Anda di halaman 1dari 13

KASIH ALLAH

A. KASIH LEBIH PENTING DARI SEGALA SESUATU


Rasul Paulus menulis: “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa
malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan
canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui
segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna
untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku
untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.”(1 Kor
13:1-3)
Catatan kita atas ayat-ayat ini ialah:
1. Kasih itu melebihi kemampuan berbahasa.
2. Kasih itu melebihi karunia bernubuat.
3. Kasih itu melebihi karunia pengetahuan.
4. Kasih itu melebihi karunia iman.
5. Kasih itu melebihi perbuatan baik.
6. Kasih itu melebihi pengorbanan
Mengapakah kasih itu begitu penting dan begitu hebat? Karena kasih itu adalah karakter dasar Allah.
Allah tidak mungkin dipisahkan dari sifat utama-Nya ini. Oleh karena kasih-Nya itulah segala sesuatu
diciptakan, segala sesuatu dipelihara, segala sesuatu diperintah dengan seksama, manusia
diselamatkan dan dibaharui. Tidak ada Allah yang tanpa kasih dan tidak ada kasih tanpa Allah. Dan
kasih Allah itu tidak terukur. Oleh karena itu Pemazmur berkata: “Pujilah TUHAN, hai segala bangsa,
megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN
untuk selama-lamanya. Haleluya!”(Maz 117:1,2)

B. KARAKTERISTIK KASIH ALLAH


Kasih Allah disebut kasih agape yaitu kasih pengorbanan. Kasih yang hanya untuk mengasihi dan tidak
menuntut balas. Secara asali kasih agape itu hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Tetapi kepada orang
percaya kasih itu dikaruniakan, sehingga dengan pertolongan Roh Kudus orang percaya sanggup untuk
melakukannya. Dunia memiliki keempat kasih yang terdahulu, tetapi dengan kasih agape. Orang
percaya yang lahir baru akan hidup berdasarkan kasih agape. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia
tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan
tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya
segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menangung segala sesuatu. Kasih tidak
berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.”(1 Kor
13:4-8)

1. KASIH ITU SABAR


Kesabaran ditandai dengan sikap penuh pengertian, tidak mudah marah, tidak mudah patah hati, tidak
mudah menyerang, tidak mudah tersinggung, tidak mudah putus asa, tidak mudah menjadi sakit hati,
bersikap tenang, tabah menghadapi segala perkara, tahan terhadap pencobaan, tidak terburu nafsu.
Kasih memampukan kita untuk bersabar terlebih saat disalahi, dikritik, atau diabaikan. Kasih sabar
menunggu untuk melihat efek baik dari kesabaran itu sendiri. “Orang yang sabar besar pengertiannya,
tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”(Ams 14:29) “Si pemarah membangkitkan
pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.”(Ams 15:29) “Orang yang sabar
melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”(Ams
16:32)

2. KASIH ITU MURAH HATI


Murah hati adalah cara untuk melakukan perbuatan baik. Kemurahan hati ditandai dengan
suka/mudah memberi, tidak pelit, penyayang dan pengasih, suka menolong, baik hati, tidak jual
mahal, suka memberi penghargaan disertai dengan penampilan yang simpatik. Perhatikanlah
pernyataan Tuhan Yesus ini: “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak
orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu
manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu
yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan
hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”(Mat 5:2-5)

3. KASIH ITU TIDAK CEMBURU


Ada dua istilah untuk cemburu, yaitu “jealous” dan “envious”. Jealous adalah cemburu yang beralasan,
yaitu cemburu karena yang bersangkutan memiliki hak untuk cemburu. Misalnya cemburu kepada
suami atau kepada isterinya sendiri. Envious adalah cemburu yang tidak beralasan, karena tidak punya
hak untuk cemburu. Misalnya mencemburui suami/isteri orang atau orang lain sama sekali. Jealous
adalah tindakan wajar dan layak, tetapi envious tidak boleh dilakukan. Secara luas envy bisa
berkembang kepada masalah-masalah sosial. Misalnya cemburu kepada keberuntungan dan
keberhasilan sesama. Bisa berkembang juga ke masalah-masalah moral. Misalnya cemburu ketika
sesamanya lebih baik, lebih disukai orang, dsb. Perhatikan pengajaran Tuhan Yesus dalam Mat 20
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. Pekerja yang datang lebih dahulu
cemburu kepada pekerja yang datang kemudian karena upah yang mereka terima sama. Kecemburuan
itu meluas kepada pemilik kebun anggur karena kemurahan hatinya dengan memberi upah yang sama
kepada pekerja-pekerjanya itu. Kasih agape tidak pernah merasa tersaingi. Tidak merasa iri terhadap
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, bahkan turut bangga dengan kelebihan-kelebihan
yang dimiliki mereka demi kemuliaan Allah. “Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan
orang bebal dimatikan oleh iri hati.”(Ayb 5:2) “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati
membusukkan tulang.”(Ams 14:30)

4. KASIH ITU RENDAH HATI


Kasih agape tidak membanggakan diri sendiri, tidak berusaha untuk menonjolkan dan
menyombongkan diri dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Tidak juga menganggap diri lebih
tinggi/lebih berharga daripada orang lain. Tidak mengandalkan kekuatan sendiri dan membesar-
besarkan kelemahan orang lain. Perhatikan doa orang Farisi ini: “Ya Allah, aku mengucap syukur
kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim,
bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.”(Luk 18:11,12) “Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”(Luk 18:13) Tuhan Yesus bersabda: “Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia
akan ditinggikan."(Luk 18:14)

5. KASIH ITU TIDAK SOMBONG


Kasih agape tidak menghargai diri sendiri secara berlebihan, tidak congkak, tidak pongah, tapi penuh
kerendahan hati. Kasih agape mau mengakui kelemahan diri sendiri dan mau mengakui bahwa dirinya
membutuhkan orang lain, mau dan mampu menerima/memuji kelebihan orang lain. Sikap keliru telah
dilakukan oleh Rehabeam. Pada saat Salomo, ayahnya, mangkat, rakyat mohon kepadanya agar beban
mereka diringankan. Tetapi dengan keangkuhannya dia menjawab: “Kelingkingku lebih besar dari pada
pinggang ayahku! Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat,
tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi
aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi."(1 Raja 12:10,11) “Manusia yang
sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah
yang maha tinggi pada hari itu.”(Yes 2:11,17)

