Anda di halaman 1dari 6

KITA DAN PASANGAN KITA

‫َوم ِۡن َءا َی ٰـ ِت ِهۦۤ َأ ۡن َخلَقَ لَ ُكم م ِّۡن َأنفُسِ ُكمۡ َأ ۡز َو ٰ ࣰجا لِّ َت ۡس ُك ُن ۤو ۟ا ِإلَ ۡی َها َو َج َع َل َب ۡی َن ُكم م ََّو َّد ࣰة َو َر ۡح َم ۚ ًة ِإنَّ فِی‬

َ ‫َذ ٰل َِك لَـَٔا َی ٰـ ࣲت لِّ َق ۡو ࣲم َی َت َف َّكر‬


‫ُون‬

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir.

[Surat Ar-Rum 21] .

Saya ingin mengutip yang disampaikan Ustadz Salim A. Fillah ketika beliau menerangkan Surat Ar-Rum
tersebut di atas.

Min anfusikum.

Sebab telah tercipta Ibunda kita Hawa dari bagian diri Sang Adam. Tersebutkan ia dalam sabda Sang Nabi
adalah rusuknya yang bengkok. Maka inilah anugerah keberpasangan.

Bahwa bukan dari tulang ubun kepala seorang istri dicipta, sebab berbahaya menjadikannya selalu dalam
sanjung dan puja.

Dan bukan juga dari tulang kakinya, sebab sungguh tak layak menjadikannya terinjak dan diperbudak

Tetapi dijadikan dia dari rusuk kiri, dekat ke hati untuk dicintai, dekat ke tangan untuk dilindungi.

Min anfusikum, 

Sebab sungguh kesejiwaan adalah asas bagi segala keberpaduan.

Ruh-ruh yang saling mengenal dalam sandi iman, akan mudah bersepakat dalam segala urusan.

Ketika dua hati sama dalam cara pandang dan sikap terhadap Pencipta, alam raya, sesama, dan dunia serta
akhiratnya, maka jauh lebih mudah bagi mereka membangun ikatan cinta.

Rumus keberpasangan berbeda-beda.

Ada dua arus sungai yang bertemu, bergabung mengalir jadi satu. IALAH KESAMAAN.

Ada juga panas menggelegak bertemu dingin membekukan, menjadi hangat yang syahdu. IALAH
KESEIMBANGAN.

Ada lautan tenang dan teduh yang berjumpa angin berderu, menjadi badai yang dahsyat. ITU KEGENAPAN.

Mereka berbeda. Tapi satu hal tetap sama, kesejiwaan. Bahwa mereka sama-sama taat dan menghamba
pada Allah Ilah yang satu.

1
Min anfusikum.

Senapas dalam nikmat dan musibah hingga senapas pula dalam sabar dan syukur.

Senapas dalam hidup dan ibadah, hingga senapas pula dalam ridha dan ikhlas.

Maka tiap sejoli yang tergabung oleh ikatan suci pernikahan harus menjadi kekuatan penggerak masyarakat
seperti napas yang menghantarkan daya hidup ke dalam jantung, bergabung mendarah fan beredar
mendaging, menggerakkan ketaatan bagi seluruh anggota tubuh.

Kesedirian, kesejiwaan, kesenapasan bagi dua sosok pribadi yang berserumah keluarga. Inilah asas untuk
menghadirkan bersusun-susun rasa surga.

A. Litaskunuu ilaihaa,  dalam sekali kalimat ini. Maknanya menurut Imam Ath-Thabari adalah :

1. Litasta'iffuu bihaa ; supaya kalian mampu menjaga kesucian diri kalian dengan kehadiran suami dan istri
dalam kehidupan. Inilah makna paling mendasar dari sakinah.

Adanya istri adalah benteng terkokoh bagi suaminya; agar mampu berlari dari yang keji menuju yang suci,
dari dosa menuju pahala, dari nista menuju mulia, serta dari neraka menuju surga.

