpendapat baik juga menggunakan sumber-sumber hasil pemikiran para filsuf dan pemikir
bukan Kristen untuk mendidik hidup beriman jemaat. Sedang Hieronimus seorang ahli
bahasa klasik yang atas permintaan Paus amat berjasa untuk hidup perkembangan Gereja di
masa selanjutnya karena ia berhasil menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Ibrani dan
Yunani ke dalam bahasa Latin yang disebut Vulgata.
Di dalam konteks ini, berbagai tekanan yang dihadapi oleh jemaat Kristen dipahami
dengan sikap yang positif. Melalui berbagai kesulitan tersebut jemaat yang masih muda
dituntut untuk merumuskan pengakuan imannya. Di sinilah usaha menjawab pertanyaan
siapa Yesus Krisus dan apa pentingnya peristiwa Yesus Kristus bagi hidup jemaat menjadi
sangat penting. Bagi jemaat Yesus Kristus adalah segalanya. Karena itu, di dalam iman
kepada Yesus Kristus berbagai tekanan dan kesulitan justru dipahami sebagai peluang yang
mendewasakan dan memperkembangkan hidup beriman mereka. Kecuali itu, di dalam
keadaan yang serba sulit, seperti para rasul, jemaat Kristen yang tergolong generasi pertama
dan sesudahnya, tidak pernah berhenti mewartakan kabar gembira Yesus Kristus dan
menjadi saksi-saksi iman terhadap wafat dan kebangkitan-Nya. Melalui persekutuan,
pengajaran, perayaan, pelayanan, dan penggembalaan mereka menggemakan iman mereka
bahwa Yesus sudah wafat, bangkit, dan akan datang kembali demi keselamatan umat
manusia.

2. Komentar Singkat terhadap Didache

Judul lengkap: Pengajaran Tuhan Melalui Dua Belas Rasul kepada Orang-orang
yang Belum Beriman.

Didache merupakan katekismus pertama (tertua) yang dimiliki oleh Gereja.


Beberapa ahli berpendapat ajaran Kristen yang tertua tersebut ditulis antara tahun 60-150
SM, kurang lebih sekitar tahun 130 SM. Menurut Sloyan (1983:111) ada ahli yang
berpendapat Didache lebih tepat diletakkan pada abad ketiga sebagai salah satu dokumen
Montanis. Kelompok Montanis berpandangan bahwa orang yang telah bertobat menjadi
Kristen harus sepenuh hati meninggalkan cara hidup lama, bahkan jatuh ke dalam dosa kecil
saja tidak dapat ditolerir. Mereka menegaskan orang Kristen harus sungguh-sungguh hidup

13
suci. Ahli lain menyatakan dokumen ini disusun sebelum akhir abad pertama dan
berpendapat beberapa bagian berasal dari masa yang sangat kuno sepertinya malah dari
periode Yesus historis (bahkan ada sebagian yang diperkirakan merupakan ipsissima verba:
kata-kata Yesus sendiri). Salinan teksnya, yang dikerjakan pada tahun 1056 ditujukan
kepada orang yang bernama Leo, berhasil diketemukan oleh Philatheus Bryennios pada
tahun 1875 di Konstantinopel.
Didache merupakan pengajaran yang ditujukan untuk kelompok orang dewasa yaitu
orang-orang non Yahudi yang bertobat menjadi Kristen dengan maksud supaya mereka
hidup dengan berlandaskan pada iman Kristiani yang telah mereka peluk. Barangkali mereka
itu adalah kelompok orang-orang sederhana, misal para petani desa. Hal ini dapat dilihat dari
segi isi yang bersifat sederhana, seperti dua jalan hidup yang harus dipilih. Ajaran yang
bersifat sederhana rupanya disengaja dengan maksud supaya dapat digunakan sebagai
tuntunan yang jelas untuk hidup menurut ajaran Kristiani dan juga sebagai reaksi terhadap
berkembangnya aliran gnostisisme yang mengajarkan bahwa menguasai ilmu pengetahuan
dapat menjadi jalan untuk mendapatkan keselamatan. Karena itu, agama Kristen sering
dituduh sebagai agama yang ditujukan lebih-lebih untuk orang-orang yang tidak terpelajar.
Sebagian isinya juga menggemakan keputusan konsili apostolis pertama yang
diselenggarakan di Yerusalem kurang lebih pada tahun 50 (lih. Kis. 15:28-29; yang
keputusannya berisi larangan supaya orang-orang yang bertobat menjadi Kristen antara lain
menjauhkan diri dari daging persembahan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati
lemas dan dari percabulan). Isi lainnya sebagian bersumber dari Injil tetapi cara
penyampaian masih mengikuti model Perjanjian Lama.
Di dalam Didache tidak ditekankan dogma Kristen yang utuh melainkan lebih berupa
ajaran moral supaya dilaksanakan oleh orang-orang yang baru bertobat menjadi Kristen.
Kecuali pengajaran moral, sebagian isi Didache juga menyampaikan tata cara berliturgi
dalam penerimaan baptisan, perayaan ekaristi, pengakuan dosa, pedoman untuk berpuasa,
beberapa tugas dan kewenangan para pimpinan di dalam hidup berjemaat, dll. Pada bagian-
bagian tertentu berupa kutipan Kitab Suci baik dari Perajanjian Lama maupun Perjanjian
Baru yang diambil dan dipasang begitu saja. Itu berarti tidak memperhatikan konteksnya
secara lengkap dan memisahkan bagian ayat tertentu dari keseluruhannya. Tetapi yang
sangat mengesankan adalah perintah Yesus Kristus untuk mengasihi Allah dan sesama