6. KASIH ITU SOPAN


Kasih agape mau menghormati dan menghargai orang lain. Kasih agape dapat menempatkan diri pada
posisi yang seharusnya. Kasih tidak melakukan hal-hal yang melanggar etika maupun perbuatan-
perbuatan amoral (biadab), tahu adat dan berkelakuan baik. Kasih agape penuh dengan kelemah-
lembutan dan menjaga kehormatan orang lain. Perhatikan kelakuan Amnon terhadap Tamar. Sebagai
kakak semestinya Amnon melindungi dan menjaga kehormatan Tamar, adiknya. Tetapi tidak demikian
kenyataannya. Amnon merusak kesucian Tamar dengan memperkosanya.(2 Sam 13) Firman TUHAN
menasihatkan: “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora
dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri
hati.”(Roma 13:13) “Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”(1 Kor 14:40)

7. KASIH ITU TIDAK MENCARI KEUNTUNGAN SENDIRI


Kasih agape tidak mengekploitasi orang lain untuk kepentingan diri sendiri, tidak mengejar
kepentingan dan kepuasan diri sendiri, tidak mengorbankan orang lain,, tidak berharap akan imbalan,
tidak menjual nama baik untuk mencari keuntungan pribadi. Kasih agape berusaha senantiasa menjadi
sahabat yang menyenangkan untuk semua orang bagi kemuliaan-Nya. Ingatkah Saudara tentang
Yudas, si Bendahara korup itu? (Yoh 12:6) Atau kebohongan Ananias dan Safira? (Kis 5) Janganlah kita
berbuat seperti mereka. Perhatikan ayat ini: “ Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya
sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.”(1 Kor 10:24)

8. KASIH ITU TIDAK PEMARAH


Kasih agape sangggup mengendalikan diri dan menanggung segala sesuatu yang menyakitkan dengan
kepala dingin dan lapang dada. Tidak mudah bereaksi negatip terhadap kesalahan, dapat mengerti
dan menerima kekecewaan tanpa harus sakit hati. Jika terpaksa harus marah maka tidak sampai
mengumpat, mengutuk, menyumpahi dan tidak terus- menerus marah sampai matahari tenggelam.
Marah memang tidak dilarang oleh TUHAN, tetapi disarankan untuk marah dengan kasih. Perhatikan
pernyataan firman ini: “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam
hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.”(Maz 4:5) Atau “Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”(Ef 4:26)
Tetapi belakangan firman TUHAN katakan: “Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah,
geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.”(Kol 3:8)

9. KASIH TIDAK MENYIMPAN KESALAHAN


Kasih agape tidak mudah mendendam dan menjadi kepahitan. Mudah mengam-puni dan melupakan
kesalahan. Ia lebih suka menyampaikan segala sesuatu dengan jujur dan benar sekalipun menyakitkan
daripada sesuatu yang menyenangkan tetapi meracuni. Ia mudah berbaikan dan tidak mengungkit-
ungkit kesalahan di masa lalu. TUHAN tidak membenarkan kita menyimpan kesalahan orang lain,
sekalipun mungkin kita benar. Sebab dengan menyimpan kesalahan orang lain, persoalan bisa
berkembang menjadi lebih serius. Suatu contoh buruk kita dapati pada kisah pembantaian penduduk
Sikhem oleh anak-anak Yakub. Pembantaian itu berakar pada persoalan pemerkosaan Dina oleh
Sikhem, anak Hemor, raja negeri itu di mana Yakub dan anak-anaknya tinggal. Sebenarnya Sikhem dan
ayahnya sudah berdamai, tetapi oleh karena dendam yang membara, maka hal itu berakhir dengan
pembantaian habis-habisan.(Kej 34) “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di
atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan
saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”(Mat 5:23,24)

10. KASIH ITU ADIL


Kasih agape penuh empati terhadap kemalangan orang lain. Kasih agape tidak menekan atau
menyetujui perbuatan yang melanggar firman TUHAN dan hukum, sehingga membuat orang lain
menderita. Sungguh merupakan perbuatan yang memprihatinkan apa yang telah diperbuat oleh Izebel
terhadap Nabot (1 Raja 21). Orang benar itu harus meninggal karena ketidakadilannya. Demikian juga
dengan penyaliban Tuhan Yesus. Betapa sukacitanya orang-orang Farisi dapat menyalibkan Tuhan
Yesus, sekalipun mereka tidak mempunyai alasan untuk berbuat demikian. Untuk itu firman Allah
memperingatkan: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah
beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.Tetapi
engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih,
kesabaran dan kelembutan.”(1 Tim 6:11)

11. KASIH MENUTUPI SEGALA SESUATU


Kasih agape tidak menjatuhkan dan mencemooh kelemahan atau kegagalan orang lain, tetapi menjaga
kehormatan sesama dengan penuh pengertian. Kasih agape tidak akan pernah membuka aib
siapapun, sekalipun harus menanggung rugi semuanya bagi puji hormat kemuliaan-Nya. Suatu lukisan
indah telah digambarkan oleh Bapa yang baik (Luk 15). Ketika si Anak bungsu bertobat dari dosa-
dosanya dan memohon pengampunan, si Ayah tidak pernah mengungkit-ungkit kesalahan anaknya.
Tidak menanggapi sama sekali segala ucapan permohonan maaf yang disampaikan oleh anaknya,
tetapi dengan segera dia memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk mengadakan pesta
menyambut kedatangan anaknya. Perhatikanlah pernyataannya ini: “Kata anak itu kepadanya: Bapa,
aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik,
pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.”(Luk
15:21,22)

12. KASIH ITU PERCAYA SEGALA SESUATU


Kasih agape mengatasi segala kecurigaan, kebimbangan atau ketidakpercayaan. Kasih agape memilih
percaya segala yang baik dari orang lain dan menerima mereka apa adanya. Perhatikan firman ini:
“Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-
sama dengan engkau. Jangan-lah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak
berbuat jahat kepadamu.”(Ams 3:29,30)