Demikian pula adanya suami bagi istrinya adalah perasaan yang akan melindunginya dari sesama gerisik
hati, ucap lisan, dan laku anggota badan yang Allah murkai.

2. Lita'tafuu Ma'ahaa ; supaya kalian mampu membangun ikatan batin yang dalam dengannya.

Di luar sana boleh ada godaan meraja, tapi ke rumahlah dilabuhkan segala gulana.

Di luar sana ada banyak rupa jelita, tetapi di dalam hati hanya ada yang telah terakad suci.

3. Litamiluu ilaihaa ; supaya kalian senantiasa cenderung dalam hati dan akal kepadanya.

Agar kita merasa dan berfikir dengan apa yang difikir oleh pasangan kita.

Agar kita terus belajar menyatukan cara pandang, kaidah bersikap, tata bicara, dan langgam bertindak,
hingga kita mampu saling mengerti meski tanpa bicara, dan saling memahami walau tanpa kata.

2
4. Litathmainnuu bihaa, supaya kalian merasa tenteram denganya. Yakni tenteram ketika sedang berdekatan
maupun ketika harus saling berjauhan.

Tenteram ketika bersama sebab berada dalam rahmat Allah, menikmati detak detik penuh kemesraan,
saling mendukung dan menguatkan.

Dan tenteram pula ketika berpisah sebab kepadaNya saling menitip penjagaan, bergiat dalam kesibukan
dengan hati yang tak jeda saling mendoakan.

B. Mawaddah

Membangun mawaddah bagi seorang suami adalah kesiapan untuk mendengar, mengerti, dan memahami
istri.

Dia belajar untuk tak menyambi memegang majalah ataupun piranti genggam ketika sang istri sedang
bicara.

Dia belajar untuk bersambung tatap dengan istri ketika saling bercakap.

Dia belajar untuk tak memotong ucapan istri meski kisah yang disampaikan berulang.

Dia belajar untuk tak cepat-cepat menawarkan penyelesaian sebab keluhan sang istri amatlah berharga
setiap hurufnya.

Suami belajar untuk menenggang ketika karena satu kesalahan, sang istri lalu fasih menyebutkan khilafnya
yang telah lalu. Dia belajar untuk bersabar,  sebab persoalan yang dapat disederhanakan justru dihubung-
hubungkan dengan masalah lain oleh istrinya. Dia belajar, bahwa tiap kata dalam ucapan istrinya amat
berharga untuk disimak, seberharga permata dan perhiasan surgawi yang teruntai ke dunia.

Suami belajar, bahwa panggilan mesra, pujian tulus, dan ungkapan cinta adalah hal yang harus terus dia
lisankan di berbagai kesempatan. Dia belajar,  bahwa hadiah kecil yang sederhana bisa menjadi sebuah
penguat ikatan,  karena yang dilihat sang istri selalulah perhatian yang ada di baliknya.

Membangun mawaddah bagi seorang istri adalah kesiapan untuk mentaati, menghormati dan memberi
dukungan pada suami.

Dia belajar untuk memahami bahwa suami adalah makhluk yang menangani urusan satu demi satu,
berbeda dengannya yang dapat menuntaskan beberapa tugas sekaligus.

Dia belajar untuk mengerti  bahwa suaminya berfikir memusat lagi menyederhanakan demi menghadirkan
penyelesaian, berbeda dengan dirinya yang berfikir menjelajahi segala kemungkinan dan bicara untuk
meredakan ketegangan.

Sang istri juga belajar untuk memberi ruang menyendiri bagi suaminya ketika sedang dirundung tekanan,
sebab seperti para wanita memerlukan bahu pria yang penuh cinta untuk sandaran menangis hingga lega,
seorang lelaki memerlukan kesunyian untuk merenung merumuskan masalah dan pemecahannya.

Sang istri juga belajar untuk belajar bicara dalam kalimat langsung yang mudah difahami suami.

Dia juga belajar bahwa untuk merayu suami melakukan sesuatu, seringkali dia perlu berdiri sejenak sembari
menatap wajah lelaki itu dengan senyum mekar.