14
manusia yang sebagian diambil dari Kotbah di Bukit kemudian dipadukan dengan Sepuluh
Perintah Allah dan ajaran Paulus.
Singkatnya Didache merupakan pengajaran untuk calon baptis (katekumen) dan
sekaligus dimaksudkan untuk pembinaan lebih lanjut para baptisan baru. Di dalam baptisan
pengakuan Yesus sebagai Mesias merupakan syarat utama; kecuali itu hidup menurut moral
dan nilai-nilai Kristiani merupakan hal yang amat penting dan bagian utuh dari inisiasi.
Ditekankan pula pentingnya hidup berkomunitas dan bersikap murah hati di antara mereka.
Jadi katekese tertua isinya jelas dan sederhana, sifatnya tidak teoritis tetapi praktis.
Pengajaran moral mewaranai seluruh isi katekese. Di samping itu, katekese di dalam
Didache juga menekankan pengakuan iman, kebersamaan dan keramahtamahan di dalam
hidup berjemaat. Dari Kis 18:25 dapat dilihat bahwa hakikat katekese adalah pengajaran
jalan Tuhan yang disampaikan secara lisan oleh katekis kepada katekumen entah dalam
pertemuan personal atau pun komunal. Yang dimaksud jalan Tuhan tidak lain hidup Yesus
Kristus sendiri.
Teksnya yang terdiri 100 ayat dibagi ke dalam 16 bab. Secara umum isinya
dikelompokkan menjadi tiga bagian ditambah satu bab terakhir semacam penutup yang
berisi nasihat untuk berjaga-jaga yang mencerminkan salah satu aspek pokok hidup jemaat
Kristen:
1. Bab 1-6: berupa pengajaran moral: tentang cara hidup jemaat, yang dibangun berdasar
dua jalan yaitu jalan kehidupan dan kematian. Isinya sederhana tetapi mudah meresap di
hati banyak orang.
2. Bab 7-10: berupa pengajaran peribadatan/liturgi: Hidup beribadat dan berdoa:
mencakup liturgi baptisan, puasa, doa dan perayaan ekaristi.
3. Bab 11-15: berisi tentang hidup berkomunitas: nasihat untuk hidup berkomunitas dan
petunjuk untuk para pemimpin serta pelayan.
4. Bab 16: berisi nasihat untuk berjaga-jaga demi hidup. Kedatangan kerajaan Allah
tidak diketahui kapan saatnya terjadi.

C. Relevansinya untuk Hidup Kita di zaman Sekarang:


(Silahkan Anda menggali dan merenungkannya sendiri atau membuatnya di dalam
kelompok)

15
BAB 1 Didache
1. Tanggan umum
Tanggapan saya mengenai pengajaran yang dimuat di dalam Didache ini sangatlah
menarik dan berat dilaksanakan oleh saya sendiri khususnya. Dari sini saya paham
bahwa menjadi Kristen tidaklah mudah. Oleh karena itu, terlebih bagi saya yang
sudah menjadi Kristen sejak lahir, saya harus berani mempertanggungjawabkan iman
saya.
2. Pokok yang menjadi inti

16

Anda mungkin juga menyukai