13. KASIH ITU MENGHARAPKAN SEGALA SESUATU


Kasih agape selalu optimis bahwa hari depan akan lebih baik daripada hari ini. Kasih agape tidak
pernah menyerah dan putus asa. Kasih agape akan selalu berjuang untuk meraih yang terbaik, untuk
kebahagiaan bersama dengan TUHAN dan sesamanya. Mereka tidak dihantui ketakutan dan
kecemasan. Kata-kata iman mewarnai suasana kehidupan sehari-hari. Halangan dan rintangan, susah
payah dan sakit-penyakit tidak pernah menyurutkan cita-cita yang luhur dan mulia. Pengharapan
senantiasa berbicara tentang sesuatu yang baik di masa yang akan datang. Seorang percaya tidak bisa
hidup sendiri, tetapi selalu memerlukan sesamanya. Apakah yang kita harapkan dari sesama kita? Yang
baik, bukan? Sebagaimana kita menghadapkan segala sesuatu yang baik dari sesama kita, hendaklah
kita melakukannya terlebih dahulu untuk mereka. Apabila kita sudah melakukan apa yang baik bagi
sesama kita, maka percayalah bahwa sesuatu yang baik pun akan datang kepada kita. “Sebab itu kamu
harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari
pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit,
dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.”(Kol 1:23) “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat
dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk
sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai
selama-lamanya.”(Ibr 6:20)

14. KASIH ITU SABAR MENANGGUNG SEGALA SESUATU


Kasih agape berpegang teguh pada komitmen. Kasih mula-mula tak akan pernah surut dengan
banyaknya persoalan. Kasih tetap menjaga sukacita dalam badai penderitaan dan kesukaran. Kasih
menjaga kemurnian dalam pencobaan dan tetap tegar bertahan dalam ujian. Kasih semakin berakar
kuat di dalam TUHAN di tengah tantangan kehidupan. Perhatikanlah betapa banyak beban yang
ditanggung oleh Daud karena kasihnya kepada Saul. Sebelum menjadi raja Saul pernah duakali
melempar lembing kepadanya, memburunya di padang belantara, menjebaknya dengan meminta mas
kawin 100 kulit khatan orang Filistin, dsb, tetapi Daud tidak mengenal putus asa dan tetap mengasihi
Saul. Hal itu terbukti dengan bagaimana Daud meratapi kematian Saul dan menghukum orang yang
mengaku membunuhnya (1 Sam 18-26;2 Sam 1) “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga
dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan
ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak
mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita.”(Roma 5:3-5) “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,
apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap
imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,
supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”(Yak 1:2-4)

15. KASIH ITU TIDAK BERKESUDAHAN


Kasih agape tidak pernah menjadi pudar karena waktu, usia, sakit-penyakit, kesukaran maupun
tantangan. Kasih tidak pernah berhenti berharap, tidak pernah memilih yang buruk sebagai
penyelesaian masalah. Kasih agape selalu menjaga eratnya dan indahnya persahabatan. Kasih adalah
bagian dari iman dan pengharapan, namun kasih berbeda dari keduanya. Sebab iman dan
pengharapan akan berakhir setelah kita berjumpa muka dengan muka dengan TUHAN di sorga, tetapi
di dalam sorga kita tetap hidup di dalam kasih. Seperti firman-Nya katakan: “Demikianlah tinggal
ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”(1
Kor 13:

KASIH BUAH ROH

Para penulis Alkitab telah menggunakan berbagai lambang untuk menyatakan keberadaan manusia.
Salah satu dari lambang-lambang itu adalah pohon.   Karena pohon ada yang baik dan yang buruk,
demikian pun dengan keadaan manusia,   ada yang baik dan ada yang jahat. Pemazmur di dalam
Mzm 1:3   menggambarkan umat Allah "seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya
berhasil."  Di Mzm 37:35-36 ia menyaksikan seorang fasik yang gagah dan sombong, yang tumbuh
mekar seperti pohon aras Libanon; yang ketika ia lewat, ia telah lenyap, walaupun ia mencarinya,
tetapi tidak ditemui. Di zaman Perjanjian Baru Yesus menyaksikan   di dalam Yoh 15:8 bahwa
BapaNya dipermuliakan oleh pengikut-pengikutNya sebagai pohon yang berbuah banyak.   Buah
yang banyak itu menjadi bukti bahwa mereka adalah murid-murid Yesus.  Tentu buah- buah mereka
adalah yang baik kualitasnya. Secara alamiah buah itu adalah hasil dari sebuah pertumbuhan.  Buah
tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi melalui suatu proses pertumbuhan yang panjang.   Dan pohon
yang baik akan menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik akan menghasilkan
buah yang tidak baik. Sebagaimana buah-buahan yang kita makan adalah hasil dari sebuah proses
pertumbuhan alamiah, maka buah Roh itu juga adalah hasil dari sebuah proses pertumbuhan rohani
di dalam diri seseorang.   Buah Roh itu juga akan melalui sebuah proses pematangan.   Seperti
buah yang alamiah, buah apel yang masih kecil tetap disebut buah apel walaupun belum matang.
Demikian juga dengan perkembangan buah Roh itu di dalam kehidupan pengikut-pengikut Kristus.
Proses pematangan ini akan terjadi di dalam hidup seseorang dari hari ke hari dengan pertolongan
Roh Kudus.  Paulus menggambarkan di dalam Galatia 5:22-23 tentang buah Roh yang harus dimiliki
oleh setiap umat Kristen.   Pernahkah anda memperhatikan bahwa ayat-ayat ini tidak menyatakan
adanya buah-buah Roh tetapi hanya buah Roh?   Padahal yang tercatat di dalam ayat-ayat tersebut
lebih dari satu buah saja?  Alasannya adalah karena  di dalam bahasa aslinya (Yunani) buah Roh
itu memang disebutkan dalam bentuk tunggal bukan jamak. Sekarang, apakah ada maknanya bila itu
disebutkan di dalam bentuk tunggal dan bukan dalam bentuk jamak?   Tentu.  Bentuk tunggal ini
memberikan penekanan bahwa seseorang tidaklah dapat disebut memiliki buah Roh itu bila ia hanya
memiliki salah satu dari kualitas buah Roh itu. Bila seseorang mengatakan bahwa ia memiliki kasih,
sukacita, dan damai sejahtera, tetapi tidak memiliki kualitas lain seperti kesabaran atau kemurahan,
maka secara spontan ia belum memiliki buah Roh itu.   Seorang yang telah menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah yang hidupnya telah dituntun oleh Roh Allah, pasti akan memiliki semua
kualitas yang ada di dalam buah Roh itu. Berbeda dengan perbuatan daging yang disebutkan
mendahului ayat-ayat tentang buah Roh itu.  Seseorang sudah dapat disebut sebagai orang berdosa
dengan hanya melakukan salah satu dari perbuatan yang disebutkan di dalam ayat-ayat tersebut;
seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri
hati, amarah, kepentingan diri sendiri dan lain-lain. Kualitas buah Roh yang pertama disebutkan adalah
kasih.  Mengapa sampai kasih itu disebutkan paling awal?   Karena kasih kata Paulus di dalam 1
Korintus 13 adalah yang terbesar. Kasih dan manusia Setiap orang yang hidup di dunia ini
membutuhkan kasih.  Fakta menyatakan bahwa hal yang paling disenangi dan memori yang paling
indah untuk dikenang adalah kasih.   Kasih adalah tema dari seluruh buku-buku di dalam Alkitab.
Kata orang kalau saja keseluruhan buku-buku di dalam Alkitab ini dapat diperas seperti juice, maka
akan meleleh darah Kristus dari dalamnya. Tema kasih telah mendominasi tema di berbagai bidang,
seperti: perfilman, kesusasteraan, dan musik.   Banyak buku novel yang laris karena tema ini.
Itulah sebabnya adalah penting bagi kita untuk mengetahui arti kasih yang sesungguhnya yang
disebutkan di dalam Gal 5:22 dan 1 Korintus 13.  Berikut ini kita akan membahas bermacam-macam
kasih. Macam-macam kasih Sejak kecil hingga menjadi uban, kita membutuhkan kasih.  Namun ada
perbedaan- perbedaan arti kasih di kalangan anak-anak, orang-orang muda,   dan orang tua.
Singkatnya semua kita tidak terlepas dari kebutuhan ini.   Ada beberapa macam kasih yang kita
ketahui: 1. Eros –   adalah kasih yang dimotivasi oleh keinginan fisik untuk kesenangan atau
kenikmatan.  Kasih ini terjalin antara laki-laki dan perempuan.  Kata ini tidak ditemukan di dalam
PB. 2. Stergo – adalah kasih yang terjalin antara penguasa dan rakyat yang diperintahnya.   Kasih ini
dimotivasi oleh wewenang atau posisi seseorang.     Sebagaimana kata Eros , kata ini juga tidak
ditemukan penggunaannya di dalam PB 3. Phileo – adalah kasih persaudaraan yang dimotivasi oleh
keindahan dan keakraban persahabatan.   Kata ini digunakan sebanyak 20 kali di dalam Perjanjian
Baru 4. Agape – adalah kasih yang agung, kasih tanpa memberi syarat-syarat untuk dikasihi.   Kasih
ini dimotivasi oleh Allah yang kita sembah.  Kata ini digunakan lebih dari 150 kali di dalam Perjanjian
Baru.   Berhubung buah Roh di dalam Gal 5   menyinggung tentang kasih Agape, maka
pembahasan kita akan difokuskan pada kasih jenis ini. Ada 3 ciri khas kasih Agape:   pertama, kasih