3
Sang istri juga belajar bahwa suaminya kadang menjaga kemesraan dengan beberapa saat berjeda
menjauhkan diri,  sebagaimana pertemuan yang sesekali lebih menguatkan ikatan.

Dia belajar bahwa tak seperti dirinya yang mengerahkan semua untuk cinta, suaminya justru berhitung. Jika
telah meluangkan waktu untuk istri dan anak anak selama sekian lama misalnya,  lelaki itu perlu diberi
waktu untuk menunaikan hobi dalam kesendiriannya, agar nanti kembali dengan pelukan yang mesranya
berlipat ganda.

Inilah mawaddah yang senantiasa harus digelorakan. Inilah cinta membara yang memerlukan ilmu dalam
menyalakan kobarannya.

Maka mawaddah  mengalir dari ikatan cinta dalam hati menuju jasad yang sempurna menyatu.  Maka
mawaddah bergejolak dalam perpaduan jiwa dengan raga.

C. Rahmah

Rahmah, inilah puncak dari rasa surga yang hendak kita hadirkan dalam serumah keluarga, hingga setiap
pribadi di dalamnya menumpahruahkan kasih yang hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya,
menyinari dunia.

Rahmah, ialah gambaran bahwa di rumah yang penuh berkah, tak penting merinci-rinci siapa yang salah,
sebab para pihak saling mendahului untuk terlebih dahulu memaafkan.

Ialah gambaran bahwa dalam cinta yang bersusun-susun rasa surganya, penerimaan didahulukan daripada
tuntutan, pengertian didahulukan daripada kecaman, dukungan didahulukan daripada keraguan,
penghargaan didahulukan daripada kekecewaan, dan tindakan kasih selalu didahulukan daripada sebab
maupun syarat.

Rahmah, dalam bahasa Arab ia juga mencakup makna ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih,
juga rizki.

Maka dari langit ia turun sebagai pelukan Ar-Rahman, Zat yang paling mengasihi di antara para pengasih,
dengan kasih yang tiada pilih.

Maka dari langit ia turun sebagai pengukuhan Ar-Rahim , Zat yang paling menyayangi di antara para
penyayang, dengan sayang tiada berbilang.

Maka dalam serumah keluarga yang penuh keberkahan, ia amat lembut, terpancar dari kedalaman hati yang
tulus, siap berkorban, serta sedia melindungi yang dicintai, tanpa pamrih.

Maka dalam serumah keluarga yang penuh keberkahan, rahmah menjelma jadi hujan yang lebat, sebagai
pengecambah bibit-bibit kasih di hati yang semula kering dan gersang.

Maka dalam serumah keluarga yang penuh keberkahan, rahmah menjelma jadi bumi yang subur, sebagai
tempat tumbuhnya cinta-cinta lain yang meluas menyemesta.

Rahmah adalah cinta yang berhulu di langit. Ia menjadi rasa surga yang paling manis, paling lembut, dan
paling harum di rumah kita.

4
Sakinah, mawaddah, dan rahmah menjadi bersusun-susun rasa surga yang kita perjuangkan tuk hadir di
keluarga kita, hingga kelak dipertemukan kembali di rumah sejati dalam Firdaus yang paling tinggi. Kabulkan
harap kami ya Allah....

Selesai membahas SaMaRa.

Saatnya saya bahas hal-hal kecil yang tak kalah penting. Berikut uraiannya :

❤️ Wajah manis menyambut kepulangan, senyum yang menggambarkan pengertian, hingga kecup kecil
penyemangat keberangkatan disertai hati yang tiada jeda menghantar doa adalah semisal tentangnya.

❤️Sungguh, berkemas untuk kembali pada keluarga sebaiknya lebih bersungguh-sungguh daripada berhias
hendak berangkat. Sebab yang akan menyambut kita di rumah bukan sekadar kepentingan, melainkan
sebuah kesetiaan.

❤️Senantiasalah menjadi yang paling indah di hadapan pasangan masing-masing.