Agape tidak bergantung pada keadaan dari objek kasih itu.   Contohnya, Allah telah mengasihi kita
bukan karena kita layak untuk dikasihi, atau karena kita adalah sahabatNya.   Malah, kita yang
tadinya dikategorikan sebagai "seteru" telah diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya,
dan diselamatkan oleh hidup-Nya. Tentu kasih seperti ini sangat berbeda dengan apa yang kita jumpai
sehari-hari.  Biasanya kita mengasihi orang yang mengasihi kita, atau yang layak kita kasihi.   Kasih
kita kepada seseorang akan sangat bergantung pada keadaan orang yang akan kita kasihi itu. Ciri khas
kedua dari kasih Agape adalah bahwa, kasih ini bukan semata-mata emosi atau perasaan saja.
Kasih Agape adalah kasih yang dipraktekkan dengan rencana dan komitmen.  Kasih ini tidak terjadi
secara kebetulan.  Kasih Agape dilaksanakan untuk keuntungan orang yang dikasihi itu.  Karena itu
Yesus telah datang ke dunia ini untuk keuntungan manusia yang telah jatuh di dalam lumpur dosa.
Ketiga, kasih Agape berani mengambil resiko untuk menderita kerugian, materi, atau hidup sekalipun.
Yesus telah buktikan bentuk kasih itu di bukit Golgota.   Ia rela mati untuk keselamatan orang
berdosa. Berkaitan dengan hal ini, rasul Paulus menguraikan arti kasih Agape itu secara panjang lebar
di dalam 1 Kor 13:4-7: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan
diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri
sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." Dalam pasal ini Paulus
menyimpulkan bahwa kasih adalah yang terbesar (1 Kor 13:13).   Dan sebagaimana Allah itu kasih
adanya, demikian pun umatNya harus memiliki kasih model ini. Selanjutnya, kita perlu mengetahui
apa yang dinyakatakan oleh rasul Paulus di dalam 1 Kor 13:7.   Ia menegaskan bahwa kasih itu
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar
menanggung segala sesuatu.  Kasih Menutupi Segala Sesuatu Di dalam praktek kita sehari-hari, apa-
apa sajakah yang biasanya kita tutupi?   Makanan contohnya.   Itu ditutup dengan maksud agar
jangan sampai dihinggapi lalat, atau untuk menghindari debu dan kotoran lainnya.  Contoh lainnya,
pintu rumah kita tutup untuk mencegah supaya pencuri tidak masuk ke dalam rumah kita, atau agar
anak kita yang masih kecil jangan sampai keluar rumah tanpa pengawasan kita, yang dapat
membahayakan dirinya sendiri. Nah untuk kasih Agape, apa yang ditutup olehnya?   Rasul Petrus
menulis di dalam 1 Pet 4:8 bahwa kasih itu "menutupi banyak sekali dosa."   Bagaimana caranya
sampai kasih Agape boleh menutup banyak sekali dosa?   Salah satu caranya adalah dengan
mengikuti anjuran Yesus di dalam menangani orang yang berbuat dosa. Yesus menganjurkan agar di
dalam menangani dan menyelesaikan masalah-masalah dosa umatNya, Ia mintakan agar itu
diselesaikan di hadapan orang dalam jumlah yang paling minimal.   Bilamana dosa itu dilakukan
secara terang-terangan, maka itu dapat diselesaikan dengan melibatkan lebih banyak atau seluruh
anggota jemaat. Yesus menceriterakan tentang perumpamaan tentang domba yang hilang   dan
bagaimana besarnya sukacita gembala atas ditemukankannya kembali domba tersebut. Yesus
kemudian berkata "demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari
anak-anak ini hilang" (Mat 18:14). Yesus melanjutkan pembicaraanNya di ayat 15-17 dengan berkata
"apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang
atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.."
Disini prinsip kasih Agape diungkapkan bahwa dosa seseorang perlu ditutupi bukan untuk di
sebarluaskan.  Untuk maksud menyelamatkan orang itu, bahkan untuk seluruh keluarga yang terkait
dengan orang tersebut, dosanya tidak perlu diterompetkan kepada semua orang. Namun di dalam
praktek sehari-hari, dosa yang dibuat seseorang, apalagi orang yang kita kenal, atau yang terkenal
karena berbagai alasan, seperti kaya, rohani, rajin, lemah lembut dll, menjadi bahan gossip yang paling
diminati orang.  Kata-kata pendahuluan seperti "tahu ngak si A katanya selingkuh" merupakan kata-
kata yang sangat menarik untuk didengar dan diketahui orang.   "Tahu nggak, si ketua jemaat ini,
atau si pendeta itu, ada berita-berita kurang enak untuk diceriterakan."   "Kurang enak untuk
diceriterakan" tetapi kenyataannya adalah sangat bertentangan dengan apa yang ia katakan.  Berita
gossip itu sangat enak ia ceriterakan, dan sangat enak didengar orang.   Apalagi kalau gossip itu
telah ditambah dengan bumbu-bumbu penyedap telinga. Si pembawa berita itu rasanya bagaikan
pahlawan pulang perang setelah menceriterakan issue sensasional itu.   Ia begitu bangga dapat
memberitahukan rumor hangat yang kebenarannya belum terbukti. Praktek ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat kasih Agape itu..  Ada anjuran yang mengatakan bahwa walau pun berita
itu benar, kita tidak perlu menceriterakan itu kepada orang yang lain. Yang perlu kita lakukan adalah
mendoakan orang tersebut.  Kalau memungkinkan kita datang ke rumahnya dan mendoakan orang
tersebut bersama seluruh keluarganya. Lebih-legih lagi kalau ceritera dan issue yang beredar adalah
semata-mata rumor yang tidak benar.   Betapa besar efek merusak yang telah diadakannya.
Diceriterakan mengenai seorang yang mempunyai kebiasaan buruk menggossip.   Dia sadar bahwa
kebiasaan itu tidak baik dan perlu dihentikan.   Untuk mengatasi itu ia pergi kepada seorang yang
bijaksana agar mendapat pertolongan dari padanya.   Orang yang bijaksana itu ingin memberikan
pelajaran penting kepadanya dengan berkata bahwa hari pertama ia harus pergi ketempat peternakan
bebek dan mengambil bulu-bulu bebek yang halus yang telah jatuh, hitung dan masukkan ke dalam
keranjang.   Hari kedua, bawa bulu-bulu bebek itu ke setiap rumah di kampung ini, dan taruh di
halaman rumah tersebut .   Pada hari ketiga engkau datang kembali kepadaku dan aku akan
memberikan instruksi berikutnya. Orang ini melakukan hal-hal yang dikatakan orang bijaksana itu dan
pada hari ketiga ia kembali  menghadap.  Ia bertanya apa lagi yang harus ia lakukan.  Si orang
bijaksana itu berkata kepadanya: pergilah kembali ke setiap rumah dimana engkau telah letakkan
bulu-bulu bebek itu, dan kumpul kembali semuanya di dalam keranjang, dan hitung kembali jangan
ada yang kurang.   Dan ia pun pergi.  Di sore hari dia kembali dengan muka murung, karena ia
hanya dapat mengumpulkan kembali sebahagian kecil dari apa yang ia sudah sebarkan.   Bulu-bulu
itu telah ditiup dan diterbangkan angin dan tidak diketahui kemana itu telah terbang.   Si orang
bijaksana itu memberi nasehat, demikian pula yang terjadi dengan gossip yang engkau sebarkan.
Efek yang terjadi tak dapat sepenuhnya engkau perbaiki.   Sangat banyak yang engkau tidak dapat
tarik kembali dari peredaran gossip, entah itu benar atau pun tidak benar. Orang yang memiliki kasih
Agape akan menghindar diri dari gossip-gossip semacam ini.   Gantinya menggossip, ia akan
mendoakan atau melawat orang-orang yang digossipkan untuk melindungi nama baik mereka,
terlebih agar mereka dapat diselamatkan dalam Sorga. Kasih percaya segala sesuatu Apakah
maksudnya kasih Agape itu percaya pada segala sesuatu?   Bukankah ini sangat berbahaya?
Apakah kita akan mempercayai semua orang yang datang ke rumah kita, diundang ataupun yang tidak
diundang? Tentu saja tidak.  Maksudnya adalah bahwa orang yang punya kasih Agape mempercayai
bahwa setiap manusia yang diciptakan Allah mempunyai peran penting di dalam dunia ini. Allah telah
memberikan talenta kepada setiap orang menurut kesanggupannya.   Setiap orang mempunyai
potensi. Berdasarkan pada pemikiran ini, setiap pengikut Tuhan yang punya kasih Agape akan percaya
pada segala sesuatu dalam arti bahwa ia percaya dalam keadaan apa saja, Tuhan dapat membantu
setiap orang yang bermohon kepadaNya untuk menjadi umatNya.   Dengan kasih Agape seorang
akan menghargai orang yang lain, apapun keadaannya.   Ia melihat potensi yang baik pada setiap
orang yang ia jumpai setiap hari.   Ia tidak akan menganggap dirinya melebihi orang lain sehingga
sifat Lucifer, yakni kesombongan akan dapat dihindarinya. Kasih Mengharapkan Segala Sesuatu Kita
hidup di dunia yang penuh kesusahan, kekerasan, penyakit, bahkan kematian.   Sering keadaan-
keadaan ini melemahkan semangat hidup kita.   Keadaan-keadaan ini sering menggoda kita untuk
mempercayai bahwa dunia ini dalam keadaan yang tak terkendali, bahwa Allah itu tidak dapat lagi
mengontrol dunia yang bergelimang dosa ini. Namun bila kita dengan tekun membaca Alkitab dan
melihat kegenapan nubuatan- nubuatan yang tertera di dalamnya, maka kita yakin bahwa Allah tetap
dalam kontrol.   Apa yang Ia katakan sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi.   Yang baik
mau pun yang tidak baik sudah terjadi sesuai yang Ia telah sabdakan.  Namun ada yang baik yang Ia
sediakan bagi setiap umatNya yang setia, yang masih akan terjadi pada waktu Yesus datang kedunia ini
untuk kali yang kedua.   Dan mereka yang memiliki kasih Agape mempercayai hal ini dan
mengharapkan bahwa segala sesuatu akan kembali menjadi seperti yang Ia telah rencanakan.
Umat Allah yakin bahwa apa yang disediakanNya  adalah nyata dan benar. Dengan keyakinan seperti
ini, sebagai umat Allah, kita akan dapat menjalani hidup sehari- hari kita di tengah-tengah dunia yang
jahat ini dengan pengharapan yang teguh. Karenanya, orang yang memiliki kasih Agape akan memiliki
ciri khas berikut ini. Kasih itu Sabar Menanggung Segala Sesuatu Orang yang memiliki kasi Agape sabar
menanggung segala sesuatu, menyenangkan atau menyusahkan. Ini menyangkut komitmen kita. Mzm
27:14 "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"   Kita
percaya bahwa Allah di dalam segala sesuatu dapat memberikan yang terbaik bagi kita.   Kesusahan
boleh melanda dan menggoncang umatNya, tetapi dengan kasih Agape yang ia miliki, ia dapat tahan
menghadapinya.  Rangkuman Kasih Agape adalah kasih yang perlu kita teladani dari Allah.  Kasih
ini adalah ekspressi tabiatNya.   Kasih yang sama harus juga menjadi ekspressi terbesar umatNya
kepada sesamanya. Umat-umatNya yang telah dilahirkan dari atas, yang telah lahir baru memiliki kasih
Agape. Mereka akan dapat menilai orang lain seperti Tuhan menilai setiap orang..  Nilai setiap orang
dilihat dari kematian Yesus di Golgota.Umat-umatNya akan membenci kejahatan dalam segala
bentuknya, dan menghindari diri dari segala nafsu keduniawian (Mzm 97:10 dan 1 Yoh 2:15-17).
Orang-orang yang memiliki kasih Agape adalah orang-orang yang menyatakan bahwa asalnya dari
Allah karena Allah itu kasih adanya.   (1 Yoh 4:8,16).  Semoga kasih Agape itu nyata dalam hidup
anda dan saya sekarang dan selamanya.