👌 Duhai memang, betapa banyak suami dan bapak yang pulang dalam wajah tekuk, tubuh membungkuk,
pakaian yang renyuk, dan bau setengah busuk.

👌 Duhai memang, betapa banyak suami dan bapak yang pulang dengan ketampanan yang telah larut,
kegagahan yang telah hanyut, dan perhatian yang telah habis digerus fikiran kusut.

👌 Duhai memang, betapa banyak suami dan bapak yang pulang bersama kepenatan yang tak menyisakan
binar mata, bersama keletihan yang tak menyisakan senyum mesra, dan bersama kelesuan yang tak
menyisakan canda cinta.

Padahal....

Istri mereka lebih berhak atas pesona dirinya daripada atasannya.

Padahal....

Anak-anak mereka lebih memerlukan keakraban cintanya dibanding para mitra kerja.

Yang lebih memprihatinkan...

Betapa sedih perasaan seorang anak kecil yg berlari bahagia menyambut kepulangan ayahnya, namun
disambut dgn jasad lunglai.

Betapa kecewa hati seorang anak kecil yg berbinar mata hendak menunjukkan karya dan pencapaiannya,
namun sang ayah justru mengabaikannya.

Betapa segigit jari terpendam di dada jika seorang anak hendak mengisahkan hal yg sangat menarik rindu
bermain dengan ayahnya, sementara sang ayah bergegas berlalu darinya demi istirahat.

Betapa....betapa...betapa...

Selalu ada waktu yang harus terluang untuk keluarga, yang tentang mereka Allah akan mempertanyakan
kepemimpinan dan bimbingan kita.

Hikmah dan nasehat, kabar gembira dan teguran, teladan dan pengarahan, serta kebijaksanaan dan
ketulusan, pertama-tama menjadi hak mereka sebelum siapapun yang selainnya.

5
Keluarga adalah juga penyaksama terdekat dan pengamat paling jeli atas diri. Semua kesaksian mereka
tentang kita sebagai bapak dan suami akan lebih berharga dari siapa pun di luar sana yang hanya pengagum
sekilas dalam puja dan puji.

Maka tentang ini, Rasulullah bersabda bahwa yang terbaik di antara para lelaki adalah yang paling baik
dalam perlakuannya kepada istri dan keluarganya sendiri.

Sungguh, istri dan anak adalah titipan amanahNya. Maka kita juga ditugaskan menjaga, agar kelak saat
dikembalikan, mereka sesuai dengan keadaan awalnya, yakni berada di atas fitrah sucinya.

Sungguh, istri dan anak termasuk karunia paling berharga dariNya. Sudahkah tertunjukkan rasa syukur atas
kehadiran mereka, di lembutnya kata dan syahdunya mesra ?

Sungguh, istri dan anak adalah fitnah dan ujian yang nyata. Dalam membersamai dan menyenangkan, akan
selalu ada pergulatan  antara hasrat dan keterbatasan, keinginan dan pemahaman, cinta dan peraturan,
serta hawa nafsu dan bimbingan. Di sanalah ketaatan pada Allah diguncang dan kesetiaan pada Rabb kita
dicoba.

Anak Kita

Kenalkan Allah pada anak-anak  kita sejak awal-awalnya, dengan cara yang paling pantas bagi keagungan
dan kemuliaanNya

Kenalkanlah Allah pada anak-anak kita dari semula-mulanya, dengan kalimat yang paling layak bagi kesucian
dan keluhuranNya.

Kenalkan Allah pada anak-anak kita mulai sepangkal-pangkalnya, dengan ungkapan dan permisalan yang
paling sesuai bagi kesempurnaan dan kebesaranNya.

Sebab, janji kehambaan seorang makhluk telah diikrarkan sejak di alam ruh, maka membisikkan tauhid ke
dalam kandungan, melirihkannya pada telinga  sang bayi dalam buaian, atau menyenandungkaannya
sebagai pengajaran adalah baik adanya.

Anda mungkin juga menyukai