Kekuatan Kasih Allah

Dengan dipenuhi kasih-Nya, kita dapat menahan rasa sakit, mengurangi ketakutan, mengampuni
dengan bebas, menghindari pertentangan, memperbarui kekuatan, serta memberkati dan menolong
sesama. Apa kasih sejati yang menyentuh setiap hati itu? Mengapa kalimat sederhana “Saya
mengasihimu” mengingatkan sukacita yang bersifat universal? Orang memberikan berbagai alasan,
namun alasan sebenarnya adalah bahwa setiap orang yang datang ke dunia adalah putra dan putri
Allah. Karena semua kasih berasal dari Allah, kita dilahirkan dengan kemampuan dan keinginan untuk
mengasihi dan dikasihi. Salah satu hubungan terkuat yang kita miliki dengan kehidupan prafana kita
adalah betapa besar Bapa Kita dan Yesus Kristus mengasihi kita dan betapa besar kita mengasihi
Mereka. Meskipun tabir menutupi ingatan kita, kapan pun kita merasakan kasih sejati, hal itu
membangkitkan kerinduan yang tidak dapat dipungkiri. Menanggapi kasih sejati adalah bagian dari
keberadaan kita. Kita secara alami menginginkan untuk menghubungkan kembali, di sini, kasih yang
kita rasakan di sana. Hanya ketika kita merasakan kasih Allah dan mengisi hati kita dengan kasih-Nya
kita dapat sungguh- sungguh berbahagia. Kasih Allah memenuhi seluruh bumi; oleh karenanya, tidak
ada kekurangan kasih di alam semesta ini, hanya dalam kesediaan kita untuk melakukan apa yang
diperlukan untuk merasakannya. Untuk melakukan ini, Yesus menjelaskan bahwa kita harus
“[meng]asihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu … jiwamu … kekuatanmu … akal budimu, dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Lukas 10:27). Semakin kita mematuhi Allah
semakin kita berkeinginan untuk menolong sesama. Semakin kita menolong sesama semakin kita
mengasihi Allah, begitu seterusnya. Sebaliknya, semakin kita tidak mematuhi Allah dan semakin kita
egois, semakin sedikitlah kasih yang kita rasakan. Berusaha memperoleh kasih yang bertahan
selamanya tanpa mematuhi perintah Allah adalah seperti berusaha memuaskan dahaga dengan
minum dari gelas yang kosong—Anda dapat melakukan tindakan itu, namun Anda akan tetap dahaga.
Demikian juga, berusaha menemukan kasih tanpa menolong dan berkurban bagi sesama adalah
seperti berusaha hidup tanpa makan—itu bertentangan dengan hukum alam dan tidak dapat berhasil.
Kita tidak dapat memalsukan kasih. Kasih harus menjadi bagian dari kita. Nabi Mormon menjelaskan:
“Kasih yang murni adalah kasih suci Kristus dan kasih itu bertahan untuk selamanya; dan barangsiapa
kedapatan memiliki kasih itu pada hari terakhir, ia akan selamat. Oleh karena itu, saudara-saudaraku
yang kukasihi, berdoalah kepada Bapa dengan segala kekuatan hati, supaya kamu boleh dipenuhi
dengan kasih ini” (Moroni 7:46–47). Allah berkeinginan untuk menolong kita merasakan kasih-Nya—di
mana pun kita berada. Izinkanlah saya memberi sebuah contoh. Sebagai misionaris muda, saya
ditugaskan ke sebuah pulau kecil yang berpenduduk sekitar 700 jiwa di pedalaman Pasifik Selatan.
Bagi saya panasnya sungguh menyengat, nyamuknya banyak sekali, dan lumpur di mana-mana,
bahasanya mustahil untuk dipelajari, dan makanannya—“berbeda.” Setelah beberapa bulan, pulau
kami dilanda badai hebat. Kerusakan yang ditimbulkan sangatlah besar. Hasil panen hancur, kehidupan
lenyap, rumah-rumah rubuh, serta stasiun telekomunikasi—satu-satunya hubungan kami ke dunia luar
—rusak. Sebuah kapal kecil milik pemerintah biasanya datang setiap satu atau dua bulan, jadi dengan
hemat kami menggunakan cadangan makanan yang kami miliki untuk empat atau lima minggu
berikutnya, dengan harapan kapal itu akan datang. Namun tidak satu pun kapal yang datang. Setiap
hari kami menjadi semakin lemah. Masih ada tindakan kebaikan, namun ketika minggu keenam dan
ketujuh berlalu dengan sangat minimnya makanan, kekuatan kami benar-benar lenyap. Rekan saya,
Feki, penduduk asli di situ, menolong saya semampu dia, namun ketika minggu kedelapan tiba, saya
tidak memiliki tenaga sama sekali. Saya hanya duduk di bawah pohon yang rindang. Saya berdoa dan
membaca tulisan suci serta meluangkan banyak waktu merenungkan hal-hal yang bersifat kekal.
Minggu kesembilan tiba dengan sedikit perubahan jasmani. Namun, ada berubahan besar di dalam
batin. Saya merasakan kasih Tuhan lebih dalam dibanding sebelumnya dan untuk pertama kalinya
belajar bahwa kasih-Nya adalah “hal yang paling patut diinginkan melebihi segala hal. … Ya, dan yang
paling menyenangkan jiwa” (1 Nefi 11:22–23). Saat itu saya kelihatan kurus kering. Saya ingat
menyaksikan, dengan kekhidmatan yang dalam, hati saya berdegup, paru-paru saya berdetak, dan
berpikir betapa luar biasanya tubuh yang telah Tuhan ciptakan untuk menampung roh kita yang sama
luar biasanya! Pemikiran akan suatu persatuan yang permanen dari kedua unsur itu, yang menjadi
mungkin melalui kasih Juruselamat, kurban penebusan, serta Kebangkitan, sedemikian mengilhami
dan memuaskan sehingga ketidaknyamanan fisik apa pun sirna dan terlupakan. Ketika kita memahami
siapa Allah, siapa kita, betapa Dia mengasihi kita, dan apa rencana-Nya bagi kita, rasa takut sirna.
Ketika kita mendapat sekelumit gambaran akan kebenaran-kebenaran ini, kecemasan kita terhadap
hal-hal yang bersifat duniawi lenyap. Untuk memikirkan kita sebenarnya mempercayai kebohongan-
kebohongan Setan bahwa kekuasaan, kemasyhuran, atau kemakmuran duniawi penting, benar-benar
menggelikan—atau justru sebaliknya akan sangat menyedihkan. Saya belajar bahwa sama seperti
roket yang mengatasi kekuatan gravitasi untuk melaju cepat menuju ruang angkasa, demikian juga kita
harus mengatasi tarikan dunia untuk melaju menuju kenyataan-kenyataan akan pemahaman serta
kasih. Saya menyadari kehidupan fana saya mungkin akan berakhir di pulau kecil itu, namun tidak ada
kepanikan. Saya tahu kehidupan akan terus berlanjut, baik di sini maupun di sana, itu tidaklah menjadi
masalah. Yang sangat berarti adalah berapa banyak kasih yang saya miliki di dalam hati saya. Saya tahu
saya memerlukannya lebih banyak lagi! Saya tahu bahwa kebahagiaan kita sekarang dan selamanya
tidak dapat tak terikat pada kemampuan kita untuk mengasihi. Ketika pikiran-pikiran itu mengisi dan
mengangkat jiwa saya, perlahan-lahan saya menyadari akan suara-suara yang menyenangkan. Mata
rekan saya berbinar saat dia mengatakan, “Kolipoki, ada kapal datang, dan penuh dengan makanan.
Kita selamat! Apakah kamu tidak senang?” Saya tidak yakin. Tetapi karena kapal itu telah tiba, pastilah
itu jawaban dari Allah, jadi memang, saya bahagia. Feki memberi saya makanan seraya mengatakan,
“Ini, makanlah.” Saya ragu-ragu. Saya melihat makanan itu. Saya menatap Feki. Saya memandang ke
langit dan menutup mata saya. Saya merasakan sesuatu yang sangat dalam. Saya bersyukur kehidupan
saya di sini akan berlanjut terus seperti sebelumnya, namun ada perasaan pedih—rasa penangguhan
yang lembut, seperti saat gelap menutupi indahnya warna-warni cakrawala senja dan Anda menyadari
harus menunggu malam berikutnya untuk menikmati keindahan seperti itu lagi. Saya tidak yakin ingin
membuka mata saya, namun saya menyadari bahwa kasih Allah telah mengubah segalanya. Panas,
lumpur, nyamuk, orang-orang, bahasa, makanan bukanlah tantangan lagi. Mereka yang telah berusaha
menyakiti saya tidak lagi menjadi musuh saya. Setiap orang adalah saudara saya. Dipenuhi dengan
kasih Allah merupakan hal yang paling menggembirakan dari segalanya dan itu sepadan dengan setiap
usaha yang diperlukan. Saya berterima kasih kepada Allah untuk waktu yang terpilih ini dan banyaknya
pengingat akan kasih-Nya—matahari, bulan, bintang, bumi, kelahiran anak, senyuman teman. Saya
berterima kasih kepada-Nya untuk tulisan suci, kesempatan istimewa untuk berdoa, dan untuk
pengingat yang menakjubkan akan kasih-Nya itu—sakramen. Saya belajar bahwa ketika kita
menyanyikan nyanyian rohani sakramen dengan maksud yang sungguh-sungguh, seperti: “Betapa
bijak Pengasih!” atau “Tuhan benar mengasihi dan haruslah kita” akan membesarkan hati kita dengan
kasih dan rasa syukur (lihat “Betapa Bijak Pengasih,” Nyanyian Rohani, no. 81; “Ada Bukit yang Sangat
Jauh,” Nyanyian Rohani, no. 83). Ketika kita dengan tulus mendengarkan doa sakramen, ungkapan
seperti: “selalu mengingat Dia,” “mematuhi perintah-perintah-Nya,” “agar roh-Nya selalu menyertai
mereka” akan memenuhi hati kita dengan keinginan yang besar untuk menjadi orang-orang yang lebih
baik (AP 20:77, 79). Kemudian ketika kita dengan hati yang patah dan jiwa yang penuh sesal
mengambil roti dan air, saya tahu kita dapat merasakan serta bahkan mendengarkan kata-kata yang
paling luar biasa itu: “Saya mengasihimu. Saya mengasihimu.” Saya mengira saya tidak dapat
melupakan perasaan-perasaan ini, namun daya tarik dunia sangatlah kuat dan kita cenderung jatuh.
Namun Allah terus mengasihi kita. Beberapa bulan setelah saya memperoleh kekuatan kembali, kami
diserang badai lain yang sangat hebat, namun kali ini saya berada di laut. Ombak tersebut menjadi
sedemikian hebat sehingga menggulingkan kapal kecil kami, dan melemparkan kami bertiga ke tengah
lautan yang sedang mengamuk. Ketika saya mendapati diri saya terombang-ambing di tengah lautan,
saya heran, takut, dan agak sedih. “Mengapa ini terjadi?” pikir saya. “Saya seorang misionaris. Di mana
perlindungan untuk saya? Misionaris tidak seharusnya berenang.” Namun jika saya ingin hidup saya
harus berenang. Setiap kali saya menggerutu saya mendapati diri saya tenggelam, jadi saya tidak lagi
menggerutu. Segala sesuatu akan tetap seperti itu, dan menggerutu tidak akan menolong. Saya
membutuhkan setiap tenaga untuk menjaga kepala saya agar tetap berada di atas air dan berenang ke
tepian pantai. Karena pernah mendapat piagam di Pramuka, saya cukup percaya diri untuk berenang,
namun berulang kali angin dan ombak membuat saya kelelahan. Saya tidak pernah berhenti berusaha,
namun ada waktunya ketika otot-otot saya tidak lagi dapat bergerak. Saya berdoa di dalam hati,
namun masih saja saya tenggelam. Ketika saya akan tenggelam mungkin untuk ter-akhir kalinya, Tuhan
mengilhamkan ke dalam pikiran serta hati saya suatu perasaan kasih yang dalam bagi orang yang
sangat istimewa. Seolah-olah saya dapat melihat dan mendengarnya. Walaupun dia jauh dari saya,
kasih itu melewati jarak yang jauh, serta menembus ruang dan waktu, menyelamatkan saya dari
kedalaman lautan—mengangkat saya dari kepedihan dan kematian serta membawa saya ke terang
dan kehidupan serta harapan. Dengan tenaga yang muncul tiba-tiba, saya berenang ke tepian, di mana
saya menemukan teman-teman sekapal saya. Jangan lagi meremehkan kekuatan kasih sejati, karena
kasih itu tidak mengenal rintangan. Apabila dipenuhi dengan kasih Allah, kita dapat melakukan dan
melihat serta memahami hal-hal yang sebaliknya tidak dapat kita lakukan atau pahami. Dengan
dipenuhi kasih-Nya, kita dapat menahan rasa sakit, mengurangi ketakutan, mengampuni dengan
bebas, menghindari pertentangan, memperbarui kekuatan, serta memberkati dan menolong sesama
dengan cara-cara yang mengagumkan bahkan kepada diri kita sendiri. Yesus Kristus penuh dengan
kasih yang tak terhingga sewaktu Dia menahan kepedihan, kelaliman, dan ketidakadilan yang tak
tertanggungkan bagi kita. Melalui kasih-Nya bagi kita, Dia bangkit mengatasi semua hal yang
merupakan rintangan yang tak mungkin dikalahkan. Kasih-Nya tidak mengenal rintangan. Dia
mengundang kita untuk mengikuti-Nya dan mengambil bagian dari kasih-Nya yang tak terbatas, agar
kita juga, dapat bangkit mengatasi kepedihan dan kelaliman serta ketidakadilan dari dunia ini dan
menolong, mengampuni, serta memberkati. Saya tahu Dia hidup, saya tahu Dia mengasihi kita. Saya
tahu kita dapat merasakan kasih-Nya di sini dan saat ini. Saya tahu suara-Nya adalah suara yang halus
dengan kelembutan sempurna, yang menembus sampai ke jiwa yang terdalam. Saya tahu Dia
tersenyum dan penuh dengan belas kasihan serta kasih. Saya tahu Dia penuh dengan kelembutan,
kebaikan hati, belas kasih, dan hasrat untuk menolong. Saya mengasihi Dia dengan sepenuh hati saya.
Saya bersaksi bahwa bila kita siap, kasih murni-Nya bergerak langsung melintasi ruang dan waktu,
menjangkau dan menyelamatkan kita, dari dosa, kepedihan, kematian atau dukacita dimana mungkin
kita terjebak di dalamnya, dan membawa kita ke terang dan kehidupan serta kasih kekekalan. Dalam
nama Yesus Kristus,

Anda mungkin juga menyukai